ISLAM DAN TEORI PEMBUNGAAN UANG KARYA : ANWAR IQBAL AL QURESHI
TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DOSEN : DRS. DARYONO, MSI
OLEH NAMA
: GARNIS RATIH SAVITRI
NIM
: B.131.18.0133
HARI/JAM
: RABU / 17.00
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEMARANG 2018
SOAL
1. Uraikan dan jelaskan berbagai berbagai teori bunga uang (riba) bangsa bangsa barat barat ! 2. Uraikan dan jelaskan berbagai teori bunga uang (riba) menurut Islam ! 3. Uraikan dan jelaskan berbagai macam jual beli dan utang piutang (kredit) yang dilarang dalam Islam ! 4. Uraikan dan jelaskan berbagai pengaruh buruk bunga uang (riba) !
PEMBAHASAN 1.
Teori barat sudah diterangkan sebagaimana apa yang pernah dikemukakan oleh para pendukungnya.
Teori Bunga Uang yang Pertama
Bahwa semua ahli-ahli fikir telah mengutuk praktek – praktek praktek pembungaan uang. Dalam hal ini kita tidak akan mengambil contoh suatu masyarakat primitif dimana pemungutan bunga atas pinjaman-pinjaman barang konsumsi konsumsi dianggap sebagai tabu.
Teori Bunga Uang Bangsa Yunani
Bangsa Yunani yang telah terkenal mempunyai peradaban yang sangat tinggi. Pada bangsa Yunani praktek peminjaman uang dengan memungut bunganya dilarang keras. Aristoteles yang mempunyai pengaruh besar pada generasi – generasi generasi sesudahnya secara tegas mengutuk sistem pembungaan uang. Dia menyeut uang sebagai ayam betina yang mandul dan tidak bisa bertelur. Menurut Aristoteles, fungsi uang yang utama adalah untuk mempermudah perdagangan,
dan
dengan
demikian
mempermudah
pula
manusia
memenuhi
kebutuhannya. Menurut dia inilah tujuan uang yang utama. Uang tidak bisa digunakan untuk menumpuk – numpuk kekayaan, apalagi memperanakkannya. Jadi mendapat kekayaan dengan jalan memperbungakan uang adalah perbuatan yang sangat tercela. Sekeping uang tidak bisa membuat kepingan uang lainnya, adalah doktrin Aristoteles yang sangat terkenal. Sebagai kesimpulan : Bunga uang tidaklah adil*) Plato juga mengutuk praktek – praktek – praktek praktek pembungaan uang ini.
Teori Bunga Uang Bangsa Romawi
Pada mulanya, kerajaan Roma melarang setiap pemungutan bunga atas uang. Tetapi kemudian dengan bertambah luasnya kerajaan serta mulai munculnya kelas – kelas pedagang dalam masyarakat, timbul pulalah praktek-praktek pembungaan uang. Tetapi peraturan – peraturan yang keras dibuat guna membatasi besarnya suku bunga, yang ditetapkan berdasarkan undang – undang. Bangsa Romawi adalah bangsa yang pertama menciptakan undang – undang – undang undang guna melindungi para peminjam.
Bunga Uang Pada Abad Pertengahan
Pembayaran bunga atas pinjaman yang disebut riba pada abad pertengahan, dan pemungutan riba dilarang keras oleh undang – undang negara. Juga telah menjadi
pandanga umum untuk menganggap laranga ini sebagai salah satu ajaran agama bahkan slah satu penulis penulis terkemuka seperti Profesor Tawney berpendapat bahwa Akhirnya larangan terhadap riba dikelurakan di Eropa. Di Inggris larangan ini dikeluarkan lagi pada pada tahun 1545, 1545, di masa pemerintahan pemerintahan Henry VIII. Pada saat inilah perkataan “riba” ditukar dengan istilah “ bunga”. Istilah “bunga” ini dikeluarkan untuk memperlunak istilah tindakan manusia yang berhubungan dengan pinjaman duang. Bahkan diambil pula langkah-langkah yang perlu guna menetapkan tingkat suku bunga yang tertinggi. Di bawah pemerintahan Henry VIII, suku bunga yang tertinggi ditentukan sebesar 10%. Orang-orang terkemuka seperti Francis Bacon, Sir Jpsiah Child dan Sir Thomas Culpeper, lebih banyak menunjukkan kritik-kritik mereka terhadap tingginya suku bunga dari pada praktek pembungaan uang itu sendiri. Egoistis dibatasi oleh ajaran-ajaran agama yang mereka anut. Tetapi sejak berakhirnya kekuasaan gereja serta hilangnya norma-norma agama yang kokoh, masyarakat mulai bertindak sesuai dengan kemauan zaman. Sesaat peraturan yang membatasi praktek-praktek pembungaan uang kendor, tidak ada gunanya lagi menetapnetapkan beraoa tinggi suku bunga yang boleh dipungut. Di masa inilah mula-mula uang dipakai sebagai alat penukar di dalam perdagangan guna menggantikan cara-cara lama yang memakai sistem pertukaran langsung antara barang dengan barang. Penumpukan uang dan harta benda mulai merupakan politik perekonomian bangsa di zaman Merkantilis ini, dan karenanya karenanya semua
bangsa berusaha berusaha mengumpulkan mengumpulkan logam-logam
mulia. Seluruh kegiatan negara ditunjukkan guna mengumpulkan emas dan perak. Kaum merkantilis menyamakan uang dengan modal. “Bagi mereka uang merupakan menurut istilah sekarang suatu faktor produksi, seperti halnya dengan tanah, dan kadang-kadang dianggap sebagai kekayaan semu yang menggambarkan kekayaan sesungguhnya bunga modal adalah pembayaran yang diterima sebagai sewa modal, dus sama halnya dengan uang yang diterima dari sewa tanah.
Teori Bunga Uang Mazhab Klasik
Teori bunga uang madzhab klasik ini dengan agak mendalam, karena mazhab ini merupakan suatu mazhab yang paling terkemuka dalam ilmu ekonomi serta yang pertama kali mengembangkan ilmu tersebut, dan di seluruh universitas di dalam lingkungan negara-negara Persemakmuran, ajarannya mendapat tempat yang utama. Adam Smith, Robert Thomas Malthus dan Ricardo dianggap sebagai pendiri mazhab ini. Kemudian
nama-nama seperti John Stuart Mill, Edgeworth, Marshall dan Pigue dimasukkan juga oleh para ahli ekonomi terkemudian ke dalam lingkungan ini, tetapi dengan nama Mazhab Neo Klasik. Ajaran Marshall mengenai teori bunga ini bertitik tolak pada pendapat yang menekankan bahwa : baik permintaan maupun penawaran yang menekankan bahwa : vbaik permintaan maupun penawaran berpengaruh dalam menentukan besarnya suku bunga. Sebelum Marshall, seorang ahli ekonoi Inggris yang terkenal, Nassu Senior, mempergunakan istilah “abstinence” sebagai penyebab timbulnya bunga uang. Banyak sekali timbul kritik-kritik terhadap gagasan ini yang akan kita bicarakan kemudian. Akhirnya Marshall Marshall menukar perkataan “abstinenve” (menunda pemenuhan kebutuhan saat ini sampai waktu yang akan datang) dengan istilah “waiting” (menunggu). Menurut dia, bunga dilihat dari segi se gi penawaran adalah balas jasa terhadap pengorbanan bagi kesediaan seseorang
untuk
menyimpan
sebahagian
pendapatannya
ataupun
melakukan
“penungguan”. Permintaan akan modal tergantung kepada produktifitas marginal, yaitu suatu tambahan produksi/keuntungan atas tambahan modal yang ditanamkan. Tingkat suku bunga terdapat pada keseimbangan (equilibrium) yang dibentuk oleh perpotongan jumlah permintaan modal di pasar dengan jumlah seluruh penawaran modal pada suatu tingkat suku bunga tertentu.
Teori Bunga “Abstinence”
Nassu William Senior, menganggap bunga adalah sejumlah uang yang diberikan kepada seseorang karena ia telah bertindak “abstinence”. Dengan abstinence dimaksudkan sebagai suatu tindakan seseorang yang membatasi diri dari perbuatan yang kurang bermanfaat dan berbuat sesuatu yang bisa membawa hasil baginya, terutama di masa yang akan datang.
Teori Bunga Produktif
Penganut teori ini menganggap produktifitas sebagai suatu kekayaan yang dihasilkan oleh modal, dan mengemukakan pula bahwa hasil dari modal inilah sebagai penyebab bunga uang. uang. Bohm Bawerk mengartikan produktifitas produktifitas modal dalam empat hal : 1. Modal mempunyai kesanggupan sebagai alat dalam memproduksi barang barang 2. Modal mempunyai kekuatan-kekuatan untuk menghasilkan barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari apa yang bisa dihasilkan tanpa memakai modal
3. Modal sanggup menghasilkan benda-benda yang lebih berharga dari pada yang dihasilkan tanpa modal 4. Modal sanggup menghasilkan nilai yang lebih besar dari nilai modal itu sendiri.
Teori Bunga Bangsa Australia
Teori bunga mazhab Australia ini juga dikenal sebagai teori bunga Agio, terutama adalah sebagai hasil usaha Bohm Bawerk. Sebelum kita mengupas teori ini, lebih baik kita membicarakan apa yang disebut oleh Bohm Bawerk sebagai modal dan lingkatan produksi. Modal menurut Bawerk adalah gunggunngan gunggunngan alat-alay pembantu dalam produksi, yaitu benda-benda yang dipergunakan untuk memproduksikan barang-barang lainnya. Singkatnya, modal hanyalah merupakan gunggungan dari tenaga kerja dan tanah. Proses produksi bagi kam Kapitalis menurut Bohm Bawerk, merupkan faktor utama, sedangkan modal adalah faktor kedua. 2.
Teori Bunga Uang Menurut Islam
Kitab suci Al-Qur’an Al-Qur’an melarang keras praktek pembungaan uang. Larangan ini diulang ulang berkali-kali dengan diserai ancaman-ancaman dan tekanan-tekanan yang sangat tajam. Marilah kita tinjau bagaimana bunyi larangan Qur’an : Orang-orang yang memakan riba itu tidak akan berpendiria melainkan sebagaimana pendirian orang yang diharu setan dengan tamparannya. Yang demikian, lantaran mereka berkata : “Perdagangan itu tidak lain melainkan seperti riba. Dan Allah menghalalkan perdagangan dan mengharamkan riba. Lantaran itu, barang siapa kedatangan nasihat dari Tuhannya, lalu ia berhenti, maka baginyalah apa yang lalu, dan urusannya terserah kepada Allah ; tetapi barang siapa kembali lagi, maka mereka itu akan jadi ahli neraka yang mereka akan kekal didalamnya. “Allah hapuskan (barakat) riba dan Ia suburkan (barakat) derma; dan Allah itu tidak suka kepada tiap-tiap orang tak mengenang budi, bu di, pendosa”, (Qur’an 2 : 275-276). 275 -276). Kemudian Qur’an memperingatkan pula para pemakan riba dengan ancaman hukuman dan azab yang tidak kita jumpai pada ancaman-ancaman hukum dan azab bagi jenis-jenis dosa serta salahan lainnya yang telah diperbuat oleh manusia. manus ia. Dalam hal ini Qur’an berkata : “Hai orang-orang orang-orang yang beriman!Berbaktilah kepada Allah, dan tinggalkanlah sisa riba itu. Jika memang kamu orang-orang yang beriman. Tetapi jika kamu tidak berbuat begitu, maka terimalah pernyataan perang dari Allah serta Rasul-Nya; dan jika kamu bertaubat maka kamu boleh ambil modal-modal kamu; jadi kamu tidak akan menganiaya me nganiaya dan tidak pula kamu dianiaya. diania ya.
Dan jika ada yang kepayahan, maka berilah tempuh hingga (Waktu) ke lapangan; tetapi bahwa kamu bershadaqah itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui (Qur’an, 2 : 278-280). 278 -280). Dijazirah Arab, sebelum datangnya agama Islam, telah merupakan suatu kebiasaan masyarakat membebankan bunga kepada semua jenis pinjaman. pinjaman . Qur’an kemudian melarang praktek-praktek pembungaan ini dengan dengan nyata dan tegas. Misalnya : Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba berganda-ganda, dan takutlah kepada Allah supaya kamu dapat kejayaan. (Qur’an, 3 : 130) Secara jelas dikatakan bahwa tindakan pembungaan uang itu tidaklah akan menambah kekayaan mereka, tetapi akan membawa mereka ke dalam suatu keadaan yang telah dialami oleh bangsa Yahudi. Maka dengan sebab kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas mereka beberapa barang baik yang pernah dihalalkan bagi mereka; dan dengan sebab mereka berpaling sangat dari jalan Allah. Dan dengan sebab mereka memakan riba, padahal telah dilarang mereka dari padanya, dan (dengan sebab) mereka memakan harta manusia dengan (cara) yang tidak betul; dan kami telah sediakan agi orang-orang kaffir dari antara mereka itu, siksaan yang pedih. (Qur’an, 4 : 160 -161) Dan kemudian sekali lagi : Dan sesuatu riba yang kamu beri supaya jadi tambahan di harta-harta manusia, maka tidaklah ia jadi tambahan (bagi ganjaran kamu) di sisi Allah; tetapi suatu zakat yang kamu keluarkan karena menghendaki keredaan Allah, maka mereka itu ialah orang-orang yang dapat ganjaran berganda-ganda. berganda- ganda. (Qur’an, 30 : 39) Diceritakan oleh jabir, semoga Allah yang Maha Kuasa memberkahinya, yang berkata : Rasulullah SAW, mengutuk penerima riba, seperti juga pemberinya, yang menulis dan yang menjadi dakdi atas perbuatan itu, dan berkata : “Mereka itu sama saja (di dalam kedosaan)”. (Muslim). Perkataan riba dipakai di dalam Qur;an sebagai berikut : “Dan Engkau (Muhammad) lihat bumi itu kering, tetapi apabila Kmai turunkan air atasnya, maka segar dan mekarlah ia, dan ia tumbuhkan tiap-tiap macam yang cantik”. Dan setengah dari pada tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa engkau lihat bumi itu diam, teapi apabila kami turunkan atasnya air, maka ia bergerak dan bertumbuh Lantaran ada satu bangsa yang lebih banyak jumlahnya dari bangsa lainnya
Perkataan riba dituliskan dalam bahasa Arab sebagaimana menuliskan kata-kata Thalathah atau pun Zakata. Pandangan Imam Fachruddin Razi tentang bunga uang. Semua Ahli Hukum islam dan sebahagian besar penyelidik-penyelidik tentang susunan Qur’an, seperti Tabari, Zamachshjari, Sujuti, Baidawi, dan Ibnuk – Arabi, Arabi, hanya membicarakan persoalan pembungaan uang ditinjau dari sudut pandangan hukum saja. Tidak seorangpun di antaranya yang mencoba menjelaskan persoalanya dari segi ekonomi. Imam Razi adalah seorang yang pertama menganalisa persoalan ini dari segi ilmu ekonomi ini. Di bawah ini kita cantumkan pokok-pokok pandangannya yang ditulis di dalam karya besarny Tafsir kabir. 1. Menurut Imam Razi kata riba berarti dan menunjukkan perubahan atau pertambahan, tetapi bukan berarti bahwa semua pertambahan adalah dosa.