BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Hotel dapat diartikan sebagai tempat menginap bagi umum yang dikelola
secara
komersil,
terdiri
dari
beberapa
kamar
dan
menyediakan
juga
makanan/minuman. Selain itu, kebersihan dan kesehatan hotel juga sangat mempengaruhi minat para wisatawan. Karenanya, kebersihan ini akan dapat membantu meningkatkan kepariwisataan di Indonesia. Dalam industri kepariwisataan hotel merupakan sektor industri yang bergerak dalam bidang jasa dan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepariwisataan, dimana hotel dituntut dapa t memberikan kepuasan kepada tamu baik dari fasilitas yang disediakan dalam memenuhi kebutuhan tamu. Oleh sebab itu, pihak hotel harus mampu menciptakan suasana yang di butuhkan oleh tamu, salah satu caranya meningkatkan Higiene dan Sanitasi pada semua department. Higiene merupakan usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha kesehatan individu, maupun usaha kesehatan pribadi manusia.
Sedangkan
Sanitasi
berarti
usaha
kesehatan
preventif
yang
menitikberatkan kegiatannya kepada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Jasa pelayanan hotel disamping mempunyai dampak positif sebagai tempat istirahat yang baik dan kesenangan hidup juga dapat menimbulkan dampak terhadap masalah kesehatan masyarakat misalnya, para wisatawan juga dapat membawa penyakit yang belum ada didaerah yang dikunjungi, misalnya penyakit AIDS. Oleh karena itu perlu sekali dilakukan usaha desinfeksi semua peralatan bekas pakai, seperti tempat tidur, kamar mandi, jamban, perlatan makan dan minum. Hotel yang memiliki higiene dan sanitasi yang baik akan sangat menunjang dalam memberikan kepuasan kepada para pengunjung. Karena itu studi kasus yang kami bahas dalam makalah ini higiene dan sanitasi yang ada di Hotel Rodhita Banjarbaru.
1
1.2
Tujuan
1.
Untuk mempelajari dan memahami pengertian dari higiene lingkungan kerja.
2.
Mengetahui jenis-jenis higiene lingkungan kerja.
3.
Mengetahui higiene dan sanitasi di Industri perhotelan.
4.
Mengetahui tujuan dari higiene di Industri Perhotelan.
5.
Mengetahui upaya higiene lingkungan kerja di hotel.
1.3
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan higiene lingkungan kerja?
2.
Apa saja jenis dari higiene lingkungan kerja?
3.
Apa yang dimaksud higiene dan sanitasi di Industri perhotelan?
4.
Apa tujuan dari higiene di Industri perhotelan?
5.
Bagaimana upaya higiene lingkungan kerja di hotel?
2
BAB II Isi 2.1
Pengertian Higiene Lingkungan Kerja Higiene lingkungan kerja merupakan ilmu dan seni tentang pengenalan,
antisipasi, evaluasi dan pengontrolan terhadap faktor-faktor lingkungan atau tekanan yang ditimbulkan dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan penyakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan, atau ketidaknyamanan di kalangan pekerja maupun warga masyarakat di luar lingkungan kerja (Barbara Plog, 2002:3). Sedangkan pengertian lingkungan kerja sendiri adalah kehidupan sosial, psikologi, dan fisik dalam perusahaan yang berpengaruh terhadap pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai keadaan lingkungan sekitarnya, antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini, manusia akan selalu berusaha untuk beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan sekitarnya. Demikian pula halnya ketika melakukan pekerjaan, karyawan sebagai manusia tidak dapat dipisahkan dari berbagai keadaan disekitar tempat mereka bekerja, yaitu lingkungan kerja. Selama melakukan pekerjaan, setiap pegawai akan berinteraksi dengan berbagai kondisi yang terdapat dalam lingkungan kerja. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugastugas yang dibebankan (Nitisemito, 1992:25). Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien (Sedarmayanti, 2001:12). Jadi, kegiatan higiene merupakan aspek perlindungan bagi kesehatan tenaga kerja dan sarana untuk membina dan mengembangkan tenaga kerja menjadi sumber daya manusia yang disiplin, dedikatif, penuh tanggung jawab dan mampu bekerja secara produktif dan efisien.
3
2.2
Jenis Higiene Lingkungan Kerja Higiene lingkungan kerja terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya:
Higiene perusahaan/ industri Merupakan bagian dari usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat pekerja, masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat umum yang menjadi konsumen dari hasil-hasil produksi perusahaan dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaaan/ industri tersebut. Misalnya pada Industri air minum, industri makanan atau restoran dan industri perhotelan.
Higiene Makanan dan Minuman Merupakan benteng utama dalam menjamin kesehatan masyarakat termasuk usaha untuk menghindari kerusakan makanan dan menghindari penurunan kualitas makanan. Untuk menghindarinya diperlukan penanganan diseluruh tingkat produksi makanan dari bahan mentah sampai siap dimakan.
Higiene perorangan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Higiene perorangan dapat dilihat dari cara seseorang makan, mandi, mengenakan pakaian sehari-hari, serta kebersihan badan meliputi rambut, kuku, badan, telinga, gigi, dan sebagainya. Subaris, 2008: 8).
2.3
Higiene dan Sanitasi di Industri Perhotelan Higiene dan sanitasi perhotelan adalah usaha kesehatan yang preventif
atau usaha pencegahan terhadap timbulnya penyakit yang menitik beratkan kegiatannya kepada usaha kesehatan lingkungan perhotelan, yaitu mencegah imbulnya berbagai macam penyakit sebagai akibat dari kurang atau tidak diperhatikannya factor-faktor lingkungan hotel yang menggangu kesehatan. (Rohani, 2009: 17). Sanitasi merupakan keseluruhan upaya yang mencakup kegiatan atau tindakan yang perlu dilakukan untuk membebaskan hal-hal yang berkenaan dengan kebutuhan manusia, baik itu berupa barang atau jasa, dari segala bentuk
4
gangguan atau bahaya yang merusak kebutuhan manusia di pandang dari sudut kesehatan. Ruang lingkup sanitasi yang terkait dengan kesehatan meliputi antara lain : Menjamin lingkungan serta tempat kerja yang bersih dan baik. Melindungi setiap orang dari faktor-faktor lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan fisik maupun mental. Mencegah timbulnya berbagai macam penyakit menular. Mencegah terjadinya kecelakaan dan menjamin keselamatan kerja. (Astuti, 2007:18). Bagi sebuah industri perhotelan, sanitasi perhotelan mempunyai dua peranan pokok, yaitu: 1.
Peranan Fisik
Menjamin kebersihan lingkungan umum hotel, adapun yang dimaksud dengan kebersihan tidak hanya terbatas pada kebersihan saja, akan tetapi kebersihan fisik hotel secara keseluruhan, yaitu meliputi kebersihan airnya, kebersihan makan dan minumannya, kamarnya, toilet dan dapurnya, serta kebersihan peralatan dan bersih dan bebas dari insekta dan tikus yang dapat mengganggu kesehatan. 2.
Peranan Psikologis
Menjamin kepuasan terhadap para tamunya serta karyawannya dalam hal sebagai berikut : a. Istirahat b. Kesenangan dan kegembiraan c. Keamanan d. Perlindungan e. Kebebasan/ Privasi (Budiarti, 2010:11). 2.3.1
Aspek-aspek Higiene dan Sanitasi Hotel Di dalam penerapan higiene dan sanitasi, terdapat tiga aspek penting, yaitu
: 1. Aspek Kesehatan, meliputi: a. Mencegah berkembangnya penyakit menular
5
b. Mencegah timbulnya penyakit akibat kerja c. Mencegah terjadinya kecelakaan d. Menjaga kebersihan area dapur 2. Aspek Estetika,meliputi: a. Mencegah timbulnya tempat-tempat yang kotor b. Mencegah pemandangan yang kurang sedap di sekitar hotel dan di area dapur c. Mencegah timbulnya bau-bau yang tidak sedap d. Meningkatkan rasa kenyamanan dalam bekerja 3. Aspek Bisnis Operasional, meliputi: a. Menarik minat tamu untuk berkunjung ke hotel, minimal hanya makan dan minum di hotel. b. Merupakan sarana promosi yang ampuh. c. Meningkatkan kesejahteraan karyawan. d. Sikap manjement hotel yang subjektif. e. Meningkatkan mutu dan citra hotel f. Memberikan Pelayanan yang memuaskan kepada tamu. (Rohani, 2009:20).
2.3.2
Sasaran Sanitasi Hotel Sasaran sanitasi di wilayah dalam bangunan hotel meliputi sanitasi umum,
dan sanitasi kamar. Sanitasi umum Sasaran sanitasi umum ini meliputi Bangunan/gedung hotel. Harus kuat/kokoh, tidak memungkinkan senagai tempat berkembangbiaknya serangga dan tikus, penggunaan ruangan dipergunakan sesuai dengan fungsinya, konstruksi lantai bersih dan tidak licin, bagian yang selalu kontak dengan air dibuat miring ke arah saluran pembuangan air agar tidak membentuk genangan air, dinding bersih permukaan yang selalu berkontak dengan air harus kedap air. Bagian-bagian yang harus memenuhi standar antara lain:
6
Atap. Harus kuat dan tidak bocor serta tidak memungkinkan terjadinya genangan air. Langit-langit. Tinggi dari lantai minimal 2,5 meter. Pintu. Dapat dibuka dan ditutup serta dikunci dengan baik serta dapat mencegah masuknya binatang pengganggu. Pencahayaan. Adapun pembagian-pembagiannya sebagai berikut : - Ruang untuk kegiatan dengan resiko kecelakaan tinggi > 300 lux - Lampu tamu > 60 lux - Lampu tidur > 5 lux - Lampu baca > 100 lux - Lampu relax > 30 lux Fasilitas hotel meliputi kebersihan tirai, karpet, furniture, elevator dan lainlain. Sanitasi kamar Kamar merupakan suatu bagian dari hotel yang sangat penting agar para tamu bebas dapat beristirahat dan melakukan apa saja tanpa terganggu. Syarat sanitasi kamar hotel meliputi : a.
Kebersihan umum Kebersihan dan persyaratan fasilitas yang tersedia dalam kamar, antara lain:
Kamar harus selalu dibersihkan oleh karena kamar dapat dikotori oleh debu, zat kimia bahkan lumut, jamur atau kuman. Pengotoran oleh debu dapat dihilangkan dengan jalan menyapu dan membersihkan ruangan termasuk perabotan kamar yang ada secara rutin. Pengotoran oleh zat kimia misalnya noda-noda pada lantai, dinding, taplak meja dan lain-lain dibersihkan dengan memakai zat kimia tertentu yang dapat dipakai untuk menghilangkan nodanoda tersebut. Sedangkan pengotoran oleh lumut atau cendawan dapat terjadi apabila dalam keadaan lembab, ini dapat dicegah dengan mencari sumber terjadinya kelembaban tersebut kemudian diperbaiki.
Fasilitas-fasilitas yang perlu diperhatikan dalam kamar antara lain : WC/Urinoir Pada umumnya, disuatu hotel terutama yang bertaraf internasional WC biasanya tidak berdiri sendiri tetapi bersama –sama dengan urinoir dan
7
kamar mandi berada dalam satu unit ruangan tersendiri yang disebut toilet room dan biasanya berada dalam kamar. Persyaratan untuk WC/urinoir : 1.
Bersih dan tidak berbau
2. Tipenya harus water seal (closet) dan dilengkapi tempat cuci tangan. 3. 4.
Pada hotel yang bertaraf internasional perlu dilengkapi kertas toilet Harus di disinfeksi baik di lantai maupun bagian luar dari howl toiletnya tiap kali tamu check out.
Kamar mandi Persyaratan untuk kamar mandi: 1. Bersih dan tidak berbau 2. Lantai tidak boleh licin 3. Dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak merembeskan air 4. Dinding kamar mandi harus dari bahan kedap air 5. Bila memakai bath tubo perlu di lengkapi dengan shower, kran air dingin dan panas, tirai penutup dan keset kaki serta di lengkapi kaca toilet. Tempat Tidur Secara umum, persyaratan untuk kamar tidur sebagai berikut: a. Kondisi ruangan tidak pengap dan berbau. b. Bebas dari kuman-kuman patogen. c. Bersih dan tertata rapi. d. Suhunya sekitar 18-28 0 c. e. Kelembaban sekitar 40-70 % f. Dinding, pintu, jendela yang tembus pandang atau cahaya dilengkapi dengan tirai. Penerangan Persyaratan untuk penerangan kamar : a.
Harus dapat memberikan suasana tenang.
b.
Tidak menyilaukan.
8
c.
Untuk beberapa jenis lampu tetentu perlu dipasang kop lampu agar sinarnya tidak langsung menyinari tempat tidur.
Intensitas cahaya yang diperlukan adalah sebagai berikut : o
Lampu untuk pintu masuk : 25-40 watt
o
Lampu langit-langit kamar : 100 watt
o
Lampu untuk tirai : 40 watt
o
Lampu meja kamar : 40-60 watt
o
Lampu baca : 40 watt
o
Lampu tidur pojok : 25 watt
(Rumekso, 2002: 43-47). Pada Umumnya sasaran sanitasi hotel menyangkut dua hal yaitu: 1.
Sanitasi Lodging Sanitasi lodging adalah pengawasan sanitasi yang menyangkut urusan
kerumahtanggaan (Housekeeping) hotel, yang meliputi bangunan dan fasilitasnya seperti halaman, sampah, pembuangan air kotor, dan lain-lain Ruang lingkup sanitasi lodging meliputi : a)
Wilayah luar bangunan hotel yang terdiri dari : halaman, tempat parkir, pertamanan, pembuangan sampah, pembuangan air kotor.
b) Wilayah di dalam hotel yang tefrdiri dari : sanitasi umum, sanitasi kamar, sanitasi toilet, sanitasi ornament. 2. Sanitasi Catering Catering dalam kegiatan hotel adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan makanan yang diolah dan dihidangkan dalam sebuah hotel. Kegiatan catering ini bisa berupa penyediaan makanan dan minuman untuk keperluan hotel sendiri dan penyediaan makanan untuk diluar hotel (Outside catering). Pada umumnya pengawasan ini diperlukan untuk mencegah tersebarnya bermacam-macam penyakit lewat makanan, hal ini dapat ditujukan pada: a) Keadaan bahan makanan, dengan persyaratan :
Sayur–mayur, buah–buahan harus segar dan tidak busuk.
Bahan makanan kaleng harus dicek kemungkingan ada kebocoran.
9
Bahan pembuat kue (tepung, pewarna) bebas dari serangga dan disimpan dengan baik.
b) Cara menyajikan :
Gunakan alat makanan yang bersih.
Meja makan dan lantai ruangb makan besih, terlihat tidak ada lalat.
Cukup pencahayaan alam /buatan.
Pengambilan makanan melalui jendela khusus dari tempat penyimpanan makan masuk agar bebas lalat/serangga.
Dinding ruang berwarna terang.
Pintu ruangan dapat menutup sendiri sebagian tertutup dengan kawat kasa.
(Rumekso, 2002: 61). c) Persyaratan yang lainnya :
Karyawan catering harus mempunyai sertifikat kesehatan yang masih berlaku.
Pakaian karyawan catering harus bersih dan ganti setiap dan ini disediakan oleh pesusahaan/hotel dengan dilengkapi penuitup kepala.
Harus ada WC dan urinoir tersendiri bagi karyawan catering dan tidak berhubungan langsung pintunya dengan dapur.
Dianjurkan hotel menyediakan almari locker untuk menyimpan pakaian atau peralatan pribadi dari setiap karyawan. Untuk meyakinkan tamu hotel akan kebersihan dari fasilitas yang ada dalam hotel seperti : Lap makan, kamar, bowl wc dan dapat digunakan semacam segel sanitasi kertas. Selain sanitasi yang harus dilakukan didalam hotel, terdapat juga sanitasi
yang harus diperhatikan diluar hotel, diantaranya: 1.
Sanitasi diluar Hotel
Adapun tempat-tempat diluar bangunan hotel yang perlu diperhatikan dalam penerapan higiene dan sanitasi hotel, antara lain:
Tempat parkir Cukup luas untuk menampung kendaraan tamu hotel sebagai patokan untuk setiap 5 kamar perlu disediakan 1 tempat parkir.
10
Lantai parkir harus keras, sebaiknya diaspal atau dibeton, sehingga tidak becek pada waktu hujan dan tidak berdebu pada waktu musim kemarau. Diberikan lampu penerangan sesuai luas tempat parkir. Perlu dipasang rambu – rambu lalu lintas untuk mencegah terjadinya kesemrawutan. Perlu disediakan gardu parkir lengkap dengan WC dan urinoir.
Pertamanan dan pertanaman Yang dimaksud disini ialah sebidang tanah yang ditanami oleh berbagai
macam tanaman dengan maksud untuk memperindah pemandangan, mencegah terjadinya erosi, menjaga kesegaran udara.
2.
Penyediaan air Penyediaan air untuk hotel perlu mendapat perhatian dan harus memenuhi
persyaratan
standart
sesuai
peraturan
yang
berlaku
(Permenkes
No.
416/Menkes/PU/IX/1990). Penyediaan air untuk hotel dapat diperoleh dari:
Air ledeng (PDAM)
Air tanah (Sumur bor) Di hotel besar yang bertaraf internasional, diutamakan mendapatkan air
ledeng yang telah melalui pengolahan yang baik dan air tanah yang umumnya diperoleh dengan mengebor tanah di halaman sekitar hotel hanya digunakan bila sangat diperlukan yaitu : Sebagai Make up water (Penambahan air pada waktu-waktu air ledeng macet). Setiap hotel mempunyai “Reservoir” sebagai tempat untuk menyimpan air, baik air yang berasal dari dinding maupun sumur bor. Yang perlu diperhatikan ialah air yang berasal dari sumur bor yang kualitasnya harus selalu dipantau sehingga memenuhi standar persyaratan. Mengingat penyediaan air untuk hotel terutama hotel internasional dibutuhkan air yang benar-benar berkualitas tinggi dan diperlukan adanya air panas
11
disemua kran–kran di kamar mandi maka diadakan langkah-langkah sebagai berikut : Pengendapan (Sedimentation), agar segala jenis kotoran yang mungkin ada di dalam air mengendap. Untuk membantu proses pengendapan ini dapat digunakan zat koagulasi untuk mengumpulkan partikel–partikel kotoran sehingga mudah diendapkan. Penyaringan, kotoran-kotoran yang tidak dapat diendapkan dan masih melayang–layang dalam air dapat ditangkap oleh filter (Saringan). Bila air telah melalui saringan dan secara fisik telah bersih, misal perlu dilakukan disinfeksi untuk membunuh kuman–kuman yang kemungkingan masih ada dalam air tersebut. Zat disinfektan yang digunakan yang biasannya digunakan ialah zat chlor ada juga dengan mengunakan ozon (O3) dengan menggunakan alat tertentu.
3. Pembuangan Sampah Secara umum cara-cara penanganan sampah meliputi 3 kegiatan, yaitu : Penampungan Pengumpulan Pengangkutan (Rumekso, 2002: 72-75). 2.3.3
Departemen yang Bertanggung Jawab dalam Menjaga Higiene dan Sanitasi Hotel Dalam menjaga higiene dan sanitasi hotel terdapat beberapa departemen
yang saling berhubungan satu sama lain, diantaranya: Departement Housekeeping Dalam hotel organisasi departemen housekeeping biasanya mempunyai tanggung jawab area yang sangat luas serta mempunyai jumlah staff yang lebih banyak dari departemen lainnya. Oleh sebab itu, untuk melaksanakan
12
pembersihan diseluruh area hotel, pelaksanaannya diatur menurut seksi-seksi sebagai berikut: Public area, seksi yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjaga kebersihan, kerapihan, keindahan dan kenyamanan seluruh area hotel, baik yang ada diluar gedung maupun yang ada didalam gedung hotel, antara lain lobby area, restroom, restaurant, meeting room dan fasilitas untuk karyawan hotel. Room, seksi yang mempunyai tanggung jawab untuk mempersiapkan dan menjaga kebersihan, kerapian, dan kelengkapan kamar tamu. Laundrry, seksi yang mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan linen-linen yang brsih untuk keperluan kamar, restoran dan meeting room, menyediakan seragam bersih bagi karyawan dan membersihkan pakaian tamu yang kotor. Linen dan Uniform, seksi yang bertanggung jawab untuk mengelola sirkulasi dan penyediaan seluruh linen dan uniform bagi karyawan. Florist, seksi yng bertanggung jawab untuk mnyediakan dan merangkai bunga-bunga yang segar untuk memperindah dekorasi dalam hotel. Gardener, seksi yng bertanggung jawab untuk memelihara tanamantanaman baik didalam maupun diluar hotel. (Sholihah, 2011: 74-75). Departement Kitchen Penerapan Higiene dan Sanitasi yang paling utama perlu dilakukan adalah penerapan Higiene Sanitasi pada Kitchen Department, peralatan dapur, karyawaan dapur, serta penerapan Higiene Sanitasi makanan dan minuman karena dapur adalah tempat mengolah suatu makanan, untuk itu para juru masak yang bertugas harus benar-benar memperhatikan segala sesuatu yang akan dikerjakan dan dihasilkan, sehingga segala sesuatu yang dijual kepada tamu baik berupa makanan dan minuman adalah hasil pilihan dan olahan yang baik. (Rohani, 2009: 4). Departement Engineering
13
Salah satu departemen pendukung yang bertanggung jawab terhadap perawatan, perbaikan, pengawasan, pengontrolan pengeluaran (costs) dan pengontrolan penggunaan energi (saving energy) baik itu listrik, air, bahan bakar (solar), ataupun gas dengan seefisien mungkin tanpa mengurangi kenyamanan, keselamatan, keindahan dan dapat dipertanggungjawabkan serta bisa dilaksanakan secara konsisten. Fungsi dari departemen engineering adalah melindungi asset/ pemilik gedung; strukttur bangunan, dengan integritas, dinding, lantai, plafon, semua perabotan, perlengkapan, dan peralatan (furniture fixtures, and equipment, FF&E) yang terkandung didalamnya, termasuk transformer listrik dan distribusi tegangan, pendistribusian air dan limbah, sistem pengkondisian pemanas-ventilasi udara (heating-ventilation-air conditioning system, HVAC), system alarm kebakaran, system transportasi vertikl (lift), property sekitar hotel dan parker seperti lansekap dan pengendalian hama (pes control). Utilitas manajemen seperti listrik, gas, uap, air, dapur, dan peralatan laundry. Lighting dan sound system dan seterusnya. Juga memastikan kesehatan, keselamatan kerja (safety hygiene, K3SH). (Pratiwi, 2010: 133). 2.4
Tujuan Higiene dan Sanitasi di Industri Perhotelan Dalam
operasional
hotel,
kegiatan
pembersihan
dilakukan
dan
dilaksanakan serta menjadi tanggung jawab departemen housekeeping, yang kegiatannya di pimpin oleh Housekeeping Manager. Tujuan utama dari higiene di Industri Perhotelan dapat terperinci lebih lanjut sebagai berikut : Menerapkan higiene dan sanitasi pada karyawan dan pengunjung, peralatan yang digunakan, serta area agar setiap produk yang dihasilkan bersih, sehat, dan berkualitas. Mencegah timbulnya masalah gangguan kesehatan pada karyawan dan pengunjung dengan adanya aktivitas-aktivitas yang dilakukan guna menjaga higiene dan sanitasi dari hotel tersebut. Misalnya aktivitas dapur, aktivitas pembersihan, limbah, penyediaan air, penyediaan listrik dan sebagainya. Menciptakan suasana aman dan nyaman bagi personel yang bekerja dan pengunjung di hotel tersebut. Mengupayakan seluruh area dan peralatan di hotel tersebut senantiasa terpelihara kebersihannya. Menciptakan suasana kerja dan tempat tinggal yang asri dan sehat.
14
(Rumekso, 2002). 2.5
Upaya Higiene Lingkungan Kerja di Industri Perhotelan Upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai higiene di lingkungan kerja, diantaranya sebagai berikut:
1) Survei Keselamatan dan Kesehatan Yang pertama adalah keamanan komprehensif dan kesehatan. Melakukan survei terhadap fasilitas untuk mengidentifikasi potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja. Survei ini harus mengevaluasi kerja dan kondisi sehubungan dengan: keselamatan dan kesehatan, program persiapan cedera dan pencegahan penyakit, peraturan praktek kerja yang aman dan bahaya fisik, penggunaan bahan berbahaya, kebiasaan kerja karyawan, diskusi tentang masalah keselamatan dan kesehatan dengan karyawan, dan saran atau kritik dari pengunjung. Survei harus didokumentasikan jika dibuat untuk tujuan mendirikan Program Pencegahan Cedera dan Penyakit. Survei keselamatan dan kesehatan meliputi:
Peralatan Buatlah daftar peralatan termasuk lokasi dan cara kerjanya.
Bahan kimia Buatlah daftar semua bahan kimia yang digunakan beserta lembar data keamanan bahan tersebut, dan mengidentifikasi di mana merekadigunakan.
Praktek Kerja Detail spesifik praktek kerja terkait dengan perlengkapan, peralatan dan bahan kimia yang digunakan.
Cal / OSHA Standar Standar yang berlaku untuk semua jenis operasi, peralatan,proses, bahan, dan sejenisnya.
Standar-standar
ini
adalah
persyaratan
minimum
untuk
keselamatan tempat kerja dan kesehatan. 2) Pencegahan dan Kontrol
15
Pencegahan terhadap bahaya kerja jauh lebih efektif dan biasanya lebih murah jika dibandingkan pada tahap perencanaan saat proses kerja dan tempat kerja, bukan sebagai solusi atas situasi yang membahayakan yang sudah terjadi. Hal ini berlaku pada saat awal perencanaan pembangunan hotel, untuk memastikan bahwa bahan berbahaya hanya digunakan jika diperlukan. Jika mereka diperlukan, maka emisi di dalam dan di luar tempat kerja serta limbah harus diminimalkan. Tempat kerja dan pekerjaan harus direncanakan sehingga potensi berbahaya dapat dihindari. Urutan prioritas untuk pencegahan dan control, yaitu: a) "Merencanakan"
eksposur,
dengan
tidak
menggunakan
bahan-bahan
berbahaya, atau menggunakan seminimal mungkin, sehingga tidak ada yang terkena paparan bahan berbahaya; b) Jika (a) tidak sepenuhnya mencegah paparan, yang dapat dilakukan kemudian adalah mencegah atau meminimalkan zat emisi ke udara; c) Jika tidak mungkin untuk mencegah paparan dengan metode lainnya, kemudian memberikan peralatan pelindung diri, termasuk peralatan pelindung pernafasan (RPE), kepada para pekerja dan orang lain,sesuai kebutuhan. Hal ini penting untuk rencana pengawasan dan pemeliharaan, dalam rangka untuk memastikan bahwa kontrol yang digunakan akan terus efektif. Pengontrolan paparan di tempat kerja harus terintegrasi dengan langkah-langkah lain, seperti kontrol emisi ke atmosfer dan saluran air, dan limbah pembuangan, sehingga semua langkah-langkah ini bekerja sama. Demikian pula, kontrol zat berbahaya dalam tempat kerja harus menjadi bagian dari sistem pengendalian terpadu meliputi bahaya lain, seperti kebisingan dan panas, serta desain ergonomis tugas dan tempat kerja. Menejemen pencegahan dan pengendalian yang baik dan berkelanjutan di tempat kerja, melibatkan: pegawai, proses pengolahan, dan karyawan kesehatan kerja di tempat tersebut. Kontrol bahaya memiliki tiga cara. Masing-masing menjelaskan bagaimana dan di mana kontrol ditempatkan pada 'jalur' antara pekerja, dan bahaya.
16
Kontrol pada Sumber Cara terbaik untuk mengontrol bahaya adalah dengan menghilangkan sumber berbahaya. Jika hal ini tidak mungkin, langkah berikutnya adalah substitusi non-berbahaya atau bahan kurang berbahaya atau proses. Jika tidak ada substitusi yang diterima, maka tutup atau isolasi sumber bahaya dari pekerja. Contohnya menutup atau menyegel panel listrik tegangan tinggi sehingga terhindar dari pekerja di kantor. Ini termasuk mengendalikan bahaya pada sumbernya.
Kontrol Sepanjang Proses Kontrol selama proses yang berjalan berarti upaya perlindungan yang berbeda antara tempat yang berbahaya dan pekerjanya. Dalam contoh panel listrik, pekerja kantor telah terhindar dari bahaya tetapi listrik masih akan dapat dengan aman bekerja pada panel. Untuk melindungi listrik, kontrol proses yang dilakukan seperti menggunakan prosedur mengunci energi dengan perangkat dan alat-alat non-konduktif.
Kontrol pada Pekerja Jika kontrol 'pada sumbernya'dan 'sepanjang proses' mungkin tidak cukup untuk mencegah cedera, kontrol 'pada pekerja' akan diperlukan. Kontrol pada pekerja yang sering terdiri dari pakaian pelindung pribadi dan peralatan yang harus dikenakan saat melakukan tugas-tugas tertentu. Umumnya jenis kontrol ini memakai sarung tangan untuk melindungi tangan, perlindungan pendengaran, atau masker atau respirator untuk melindungi saluran udara.
3) Prinsip Mencegah Tenaga Kerja Stress di Lingkungan Kerja (hotel) Kondisi hotel harus disesuaikan dengan perbedaan fisik dan mental para tenaga kerja yang ada di tempat tersebut. Untuk itu, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah stress di lingkungan kerja (hotel), antara lain: Karyawan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam merancang situasi kerjanya sendiri, dalam proses perubahan dan perkembangan yang mempengaruhi pekerjaannya.
17
Teknologi, organisasi kerja, dan isi pekerjaan dirancang sedemikian rupa sehingga karyawan tidak terkena gangguan fisik atau mental yang dapat menyebabkan penyakit atau kecelakaan. Pekerjaan harus memberikan kesempatan untuk berhubungan sosial, dan kerjasama serta koherensi antara pekerja lain. Kondisi kerja harus memberikan kesempatan bagi pengembangan pribadi dan kejuruan, serta untuk membangun tekad dan tanggung jawab secara professional. (Porrie, 2006: 55-59). 2.6
Pengaplikasian Higine Pada Lingkungan Kerja
BAB III PENUTUP 3.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini,antara lain: 1. Higiene lingkungan kerja merupakan ilmu tentang pengenalan, antisipasi, evaluasi dan pengontrolan terhadap faktor-faktor lingkungan atau tekanan yang ditimbulkan dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan penyakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan, atau ketidaknyamanan di kalangan pekerja maupun warga masyarakat di luar lingkungan kerja.
18
2. Higiene lingkungan kerja terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu: Higiene Perusahaan/ Industri, Higiene Makanan dan Minuman, dan Higiene Perorangan. 3. Dalam menjaga higiene dan sanitasi di industri perhotelan harus memperhatikan hal-hal berikut, diantaranya: aspek-aspek higiene dan sanitasi hotel, sasaran sanitasi hotel, dan departemen yang bertanggung jawab dalam menjaga higiene dan sanitasi hotel. 4. Tujuan dari higiene lingkungan kerja di industri perhotelan adalah untuk pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan dilingkungan tersebut, dan menciptakan suasana aman, nyaman, bersih, dan sehat. 5. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai higiene lingkungan kerja di industry hotel, yaitu dengan survei keselamatan dan kesehatan, pencegahan dan kotrol, dan prinsip pencegahan stress tenaga kerja di lingkungan hotel. 3.2
Saran Dalam memilih tenaga kerja untuk menangani masalah higiene dan
sanitasi
di
lingkungan
kerja
harus
mengutamakan
orang-orang
yang
berpengalaman.
DAFTAR PUSTAKA Astuti, Lilis Suryati. 2007. Prosedur Sanitasi dan Hygiene di Tempat kerja. Jakarta: Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi DKI. Budiarti P, Intarina Hardiman. 2000. Manajemen Food & Beverage Service Hotel. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Nitisemito, Alex S. 1992. Manajemen Personalia, Edisi Revisi. Jakarta: Ghalia. Orbani, Lutfi. 2010. Terminologi Perhotelan. Seri Perhotelan (e-book online)
19
Virtualhotelinsitute.com Diakses pada tanggal 27 November 2014. Plog, Barbara A dan Patricia J. 2002. Fundamental of Industry Hygiene fifth edition. New York: Nasional Safety Council. Porrie, Mulyawan. 2006. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK 3). Jakarta: PT. BPK Gunung Mulya. Rohani, Siti. 2009. Penerapan Higiene dan Sanitasi pada Kitchen department Hotel Grand Antares Indonesia. Medan: USU Repository. Rumekso,SE. 2002. House Keeping Hotel. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju. Sholihah, Qomariyatus. 2011. Good Housekeeping (konsep & Implementasi 5S). Malang: UB Press. Subaris, Heru. 2008. Hygiene Lingkungan Kerja. Yogyakarta: Mitra Cendika Press.
20