Planning for Urban Region and Environment Volume 3, Nomor 3, Juli 2014
3
4
Planning for Urban Region and Environment Volume 3, Nomor 3, Juli 2014
Syihabuddien Heksano, Imma Widyawati Agustin, Abdul Wahid Hasyim
KESESUAIAN LAHAN PERUMAHAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK FISIK DASAR KOTA BATU
Planning for Urban Region and Environment Volume 3, Nomor 3, Juli 2014
1
KESESUAIAN LAHAN PERUMAHAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK
FISIK DASAR KOTA BATU
Syihabuddien Heksano, Imma Widyawati Agustin, Abdul Wahid Hasyim
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145, Indonesia
Email:
[email protected]
ABSTRAK
Tahun 2007-2011 pertumbuhan penduduk Kota Batu mencapai 6%. Tanah sebagai sumberdaya alam yang bersifat terbatas tidak sebanding dengan kebutuhan manusia yang terus meningkat untuk perumahan dan permukiman. Permintaan perumahan yang meningkat serta keterbatasan lahan di Kota Batu menyebabkan developer membangun perumahan tidak sesuai dengan peruntukannya. Dalam RTRW Kota Batu 2010-2030 terdapat rencana pengembangan kawasan peruntukan perumahan seluas 2.104 ha. Tujuan penelitian ini untuk memberikan arahan lokasi lahan perumahan berdasarkan kesesuaian lahannya. Analisis yang digunakan adalah analisis overlay dan skoring untuk mengetahui kesesuaian lahan dan lokasi potensial perumahan. Kriteria kesesuaian lahan yang digunakan antara lain, topografi, tersedianya air, rawan bencana, kondisi drainase, wilayah sempadan, fungsi kawasan dan sawah irigasi teknis. Kriteria lokasi potensial adalah kedekatan dengan jalan utama, kedekatan dengan pusat kota, dan rencana pola ruang. Hasil penelitian ini adalah lahan bukan peruntukan perumahan seluas 16.364,42 ha (82,20%) dan lahan peruntukan perumahan seluas 3.544,30 ha (17,80%). Lahan perumahan yang sesuai dengan peruntukan memiliki luas 58,65 ha (41,79%) dan lahan yang tidak sesuai luasnya adalah 81,69 ha (58,21%). Lokasi potensial perumahan memiliki luas total 1.524,87 ha dengan klasifikasi Sangat Potensial seluas 451,08 ha (29,58%), Potensial seluas 512,95 ha (33,64%), Cukup Potensial seluas 408,85 ha (26,81%). Sedangkan lokasi peruntukan perumahan yang Dilarang seluas 151,99 ha (9,97%).
Kata Kunci: Kesesuaian Lahan, Perumahan, Lokasi Potensial
ABSTRACT
In 2007-2011 population growth in Batu City reached 6%. Soil as a natural resource that is limited not comparable with increasing of human needs for housing and settlements. Increasing settlement demand and limited land in Batu cause developers to build settlement in not suitable land. In 2010-2030 Spatial Planning Batu City contained residential zoning district development plan which covered on 2,104 ha land. The aim of this research is to provide guidance based on the location of residential land land suitability. The analysis that being used on this research is the overlay analysis and scoring to determine the suitability and potential zones for settlement development. There are some criterias of suitability such as topography, water availability, disaster-prone, drainage, riparian areas, area function and technical irrigated. Meanwhile, the criteria of potential zone is proximity to main roads, proximity to city centre, and the masterplan of spatial pattern. The results showed the total coverage of non settlement area is 16,364.42 ha (82.20%) and coverage of settlement area is 3,544.30 ha (17.80%). The suitable area for settlement covered 58.65 ha (41.79 %) of total and the rest which is 81.69 ha (58.21%) is for the unsuitable area. Potential settlement zone has a total area of 1, 524.87 ha with a Highly Potential classification area of 451.08 ha (29.58 %), the Potential area of 512.95 ha (33.64%), Moderately Potential area of 408.85 ha (26.81%). While the coverage settlement location that Banned zone covered 151.99 ha (9.97%) area.
Keywords: Suitability-Land, Settlement, Potential- Location.
PENDAHULUAN
Data penginderaan jauh dan data spasial yang berupa peta tematik dapat digunakan untuk memetakan faktor kesesuaian lahan perumahan kelas menengah baik itu faktor fisik (lereng, drainase, kedalaman air tanah, kerawanan bencana, tekstur tanah, daya dukung tanah) maupun faktor aksesibilitas (jalan utama dan sungai) (Alunita dan Danoedoro, 2010).
Faktor dominan yang menjadi penghambat utama dalam penentuan kawasan permukiman adalah lereng, kekuatan batuan, kembang kerut tanah, bahaya longsor, bahaya erosi, dan jalur patahan (Setyowati, 2007). Delgado et al. (2007) menggunakan data biofisik dan sosial ekonomi yang diproses dalam GIS dalam tiga model yaitu logika Boolean Model lebih mudah untuk menerapkan dan lebih ketat untuk menerapkannya di bandingkan dengan data biner dan indeks tumpang tindih yang memerlukan atribut bobot dengan metode relatif kompleks.
Untuk menetapkan kesesuaian lahan bagi permukiman dipakai beberapa parameter geomorfologis yaitu yang berhubungan dengan relief, proses geomorfologi, batuan, tanah, hidrologi, vegetasi, dan aksesibilitas yang lebih banyak melihat pada faktor penggunaan lahannya (Khadiyanto, 2005).
Seluruh luas Kota Batu adalah 19,91 km2 yang terdiri dari berbagai macam guna lahan seperti, perdagangan, wisata, permukiman, perkantoran, RTH dan lainnya. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah kebutuhan rumah sehingga semakin banyak pula lahan yang dibangun permukiman dan perumahan. Perumahan kelas elit maupun kelas menegah keatas juga ikut dalam pembangunan di dalam Kota Batu sehingga menyebabkan kepadatan bangunan tinggi.
Menurut RTRW Kota Batu 2010-2030, rencana pengembangan kawasan peruntukan perumahan seluas 2.104 ha, meliputi perumahan dengan kepadatan tinggi, kepadatan sedang, dan kepadatan rendah. Hal tersebut menimbulkan adanya peluang developer dalam membangun kawasan perumahan pada lahan yang tersedia di Kota Batu.
Kota Batu terbatas dalam hal pembangunan perumahan pada lokasi kawasan budidaya. Dapat dijumpai bahwa perumahan dibangun pada lahan yang tidak sesuai peruntukkannya oleh developer karena lokasinya yang berada di dekat sungai maupun di kelerengan yang curam. Beberapa perumahan-perumahan tersebut juga belum mempunyai IMB (Izin Mendirikan Bangunan) sehingga keberadaan perumahan tersebut patut dipertanyakan.
Maka, penelitian tentang Kesesuaian Lahan Perumahan Berdasarkan Karakteristik Fisik Dasar Kota Batu dilakukan untuk mencari lokasi potensial lahan perumahan sebagai rekomendasi bagi pemerintah, masyarakat maupun developer di Kota Batu.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif, hal ini dikarenakan penelitian ini mempunyai tujuan, pendekatan, sumber data yang telah disiapkan sebelumnya, langkah penelitian sudah direncanakan ketika penyusunan awal, dapat menggunakan sampel dan mewakili untuk populasi dan analisis dilakukan setelah semua data sudah terkumpul (Arikunto, 2006:13).
Penelitian ini berlokasi di Kota Batu (Gambar 1) dengan luas wilayah 19,91km2 yang terletak ditengah-tengah Kabupaten Malang dan secara geografis terletak pada posisi 112,900 – 112,110 Bujur Timur dan 7,110 – 8,450 Lintang Selatan.
Gambar 1. Peta Wilayah Studi
Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu identifikasi karakteristik wilayah Kota Batu, analisis kesesuaian lahan, dan analisis lokasi potensial perumahan.
Identifikasi Karakteristik Wilayah
Identifikasi karakteristik Wilayah Kota Batu ini merupakan tahap awal yang dilakukan dalam pembahasan penelitian mengenai kesesuaian lahan perumahan di Kota Batu berdasarkan karakteristik fisik. Sifat dalam analisis identifikasi karakteristik ini adalah deskriptif. Identifikasi mengunakan data-data yang diperoleh melalui survei, baik survei primer maupun survei sekunder.
Analisis Kesesuaian lahan
Analisis kesesuaian lahan yang digunakan berupa analisis yang bersifat deskriptif-evaluatif. Kriteria dalam melakukan analisis kesesuaian lahan ini menggunakan pedoman dari pemerintah dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.41/PRT/m/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya. Berikut merupakan kriteria-kriterianya:
1. Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0-25%)
2. Tersedia sumber air, baik tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan jumlah cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/orang/hari – 100 liter/orang/hari
3. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi)
4. Drainase baik sampai sedang
5. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel kereta api/ dan daerah aman penerbangan
6. Tidak berada pada kawasan lindung
7. Tidak terletak pada kawasan budidaya pertanian/penyangga
8. Menghindari sawah irigasi teknis
Analisis Lokasi Potensial Perumahan
Kesesuaian lahan perumahan di Kota Batu akan menghasilkan output yang berupa peta kesesuaian lahan yang dilakukan dengan cara melakukan overlay peta-peta berdasarkan kriteria-kriteria kesesuaian lahan. Peta kesesuaian lahan tersebut terbagi menjadi lahan sesuai dan lahan yang tidak sesuai. Lahan sesuai untuk lahan perumahan akan dijadikan beberapa klasifikasi kesesuaian lahan yang selanjutnya dapat disebut sebagai lahan potensial perumahan. Klasifikasi tersebut dilakukan menggunakan analisis buffer dan overlay dengan data rencana pola ruang, kedekatan dengan jalan, kedekatan dengan pusat pelayanan serta kesesuaian lahan perumahan. Pembagian klasifikasi menjadi tiga bagian, dimana:
1. Lahan sangat potensial
2. Lahan potensial
3. Lahan cukup potensial
Perhitungan dalam penentuan klasifikasi lahan potensial perumahan adalah dengan hasil skoring dari kesesuaian lahan. Jumlah skoring adalah penjumlahan pada masing-masing kriterianya dan menentukan kelas interval yang diinginkan dengan cara mengurangi skor tertinggi dengan skor terendah, kemudian membaginya dengan jumlah interval yang diinginkan. Perhitungan tersebut menggunakan rumus/formula yang dirumuskan oleh Effendi dalam Khadiyanto (2005), yaitu:
I = R/N
Dimana:
I = lebar interval
R = jarak interval
N = jumlah interval
Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini ada dua teknik, yaitu teknik overlay peta dan teknik skoring yang penjelasannya terdapat pada bahasan berikut:
Teknik Overlay
Teknik overlay peta sangat membantu dalam melakukan analisis spasial. Menggunakan teknik analisis ini akan diketahui karakteristik fisik wilayah Kota Batu. Berdasarkan data yang ada dan informasi yang didapat melalui survei dengan teknik ini akan mengetahui kesesuaian lahan dan lokasi lokasi potensial untuk lahan perumahan di Kota Batu. Alat yang digunakan dalam melakukan teknik ini adalah dengan menggunakan software ArcGIS 10.1. Terdapat beberapa tahapan atau langkah dalam menggunakan teknik analisis ini, yaitu:
1. Membuat terlebih dahulu peta dasar wilayah penelitian
2. Membuat peta-peta lain yang mendukung dalam penelitian
3. Menentukan kriteria-kriteria yang disesuaikan terhadap kebutuhan penelitian
4. Melakukan overlay antar peta sesuai dengan kebutuhan
Teknik Skoring
Teknik Skoring merupakan teknik dalam menganalisis data dengan memberikan nilai terhadap keadaan yang ada berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan. Kriteria dapat ditentukan dengan adanya peratuan yang berlaku dan berdasarkan studi literatur pada penelitian lain. Teknik skoring dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan analisis kemampuan lahan, peruntukan perumahan, serta lokasi potensial perumahan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kota Batu mempunyai tiga kecamatan yaitu Kecamatan Junrejo, Kecamatan Batu dan Kecamatan Bumiaji yang dapat dilihat pada Tabel 1. Kota Batu merupakan daerah perbukitan dan pegunungan, ada tiga gunung yang telah diakui secara nasional, yaitu Gunung Panderman (2.010 meter), Gunung Welirang (3.156 meter), dan Gunung Arjuno (3.339 meter).
Luas kecamatan yang terbesar adalah Kecamatan Bumiaji dengan luas 12.797,89 ha (64,28%), akan tetapi sebagian besar wilayah Bumiaji ini merupakan kawasan hutan yang berada di sebelah utara. Kecamatan Junrejo adalah kecamatan terkecil di Kota Batu dengan luas sebesar 2.565,02 ha (12,88%). Sedangkan Kecamatan Batu merupakan wilayah yang termasuk pusat kota dengan luasan mencapai 4.545,81 ha (22,83%). Lebih rinci mengenai luas administrasi Kota Batu dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Luas Administrasi Kota Batu
No
Kecamatan
Luas
Ha
(%)
1.
Kecamatan Bumiaji
12.797,89
64,28
2.
Kecamatan Junrejo
2.565,02
12,88
3.
Kecamatan Batu
4.545,81
22,83
Total
19.908,72
100,00
Sumber: RTRW Kota Batu Tahun 2010-2030
Kemampuan Lahan
Skoring dan pembobotan untuk kemampuan lahan dilakukan menggunakan tiga kriteria berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/1980 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung yaitu kelerengan, curah hujan, dan jenis tanah. Penilaian kemampuan lahan Kota Batu dilakukan dengan memberikan skor untuk masing-masing kriteria kemampuan lahan (Tabel 2).
Tabel 2 menunjukkan hasil analisis kemampuan lahan dari total skornya yang kemudian dapat diidentifikasi fungsi kawasannya. Penjumlahan skor total 175 menunjukkan bahwa wilayah yang bersangkutan perlu dijadikan, dibina dan dipertahankan sebagai kawasan lindung. Kawasan penyangga dapat dinilai jika mempunyai jumlah nilai skor total 125 – 174. Kawasan ketiga yaitu kawasan budidaya dapat ditetapkan jika mempunyai nilai skor 125 ke bawah.
Tabel 2. Hasil Analisis Kemampuan Lahan
Skor
Kelerengan
Skor Jenis Tanah
Skor Curah Hujan
Total Skor
Kemampuan lahan
20
60
10
90
Budidaya
20
60
20
100
Budidaya
20
30
10
60
Budidaya
20
30
20
70
Budidaya
20
15
10
45
Budidaya
20
15
20
55
Budidaya
80
15
10
105
Budidaya
80
15
20
115
Budidaya
80
60
10
150
Penyangga
80
60
20
160
Penyangga
80
60
10
150
Penyangga
80
60
20
160
Penyangga
80
30
10
120
Budidaya
80
30
20
130
Penyangga
80
75
20
175
Lindung
80
75
30
185
Lindung
100
15
10
125
Penyangga
100
15
20
135
Penyangga
100
15
30
145
Penyangga
100
60
10
170
Penyangga
100
60
20
180
Lindung
100
30
10
140
Penyangga
100
30
20
150
Penyangga
100
75
20
195
Lindung
100
75
30
205
Lindung
100
60
10
170
Penyangga
100
60
20
180
Lindung
Tabel 2 diatas merupakan analisis kemampuan lahan dari tiga kriteria (jenis tanah, curah hujan, kelerengan) yang telah dilakukan overlay. Luas kemampuan lahan dari hasil diatas dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kemampuan Lahan Kota Batu (ha) tahun 2014
Kecamatan
Kemampuan Lahan
Budidaya
Penyangga
Lindung
Bumiaji
3490,15
1092,68
8215,06
Junrejo
1787,01
52,95
725,06
Batu
1716,18
630,48
2199,15
Kota Batu
6993,34
1776,11
11139,27
%
35%
9%
56%
Kemampuan lahan di Kota Batu didominasi oleh kawasan lindung dengan luasan sebesar 11139,27 ha (56%) dimana kondisi ini merupakan guna lahan yang berupa hutan raya, sempadan sungai, mata air dan kawasan dengan kelerengan lebih dari 40%. Kawasan penyangga memiliki luas terkecil yaitu 1776,11 ha (9%) yang dapat dilihat pada Tabel 3. Sebesar 35% (6993,34 ha) merupakan kawasan budidaya yang lahannya dapat dimanfaatkan sebagai lahan perumahan, perdagangan dan lainnya. Kecamatan Bumiaji memiliki luas lahan budidaya terluas daripada kecamatan lainnya. Sebaran kemampuan lahan di Kota Batu dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kemampuan Lahan Tahun 2014
Kesesuaian Lahan
Analisis kesesuaian lahan merupakan penggabungan dari peta daerah rawan bencana, peta air bersih, peta drainase, peta sawah irigasi teknis, peta kelerengan, peta wilayah sempadan, serta peta kemampuan lahan dengan cara melakukan overlay data tersebut sesuai dengan kriteria peruntukan perumahan yang tercantum pada Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi Lokasi Peruntukan Perumahan
No.
Lokasi Peruntukan Perumahan
Lokasi Bukan Peruntukan Perumahan
1
Kelerengan 0-25%
Kelerengan >25%
2
Berada di kawasan aman terhadap bahaya
Berada pada daerah rawan bencana
3
Berada pada wilayah bukan sempadan
Berada pada wialyah sempadan
4
Berada pada kawasan budidaya
Berada pada kawasan penyangga dan lindung
5
Berada pada lahan bukan sawah irigasi teknis
Berada pada lahan sawah irigasi teknis
6
Berada pada wilayah yang terlayani air bersih
Berada pada wilayah yang tidak terlayani air bersih
7
Berada pada daerah yang memiliki kondisi drainase sedang sampai baik
Berada pada daerah yang memiliki kondisi drainase buruk
Tabel 5. Peruntukan Perumahan Kota Batu
Lokasi
Klasifikasi
Bukan Peruntukan Perumahan
Peruntukan Perumahan
Bumiaji
11000,84
1797,05
Junrejo
2247,04
317,98
Batu
3116,55
1429,27
Kota Batu
16364,42
3544,30
%
82,20%
17,80%
Hasil dari overlay tersebut berupa lahan peruntukan perumahan seluas 3.544,30 ha dengan persentase 17,80 % dan lahan yang bukan peruntukan perumahan seluas 16.364,42 ha dengan persentase 82,20% (Tabel 5). Peruntukan lahan perumahan didominasi oleh lahan yang bukan peruntukan di Kota Batu dikarenakan karakteristik fisik Kota Batu yang mempunyai tiga gunung sehingga topografinya lebih banyak yang termasuk dalam kategori curam (>40%). Selain itu, terdapat sawah irigasi teknis yang luas dan harus dipertahankan guna memenuhi kebutuhan pangan penduduk Kota Batu dan sekitarnya. Faktor lainnya seperti sempadan sungai dan mata air, tersedianya air, daerah rawan bencana, serta kondisi drainase juga mempengaruhi peruntukkan lahan perumahan.
Gambar 3. Peruntukan Lahan Perumahan Kota Batu 2014
Gambar 3 menunjukkan letak peruntukan lahan perumahan pada masing-masing kecamatan di Kota Batu tahun 2014. Bagian tengah (Kecamatan Batu) merupakan bagian yang terluas. Hasil pada Gambar 3 tersebut dilakukan analisis overlay dengan sebaran perumahan-perumahan di Kota Batu tahun 2014 sehingga dapat diketahui lokasi perumahan yang sesuai dan lokasi perumahan yang tidak sesuai. Tabel 6 berikut merupakan hasil dari kesesuaian perumahan dengan luas ketidaksesuaian dan persentase ketidaksesuaian.
Tabel 6. Kesesuaian Lokasi Perumahan Kota Batu tahun 2014
No.
Klasifikasi
Luas
Ha
%
1
Sesuai
58,65
41,79%
2
Tidak Sesuai
81,69
58,21%
Total
140,30
140,34
Tabel 6 menunjukkan bahwa 81,69 ha (58,21%) lokasi perumahan di Kota Batu tidak sesuai dan seluas 58,65 ha (41,79%) lokasi perumahan telah sesuai dengan peruntukan lahan perumahan yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6 diatas. Ketidaksesuaian pada lokasi perumahan-perumahan di Kota Batu mempunyai kriteria-kriteria yang berbeda penyebabnya sesuai dengan kriteria yang tertera pada Tabel 4. Terdapat 12 kelompok kriteria yang tidak sesuai pada lokasi perumahannya. Tabel 7 menjelaskan secara rinci seluruh perumahan yang tidak sesuai berdasarkan kelompok kriteria ketidasksesuaiannya.
Sebaran lokasi perumahan-perumahan yang tidak sesuai dan yang sesuai dengan peruntukan perumahannya pada tahun 2014 dapat dipetakan seperti pada Gambar 4.
Gambar 4. Kesesuaian Lokasi Perumahan di Kota Batu Tahun 2014
Tabel 7. Kelompok Kriteria Tidak Sesuai
No.
Kriteria Tidak Sesuai
Nama Perumahan
1
Kawasan Lindung dan Penyangga
Kelerengan > 25%
Irigasi Teknis
Residence Bunga Tanjung
2
Kawasan Lindung dan Penyangga
Sempadan
Sisir Ratu
Kusuma Agro
3
Kawasan Lindung dan Penyangga
Kelerengan > 25%
Villa Bukit Cherry
4
Rawan Longsor
Kawasan Lindung dan Penyangga
Kelerengan > 25%
Bukit Batu Permata
5
Sempadan
Kawasan Lindung dan Penyangga
Tidak terlayani air bersih
Bumi Asri
6
Kawasan Lindung dan Penyangga
Rekesan Residence
Bukit Selecta Mas
Panderman Hill
Panderman View
Amarta Hill
7
Tidak terlayani air bersih
Martabe Regency
Junrejo Regency
Sekar Putih Permai
De Daun Property
Royal Palm Regency
Sumbergondo Asri Permai
Sekar Putih Asri
8
Kawasan Irigasi Teknis
Metro Indah
9
Tidak terlayani air bersih
Sempadan
Wastu Asri
Junrejo Indah
Grand Mandiri Land
10
Sempadan
Batu Green Park
Dewi Sartika Regency
De Sartika Town House
Viorence Hill
Villa Valensia
Batu Permai
11
Tidak terlayani air bersih
Irigasi teknis
Griya Jemani
Teratai Regency
Junrejo Royal Regency
Ebenezer
Taman JR
Villa Bukit Emas
12
Tidak terlayani air bersih
Golden Park
Nadia Residence
Green Apple Regency
Pondok Beji Indah
Batu Permata Puri
Tindakan untuk lahan-lahan yang tidak sesuai dilakukan sebuah pengendalian pemanfaatan ruang pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Pengendalian permafaatan ruang yang tertera pada pasal 35 dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
Dalam penelitian ini dapat dilakukan pemberian disinsentif yang merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang dan pengenaan sanksi oleh pemerintah pada perumahan yang tidak sesuai yaitu berupa:
Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang.
Pembatasan penyediaan infrastruktur.
Pengenaan kompensasi, dan penalti.
Tindakan penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
Lokasi Potensial Perumahan
Lokasi potensial adalah tahap akhir analisis pada penelitian ini dimana lahan-lahan yang sesuai peruntukan perumahan akan dianalisis untuk mengidentifikasi lahan yang sangat potensial, potensial, dan cukup potensial. Tabel 8 merupakan peniliaian dari lahan potensial perumahan berdasarkan tiga kriteria yaitu kedekatan dengan jalan utama, kedekatan dengan pusat pelayanan kota, dan kesesuaian dengan rencana pola ruang.
Tabel 8. Penilaian Lahan Potensial Perumahan
Kriteria
Klasifikasi
Skor
Kedekatan dengan jalan utama
0-500 m
3
501-1000 m
2
1001-1500 m
1
> 1500 m
0
Kedekatan dengan pusat pelayanan
30 menit/2.000m dari pusat pelayanan kota
3
30 menit/2.000m dari sub pusat pelayanan kota
2
30 menit/2.000m dari pusat lingkungan
1
Rencana pola ruang
Perumahan dan Permukiman
3
Perdagangan dan Jasa
2
Pertanian
1
Pariwisata, hutan produksi, kawasan militer, industri, perkantoran, pelayanan umum
0
Kawasan Lindung
-
Gambar 5. Kedekatan dengan Jalan Utama
Gambar 5 menunjukkan bahwa dominasi terbesar adalan zona yang mempunyai kedekatan dengan jalan dengan jarak 0-500 meter (50%). Pada jarak antara 500-1000 meter memberikan persentase 30% yang menempati posisi kedua. Jarak 1000-1500 meter luasnya hanya 20% yang mana luas tersebut merupakan luas terkecil dari jarak-jarak dengan kedekatan jalan utama dan hasil erase pada lereng >25%.
Gambar 6. Kedekatan dengan Pusat Pelayanan
Gambar 6 menunjukkan bahwa kedekatan dengan pusat pelayanan luasan wilayahnya didominasi dengan sub pusat pelayanan karena titik lokasinya dekat dengan jalan dan tidak terhalang lereng >25%. Sebesar 31% dari luasan total merupakan lahan pusat pelayanan Kota Batu yang termasuk dalam klasifikasi zona sangat potensial dan termasuk luas lahan terkecil dari pusat lainnya.
Gambar 7. Rencana Pola Ruang
Data yang digunakan adalah data yang bersumber dari Bappeda Kota Batu dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu Tahun 2010-2030. Luas terbesar adalah dengan guna lahan hutan dengan persentase 54%, sedangkan pada guna lahan perumahan persentasenya sebesar 10% (Gambar 7) dimana sangat sesuai jika dimanfaatkan sebagai lahan perumahan.
Penilaian dilakukan pada ketiga kriteria tersebut, sehingga akan didapatkan hasil melalui perhitungan menggunakan rumus/formula yang dirumuskan oleh Effendi dalam Khadiyanto (2005), yaitu:
I = R/N
R = jarak interval = 9 – 1 = 8
N = jumlah interval = 3
I = lebar interval = 8/3 = 2,67 ~ 3
Hasil lebar interval diketahui adalah 3, maka interval 1-3 termasuk klasifikasi cukup potensial, interval 4-6 termasuk klasifikasi lokasi potensial, dan 7-9 termasuk klasifikasi lokasi sangat potensial. Tabel 9 merupakan hasil penentuan lokasi potensial perumahan berdasarkan 3 kriteria.
Tabel 9. Hasil Lokasi Potensial Perumahan Kota Batu tahun 2014
Skor Jalan
Skor Pola Ruang
Skor Pusat
Total Skor
Keterangan
0
-
3
-
Dilarang
1
0
1
Cukup Potensial
1
0
0
1
Cukup Potensial
0
0
1
1
Cukup Potensial
1
-
1
-
Dilarang
1
-
2
-
Dilarang
2
0
0
2
Cukup Potensial
1
1
0
2
Cukup Potensial
1
0
1
2
Cukup Potensial
0
1
1
2
Cukup Potensial
0
0
2
2
Cukup Potensial
2
-
0
-
Dilarang
2
-
3
-
Dilarang
2
0
1
3
Cukup Potensial
1
1
1
3
Cukup Potensial
3
-
0
-
Dilarang
3
-
3
-
Dilarang
2
0
2
4
Potensial
1
3
0
4
Potensial
1
0
3
4
Potensial
0
3
1
4
Potensial
0
1
3
4
Potensial
1
1
2
4
Potensial
2
3
0
5
Potensial
3
1
1
5
Potensial
2
2
1
5
Potensial
2
1
2
5
Potensial
1
2
3
5
Potensial
1
1
3
5
Potensial
3
0
3
6
Potensial
3
2
1
6
Potensial
2
3
1
6
Potensial
2
2
2
6
Potensial
1
3
2
6
Potensial
3
2
2
7
Sangat Potensial
3
3
1
7
Sangat Potensial
3
1
3
7
Sangat Potensial
2
2
3
7
Sangat Potensial
2
3
2
7
Sangat Potensial
1
3
3
7
Sangat Potensial
3
2
3
8
Sangat Potensial
3
3
2
8
Sangat Potensial
2
3
3
8
Sangat Potensial
3
3
3
9
Sangat Potensial
Tabel 10 merupakan tabel hasil skoring dari penjumlahan hasil overlay ketiga kriteria zona potensial perumahan. Dari hasil tersebut dapat diketahui luas lahannya berdasarkan klasifikasi lokasi potensial perumahan dimana lahan sangat potensial seluas 2380,03 ha (11,95%), lahan potensial 2989,13 ha (15,01%), cukup potensial 2562,37 ha (12,87%) dan dilarang seluas 11977,20 ha (60,16%). Lokasi potensial perumahan didominasi lahan dilarang sebagai lahan yang terluas dan yang terkecil luasnya adalah klasifikasi sangat potensial. Lebih rinci mengenai hasil dari klasifikasi lokasi potensial perumahan dapat dilihat pada Tabel 10. Sebaran dari masing-masing klasifikasi seluruh lokasi potensial perumahan dapat dilihat pada Gambar 8 berikut.
Tabel 10. Klasifikasi Lokasi Potensial Perumahan Kota Batu Tahun 2014
No.
Klasifikasi
Luas
Ha
%
1
Sangat Potensial
2380,03
11,95
2
Potensial
2989,13
15,01
3
Cukup Potensial
2562,37
12,87
4
Dilarang
11977,20
60,16
Total
19908.72
19908.72
Gambar 8. Lokasi Potensial Perumahan Kota Batu Tahun 2014
Lahan tidak terbangun yang berlokasi pada lahan peruntukan perumahan akan dilakukan analisis overlay sehingga dapat mengetahui lokasi potensial perumahan pada lahan peruntukan perumahan. Lokasi – lokasi potensial perumahan ini yang dijadikan acuan dalam pemilihan lahan-lahan perumahan yang tepat sehingga tidak merusak lingkungan dan memiliki aksesibilitas tinggi. Tabel 11 merupakan klasifikasi lokasi potensial perumahan yang berada pada lahan tidak terbangun.
Tabel 11. Klasifikasi Lokasi Potensial Perumahan pda Lahan Tidak Terbangun Kota Batu Tahun 2014
No
Klasifikasi
Luas
Ha
(%)
1
Sangat Potensial
451,08
29,58%
2
Potensial
512,95
33,64%
3
Cukup Potensial
408,85
26,81%
4
Dilarang
151,99
9,97%
Total
1524,87
100,00%
Klasifikasi lokasi potensial merupakan lokasi yang terbesar daripada yang lainnya yaitu seluas 512,95 ha (Tabel 11). Terbesar kedua adalah lokasi sangat potensial dimana mempunyai luas 451,08 ha dan cukup potensial mempunyai luas 408,85 ha. Lokasi dilarang merupakan lokasi yang dalam rencana pola ruang termasuk rencana kawasan lindung sehingga tidak diperbolehkan untuk lahan budidaya pada umumnya dan perumahan pada khususnya seluas 151,99 ha (9,97%). Secara pemetaan spasial lokasi potensial perumahan dapat dipertakan pada Gambar 9 berikut.
Gambar 9. Lokasi Potensial Perumahan pada Lahan Tidak Terbangun
KESIMPULAN
Luas Kota Batu adalah 19.908,72 ha dibagi menjadi dua peruntukan perumahan yaitu peruntukan perumahan seluas 3.544,30 ha (17,80%), dan bukan peruntukan perumahan seluas 16.264,42 ha (82,20%). Seluruh perumahan di Kota Batu mempunyai luas sebesar 140,34 ha dan lokasi yang tidak sesuai karena berlokasi pada lahan bukan peruntukan perumahan adalah 81,69 ha (68,21%) serta lokasi yang sesuai karena berletak pada lahan peruntukan perumahan adalah seluas 58,65 ha (41,79%). Penyebab tidak sesuainya lokasi perumahan beragam mulai dari terletak pada kawasan lindung, penyangga, wilayah sempadan, kelerengan lebih dari 25%, daerah rawan bencana, kawasan yang tidak terlayani air bersih, serta berada pada kawasan sawah irigasi teknis.
Lahan peruntukan perumahan yang seluas 3.544,30 ha dibagi menjadi lahan terbangun seluas 2.019,44 (56,98%) dan lahan tidak terbangun seluas 1.524,87 (43,02%). Lahan tidak terbangun tersebut terbagi menjadi 3 lahan potensial yaitu lokasi Sangat Potensial dengan luas 451,08 ha (29,58%) yang disebabkan karena lokasi berada pada jarak 0-500m dari jalan utama, berada pada jarak 0-2km dari pusat pelayanan Kota Batu dan termasuk pada lokasi rencana perumahan dalam Rencana Pola Ruang Kota Batu Tahun 2010-2030, lokasi Potensial seluas 512,95 ha (33,64%), lokasi Cukup Potensial seluas 408,85 ha (26,81%). Sedangkan lokasi yang Dilarang seluas 151,99 ha (9,97%).
DAFTAR PUSTAKA
Alunita, Artan Niki dan Danoedoro, Projo. -. Analisis Kesesuaian Lahan Perumahan Kelas Menengah Menggunakan Data Penginderaan Jauh dengan Sistem Informasi Geografis di Kota Surabaya.
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta
Bappeprov Jawa Timur. 2012. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor Tahun 2012 tentang RTRW Provinsi Jawa Timur tahun 2011-2031
Bappeda Kota Batu. 2011. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 7 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Batu tahun 2010-2030
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Penataan Ruang. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Penataan Ruang. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 36/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai
Delgado, Otoniel Buenrosstro, Manuel Mendoza, Erna Lopez Granados, Davide Geneletti. 2007. Analysis of Suitability for the siting of inter-municipal landfills in the Cuitzeo Lake Basin, Mexico. Waste Management. 28: 1137-1146
Khadiyanto, Parfi. 2005. Tata Ruang Berbasis pada Kesesuaian Lahan. Semarang: Badan Penerbit Undip
Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No. 10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan Hunian Berimbang
Setyowati, Dewi Liesnoor. 2007. Kajian Evaluasi Kesesuaian Lahan, Permukiman Dengan Teknik Sistem Informasi Geografis (SIG). Jurnal Geografi FIS UNNES. Volume 4 No. 1 Januari 2007
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/1980 Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan PermukimanBPenulis.2009.Judul Sumber. Nama Kota. Penerbit.