KONSEP ADVOKASI DALAM PROMOSI KESEHATAN
A. PENGERTIAN Kurang berhasil atau kegagalan suatu program kesehatan, sering di sebabkan oleh karena kurang atau tidak adanya dukungan dari para pembuat keputusan, baik di tingktak nasional maupun lokal (provinsi, kabupaten, atau kecamatan). Akibat kurangnya dukungan itu, antara lain rendahnya alokasi anggaran untuk program kesehatan, kurangnya sarana dan prasarana, tidak adanya kebijakan yang menguntungkan bagi kesehatan dan sebagainya. Untuk memperoleh atau meningkatkan dukungan atau komitmen dari para pembuat kebijakan, termasuk para pejabat lintas sektoral diperlukan upaya disebut advokasi. Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan dibidang hukum atau pengadilan. Sesorang yang sedang tersangkut perkara atau pelanggaran hukum, agar memperoleh keadilan yang sesungguh-sungguhnya. Mengacu kepada istilah advokasi dibidang hukum tersebut, maka advokasi dalam kesehatan diartikan upaya untuk memperoleh pembelaan, bantuan, atau dukungan terhadap program kesehatan. Menurut Wesbter Encyclopedia advokasi adalah "act of pleading for supporting or recommending active espousal" atau tindakan pembelaan, dukungan, atau rekomendasi : dukungan aktif. Menurut ahli retorika ( Foss and Foss, et al : 1980) advokasi diartikan sebagai upaya persuasi yang mencakup kegiatan : penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan rekomendasi tindak lanjut mengenai sesuatu hal. Menurut Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Dari beberapa catatan tersebut dapat disimpulkan secara ringkas, bahwa advokasi adalah upaya atau proses untuk memperoleh komitmen yang dilakukan secara persuasif dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat.
B. PROSES DAN ARAH ADVOKASI
Proses advocacy(advokasi) di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984, sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau promosi kesehatan. WHO merumuskan, bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan secara efektif menggunakan 3 strategi pokok, yakni: 1. advocacy(advokasi), 2. Social Support ( dukungan sosial) dan 3. Empowerment(pemberdayaan masyarakat). Strategi global ini dimaksudkan bahwa, dalam pelaksanaan suatu program kesehatan didalam masyarakat, maka langkah yang di ambil adalah: 1. Melakukan pendekatan / lobi dengan para pembuat keputusan setempat, agar mereka ini menerima dan "commited". Dan akhirnya mereka bersedia mengeluarkan kebijakan, atau keputusan-keputusan untuk membantu atau mendukung program tersebut. Kegiatan inilah yang disebut advokasi. Dalam kesehatan para pembuat keputusan baik di tingkat pusat maupun daerah ini disebut sasaran tersier. 2. Langkah selanjutnya adalah mekakukan pendekatan dan pelatihan kepada tokoh masyarakat formal maupun informal. 3. Selanjutnya petugas kesehatan bersama-sama tokoh masyarakat tersebut melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, konseling, dan sebagainya, melalui berbagai kesempatan dan media. Advokasi di artikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu, orang yang menjadi sasaran atau target advokasi ini para pimpinan suatu organisasi atau institusi kerja baik di lingkungan pemerintah maupun swasta dan organisasi kemasyarakatan di berbagai jenjang administrasi pemerintahan ( tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan) Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting sebab dalam advokasi merupakan aplikasi dari komunikasi interpersonal, maupun massa yang di tujukan kepada para penentu kebijakan (policy makers) atau para pembuat keputusan ( decission makers)pada semua tingkat dan tatanan sosial.
ARUS KOMUNIKASI ADVOKASI KESEHATAN
Arus komunikasi advokasi Kesehatan. Komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus agar komunikasi tersebut efektif antara lain sebagai berikut: 1. Jelas (clear): pesan yang disampaikan kepada sasaran harus disusun sedemikian rupa sehingga jelas, baik isinya maupun bahasa yang digunakan.
2. Benar (correct): apa yg disampaikan (pesan) harus didasarkan kepada kebenaran. Pesan yang benar adalah pesan yang disertai fakta atau data empiris. 3. Kongkret (concrete): apabila petugas kesehatan dalam advokasi mengajukan usulan program yang dimintakan dukungan dari para pejabat terkait, maka harus dirumuskan dalam bentuk yang kongkrit (bukan kira-kira) atau dalam bentuk operasional. 4. Lengkap (complete): timbulnya kesalahpahaman atau mis komunikasi adalah karena belum lengkapnya pesan yang disampaikan kepada orang lain. 5. Ringkas (concise) : pesan komunikasi harus lengkap, tetapi padat, tidak bertele-tele. 6. Meyakinkan ( convince) : agar komunikasi advokasi kita di terima oleh para pejabat, maka harus meyakinkan, agar komunikasi advokasi kita diterima 7. Kontekstual ( contextual): advokasi kesehatan hendaknya bersifat kontekstual. Artinya pesan atau program yang akan diadvokasi harus diletakkan atau di kaitkan dengan masalah pembangunan daerah bersangkutan. Pesan-pesan atau program-program kesehatan apapun harus dikaitkan dengan upaya-upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat pemerintah setempat. 8. Berani (courage): seorang petugas kesehatan yang akan melakukan advokasi kepada para pejabat, harus mempunyai keberanian berargumentasi dan berdiskusi dengan para pejabat yang bersangkutan. 9. Hati-hati ( contious): meskipun berani, tetapi harus hati-hati dan tidak boleh keluar dari etika berkomunikasi dengan para pejabat, hindari sikap "menggurui" para pejabat yang bersangkutan. 10. Sopan (courteous): disamping hati-hati, advokator harus bersikap sopan, baik sopan dalam tutur kata maupun penampilan fisik, termasuk cara berpakaian. Advokasi adalah suatu kegiatan untuk memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dan dukungan sistem dari para pembuat keputusan atau pejabat pembuat kebijakan (WHO, 1989). Oleh karena itu, tujuan utama advokasi adalah memberikan dorongan dan dukungan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan publik yang berkaitan dengan program-program kesehatan. C. PRINSIP DASAR ADVOKASI Advokasi adalah kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu dan sosial, untuk memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dan adanya sistem yang mendukung terhadap suatu program kesehatan. Untuk mencapai tujuan advokasi ini, dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan atau pendekatan. Untuk melakukan kegiatan advokasi yang efektif memerlukan argumen yang kuat. Oleh sebab itu, prinsip-prinsip advokasi ini akan membahas tentang tujuan, kegiatan, dan argumentasi-argumentasi advokasi. Dari batasan advokasi tersebut, secara inklusif terkandung tujuan-tujuan advokasi, yakni: political commitment, policy support, social aceptance dansistem support. a. Komitmen politik (political comitment)
Komitmen para pembuat keputusan atau alat penentu kebijakan di tingkat dan disektor manapun terhadap permasalahan kesehatan tersebut. Pembangunan nasional tidak terlepas dari pengaruh kekuasaaan politik yang sedang berjal. b. Dukungan kebijakan (policy support) Dukungan kongkrit yang diberikan oleh para pemimpin institusi disemua tingkat dan disemua sektor yang terkait dalam rangka mewujudkan pembangunan di sektor kesehatan. Dukungan politik tidak akan berarti tanpa dilanjutkan dengan dikeluarkannya kebijakan kongkret dari para pembuat keputusan tersebut. c. Penerimaan Sosial ( social acceptance) Penerimaan sosial, artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program kesehatan apapun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran utama program tersebut, yakni masyarakat, terutama tokoh masyarakat. d. Dukungan Sistem (System Support) Adanya sistem atau organisasi kerja yang memasukkan uinit pelayanan atau program kesehatan dalam suatu institusi atau sektor pembangunan adalah mengindikasikan adanya dukungan sistem
D. METODE DAN TEHNIK ADVOKASI Seperti yang diuraikan di atas, bahwa tujuan utama advokasi di sektor kesehatan adalah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan para penentu kebijakan atau pembuat keputusan di segala tingkat. Metode atau cara dan tehnik advokasi untuk mencapai tujuan itu semua ada bermacammacam, antara lain: 1. Lobi Politik (political lobying) Lobi adalah bincang-bincangsecara informal dengan para pejabat untuk menginformasikan dan membahas masalah dan program kesehatan yang dilaksanakan 2. Serminar / Presentasi Seminar / presentasi yang di hadiri oleh para pejabat lintas program dan sektoral. Petugas kesehatan menyajikan maslah kesehatan diwilayah kerjanya, lengkap dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta rencana program pemecahannya. Kemudian dibahas bersama-sama, yang akhirnya dharafkan memproleh komitmen dan dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan tersebut. 3. Media Advokasi media (media advocacy)adalah melakukan kegiatan advokasi dengan mengumpulkan media, khususnya media massa. 4. Perkumpulan (asosiasi) Peminat Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau interes terhadap permaslahan tertentu atau perkumpulan profesi, juga merupakan bentuk advokasi. E. ARGUMENTASI UNTUK ADVOKASI
a.
1) 2) 3)
Secara sederhana, advokasi adlah kegiatan untuk meyakinkan para penentu kebijakan atau para pembuat keputusan sedemikian rupa sehingga mereka memberikan dukungan baik kebijakan, fasilitas dan dana terhadap program yang ditawakan. Meyakinkan para pejabat terhadap pentingnya program kesehatan tidaklah mudah, memerlukan argumentasi – argumentasi yang kuat. Dengan kata lain, berhasil tidaknya advokasi bergantung pada kuat atau tidaknya kita menyiapkan argumentasi. Dibawah ini ada beberapa hal yang dapat memperkuat argumen dalam melakukan kegiatan advokasi, antara lain: Kredibilitas (Creadible) Kredibilitas (Creadible) adalah suatu sifat pada seseorang atau institusi yang menyebabkan orang atau pihak lain mempercayainya atau meyakininya. Orang yang akan melalukan advokasi (petugas kesehatan) harus Creadible. Seseorang itu Creadible apabila mempunyai 3 sifat, yakni: Capability (kapabilitas), yakni mempunyai kemampuan tentang bidangnya. Autority ( otoritas), yakni adanya otoritas atau wewenang yang dimiliki seseorang berdasarkan aturan organisasi yang bersangutan. Integrity (integritas), adalah komitmen seseorang tehadap jabatan atau tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
b. Layak (Feasible) Artinya program yang diajukan tersebut baik secara tehnik, politik, maupun ekonomi dimungkinkan atau layak. Secara tehnik layak (feasible) artinya program tersebut dapat dilaksanakan. Artinya dari segi petugas yang akan melaksanakan program tersebut, mempunyai kemampuan yang baik atau cukup.
c.
Relevan (Relevant) Artinya program yang yang diajukan tersebut tidak mencakup 2 kriteria, yakni : memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat. d. Penting dan Mendesak (Urgent) Artinya program yang diajukan harus mempunyai urgensi yang tinggi: harus segera dilaksanakan dan kalau tidak segera dilaksanakan akan menimbulkan masalah F. UNSUR DASAR ADVOKASI Ada 8 unsur dasar advokasi yaitu: 1. Penetapan tujuan advokasi 2. Pemanfaatan data riset untuk advokasi 3. Identifikasi khalayak sasaran advokasi 4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi 5. Membangun koalisi 6. Membuat presentasi yang persuasif 7. Penggalangan dana untuk advokasi 8. Evaluasi upayaadvokasi G. PENDEKATAN UTAMA ADVOKASI Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi (UNFPA dan BKKBN 2002) yaitu: 1. Melibatkan para pemimpin Para pembuat undang-undang, mereka yang terlibat dalam penyusunan hukum, peraturan maupun pemimpin politik, yaitu mereka yang menetapkan kebijakan publik sangat berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang terkait dengan masalah sosial termasuk kesehatan dan kependudukan. Oleh karena itu sangat penting melibatkan meraka semaksimum mungkin dalam isu yang akan diadvokasikan. 2. Bekerja dengan media massa Media massa sangat penting berperan dalam membentuk opini publik. Media juga sangat kuat dalam mempengaruhi persepsi publik atas isu atau masalah tertentu. Mengenal, membangun dan menjaga kemitraan dengan media massa sangat penting dalam proses advokasi. 3. Membangun kemitraan Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan upaya jaringan, kemitraan yang berkelanjutan dengan individu, organisasi-organisasi dan sektor lain yang bergerak dalam isu yang sama.
Kemitraan ini dibentuk oleh individu, kelompok yang bekerja sama yang bertujuan untuk mencapai tujuan umum yang sama/hampir sama. 4. Memobilisasi massa Memobilisasi massa merupakam suatu proses mengorganisasikan individu yang telah termotivasi ke dalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan kelompok yang sudah ada. Dengan mobilisasi dimaksudkan agar termotivasi individu dapat diubah menjadi tindakan kolektif 5. Membangun kapasitas Membangu kapasitas disini di maksudkan melembagakan kemampuan untuk mengembangakan dan mengelola program yang komprehensif dan membangun critical mass pendukung yang memiliki keterampilan advokasi. Kelompok ini dapat diidentifikasi dari LSM tertentu, kelompok profesi serta kelompok lain. H. LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI Advokasi adalah proses atau kegiatan yang hasil akhirnya adalah diperolehnya dukungan dari para pembuat keputusan terhadap program kesehatan yang ditawarkan atau diusulkan. Oleh sebab itu, proses ini antara lain melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Tahap persiapan Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan (materi) atau instrumen advokasi. 2. Tahap pelaksanaan Pelaksanaan advokasi sangat tergantung dari metode atau cara advokasi. Cara advokasi yang sering digunakan adalah lobbi dan seminar atau presentasi. 3. Tahap penilaian Seperti yang disebutkan diatas bahwa hasil advokasi yang diharafkan adalah adanya dukungan dari pembuat keputusan, baik dalam bentuk perangkat lunak (software)maupun perangkat keras (hardware). Oleh sebab itu, untuk menilai atau mengevaluasi keberhasilan advokasi dapat menggunakan indikator-indikator seperti dibawah ini: a. Software (piranti lunak): misalnya dikeluarkannya: - Undang-undang - Peraturan pemerintah - Peraturan pemerintah daerah (perda) - Keputusan menteri - Surat keputusan gubernur/ bupati - Nota kesepahaman(MOU), dan sebagainya b. Hardware (piranti keras): misalnya: - Meningkatnya anggaran kesehatan dalam APBN atau APBD - Meningkatnya anggaran untuk satu program yang di prioritaskan - Adanya bantuan peralatan, sarana atau prasarana program dan sebagainya.
ADVOKASI DALAM PROMOSI KESEHATAN Advokasi secara harfiah berarti pembelaan , sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan . Istilah advokasi mula – mula digunakan dibidang hokum atau pengadilan . Advokasi dalam kesehatan diartikan upaya untuk memperoleh pembelaan , bantuan , atau dukungan terhadap program kesehatan . Menurut Wobster Encyclopedia advokasi adalah “act of pleading for supporting or recommending active espousal” atau tindakan pembelaan , dukungan , atau rekomendasi : dukungan aktif menurut ahli retorika ( foss and foss , et al : 1980 ) Advokasi diartikan sebagai upaya persuasi yang mencakup kegiatan : penyadaran , rasionalisasi , argumentasi dan rekomendasi tindak lanjut mengenai sesuatu hal . Menurut Johns Hopkins ( 1990 ) Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kabijakan publik melalui bermacam – macam bentuk komunikasi persuasip . Dari beberapa catatan tersebut , dapat disimpulkan secara ringkas , bahwa advokasi adalah upaya atau proses untuk memperoleh komitmen , yang dilakukan secara persuasip dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat sehingga advokasi dapat diilustrasikan sebagai berikut PROSES DAN ARAH ADVOKASI Istilah Advocacy / Advokasi dibidang kesehaan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global pendidikan atau promosi kesehatan . WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara efektif menggunakan strategi pokok , yaitu : 1. Advocacy ( advokasi ) , 2. Sosial support ( dukungan social ) , 3. Empowermen ( pemberdayaan masyarakat ) . Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan . Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin atau pengambil kebijakan ( policy makers ) atau pembuat keputusan (decision makers ) baik di institusi pemerintah maupun swasta . ARUS KOMUNIKASI ADVOKASI KESEHATAN Komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus agar komunikasi tersebut efektif . Kiat – kiat agar komunikasi advokasi efektif antara lain sebagai berikut : 1. Jelas ( clear ) : pesan yang akan disampaikan kepada sasaran harus disusun sedemikian rupa sehingga jelas , baik isinya maupun bahasa yang digunakan . 2. Benar ( correct ) : apa yang disampaikan ( pesan ) harus didasarkan kepada kebenaran .
3. Konkret ( concrete ) : apabila petugas kesehatan dalam advokasinya mengajukan usulan program yang dimintakan dukungan dari pejabat terkait , maka harus dirumuskan dalam bentuk yang kongkrit ( bukan kira – kira ) atau dalam bentuk oprasional . 4. Lengkap ( complete ) : timbulnya kesalah pahaman atau mis komunikasi adalah karena belum atau tidak lengkapnya pesan yang disampaikan kepada orang lain . 5. Ringkas ( concise ) : pesan komunikasi harus lengkap , tetapi padat , tidak bertele – tele. 6. Meyakinkan ( convince ) : Agar komunikasi advokasi kita diterima oleh para pejabat , maka harus meyakinkan . 7. Kontekstual ( contextual ) : advokasi kesehatan hendaknya bersipat kontekstual , artinya pesan atau program yang akan di apokasikan harus diletakkan atau dikaitkan dengan masalah pembangunan daerah yang bersangkutan . 8. Berani ( courage ) : seorang petugas kesehatan yang akan melakukan advokasi kepada para pejabat , harus mempunyai keberanian berargumentasi dan berdiskusi dengan para pejabat yang bersangkutan . 9. Hati – hati ( coutious ) : meskipun berani , tetapi harus berhati – hati dan tidak boleh keluar dari etika berkomunikasi dengan para pejabat , hindari sikap ” menggurui ” para pejabat yang bersangkutan . 10. Sopan ( courtous ) : disamping hati – hati , advokator harus bersikap sopan , baik sopan dalam tutur kata maupyn penampilan pisik , termasuk cara berpakaian . PRINSIP DASAR ADVOKASI Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik , tetapi mencakup kegiatan persuasip , memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau tekanan kepada para pemimpin institusi . Tujuan advokasi yaitu : 1. Komitmen politik ( political commicment ) Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk mendukung atau mengeluarkan peraturan – peraturan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat , misalnya untuk pembahasan kenaikan anggaran kesehatan , contoh : konkrit pencanangan indonesia sehat 2010 oleh presiden . Untuk meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang baik . 2. Adanya komitmen politik dari para eksekutif , maka perlu ditindak lanjuti dengan advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang telah memperoleh komitmen politik tersebut . dukungan kebijakan ini dapat berupa undang – undang , peraturan pemerintah atau peraturan daerah , surat keputusan pimpinan institusi baik pemerintah maupun suasta .
3. Penerimaan sosial ( socil acceptance ) : penerimaan sosial artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat . Suatu program kesehatan yang telah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan , maka langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh dukungan . 4. Dukungan sistem ( sistem suport ) Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau prosedur kerja yang jelas mendukung . METODE DAN TEKHNIK ADVOKASI Metode atau cara dan tehknik advokasi untuk mencapai tujuan ada bermacam – macam : 1. Lobi politik ( political lobiying ) Lobi adalah berbincang – bincang secara informal dengan para pejabat untuk mengimpormasikan dan membahas masalah dan program kesehatan yang akan dilaksanakan . 2. Seminar / presentasi : Seminar atau presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program dan lintas sektoral . 3. Media Advokasi media ( media adpocasy ) adalah melakukan kegiatan advokasi dengan menggunakan media , khususnya media masa . 4. Perkumpulan ( asosiasi ) peminat Asosiasi atau perkumpulan orang – orang yang mempunyai minat atau interes terhadap permasalahan tertentu atau perkumpulan propesi , juga merupakan bentuk advokasi . ARGUMENTASI UNTUK ADVOKASI Meyakinkan para pejabat terhadap pentingnya program kesehatan tidaklah mudah , memerlukan argumentasi yang kuat . Dibawah ini ada beberapa hal yang dapat memperkuat argumen dalam melakukan kegiatan aplikasi antara lain : 1. Creadible : Credibilatas ( creadible ) adalah suatu sipat pada seseorang atau institusi yang menyebabkan orang atau pihak lain mempercayainya . 2. Layak ( feasibel ) Artinya program yang diajukan tersebut baik secara tekhnik , politik , maupun ekonomi dimungkinkan atau layak . 3. Relevan ( relevant ) Program yang diajukan tersebut paling tidak harus mencakup 2 kriteria , yakni : memenuhi kebutuhan masyarakat , dan benar – benar memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat . 4. Penting dan mendesak ( urgent ) Artinya program yang diajukan harus mempunyai urgensi yang tinggi : harus segera dilaksanakan dan kalau tidak segera dilaksanakan akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi .
5. Prioritas tinggi ( haigh priority ) Artinya program yang diajukan tersebut harus mempunyai prioritas yang tinggi LANGKAH – LANGKAH ADVOKASI 1. Tahap persiapan adalah Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan / materi atau bukti informasi instrumen advokasi . Bahan advokasi adalah : data yang dikemas dalam bentuk tabel , grapik atau diagram yang menjelaskan besarnya masalah kesehatan , akibat atau dampak masalah ,dampak ekonomi , program yang diusulkan /proposal program. 2. Tahap pelaksanaan adalah Pelaksanaan advokasi tergantung dari metode atau cara advokasi. 3. Tahap penilaian Untuk menilai keberhasilan advokasi dapat menggunakan indikaror sebagai berikut :
a. Softwer,misalnya : dikeluarkannya UU,PP,Perda,KepMen,SK Bupati,MOU,dsb
b. Hardwer,misalnya : meningkatkannya anggaran kesehatan,adanya
UNSUR DASAR ADVOKASI 1. Penetapan tujuan advokasi, Sering sekali masalah kesehatan masyarakat sangat kompleks,banyak faktor dan saling berpengaruh. Agar upaya advokasi dapat berhasil tujuan,advokasi perlu dibuat lebih spesifik. 2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi, Adanya data dan riset untuk pendukung sangaat penting agar keputusan dibuat berdasarkan informasi yang tepat dan benar. 3. Identifikasi khalayak sasaran advokasi, Bila isu dan tujuan telah disusun,upaya advokasi telah disususn,upaya advokasi harus ditunjukan bagi kelompok yang dapat membuat keputusan dan idealnya ditujukan bagi orang yang berpengaruh dalam pembuatan keputusan,misalnya staf,penasihat,orang tua yang berpengaruh,media masa dan masyarakat. 4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi, Khalayak sasaran berbeda bereaksi tidak sama atas pesan yang berbeda. Seorang tokoh politik mungkin termotivasi kalau dia mengetahui bahwa banyak dari konstituen yang diwakilinya peduli terhadap masalah tertentu. 5. Membangun koalisi, Sering kali kekuatan sebuah advokasi dipengaruhi oleh jumlah orang atau organisasi yang mendukung advokasi tersebut. Hal ini sangat penting dimana situasi dinegara tertentu sedang membangun masyarakat demokratis dan advokasi merupakan suatu hal yang relatif baru.
6. Membuat persentasi yang persuasif, Kesempatan untuk mempengaruhu khalayak sasaran kunci sering sekali terbatas waktunya. 7. Penggalangan dana untuk advokasi, Semua kegiatan termasuk upaya advokasi memerlukan dana. 8. Evaluasi upaya advokasi, Untuk menjadi atvokator yang tangguh diperlukan unpan balik berkelanjutan serta evaluasi atas upaya advokasi yang telah dilakukan. PENDEKATAN UTAMA ADVOKASI Ada 4 pendekatan dalam advokasi : 1. Melibatkan para pemimpin 2. Bekerja dengan media masa 3. Membangun kemitraan 4. Memobilisasi massa.
KEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATAN Indonesia sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh departemen kesehatan, mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya hidup dalam lingkunganan prilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya.
Untuk mewujudkan visi tersebut telah ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan yang harus dilaksanakan beriringan : 1. Mengerakkan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan 2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat 3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau 4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Untuk merealisasi visi ini, jelas tidak dapat terwujud jika dibebankan pada sektor kesehatan saja karena kesehatan merupakan dampak dari pembangunan dai semua semua faktor pembangunan, oleh karena itu semua sektor harus saling bahu membahu mewujududkan misi indonesia sehat 2010. memang departemen kesehatan yang paling bertanggung jawab namun dalam mengiplementasi kebijakan dan program, intervensi harus bersama sama dengan sektor lain baik pemerintah maupun swasta. Dengan kata lain sektor kesehatan merupakan pemrakarsa dalam menjalin kerjasama atau kemitraan ( partnership ) dengan sektor terkait Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing.dengan demikian untuk membangun kemitraan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu persamaan perhatian, saling percaya dan saling menghormati, harus saling menyadari pentingnya kemitraan, harus ada kesepakatan misi, visi, tujuan dan nilai yang sama, harus berpijak padalandasan yang sama, kesediaan untuk berkorban
Kemitraan dapat disimpulkan berhasil jika banyaknya mitra yang terlibat, sumberdaya (3M) tersedia ( input ), pertemuan-pertemuan, lokakarya, kesepakatan bersama,seminat ( proses ), terbentuknya jaringan kerja, tersusunnya program dan pelaksanaan kegiatan bersama ( output ), membaiknya indikator derajat kesehatan ( outcome )
A. Pengertian Kemitraan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra.Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok.
Menurut Notoatmodjo (2003), Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Sedangkan menurut Depkes (2006) dalam promosi kesehatan Online mengemukana bahwa Kemitraan adalah hubungan (kerjsama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat). B. 1. 2. 3. 4.
Unsur-unsur Kemitraan Adapun unsur-unsur kemitraan adalah : Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat. Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada hal-hal berikut : a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan, b. Saling mempercayai dan saling menghormati c. Tujuan yang jelas dan terukur d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
C. Dasar Kemitraan 1. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota harusmerasa mempunyai perhatian dan kepentingan bersama. Tanpaadanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatumasalah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu menimbulkan perhatian terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan, dengan upaya-upaya informasi dan advokasi secara intensif. 2. Saling mempercayai dan saling menghormati Kepercayaan (trust) adalah modal dasar setiap relasi/hubungan antar manusia, kesehatan harus mampu menimbulkan trust bagi partnernya. 3. Tujuan yang jelas dan terukur Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota untuk menghasilkan sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya, kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan advokasi dan informasi. 4. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakatibersama, dan akan sangat memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kesehatan bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas lapangan. D. Prinsip – Prinsip Kemitraan 1. Saling menguntungkan (mutual benefit) Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga non materi, yaitu dilihat dari kebersamaan atau sinergisme dalam mencapai tujuan 2. Pendekatan berorientasi hasil Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas dan berorientasi pada tindakan. Hal ini membutuhkan koordinasi yang berorientasi hasil dan berbasis pada kemampuan efektif dan kapasitas operasional yang konkrit 3. Keterbukaan (transparansi) Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan tiapanggota mitra harus diketahhui oleh anggota yang lain Transparansi dicapai melalui dialog (pada tingkat yang setara) dengan menekankan konsultasi dan pembagian informasi terlebih dahulu. Komunikasi dan transparansi, termasuk transparansi finansial, membantu meningkatkan kepercayaan antar organisasi 4. Kesetaraan Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain. Kesetaraan membutuhkan rasa saling menghormati antar anggota kemitraan tanpa melihat besaran dan kekuatan. Para peserta harus saling menghormati mandat kewajiban dan kemandirian dari anggota yang lain serta memahami keterbatasan dan komitmen yang dimiliki satu sama lain. Sikap saling menghormati tidak menghalangi masing-masing organisasi untuk terlibat dalam pertukaran pendapat yang konstruktif 5. Tanggung Jawab Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama lain dalam menempuh tugas-tugasnya secara bertanggung jawab dengan integritas dan cara yang relevan dan tepat. Organisasi kemanusiaan harus meyakinkan bahwa mereka hanya akan berkomitmen terhadap sesuatu kegiatan ketika mereka memang memiliki alat, kompetensi, keahlian dan kapasitas untuk mewujudkan komitmen tersebut. Pencegahan yang tegas dan jelas terhadap penyelewengan yang dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan harus menjadi usaha yang berkelanjutan 6. Saling Melengkapi Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun atas kelebihankelebihan komparatif dan saling melengkapi kontribusi yang satu dengan yang lain. Kapasitas
lokal adalah salah satu aset penting untuk ditingkatkan dan menjadi dasar pengembangang. Ketika memungkinkan, organisasi-organisasi kemanusiaan harus berjuang untuk menjadikan aset lokal sebagai bagian integral dari tindakan tanggap darurat dimana hambatan budaya dan bahasa
1. 2. 3. 4. 5.
harus diatasi. Prinsip-prinsip kemitraan menurut WHO untuk membangun kemitraan kesehatan Policy-makers (pengambil kebijakan) Health managers Health professionals Academic institutions Communities institutions
E.
RuangLingkupKemitraan Adapunruanglingkupkemitraansecaragarisbesaradalah : a) Persiapan; b) Inisiasi Kemitraan; c) Pelaksanaan kerjasama; d) Pelaporan; e) Publikasi hasil pelaksanaan.
F.
Tahap – tahap Kemitraan Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri atas 3 tahap yaitu: Kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri Kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah Membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor lintas bidang dan lintas
1. 2. 3. a) b) c) d)
organisasi, yang mencakup: Unsur pemerintah Unsur swasta atau dunnia usaha Unsur LSM da organisasi massa Unsur organisasi profesi
G. Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan 1. Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan kewajiban 2.
bagi semua pihak. Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain, seperti masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan, pemerintahan,
3.
dll. Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut, khususnya kalangan swasta.
4.
Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta diharapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan
5.
meningkatkan produktivitas. Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
6.
internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan kesetaraan.
H. Tujuan Kemitraan Tujuan umum : Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya pembangunan pada umumnya. Tujuan khusus : 1.
Meningkatkan saling pengertian
2.
Meningkatkan saling percaya
3.
Meningkatkan saling memerlukan
4.
Meningkatkan rasa kedekatan
5.
Membuka peluang untuk saling membantu
6.
Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan
7.
Meningkatkan rasa saling menghargai
Hasil yang diharapkan : Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan. I.
Perilaku Kemitraan : Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain, khususnya swasta.
J. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
6 langkah pengembangan kemitraan : penjajagan/persiapan, penyamaan persepsi, pengaturan peran, komunikasi intensif, melakukan kegiatan, dan melakukan pemantauan & penilaian.
K. Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat 1.
adalah : Initiator : memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi Indonesia
2. 3.
Sehat. Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan bersama, dll. Fasilitator : memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan dapat berjalan
4. 5. 6. 7.
lancar. Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif. Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif. Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan). Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah dan potensi yang ada.
L. 1. 2.
Indikator keberhasilan dalam kemitraan Indikator input : Jumlah mitra yang menjadi anggota. Indikator proses :Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan yang diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang dilakukan, keberlangsungan kemitraan yang dijalankan.
3.
Indikator output : Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan, efektivitas dan efisiensi upaya yang diselenggarakan.
M. Contoh Kemitraan dalam Kesehatan 1. AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) 2.
Balai Keperawatan
3.
Kemitraan antara bidan dengan dukun bayi
4.
Paguyuban Penderita Tuberkulosis Kec. Sumberjambe, kab. Jember
KESIMPULAN 1.
Kemitraan kesehatan adalah hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan dan memberikan manfaat bagi masyarakat
2. a) b) c) d)
mengenai kesehatan. Adapun unsur-unsur kemitraan adalah : Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat
3. a) b) c) d) e)
RuangLingkupKemitraan Persiapan Inisiasi Kemitraan Pelaksanaan kerjasama Pelaporan Publikasi hasil pelaksanaan
4. a) b) c) 5. a) b) c) d) e)
Prinsip – prinsip kemitraan Persamaan atau equality Keterbukaan atau transparansi Saling menguntungkan atau mutual benefit. Model kemitraan Kepemimpinan (manageralism) (Rees, 2005), Pluralisme baru (new-pluralism), Radikalisme berorientasi pada negara (state-oriented radicalism), Kewirausahaan (entrepreneurialism) dan Membangun gerakan (movement-building) (Batsler dan Randall, 1992).
DAFTAR PUSTAKA http://muhammadwahyudi123.blogspot.com/p/kesmas-berbasis-evidence-evidence-base.html http://nesyairmalia.blogspot.com/2012/03/kemitraan-dalam-promosi-kesehatan.html http://nezfine.wordpress.com/tag/kemitraan/ http://www.hidayatjayagiri.net/2012/10/mengenal-kemitraan.html http://www.artikata.com/arti-371870-kemitraan.html
Advokasi Dalam Promkes May13 A.PENGERTIAN Advoksai secara harfiah berarti pembelaan,sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan.Istilah advokasi mula-mula digunakan di bidang hukum atau pengadilan. Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan.WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan secara efektif
menggunakan 3
strategi pokok,yaitu :1).Advocacy,2).Social support,3).Empowerment. Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program
atau
kegiatan yang dilaksanakan.Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah
para
pemimpin
atau
pengambil
kebijakan(
policy
makers)
atau
pembuat
keputusan(decision makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta. Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting,sehingga komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus agar komunikasi efektif.Kiatkiatnya antara lain sebagai berikut : 1. Jelas ( clear ) 2. Benar ( correct ) 3. Konkret ( concrete ) 4. Lengkap ( complete ) 5. Ringkas ( concise ) 6. Meyakinkan ( Convince ) 7. Konstekstual ( contexual ) 8. Berani ( courage ) 9. Hati –hati ( coutious ) 10.Sopan ( courteous ) B. PRINSIP DASAR ADVOKASI Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik,tetapi mencakup kegiatan persuasif ,memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau tekanan kepada para pemimpin institusi. Tujuan advokasi yaitu : 1. Komitmen politik ( Political commitment ) Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk
mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan
dengan
kesehatan
anggaran
kesehatan,contoh konkrit pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh
presiden.Untuk
masyarakat,misalnya
untuk
pembahasan
kenaikan
meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang
baik. 1. Dukungan kebijakan ( Policy support ) Adanya komitmen politik dari para eksekuti,maka perlu ditindaklanjuti dengan
advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang
telah
memperoleh komitmen politik tersebut.
1. Penerimaan sosial ( Social acceptance ) Penerimaan masyarakat.Suatu dukungan
sosial
artinya
diterimanya
suatu
program
oleh
program kesehatan yang telah memperoleh komitmen dan
kebijakan,maka langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan program
tersebut
untuk memperoleh dukungan masyarakat.
1. Dukungan sistem ( System support ) Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau prosedur
kerja yang jelas mendukung.
C. METODE DAN TEHNIK ADVOKASI Metode atau cara dan teknik advokasi untuk mencapai tujuan ada bermacammacam,yaitu : 1. Lobi politik ( political lobying ) 2. Seminar/presentasi
3. Media 4. Perkumpulan D. UNSUR-UNSUR ADVOKASI Ada 8 unsur dasar advokasi,yaitu : 1. Penetepan tujuan advokasi 2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi 3. Identifikasi khalayak sasaran 4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi 5. Membangun koalisi 6. Membuat presentasi yang persuasif 7. Penggalangan dana untuk advokasi 8. Evaluasi upaya advokasi. E. PENDEKATAN UTAMA ADVOKASI Ada 5 pendekatan utama advokasi,yaitu : 1. Melibatkan para pemimpin 2. Bekerja dengan media massa 3. Membangun kemitraan 4. Memobilisasi massa 5. Membangun kapasitas. F. LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI 1. Tahap Persiapan
Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan/materi atau instrumen advokasi.Bahan advokasi adalah:data- informasi– bukti yang dikemas dalam bentuk tabel,grafik atau diagram yang mnjelaskan besarnya masalah kesehatan,akibat atau dampak masalah,dampak ekonomi,dan program
yang diusulkan/proposal program.
2. Tahap pelaksanaan Pelaksanaan advokasi tergantung dari metode atau cara advokasi. 3. Tahap Penilaian Untuk menilai keberhasilan advokasi dapat menggunakan indikator sebagai
berikut : a.Software,misalnya:
dikeluarkannya
UU,PP,Perda,KepMen,SK
Bupati,MOU,dsb b.Hardware,misalnya:meningkatnya anggaran kesehatan,adanya bantuan sarana. https://syehaceh.wordpress.com/2008/05/13/advokasi-dalam-promkes/ https://www.scribd.com/doc/76634404/MAKALAH-ADVOKASI https://www.scribd.com/doc/54173398/Kemitraan-Dalam-Pembangunan-Kesehatan
ADVOKASI DALAM PROMOSI KESEHATAN Advokasi secara harfiah berarti pembelaan , sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan . Istilah advokasi mula – mula digunakan dibidang hokum atau pengadilan . Advokasi dalam kesehatan diartikan upaya untuk memperoleh pembelaan , bantuan , atau dukungan terhadap program kesehatan . Menurut Wobster Encyclopedia advokasi adalah “act of pleading for supporting or
recommending active espousal” atau tindakan pembelaan , dukungan , atau rekomendasi : dukungan aktif menurut ahli retorika ( foss and foss , et al : 1980 ) Advokasi diartikan sebagai upaya persuasi yang mencakup kegiatan : penyadaran , rasionalisasi , argumentasi dan rekomendasi tindak lanjut mengenai sesuatu hal . Menurut Johns Hopkins ( 1990 ) Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kabijakan publik melalui bermacam – macam bentuk komunikasi persuasip . Dari beberapa catatan tersebut , dapat disimpulkan secara ringkas , bahwa advokasi adalah upaya atau proses untuk memperoleh komitmen , yang dilakukan secara persuasip dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat sehingga advokasi dapat diilustrasikan sebagai berikut PROSES DAN ARAH ADVOKASI Istilah Advocacy / Advokasi dibidang kesehaan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global pendidikan atau promosi kesehatan . WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara efektif menggunakan strategi pokok , yaitu : 1. Advocacy ( advokasi ) , 2. Sosial support ( dukungan social ) , 3. Empowermen ( pemberdayaan masyarakat ) . Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan . Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin atau pengambil kebijakan ( policy makers ) atau pembuat keputusan (decision makers ) baik di institusi pemerintah maupun swasta . ARUS KOMUNIKASI ADVOKASI KESEHATAN Komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus agar komunikasi tersebut efektif . Kiat – kiat agar komunikasi advokasi efektif antara lain sebagai berikut : 1. Jelas ( clear ) : pesan yang akan disampaikan kepada sasaran harus disusun sedemikian rupa sehingga jelas , baik isinya maupun bahasa yang digunakan . 2. Benar ( correct ) : apa yang disampaikan ( pesan ) harus didasarkan kepada kebenaran . 3. Konkret ( concrete ) : apabila petugas kesehatan dalam advokasinya mengajukan usulan program yang dimintakan dukungan dari pejabat terkait , maka harus dirumuskan dalam bentuk yang kongkrit ( bukan kira – kira ) atau dalam bentuk oprasional . 4. Lengkap ( complete ) : timbulnya kesalah pahaman atau mis komunikasi adalah karena belum atau tidak lengkapnya pesan yang disampaikan kepada orang lain . 5. Ringkas ( concise ) : pesan komunikasi harus lengkap , tetapi padat , tidak bertele – tele.
6. Meyakinkan ( convince ) : Agar komunikasi advokasi kita diterima oleh para pejabat , maka harus meyakinkan . 7. Kontekstual ( contextual ) : advokasi kesehatan hendaknya bersipat kontekstual , artinya pesan atau program yang akan di apokasikan harus diletakkan atau dikaitkan dengan masalah pembangunan daerah yang bersangkutan . 8. Berani ( courage ) : seorang petugas kesehatan yang akan melakukan advokasi kepada para pejabat , harus mempunyai keberanian berargumentasi dan berdiskusi dengan para pejabat yang bersangkutan . 9. Hati – hati ( coutious ) : meskipun berani , tetapi harus berhati – hati dan tidak boleh keluar dari etika berkomunikasi dengan para pejabat , hindari sikap ” menggurui ” para pejabat yang bersangkutan . 10. Sopan ( courtous ) : disamping hati – hati , advokator harus bersikap sopan , baik sopan dalam tutur kata maupyn penampilan pisik , termasuk cara berpakaian . PRINSIP DASAR ADVOKASI Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik , tetapi mencakup kegiatan persuasip , memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau tekanan kepada para pemimpin institusi . Tujuan advokasi yaitu : 1. Komitmen politik ( political commicment ) Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk mendukung atau mengeluarkan peraturan – peraturan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat , misalnya untuk pembahasan kenaikan anggaran kesehatan , contoh : konkrit pencanangan indonesia sehat 2010 oleh presiden . Untuk meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang baik . 2. Adanya komitmen politik dari para eksekutif , maka perlu ditindak lanjuti dengan advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang telah memperoleh komitmen politik tersebut . dukungan kebijakan ini dapat berupa undang – undang , peraturan pemerintah atau peraturan daerah , surat keputusan pimpinan institusi baik pemerintah maupun suasta . 3. Penerimaan sosial ( socil acceptance ) : penerimaan sosial artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat . Suatu program kesehatan yang telah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan , maka langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh dukungan . 4. Dukungan sistem ( sistem suport ) Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau prosedur kerja yang jelas mendukung .
METODE DAN TEKHNIK ADVOKASI Metode atau cara dan tehknik advokasi untuk mencapai tujuan ada bermacam – macam : 1. Lobi politik ( political lobiying ) Lobi adalah berbincang – bincang secara informal dengan para pejabat untuk mengimpormasikan dan membahas masalah dan program kesehatan yang akan dilaksanakan . 2. Seminar / presentasi : Seminar atau presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program dan lintas sektoral . 3. Media Advokasi media ( media adpocasy ) adalah melakukan kegiatan advokasi dengan menggunakan media , khususnya media masa . 4. Perkumpulan ( asosiasi ) peminat Asosiasi atau perkumpulan orang – orang yang mempunyai minat atau interes terhadap permasalahan tertentu atau perkumpulan propesi , juga merupakan bentuk advokasi . ARGUMENTASI UNTUK ADVOKASI Meyakinkan para pejabat terhadap pentingnya program kesehatan tidaklah mudah , memerlukan argumentasi yang kuat . Dibawah ini ada beberapa hal yang dapat memperkuat argumen dalam melakukan kegiatan aplikasi antara lain : 1. Creadible : Credibilatas ( creadible ) adalah suatu sipat pada seseorang atau institusi yang menyebabkan orang atau pihak lain mempercayainya . 2. Layak ( feasibel ) Artinya program yang diajukan tersebut baik secara tekhnik , politik , maupun ekonomi dimungkinkan atau layak . 3. Relevan ( relevant ) Program yang diajukan tersebut paling tidak harus mencakup 2 kriteria , yakni : memenuhi kebutuhan masyarakat , dan benar – benar memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat . 4. Penting dan mendesak ( urgent ) Artinya program yang diajukan harus mempunyai urgensi yang tinggi : harus segera dilaksanakan dan kalau tidak segera dilaksanakan akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi . 5. Prioritas tinggi ( haigh priority ) Artinya program yang diajukan tersebut harus mempunyai prioritas yang tinggi LANGKAH – LANGKAH ADVOKASI 1. Tahap persiapan adalah Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan / materi atau bukti informasi instrumen advokasi . Bahan advokasi adalah : data yang
dikemas dalam bentuk tabel , grapik atau diagram yang menjelaskan besarnya masalah kesehatan , akibat atau dampak masalah ,dampak ekonomi , program yang diusulkan /proposal program. 2. Tahap pelaksanaan adalah Pelaksanaan advokasi tergantung dari metode atau cara advokasi. 3. Tahap penilaian Untuk menilai keberhasilan advokasi dapat menggunakan indikaror sebagai berikut :
a. Softwer,misalnya : dikeluarkannya UU,PP,Perda,KepMen,SK Bupati,MOU,dsb
b. Hardwer,misalnya : meningkatkannya anggaran kesehatan,adanya
UNSUR DASAR ADVOKASI 1. Penetapan tujuan advokasi, Sering sekali masalah kesehatan masyarakat sangat kompleks,banyak faktor dan saling berpengaruh. Agar upaya advokasi dapat berhasil tujuan,advokasi perlu dibuat lebih spesifik. 2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi, Adanya data dan riset untuk pendukung sangaat penting agar keputusan dibuat berdasarkan informasi yang tepat dan benar. 3. Identifikasi khalayak sasaran advokasi, Bila isu dan tujuan telah disusun,upaya advokasi telah disususn,upaya advokasi harus ditunjukan bagi kelompok yang dapat membuat keputusan dan idealnya ditujukan bagi orang yang berpengaruh dalam pembuatan keputusan,misalnya staf,penasihat,orang tua yang berpengaruh,media masa dan masyarakat. 4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi, Khalayak sasaran berbeda bereaksi tidak sama atas pesan yang berbeda. Seorang tokoh politik mungkin termotivasi kalau dia mengetahui bahwa banyak dari konstituen yang diwakilinya peduli terhadap masalah tertentu. 5. Membangun koalisi, Sering kali kekuatan sebuah advokasi dipengaruhi oleh jumlah orang atau organisasi yang mendukung advokasi tersebut. Hal ini sangat penting dimana situasi dinegara tertentu sedang membangun masyarakat demokratis dan advokasi merupakan suatu hal yang relatif baru. 6. Membuat persentasi yang persuasif, Kesempatan untuk mempengaruhu khalayak sasaran kunci sering sekali terbatas waktunya. 7. Penggalangan dana untuk advokasi, Semua kegiatan termasuk upaya advokasi memerlukan dana.
8. Evaluasi upaya advokasi, Untuk menjadi atvokator yang tangguh diperlukan unpan balik berkelanjutan serta evaluasi atas upaya advokasi yang telah dilakukan. PENDEKATAN UTAMA ADVOKASI Ada 4 pendekatan dalam advokasi : 1. Melibatkan para pemimpin 2. Bekerja dengan media masa 3. Membangun kemitraan 4. Memobilisasi massa.