Konfirmasi Piutang Usaha
Dalam pengujian atas rincian saldo piutang usaha, konfirmasi atas
piutang usaha mempunyai perang yang sangat penting karena dapat dikatakan
bahwa konfirmasi atas piutang usaha tersebut merupakan jenis bukti yang
paling dapat diandalkan dibandingkan yang lain. Hal itu dikarenakan
konfirmasi berasal dari sumber lain yaitu pihak ke-3 yang independen.
Selain itu, konfirmasi atas rincian saldo piutang digunakan untuk memenuhi
tujuan audit yaitu eksistensi, keakuratan, dan pisah batas. Eksistensi
dalam artian saldo piutang benar-benar ada pada saat tanggal pemeriksaan.
Jumlah piutang pada saat itu harus tepat dan benar untuk memenuhi tujuan
keakuratan serta pemisahan atas piutang untuk tiap periode dilakukan dengan
baik agar terjadi pisah batas yang benar.
Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit menjelaskan
model risiko audit. Seksi tersebut menggambarkan konsep penetapan risiko
bawaan dan risiko pengendalian, penentuan tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima, dan pendesainan suatu program audit untuk mencapai tingkat risiko
audit yang sedemikian rendah. Auditor menggunakanpenentuan risiko audit
dalam penentuan prosedur audit yang akan diterapkan, termasuk apakah
prosedur audit tersebut meliputi konfirmasi.
Konfirmasi dilaksanakan untuk memperoleh bukti dari pihak ketiga
mengenai asersi laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Bukti Audit
menyatakan bahwa, pada umumnya, dianggap bahwa "Bukti audit yang diperoleh
dari sumber independen di luar entitas memberikan keyakinan yang lebih
besar atas keandalan untuk tujuan audit independen dibandingkan dengan
bukti audit yang disediakan hanya dari dalam entitas tersebut. ". Semakin
besar gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian yang
ditetapkan, semakin besar keyakinan yang diperlukan auditor dari pengujian
substantif yang bersangkutan dengan asersi laporan keuangan.Sebagai
konsekuensinya, dengan kenaikan gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko
pengendalian, auditor mendesain pengujian substantif untuk memperoleh lebih
banyak bukti atau bukti yang berbeda mengenai asersi laporan keuangan.
Dalam keadaan ini, auditor kemungkinan menggunakan prosedur konfirmasi,
bukan pengujian terhadap dokumen dari dalam entitas tersebut, atau
menggunakan prosedur konfirmasi bersamaan dengan pengujian terhadap dokumen
atau pihak dari dalam, entitas itu sendiri.
Transaksi yang kompleks atau tidak biasa kemungkinan berkaitan dengan
tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian. Jika entitas melaksanakan
transaksi yang tidak biasa atau kompleks dan gabungan tingkat risiko bawaan
dan risiko pengendalian yang ditaksir adalah tinggi, auditor harus
mempertimbangkan untuk mengkonfirmasi syarat-syarat transaksi tersebut
kepadapihak ketiga sebagai tambahan terhadap pemeriksaan atas dokumentasi
yang disimpan oleh entitas tersebut. Sebagai contoh, jika gabungan risiko
bawaan dan risiko pengendalian yang telah ditetapkan terhadap terjadinya
pendapatan yang berasal dari penjualan akhir tahun yang tidak biasa adalah
tinggi, auditor harus mempertimbangkan konfirmasi terhadap syarat-syarat
penjualan tersebut.
Auditor harus menetapkan apakah bukti yang diperoleh dari konfirmasi
mengurangi risiko audit yang bersangkutan dengan asersi yang bersangkutan
pada tingkat rendah yang dapat diterima. Dalam menetapkan ini, auditor
harus mempertimbangkan materialitas saldo akun dan penaksiran risiko bawaan
dan risiko pengendalian. Jika auditor berkesimpulan bahwa bukti yang
diperoleh dari konfrrmasi saja tidak memadai, prosedur tambahan harus
dilaksanakan. Sebagai contoh, untuk mencapai risiko audit pada tingkat yang
cukup rendah yang bersangkutan denganasersi kelengkapan dan keberadaan
piutang usaha (account receivable), auditor dapat melaksanakan pengujian
pisah batas penjualan sebagai tambahan terhadap konfirmasi piutang usaha.
Semakin rendah gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian
taksiran semakin berkurang keyakinan yang diperlukan oleh auditor dari
pengujian substantif untuk membentuk kesimpulan mengenai asersi laporan
keuangan. Sebagai akibatnya, jika gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko
pengendalian taksiran mengalami penurunan untuk asersi tertentu, auditor
dapat mengubah pengujian substantif dengan mengubah sifat pengujiannya dari
pengujian yang lebih efektif (memerlukan biaya yang lebih besar) ke
pengujian yang kurang efektif (dan memerlukan biaya yang lebih rendah).
Sebagai contoh, jika gabungan risiko bawaan dan risiko pengendalian
taksiran atas keberadaan piutang karyawan sedemikian rendah, auditor dapat
membatasi prosedur substantif dengan menginspeksi catatan piutang karyawan
yang disediakan oleh klien, dan tidak melakukan konfirmasi saldo piutang
karyawan.
Asersi yang Dituju dengan Konfirmasi
Agar bukti yang diperoleh kompeten, bukti harus andal dan relevan. Ada
5 golongan asersi, yaitu :
a. Keberadaan atau keterjadian.
b. Kelengkapan.
c. Hak dan kewajiban.
d. Penilaian dan alokasi.
e. Penyajian dan pengungkapan.
Permintaan konfirmasi, jika didesain secara memadai oleh auditor,
dapat ditujukan kepada satu atau lebih asersi tersebut. Namun, konfirmasi
tidak ditujukan kepada semua asersi secara bersama-sama. Konfirmasi barang
yang dipegang oleh perusahaan yang dititipi (consignee) sebagai barang
konsinyasi akan merupakan cara yang lebih efektif untuk membuktikan asersi
keberadaan dan hak dan kewajiban dibandingkan dengan untuk asersi
penilaian. Konfirmasi piutang usaha kemungkinan lebih efektif untuk asersi
keberadaan dibandingkan untuk asersi kelengkapan dan penilaian. Oleh karena
itu, bila auditor memperoleh bukti untuk asersi yang tidak cukup dari
konfirmasi, ia harus mempertimbangkan prosedur audit lain untuk melengkapi
prosedur konfirmasi atau untuk menggantikan prosedur konfirmasi.
Permintaan konfirmasi dapat didesain untuk meminta bukti mengenai
asersi kelengkapan: yaitu, jika didesain dengan memadai, konfirmasi dapat
menyediakan bukti untuk membantu penetapanapakah semua transaksi dan akun
yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan telah dicantumkan. Efektivitas
konfirmasi yang ditujukan kepada asersi kelengkapan tergantung atas,
sebagian, apakah auditor memilih dari populasi yang semestinya untuk
kepentingan pengujian yang dilakukan. Sebagai contoh, pada waktu
menggunakan konfirmasi untuk memperoleh bukti mengenai asersi kelengkapan
utang usaha, populasi yang semestinya adalah dapat berupa daftar penjual,
bukan jumlah yang dicatat dalam buku pembantu utang usaha.
Beberapa permintaan konfirmasi tidak didesain untuk mendapatkan bukti
yang berkaitan dengan asersi kelengkapan. Sebagai contoh, konfirmasi dapat
didesain hanya untuk menguatkan informasi yang disebutkan dalam permintaan
konfirmasi. Dengan demikian konfirmasi ini tidak memberikan keyakinan bahwa
informasi mengenai akun yang tidak disebutkan dalam permintaan konfirmasi
tersebut dilaporkan oleh klien.
Auditor harus menerapkan tingkat skeptisme profesional pada tingkat
memadai selama proses konfirmasi. Skeptisme profesional adalah penting
dalam mendesain permintaan konfirmasi, pelaksanaan prosedur konfirmasi, dan
dalam penilaian hasil prosedur konfirmasi.
Pendesainan Permintaan Konfirmasi
Permintaan konfirmasi harus didesain sesuai dengan tujuan audit
tertentu. Jadi, pada waktu mendesain permintaan konfirmasi, auditor harus
mempertimbangkan asersi atau asersi-asersi yang akan dituju dan faktor-
faktor yang kemungkinan berdampak terhadap keandalan konfirmasi. Faktor-
faktor seperti bentuk permintaan konfirmasi, pengalaman sebelumnya tentang
audit atau perikatan serupa, sifat informasi yang dikonfirmasi, dan
responden yang dituju mempengaruhi pendesainan permintaan konfirmasi karena
factor-faktor tersebut mempunyai dampak langsung terhadap keandalan bukti
yang diperoleh melalui prosedur konfirmasi.
Bentuk Permintaan Konfirmasi
Adapun jenis konfirmasi ada 2. Jenis-jenis konfirmasi yang harus
ditentukan oleh auditor sebelum melakukan prosedur konfirmasi adalah :
1. Konfirmasi Positif
Konfirmasi yang ditujukan kepada debitur agar yang bersangkutan
menunjukkan apakah piutang yang dimilikinya dalam perusahaan memang benar
sesuai yang dicantumkan dalam surat konfirmasi. Apabila saldo piutang tidak
sama, debitur harus menunjukkan perbedaan saldo piutang tersebut apakah
kurang atau lebih. Bentuk konfirmasi positif lain tidak menyebutkan jumlah
(atau informasi lain) pada permintaan konfirmasi tetapi meminta responden
untuk mengisi saldo atau informasi lain pada ruang kosong yang disediakan
dalam formulir permintaan konfirmasi. Bentuk konfirmasi positif menyediakan
bukti hanya jika jawaban diterima oleh auditor dari penerima permintaan
konfirmasi. Permintaan konfirmasi yang tidak dijawab tidak memberikan bukti
audit mengenai asersi laporan keuangan yang dituju oleh prosedur
konfirmasi.
Apabila surat konfirmasi tidak kembali sesuai dengan jadwal maka dapat
dilakukan prosedur alternatif. Yaitu tindak lanjut terhadap konfirmasi
positif yang tidak dikembalikan oleh debitur. Prosedur alternatif dapat
dilakukan dengan memeriksa bukti pelunasan piutang oleh debitur
bersangkutan setelah tanggal neraca.
Konfirmasi positif ada 2 macam yaitu :
a) Formulir Konfirmasi kosong : Adalah jenis konfirmasi positif yg
tidak menyebutkan jumlah yg dikonfirmasi, tetapi mensyaratkan
penerima untuk mengisi jumlahnya atau memasukkan informasi lain.
konfirmasi yang berisi ruangan kosong yang harus diisi oleh
responden dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah jawaban konfirmasi
yang diterima oleh auditor karena diperlukan usaha tambahan dari
pihak penerima permintaan konfirmasi; sebagai akibatnya, auditor
kemungkinan harus melaksanakan lebih banyak prosedur alternatif.
b) Konfirmasi tagihan : Adalah bentuk lain konfirmasi positif yang
merupakan konfirmasi individual bukan saldo keseluruhan piutang
pelanggan.
Bentuk Konfirmasi Positif
2. Konfirmasi negatif
Konfirmasi negatif yang ditujukan kepada debitur, tetapi hanya
meminta respon jika debitur tidak menyetujui jumlah yang dinyatakan dalam
konfirmasi.
Auditor berhak menentukan jenis konfirmasi yang akan digunakan dan
hal ini sebaiknya berdasarkan fakta dalam audit. PSA 07 menyatakan bahwa
konfirmasi negatif dapat dilakukan hanya jika tiga kondisi berikut
terpenuhi:
1. Piutang dagang terdiri dari sejumlah besar akun bersaldo
kecil.
2. Kombinasi antara risiko pengendalian dan risiko bawaan adalah
rendah. Kombinasi risiko tidak bisa dikatakan rendah jika
pengendalian internal tidak efektif atau terdapat kemungkinan
terjadi salah saji.
3. Jika diyakini bahwa penerima konfirmasi tidak mengabaikan
konfirmasi yang diminta.
Biasanya jika konfirmasi negatif dilakukan maka auditor akan
memberikan penekanan pada efektifitas pengendalian internal, pengujian
substantif atas transaksi dan prosedur analitis sebagaibukti kewajaran
piutang dagang, dan mengasumsikan bahwa mayoritas penerima konfirmasi akan
membaca dengan seksama dan merespon permintaan konfirmasi.
Sebagai contoh, dalam pemeriksaan terhadap rekening giro dalam suatu
lembaga keuangan, auditor sebaiknya menyertakan permintaan konfirmasi
negatif pada rekening koran reguler (regular bank statement) yang
dikirimkan oleh lembaga keuangan tersebut kepada nasabahnya, jika kombinasi
risiko bawaan dan risiko pengendalian taksiran pada tingkat yang rendah dan
auditor tidak mempunyai alasan untuk meyakinkan dirinya bahwa penerima
konfirmasi tidak akan mempertimbangkan permintaan konfirmasi tersebut.
Auditor harus mempertimbangkan untuk melaksanakan prosedur substantif lain
untuk melengkapi penggunaan konfirmasi negatif.
Konfirmasi negatif juga bisa digunakan untuk audit rumah sakit, toko
ritel, bank dan industri lain yang piutang daganganya berhubungan dengan
masyarakat umum. Kombinasi konfirmasi negatif dan positif juga bisa
dilakukan dengan mengirimkan konfirmasi positif kepada debitur dengan saldo
besar dan menggunakan konfirmasi negatif kepada debitur bersaldo kecil.
Permintaan konfirmasi negatif dapat menghasilkan jawaban yang
menunjukkan adanya salah saji, dan kemungkinan besar akan terjadi demikian
jika auditor mengirim permintaan konfirmasi negatif dalam jumlah yang
banyak dan tersebar secara luas. Auditor harus menyelidiki informasi
relevan yang dihasilkan dari konfirmasi negatif yang diterima oleh auditor
untuk menentukan kemungkinan dampak informasi tersebut terhadap auditnya.
Jika penyelidikan auditor terhadap jawaban permintaan konfirmasi negatif
menunjukkan suatu pola salah saji, auditor harus mempertimbangkan gabungan
tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian taksiran dan mempertimbangkan
dampaknya terhadap prosedur audit yang telah direncanakan.
Meskipun konfirmasi negatif yang dikembalikan dapat memberikan bukti
mengenai asersi laporan keuangan, konfirmasi negatif yang tidak kembali
jarang memberikan bukti signifikan tentang asersi laporan keuangan selain
aspek tertentu asersi keberadaan. Sebagai contoh, konfirmasi negatif dapat
memberikan beberapa bukti mengenai keberadaan pihak ketiga jika konfirmasi
negatif tersebut tidak kembali dengan suatu petunjuk bahwa alamat yang
dikirimi konfirmasi tidak diketahui. Namun, konfirmasi negatif yang tidak
kembali tidak memberikan bukti yang eksplisit bahwa pihak ketiga yang
dituju menerima permintaan konfirmasi dan memverifikasi kebenaran informasi
yang dicantumkan dalam konfirmasi negatif tersebut.
Dalam menentukan efektivitas dan efisiensi penggunaan prosedur
konfirmasi, auditor dapat mempertimbangkan informasi dari audit tahun yang
sebelumnya atau audit terhadap entitas yang serupa. Informasi ini meliputi
tingkat respon yang diterima, pengetahuan mengenai salah saji yang
diidentifikasi dalam audit tahun sebelumnya, dan pengetahuan tentang
ketidakakuratan informasi dalam konfirmasi yang diterima kembali. Sebagai
contoh, jika auditor mempunyai pengalaman tentang rendahnya tingkat respon
yang diperoleh dari permintaan konfirmasi yang didesain secara memadai
dalam audit tahun sebelumnya, auditor dapat mempertimbangkan untuk
memperoleh bukti audit dari sumber lain selain dari konfirmasi.
Sifat Informasi yang Dikonfirmasi
Pada waktu mendesain permintaan konfirmasi, auditor harus
mempertimbangkan tipe informasi yang siap dikonfirmasi oleh responden,
karena sifat informasi yang dimintakan konfirmasi dapat secara langsung
berdampak terhadap kompetensi bukti dan tingkat respon yang diperoleh.
Sebagai contoh, sistem akuntansi yang diselenggarakan responden tertentu
lebih memudahkan konfirmasi terhadap transaksi tunggal daripada konfirmasi
terhadap keseluruhan saldo akun. Tambahan pula, responden kemungkinan tidak
dapat memberikan konfirmasi saldo utang angsuran, namun ia dapat memberikan
konfirmasi apakah pembayaran yang dilakukan mutakhir (up-to-date), jumlah
pembayaran, dan syarat pokok pinjaman yang ditariknya.
Pemahaman auditor tentang transaksi dan perjanjian klien dengan pihak
ketiga merupakan kunci untuk menentukan informasi yang akan dikonfirmasi.
Auditor harus memperoleh pemahaman tentang substansi transaksi dan
perjanjian tersebut untuk menentukan informasi semestinya yang dicantumkan
dalam permintaan konfirmasi. Auditor harus mempertimbangkan permintaan
konfirmasi tentang syarat-syarat perjanjian atau transaksi yang tidak biasa
sebagai tambahan konfirmasi terhadap jumlah rupiah. Sebagai contoh, auditor
meminta konfirmasi tentang penjualan tagih dantahan (bill and hold sale)
sebagai tambahan konfirmasi terhadap jumlah rupiah transaksi penjualan
tersebut. Auditor harus mempertimbangkan apakah terdapat perubahan lisan
terhadap perjanjian, seperti syarat pembayaran yang tidak biasa, atau hak
bebas pelanggan untuk mengembalikan barang yang telah dibeli. Bila auditor
yakin terdapat tingkat risiko yang moderat atau tinggi bahwa terdapat
perubahan lisan yang signifikan terhadap perjanjian tertulis, ia harus
menanyakan mengenai keberadaan dan rincian perubahan terhadap perjanjian
tertulis tersebut.Salah satu metode untuk melaksanakan hal itu adalah
dengan cara mengkonfirmasi baik syarat-syarat perjanjian maupun
kemungkinan adanya perubahan lisan terhadap perjanjian tertulis tersebut.
Responden
Auditor harus mengarahkan permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga yang
diyakini oleh auditor memiliki pengetahuan mengenai informasi yang
dikonfirmasi. Sebagai contoh, untuk mengkonfirmasi jaminan lisan dan
tertulis klien kepada lembaga keuangan, auditor harus mengarahkan
permintaan konfirmasinya kepada pejabat lembaga keuangan yang
bertanggung jawab atas hubungan antara lembaga keuangan tersebut dengan
klien atau yang mengetahui informasi mengenai transaksi atau jaminan
tersebut.
Jika informasi tentang kompetensi, pengetahuan, motivasi, kemampuan,
atau kemauan untuk menjawab responden, atau tentang objektivitas dan
kecenderungan responden untuk memihak entitas yang diaudit diperoleh
auditor, maka ia harus mempertimbangkan dampak informasi tersebut atas
pendesainan permintaan konfirmasi dan penilai hasil konfirmasi, termasuk
penentuan apakah diperlukan prosedur audit lain. Sebagai tambahan
kemungkinan auditor menjumpai keadaan (seperti transaksi signifikan yang
terjadi pada akhir tahun yang berdampak material terhadap laporan
keuangan atau responden merupakan penyimpan aktiva entitas yang diaudit
dalam jumlah yang signifikan) yang mengharuskan auditor untuk
mempertinggi skeptisme profesional terhadap responden. Dalam keadaan
tersebut, auditor harus mempertimbangkan apakah terdapat cukup dasar
untuk menyimpulkan bahwa permintaan konfirmasi yang dikirimkan kepada
responden akan memberikan bukti yang bermakna dan kompeten.
Proses Konfirmasi
Proses konfirmasi mencakup:
a. Pemilihan unsur yang dimintakan konfirmasi.
b. Pendesainan permintaan konfirmasi.
c. Pengkomunikasian permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga yang
bersangkutan.
d. Pemerolehan jawaban dari pihak ketiga.
e. Penilaian terhadap informasi, atau tidak adanya informasi, yang
disediakan oleh pihak ketiga mengenai tujuan audit, termasuk
keandalan informasi tersebut.
Penetapan Waktu
Semakin dekat konfirmasi dikirim terhadap tanggal neraca maka bukti
yang di dapat semakin bisa diandalkan. Hal ini dikarenakan auditor
dapatmenguji secara langsung saldo piutang usaha tanpa harus membuat
kesimpulan atas transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dan
tanggal neraca.
Pengambilan Sampel
Dalam menentukan ukuran sampel yang akan diambil, auditor harus
memperhatikan faktor utama yang dapat mempengaruhi ukuran sampel,yaitu :
1. Salah saji yang dapat diterima
2. Risiko yang tak terhindar (ukuran relatif dari total piutang
dagang, jumlah akun, hasil pengujian tahun sebelumnya, dan
ekspetasi salah saji).
3. Risiko pengendalian
4. Risiko deteksi yang diperoleh dari pengujian substantif lainnya
(perluasan dan hasil dari pengujian substantif atas transaksi,
prosedur analitis, dan pengujian detail lainnya).
5. Tipe konfirmasi (konfirmasi negatif biasanya membutuhkan sampel
lebih banyak).
Dalam pemilihan sampel yang akan dikonfirmasi, auditor sebaiknya lebih
menekankan pada piutang yang memiliki saldo lebih besar dan lebih lama
karena kemungkinan memiliki salah saji yang material. Auditor harus berhati-
hati apabila klien berusaha menghalangi auditor untuk mengkonfirmasi
pelanggan tertentu, kemungkinan klien berusaha menutupi piutang fiktif atau
salah saji yang diketahui.
Pengendalian
Pengendalian harus dilakukan oleh auditor sejak konfirmasi
dikirim ke pelanggan sampai dengan diterimanya balasan konfirmasi dari
pelanggan. Auditor harus memastikan bahwa surat konfirmasi telah
dimasukkan ke dalam amplop dan telahdiberikan alamat yang benar sesuai
dengan pelanggan yang dituju. Auditor harus memastikan bahwa balasan
konfirmasi dari pelanggan harus dalam kondisi masih tersegel dan belum
dibuka oleh klien.
Analisis Perbedaan
Seteleh konfirmasi dibalas oleh pelanggan, auditor harus
memperhatikan perbedaan-perbedaan yang terjadi antara saldo piutang
klien dan konfirmasi pelanggan. Perbedaan yang mugkin terjadi
diantaranya :
1. Telah dilkaukan pembayaran akan tetapi belum tercatat di saldo
piutang klien.
2. Barang yang sudah dikirim oleh klien belum diterima pelanggan.
3. Barang yang telah dikembalikan oleh pelanggan tapi belum dicatat
oleh klien.
4. Perbedaan harga satuan barang, barang rusak, kuantitas barang
yang tepat belum diterima pelanggan.
Penarikan kesimpulan
Kesimpulan yang diambil oleh auditor mempertimbangkan apakah
telah diperoleh bukti yang mencukupi melalui pengujian pengendalian
dan pengujian substantif atas transaksi,prosedur analitis,prosedur
pisah batas,konfirmasi,dan pengujian substantif lainnya untuk
mendukung auditor menarik kesimpulan atas kebenaran saldo yang
dinyatakan.
Mengembangkan Pengujian Program Audit yang Terinci
Dibawah ini adalah ilustrasi pengembangan prosedur program audit untuk
pengujian yang rinci pada Mesra Business dan Resort Hotel. Tujuan audit
program piutang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
" "AUDIT PROGRAM PIUTANG "
" "MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL "
" "TUJUAN DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN "
"No " TUJUAN PEMERIKSAAN "
" " "
"1 "Piutang yang tercatat merupakan tagihan yang sah dan merupakan "
" "milik "
" "perusahaan (validity and ownership). "
" " "
"2 "Semua tagihan perusahaan telah dicatat dengan lengkap dan "
" "tepat dalam pisah "
" "batas (completeness and cut-off). "
" " "
"3 "Cadangan piutang tak tertagih atau penghapusan piutang telah "
" "dinilai dengan "
" "cukup memadai (valuation). "
" " "
"4 "Piutang yang dijadikan jaminan telah diungkapkan dalam laporan "
" "keuangan "
" "secara memadai (presentation and disclosure). "
" " "
"5 "Piutang telah diklasifiksikan dengan tepat (classification). "
" " "
Tabel di bawah ini menunjukkan program audit dalam format kinerja. Di
dalamnya disebutkan langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh auditor
untuk mengaudit pengujian atas rincian saldo untuk Mesra Business dan
Resort Hotel.
"No "PROSEDUR PEMERIKSAAN "
"1 "Minta daftar piutang usaha terdiri atas nama, alamat "
" "pelanggan, nomor faktur, tanggal faktur dan "
" "jumlahnya, serta cocokkan dengan saldo di buku "
" "besar. "
"2 "Pelajari kebijakan akuntansi perusahaan mengenai "
" "pengakuan pendapatan dan cocokkan apakah sesuai "
" "dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum serta "
" "pelajari juga kebijakan pemberian kredit dan jangka "
" "waktu pembayarannya. "
"3 "Lakukan analisis rasio mengenai perputaran piutang "
" "(receivable turnover) dan prosedur analitis "
" "mengenai fluktuasi piutang dengan perbandingan "
" "tahun sebelumnya "
"4 "Lakukan konfirmasi dengan memilih sampel yang "
" "representatif. Pemilihan tanggal konfirmasi dapat "
" "dilakukan juga atas saldo sebelum tanggal neraca. "
"5 "Tindak lanjuti setiap jawaban konfirmasi dan "
" "apabila terdapat selisih diminta atau teliti "
" "keterangan "
" "dari klien. "
"6 "Bila konfirmasi yang dikirim tidak diterima jawaban "
" "atau tidak dapat dilakukan konfirmasi, lakukan "
" "alternatif prosedur lainnya. "
"7 "Lakukan subsequent receipt test terhadap "
" "pembayaran piutang setelah tanggal neraca. "
"8 "Perhatikan retur penjualan yang besar setelah "
" "tanggal neraca. "
"9 "Uji pisah batas penjualan (sales cut-off) dengan "
" "memeriksa faktur penjualan beberapa hari sesudah "
" "san sebelum tanggal neraca. "
"10 "Teliti perjanjian-perjanjian yang berkaitan dengan "
" "penjaminan piutang usaha. "
"11 "Verifikasi apakah pencadangan piutang tak tertagih "
" "sudah cukup memadai dan sesuai dengan kebijakan "
" "perusahaan. Waspadalah terhadap saldo-saldo lama "
" "yang masih terhutang (outstanding) "
"12 "Bila dalam pemeriksaan ditemukan ada hal-hal yang "
" "perlu perhatian dari para partner, ungkapkanlah "
" "hal-hal tersebut dalam "HAL-HAL YANG PERLU "
" "PERHATIAN PARA PARTNER". "
"13 "Buatlah daftar koreksi dan kesimpulan hasil "
" "pemeriksaan serta saran-saran untuk pihak "
" "manajemen "
" "Sumber: Soekrisno, dkk., 2009 (modifikasi) "
Latihan Soal
Identifikasilah tujuan audit yang berkaitan dengan saldo untuk setiap
prosedur audit di bawah ini:
1. Meminta daftar piutang usaha terdiri atas nama,alamat
pelanggan,no faktur,tanggal faktur dan jumlahnya serta
mencocokkan dengan saldo buku besar.
2. Melakukan analisis rasio mengenai perputaran piutang dan prosedur
analitis mengenai fluktuasi piutang dengan perbandingan tahun
sebelumnya.
3. Meminta klien untuk menyerahkan jawaban sampel konfirmasi yang
telah dikirimkan kepada pelanggan sebelumnya.
4. Melakukan uji pisah batas dengan memeriksa faktur penjualan
beberapa hari sebelum dan setelah penjualan.
5. Memeriksa bukti dasar pencatatan dan uji penerimaan pembayaran
piutang apabila konfirmasi tidak dijawab oleh pelanggan.
6. Meneliti perjanjian-perjanjian yang berkaitan denganpiutang usaha
seperti kredit bank dan anjak piutang.
7. Meneliti apakah piutang telah digadaikan,
didiskontokan,dibebankan atau dijual pada pihk lainnya.
8. Memeriksa retur penjualan yang besar setelah tanggal neraca.
9. Memeriksa pencadangan piutang tak tertagih,apakah sudah sesuai
dengan kebijakan perusahaan dan telah memadai.
10. Memeriksa piutang berdasarkan umurnya pada aged trial balance.