Konjungtivitis Virus Akut pada Kedua Mata Krissi Stiffensa 102010125 Universitas Kristen Krida Wacana
Pendahuluan Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata. Konjungtiva merupakan membrane mucus yang tipis dan transparan. Permukaan dalam kolopak mata disebut konjungtiva palpebra, merupakan lapisan mukosa. Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah. Peradangan konjungtiva disebut konjungtivitis.
1
Anamnesis Dari anamnesis, diketahui pasien mempunyai keluhan utama kedua mata mata merah sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan mata terasa berat, sekret serous, gatal minimal dan silau bila melihat cahaya namun pandangan tidak kabur. Anatomi Mata Secara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebraris) dan permukaan anterior sclera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva palpebrais melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital di forniks dan melipat berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik.1 Histologi Secara histologi, lapisan sel konjungtiva terdiri dari dua hingga lapisan sel epitel silindres bertingkat, superficial dan basal. Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mucus yang diperlukan untuk disperse air mata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superficial dan dapat mengandung pigmen. Stroma konjungtiva dapat dibagi menjadi lapisan adenoid (superfisialis) dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lepisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan tidak berkembang sampai bayi berusia 2 atau 3 bulan. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan tersusun longgar pada mata.3 Perdarahan dan Persyarafan Arteri-arteri konjungtiva berasal dari siliaris anterior dan arteria palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva membentuk jaringan vaskularkonjungtiva yang banyak. Konjungtiva juga menerima persyarafan dari percabangan pertama nervus V dengan serabut nyeri yang relative sedikit.3 Definisi Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak 2
mikroorganisme dan actor-faktor lingkungan lain yang mengganggu. Penyakit ini bervariasi mulai dari hyperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak secret purulen kental.1 Pemeriksaan Konjungtiva Konjungtiva hendaknya diamati terhadap adanya tanda radan (yaitu melebarnya pembuluh darah), pigmentasi tidak biasa, nodi, pembengkakan atau perdarahan. Kedua konjungtiva harus diperiksa. Konjungtiva tarsal dapat dilihat dengan membalikkan kelopak mata. Minta pasien tetap membuka matanya dan melihat ke bawah. Anda menahan sejumlah bulu mata dari kelopak mata atas. Kelopak itu ditarik lepas dari bola mata dan ujung sebuah tangkai aplikator ditekan pada tepian atas lempeng tarsal. Lempeng tarsal kemudian dengan cepat
membalikan
tangkai
menggunakannya sebagai titik tumpu. Ibu jari sekarang dapat dipakai untuk
aplikator, memegang
kelopak mata yang dibalik, tangkai aplikator dapat diangkat. Setelah inspeksi konjungtiva tarsalis, mintalah pasien untuk melihat ke atas untuk mengembalikan kelopak mata pada posisi normal. Konjungtiva normal seharusnya berwarna merah muda. Perhatikan jumlah pembuluh darah. Normalnya hanya terlibat sedikit pembuluh darah. Mintalah pasien untuk melihat ke atas dan tariklah kelopak mata bawah ke bawah. Bandingkan vaskularitasnya.1 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa kerokan konjungtiva untk mempelajari gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak eosinofil dan granula- granula bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat basofil dan granula basofilik bebas. Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajad pandangan perifer klien karena jika terdapat secret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus/melihat halo.
Etiologi Bakteri - Hiperakut (purulen) Neisseria gonorrhoeae Neisseria meningitidis Bakteri 3
Parasit - Konjungtivitis dan blefarokonjungtivitis kronik. Thelazia californiensis Parasit
Neisseria gonorrhoeae subspesises kochii - Akut (mukopurulen) Pneumococcus (streptococcus pneumoniae) Haemophillus aegyptius - Subakut Haemophillus influenzae - Kronik (blefarokonjungtivitis) Staphylococcus aureus Moraxella lacunata
Loa loa Ascaris lumbricoides Trichinella spiralis Schistosoma haematobium Taenia solium Pthyrus pubis Larva lalat (Oestrus ovis) Imunologik (alergika) - Reaksi hipersensitivitas segera (humoral) Konjungtivitis hay fever (serbuk sari, tumbuhan, bulu hewan) Keratokonjungtivitis vernal Keratokonjungtivitis atopik Keratokonjungtivitis papilar raksaksa - Reaksi hipersensitivitas lambat (selular) Fliktenuloris Konjungtivitis ringan sekunder terhadap blefaritis kontak - Penyakit autoimun Keratokonjungtivitis sika pada sindrom
sjogren. Viral Kimiawi atau iritatif - Konjungtivitis folikular viral akut - Iatrogenik - Demam faringokonjungtivitis adenovirus Miotik Idoxiuridine tipe 3 dan 7. Obat topikal lain - Keratokonjungtivitis epidemika adenovirus Larutan lensa kontak tipe 8 dan 19. - Yang berhubungan dengan pekerjaan - Virus herpes simpleks Asam - Konjungtivitis hemorargik akut oleh Kimiawi atau Iritatif Viral Basa enterovirus tipe 70 Asap - Konjungtivitis folikular viral kronik (virus Angin Sinar UV moloscum kontaginosum) - Bulu ulat - Blefarokonjungtivitis viral (varicella, herpes zooster, virus campak) Riketsia - Konjungtivitis non-purulen
Etiologi yang tidak diketahui - Folikulitis - Konjungtivitis folikulitis hiperemia dan sedikit infiltrasi, sering kali - Rosasea okular merupakan ciri penyakit riketsia. - Psoriasis - Tifus - Eritema multiformis mayor - Murine thypus jhonson sydrome) - Scrub typus - Dermatitis herpetiformis - Rocky mountain spotted fever - Epidermolisis bullosa 4
dengan
(steven
- Demam mediterania - Demam-Q Jamur - Eksudatif kronik candida - Granulomatosa Rhinosporiidium Coccidioides immitis Sporotrix schenckii Tabel 1. Penyebab Konjungtivitis.3
- Keratokonjungtivitis limbik superior - Konjungtivitis ligneosa - Sindrom reiter - Sindrom limfonodus mukokutaneus Berkaitan dengan penyakit sistemik - Penyakit tiroid (pajanan, kongestif) - Konjungtivitis gout - Konjungtivitis karsinoid - Sarkoidosis - Tuberkulosis - Sifilis
Epidemiologi Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang dari pada di daerah hangat, dan hampir tidak ada di daerah dingin. Biasanya mulai pada tahun-tahun pubertas dan berlangsung selama kurang lebih 5-10 tahun. Penyakit ini lebih banyak dialami oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Konjungtivitis vernal paling banyak ditemukan di Afrika sub-sahara dan Timur tengah dan parah pada musim semi, musim panas dan musim gugur. Gejala Klinis konjungtivitis.3 Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, mata berair, eksudasi, pseudoptosis, a.
hipertrofi papilar, kemosis, folikel, pseudomembran, granuloma dan adenopati pre-aurikular. Hiperemia Adalah gejala yang paling menyolok. Kemerahan paling jelas pada forniks dan erkurang ke arah limbus karena dilatasi pembuluh darah konjungtiva posterior. Warna merah terang mengesankan konjungtivitis bakteri, dan tampilan putih susu mengesankan konjungtivitis alergika. Hiperemia tanpa infiltrasi sel mengesankan iritasi oleh penyebab fisik
seperti angin, matahari, asap, dll. b. Mata berair (epifora) Seringkali menyolok pada konjungtivitis. Sekresi air mata diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar atau tergores, atau oleh rasa gatalnya. Transudasi ringan c.
juga timbul dari pembuluh-pembuluh yang hiperemik dan menambah jumlah air mata tersebut. Eksudasi Adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudasinya berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis bakteri dan berserabut pada konjungtivitis alergika. Pada hampir semua
d.
konjungtivitis, didapatkan banyak kotoran mata di palpebra saat bangun tidur. Pseudoptosis Adalah terkulainya palpebra superior kerena infiltrasi di otot Muller. Keadaan ini dijumpai pada beberapa jenis konjungtivitis berat misalnya trakoma dan keratokonjungtivitis epidemika. 5
e.
Hipertrofi papilar Reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus dibawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk substasi papila (bersama unsur sel dan eksudat) mencapai membran basal epitel, bercabang-
cabang menyerupai jeruji. f. Kimosis Kemosis konjungtiva sangat mengarah kepada konjungtivitis alergika, tetapi dapat juga timbul pada konjungtivitis gonokokkus atau meningokokkus akut. g. Folikel Folikel tampak pada sebagian besar kasus konjungtitis viral, klamidia kecuali konjungtivitis inklusi neonatal. Folikel-folikel di forniks inferior dan tepi tarsus memiliki sedikit nilai diagnostik. Folikel merupakan suatu hiperplasia limfoid konjungtiva dan biasanya mempunyai sebuah pusat germinal. Secara klinis, folikel dapat dikenali sebagai struktur bulat kelabu atau putih yang avaskular. h. Pseudomembran dan membran Adalah hasil dari eksudatif dan hanya berbeda derajadnya. Pseudomembran adalah suatu pengentalan (koagulum) diatas permukaan epitel, yang bila diangkat epitelnya tetap utuh. Membran adalah pengentalan yang meliputi seluruh epitel, yang jika diangkat, meninggalkan i.
permukaan epitel yang berdarah. Limfadenopati pre-aurikular Merupakan tanda penting konjungtivitis. Sebuah KGB preaurikular tampak jelas pada sindrom okulogranular parinaud dan jarang pada keratokonjungtivitis epidemika.kadangkadang disertai sedikit nyeri tekan. Kadang-kadang limfadenopati preaurikular pada anak-anak disertai dengan infeksi kelenjar meibom.
Diagnosis Kerja A. Konjungtivitis Viral Definisi Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri Etiologi dan Faktor resiko Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus yang paling
6
membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus. Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita dan dapat menular melalu di droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang yang terkontaminasi.1 Patofisiologi Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini berbeda-beda pada setiap jenis konjungtivitis
ataupun
mikroorganisme
penyebabnya.
Mikroorganisme
yang
dapat
menyebabkan penyakit ini dijelaskan pada etiologi. Gejala Klinis Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai dengan etiologinya. Pada keratokonjungtivitis epidemik yang disebabkan oleh adenovirus biasanya dijumpai demam dan mata seperti kelilipan, mata berair berat dan kadang dijumpai pseudomembran. Selain itu dijumpai infiltrat subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi konjungtivitis dan bertahan selama lebih dari 2 bulan. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan atas dan gejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan demam. Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) yang biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, fotofobia ringan dan sering disertai keratitis herpes. Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan oleh enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, hipersekresi airmata, kemerahan, edema palpebra dan perdarahan subkonjungtiva dan kadang-kadang dapat terjadi kimosis. Diagnosis Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya, karena itu diagnosisnya
difokuskan pada
gejala-gejala
yang
membedakan
tipe-tipe
menurut
penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dan gejala-gejala sistemik maupun ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktor-faktor resiko dan keadaan lingkungan sekitar untuk menetapkan diagnosis konjungtivitis virus. Pada anamnesis penting juga untuk ditanyakan onset, dan juga apakah hanya sebelah mata atau kedua mata yang terinfeksi. Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan konjungtivitis bakteri berdasarkan gejala klinisnya dan untuk itu harus dilakukan pemeriksaan lanjutan, tetapi pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena menghabiskan waktu dan biaya. 7
Komplikasi Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti blefarokonjungtivitis. Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya pseudomembran, dan timbul parut linear halus atau parut datar, dan keterlibatan kornea serta timbul vesikel pada kulit Tatalaksana Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan terapi, namun antivirus topikal atau sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Pasien konjungtivitis juga diberikan instruksi hygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi Diagnosis Banding B. Konjungtivitis Bakterialis Konjungtivitis bakterialis adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya disertai mata merah, secret pada mata dan iritasi mata. Etiologi dan Faktor resiko Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk yaitu hiperakut, akut, subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan okeh N. gonorrhoeae, Neisseria kochii dan Neisseria meningitides. Bentuk yang baru disebabkan Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptus. Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi Patofisiologi Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti streptococci, staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora normal dapat terjadi karena adanya kontaminasi eksternal, penyebaran dari organ sekitar ataupun melalui aliran darah. Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu penyebab perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotic Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem imun yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata,
8
mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada konjungtiva. Gejala Klinis Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata. Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur. Laboratorium Dilakukan pemeriksaan gram untuk mengidentifikasi mikroorganisme penyebab. Pemeriksaan sensitivitas bakteri pun diperlukan. Komplikasi Blefaritis marginal kronik disebabkan infeksi staphylococcal, ulkus dan perforasi merupakan komplikasi yang dapat terjadi juga. ulserasi kornea dapat disebabkan oleh n. gonorrhoeae, N. kochii, N. meningitides, H. aegyptius, S.aureus dan M. Cattarrhalis, apabila toksin men embus bilik mata anterior dapat menyebabkan iritis toksisitas. Terapi Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi topical dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan sekret konjungtiva.1 C. Konjungtivitis Alergika (Imunologik)
Definisi Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun. Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1. Reaksi Hipersensitivitas Humoral Segera 1. Konjungtivitis “Hay Fever” Radang konjungtiva non-spesifik ringan umumnya menyertai “hay fever” (rhinitis alergika). Biasanya ada riwayat alergi terhadap tepung sari, rumput, bulu hewan, dll. Pasien 9
mengeluh gatal, kemerahan, mata berair dan sering mengatakan matanya seakan-akan tenggelam dalam jaringan sekitarnya. Terdapat injeksi ringan disekitar konjungtiva palpebraris dan konjungtiva bulbaris; selama serangan akut sering ditemukan kemosis berat (yang menjadi sebab kesan tenggelam). Terdapat sedikit kotoran mata, khususnya setelah pasien menggucek matanya. Eosinofil sulit ditemukan pada kerokan konjungtiva. Jika alergennya menetap, dapat menjadi konjungtivitis papilar. Pengobatan dilakukan dengan penetesan vasokonstriktor-antihistamin topikal. Kompres dingin membantu mengatasi gatal-gatal dan antihistamin peroral hanya sedikit manfaatnya. Respon langsung terhadap pengobatan cukup memuaskan, namun kekambuhan sering ditemukan, kecuali bila antigennya dihilangkan. Untungnya, frekuensi serangan dan beratnya gejala cenderung menurun dengan meningkatnya usia. D. Konjungtivitis Jamur Definisi Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang.5 . Temuan klinis dan sitologi Gatal Hiperemia Mata berair Eksudasi Adenopati periaurikular
Viral Minimal Generalisata Banyak Minimal Sering
Bakteri Minimal Generalisata Sedang Banyak Jarang
Klamidia Minimal Generalisata Sedang Banyak Hanya sering
Alergika Hebat Generalisata Minimal Minimal Tak ada
pada konjungtivitis Pada kerokan dan eksudat Monosit
Bakteri,
inklusi PMN,
yang dipulas
PMN
plasma,
Disertai sakit tenggorokan sesekali
sesekali
badan inklusi Tak pernah
dan demam Tabel 2. Pembagian jenis-jenis konjungtivitis umum1 Terapi 10
sel Eosinofil
Tak pernah
Konjungtivitis bakterial biasanya diobati dengan tetes mata atau krim antibiotik, tetapi sering sembuh dalam waktu sekitar dua minggu walaupun tanpa pengobatan. Karena konjungtivitis bakterial sangat menular diantara anggota keluarga dan teman sekolah, diperlukan teknik mencuci tangan yang baik dan pemisahan handuk bagi individu yang terinfeksi. Anggota keluarga tidak boleh bertukar bantal atau seprai. Konjungtivitis yang juga berhubungan dengan otitis media diobati dengan antibiotik sistemik. Kompres hangat pada mata dapat mengeluarkan rabas. Konjungtivitis viral biasanya diobati dengan kompres hangat. Teknik mencuci tangan yang baik diperlukan untuk mencegah penularan. Konjungtivitis alergi diobati dengan menghindari alergen apabila mungkin. Antihistamin atau tetes mata yang mengandung steroid dapat digunakan untuk mengurangi gatal dan inflamasi. Konjungtivitis yang disebabkan iritan diobati dengan mengeluarkan benda asing, diikuti dengan penggunaan obat antibakteri.6 Komplikasi Infeksi bakteri tertentu (gonore, beberapa jenis konjungtivitas klamidia), dan infeksi virus dapat menyebabkan kerusakan permanen pada mata jika tidak diobati. Benda asing dimata dapat menyebabkan abrasi kornea dan pembentukan jaringan parut. Konjungtivitis dapat menjadi gejala awal penyakit sistemik berat, yaitu penyakit Kawasaki. Penyakit ini adalah salah satu vaskulitis yang tersebar luas yang mempengaruhi banyak organ tubuh termasuk jantung, otak, sendi, hati dan mata. Penyakit ini dimulai secara akut dengan demam tinggi yang diikuti secara singkat dengan konjungtivitis bilateral yang signifikan karena tidak adanya rabas dan prosesnya lama. Ruam dan pembengkakan tangan dan kaki menyertai gejala awal ini. Diagnosis dini penting untuk mencegah kerusakan pada arteri koroner. Terapi untuk penyakit Kawasaki mencakup penggunaan aspirin dan globulin gamma.6 Pencegahan Pencegahan infeksi pada anggota keluarga lain merupakan pertimbangan penting pada kasus konjungtivitis bakteri. Waslap dan handuk anak harus dipisahkan dengan yang digunakan individu lain. Tisu yang dipakai untuk membersihkan mata harus dibuang. Anak harus menahan diri untuk tidak menggosok mata dan dilatih mencuci tangan yang baik. Strategi untuk mencegah kebutaan pada anak harus diupayakan agar bisa mencakup 3 tingkatan pencegahan : - Pencegahan primer : mencegah keberadaan penyakit dalam masyarakat. - Pencegahan sekunder : mencegah komplikasi yang mengancam terjadinya gangguan penglihatan dan kebutaan pada suatu penyakit. 11
-
Pencegahan tersier : mengurangi seminimal mungkin gangguan penglihatan akibat cedera atau penyakit sebelumnya. Strategi utama dalam mencegah penyakit yang dapat menimbulkan kebutaan pada
anak adalah sebagai berikut : - Profilaksis, adalah suatu prosedur yang sistematik atau pengobatan untuk pencegahan primer suatu penyakit. Salah satu contoh yang terkenal dalam hubungannya dengan pencegahan kebutaan pada anak adalah penggunaan metode Crede (penggunaan tetes mata larutan perak nitrat 1%) untuk melindungi bayi yang baru lahir dari -
konjungtivitis akibat N. Gonnorrhoeae Imunisasi, merupakan bentuk strategi pencegahan primer lainnya, bisa digunakan untuk mencegah penyakit infeksi yang meninggalkan skuele kebutaan, misalnya
-
campak dan rubela. Perawatan antenatal yang baik merupakan strategi pencegahan primer yang berguna terhadap konjungtivitis pada bayi baru lahir, karena pada wanita hamil bisa dilakukan pemeriksaan skrining terhadap N.gonorrhoeae. Cara ini juga berguna untuk mengetahui adanya faktor resiko seperti pre-eklampsia dan kehamilan mutipel, yang bisa mengarah kepada kelahiran bayi dengan berat lahir rendah, prematur dan asfiksia perinatal. Pengawasan janin dan persalinan dengan cara dan waktu yang tepat dapat
-
mengurangi komplikasi yang disebutkan diatas. Perawatan neonatal adalah memberikan perawatan yang perlu bagi bayi yang baru lahir, seperti mempertahankan suhu tubuh normal, pemberian vitamin K,
-
membersihkan jalan napas dan pemberian profilaksis Crede. Perbaikan gizi, merupakan strategi yang sangat baik untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit. Dalam hubungannya dengan penyakit yang bisa menyebabkan kebutaan pada anak, hal ini berkaitan dengan konsumsi vitamin A secara teratur. Hal ini bisa diperoleh dengan memanfaatkan sumber-sumber setempat dan mungkin
-
melalui fortifikasi makanan tertentu atau pemberian tambahan kapsul vitamin A. Pendidikan, merupakan strategi pencegahan yang mencangkup pendidikan masyarakat melalui media massa, yaitu untuk meningkatkan keperdulian mengenai penyakit yang dapat menyebabkan kebutaan dan pencegahannya pada anak-anak. Bisa juga melalui pendidikan kesehatan yang lebih spesifik mengenai penyakit endemik lokal atau ditujukan kepada kelompok tertentu yang mempunyai resiko. Contohnya adalah pendidikan masyarakat mengenai campak untuk memperluas cakupan imunisasi atau pendidikan spesifik kepada para ibu mengenai makanan yang diberikan waktu menyapih bayi serta kemungkinan bahaya akibat pengobatan tradisional. 12
-
Konseling genetik, adalah strategi pencegahan primer terhadap kelainan genetik. Hal ini semakin dianggap penting di berbagai negara, tetapi sampai saat ini belum diterapkan secara luas mengingat sumber daya yang dibutuhkan dan adanya
-
keterkaitan yang kompleks dari segi sosial dan budaya. Meningkatkan higiene dan perawatan, terutama selama menderita sakit, bisa mengurangi insidens dan beratnya kelainan yang menyebabkan kebutaan. Contohnya adalah membilas mata dengan baik dan pemberian obat-obat topikal pada infeksi mata sekunder bagi anak-anak yang menderita campak, menjaga kebersihan selama epidemi konjungtivitis, dan cairan rehidrasi oral pada anak-anak yang menderita diare.6
Prognosis Konjungtivitis pada umumnya bersifat self limited disease, artinya dapat sembuh dengan sendirinya.. Kesimpulan Konjungtivitis adalah salah satu penyakit mata yang dapat mengganggu penderita sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan si penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivitis, bahkan bayi yang baru lahir. Penularan terjadi ketika seseorang yang sehat bersentuhan dengan seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh karena itu, maka kita harus memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata rantai dari penularannya.
13
Daftar Pustaka 1. Ilyas, Sidartha. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2009. h. 121-38. 2. Riordan Paul, Whitcher John. Oftalmologi umum. Edisi ke 17. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h. 97-115. 3. Bates, Barbara. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2009. 4. N, Mitchell et al. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins & Cotran. Edisi 7. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h.430-1. 5. Sudoyo, Aru. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 1. Jakarta Pusat : Interna Publishing; 2009.h. 1583-95. 6. Hartono, Andry. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. h. 143.
14