Populasi adalah sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang sama dan hidup menempati ruang yang sama pada waktu tertentu.
Jadi, konseling populasi khusus adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang seorang ahli / konselor konselor kepada individu atau kelompok yang yang mengalami suatu masalah dengan ciri-ciri yang sama dan menempati ruang yang sama pada waktu tertentu secara khusussehinggakonselidapatmemperoleh pemahaman yang lebih baik tentang
dirinya,lingkungannya, danmasalahnya. Serta mampu memecahkan masalah yang dihadapinya,dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang di miliki ke arah perkembangan yang optimal, dankemudiania dapat mencapai kebahagiaan dalamhidupnya.
Salah SatuContoh
Kasus Konseling Populasi Khusus, yakni :
Konseling Untuk Populasi Khusus Terhadap Layanan Konseling bagi anak Tuna Grahita
2. Kesulitan dalam mengeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru. 3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak tugarahita berat. 4. Cacat fisik dan perkembangan gerak. 5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. 6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazi m. 7. Tingkah laku kurang wajar dan terus menerus.
orangtuadalamsegalaaktivitas anaktersebutterutamakepadaibunyaakan memberikan rasa kontrolbagianak. 2. Menjalinhubungan bekerja sama dengan profesionallainnya (psikolog/dokter) untuk memperoleh informasi atau dukungan emosional. 3. Untuk mengatasi masalah hubungan sosial antara siswa tuna grahita dengan temantemannya yang lainnya, konselor memberi penyuluhan kelas t entang ketunanetraan. 4. Menunjukkan
bahwa
konselor
memilikiempati
yang
suportif
anaktersebutdanmenjadipribadi yang asyikdanmenyenangkanbagianak.
terhadap
5. Untuk dapat memberikan penyuluhan yang lebih komprehensif, konselor perlu memiliki lebih banyak pengetahuan tentang ketunagrahitaanagar komunikasi sosial antara siswa biasa dan siswa tuna grahita menjadi lebih lancar. 6. Sehubungan dengan kesulitan yang di hadapianak, solusi yang diajukan oleh konselor lebih banyak didasarkan atas hasil diskusinya dengan siswa tuna grahitatersebut.
TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perasaan orang tua dalam hal ibu dari anak tunagrahita dan mengetahui coping strategy yang digunakan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas hidup anak tunagrahita dengan meng-asesmen kebutuhan-kebutuhan dari orang yang mengasuh anak tunagrahita (ibu anak tunagrahita). Kebutuhan seorang ibu anak tunagrahita didefinisikan dalam dua kategori, pertama perasaan seorang ibu yang memiliki anak tunagrahita, kedua strategi yang digunakan agar coping dengan anaknya yang tunagrahita.
Penelitian ini bersifat eksploratif untuk kepentingan penelitian lebih lanjut dalam rangka memperbaiki kualitas hidup anak tunagrahita pada masa yang akan datang. Untuk dapat melakukan generalisasi dari penelitian ini, diperlukan ukuran sampel yang lebih besar.
KESIMPULAN
Bahasan di atas mengindikasikan dan berimplikasi bahwa materi pendidikan konselor perlu dilengkapi dengan konseling rehabilitasi agar konselor sekolah memiliki kapabilitas yang lebih baik untuk menangani siswa-siswakhusus, dan sekolah reguler perlu bekerjasama lebih erat dengan SLB atau resource center untuk pendidikan kebutuhan khusus guna mendapatkan
dukungan teknis yang lebih tepat untuk membantu memperlancar kegiatan belajar/mengajar bagi siswa-siswatersebut di sekolah r eguler.