8
KERACUNAN SIANIDA
Carolin Tiara Lestari Indah
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakutas Kedokteran Universitas Jambi
ABSTRAK
Latar Belakang: Toksikologi merupakan suatu cabang ilmu yang membahas seputar efek merugikan dari agen kimiawi terhadap semua sistem makhluk hidup. Toksikologi forensik sendiri berkaitan dengan penerapan ilmu toksikologi pada berbagai kasus kriminalitas dimana obat-obatan dan bahan-bahan kimia dapat menimbulkan konsekuensi medikolegal serta dapat menjadi bukti dalam pengadilan. Salah satu zat toksik yang sering digunakan dalam kasus kriminalitas adalah sianida. Sianida telah digunakan dalam pembunuhan massal, bunuh diri dan sebagai senjata perang. Sianida juga sering mengakibatkan keracunan di laboratorium dikarenakan penyemprotan (fumigasi) di lahan pertanian dan gudang-gudang kapal. Pada pemeriksaan luar dan dalam yang dilakukan terhadap tubuh jenazah yang mengalami keracunan sianida akan ditemukan beberapa tanda-tanda khas. Hal inilah yang dapat memperkuat dugaan keracunan sianida sebagai penyebab kematian. Untuk itu perlu diketahui tanda-tanda khas yang dapat ditemukan pada pemeriksaan forensik yang dilakukan terhadap tubuh korban.
Kasus: Seorang perempuan berumur 26 tahun ditemukan meninggal dunia diatas tempat tidur didalam rumah kontrakannya oleh ibu kandungnya. Diatas meja yang terletak disamping tempat tidur korban terdapat sebuah gelas bening yang berisi cairan tidak berwarna dan tidak berbau. Ibu kandungnya melaporkan kejadian tersebut ke pihak polisi. Kemudian, polisi menindak lanjuti laporan keluarga ke lokasi dan membawa jenazah tersebut bersama surat permintaan visumnya ke RSUD Raden Mattaher Jambi untuk dilakukan pemeriksaan luar dan dalam.
Kesimpulan: Penyebab kematian korban keracunan sianida adalah anoksia histotoksik yaitu oksi-Hb sulit untuk berdisosiasi karena sianida menginaktifkan beberapa enzim oksidatif seluruh jaringan secara radikal sehingga jaringan tubuh kekurangan oksigen.
PENDAHULUAN
Toksikologi ialah ilmu yang mempelajari sumber, sifat serta khasiat racun, gejala-gejala dan pengobatan pada keracunan, serta kelainan yang didapatkan pada korban yang meninggal.1 Toksikologi juga merupakan suatu cabang ilmu yang membahas seputar efek merugikan dari agen kimiawi terhadap semua sistem makhluk hidup. Pada bidang biomedis, ahli toksikologi akan menangani efek samping yang timbul pada manusia akibat pajanan obat dan zat kimiawi lainnya, serta pembuktian keamanan atau bahaya potensial.2
Toksikologi forensik sendiri berkaitan dengan penerapan ilmu toksikologi pada berbagai kasus kriminalitas dimana obat-obatan dan bahan-bahan kimia dapat menimbulkan konsekuensi medikolegal serta
dapat menjadi bukti dalam pengadilan.2 Salah satu zat toksik yang sering digunakan dalam kasus kriminalitas adalah sianida.
Sianida merupakan senyawa kimia yang bersifat toksik dan merupakan jenis racun yang paling cepat aktif dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian dalam waktu beberapa menit. Sianida telah digunakan dalam pembunuhan massal, agen bunuh diri dan sebagai senjata perang.3 Sianida juga sering mengakibatkan keracunan di laboratorium dikarenakan penyemprotan (fumigasi) di lahan pertanian dan gudang-gudang kapal.1
Racun sianida memiliki beberapa bentuk yaitu cairan, padat, dan gas. Racun sianida dalam bentuk cairan yaitu Hidrogen sianida (formonitrile) atau dikenal sebagai asam prussit dan asam hidrosianik. Hidrogen sianida adalah cairan tidak berwarna atau dapat juga berwarna biru pucat pada suhu kamar yang memiliki sifat asam, larut dalam air, alkohol dan eter, serta mudah menguap, volatile dan mudah terbakar. Hidrogen sianida ini akan cepat diabsorbsi melalui kulit.1,3 Racun sianida dalam bentuk padat ialah sodium sianida (NaCN) dan potassium sianida (KCN) yang berbentuk serbuk dan berwarna putih.3 Sedangkan racun sianida dalam bentuk gas lambat diabsorbsi melalui kulit namun cepat diabsorbsi melalui pernafasan.1
Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap produk yang biasa kita makan atau gunakan seperti rokok, asap kendaraan bermotor, dan makanan seperti bayam, bambu, kacang, tepung tapioka dan singkong. Bahkan, sianida dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggang. Selain itu juga dapat ditemukan pada beberapa produk sintetik dan industri terutama dalam pembuatan garam seperti natrium, kalium atau kalsium sianida. Sianida yang digunakan oleh militer NATO (North American Treaty Organization) adalah yang jenis cair yaitu asam hidrosianik (HCN).3
Takaran toksik peroral untuk HCN adalah 60-90 mg, takaran toksik untuk KCN atau NaCN adalah 200 mg sedangkan kadar gas sianida dalam udara lingkungan yang dapat menyebabkan kematian dalam 30 menit adalah 200-400 ppm.1
Nilai TLV (Threshold Limit Value) gas HCN adalah 11 mg/m3 sedangkan nilai TLV debu sianida adalah 5 gr/m3.1
Pada makalah ini akan dilaporkan sebuah kasus kematian seorang perempuan di kota Jambi dikarenakan keracunan sianida.
LAPORAN KASUS
Pada tanggal 6 Januari 2016 telah ditemukan jenazah seorang perempuan di kamar kontrakannya yang beralamat Jl. Dr. Siwabessi No. 10 Kelurahan Pematangsulur Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi. Jenazah tersebut ditemukan terlentang diatas tempat tidurnya oleh ibu kandung korban yang kemudian melaporkan kejadian tersebut ke polisi. Kemudian polisi menindak lanjuti laporan keluarga ke lokasi dan membawa jenazah tersebut bersama surat permintaan visumnya ke RSUD Raden Mattaher Jambi untuk dilakukan pemeriksaan luar dan dalam. Selanjutnya dokter melakukan pemeriksaan. Setelah selesai melakukan pemeriksaan, dokter berkoordinasi dengan penyidik bahwa pemeriksaan sudah selesai.
Hasil pemeriksaan yang didapatkan, antara lain:
Pemeriksaan Luar
Jenazah perempuan, panjang badan 158 cm, berat badan 57 kg, dan kesan gizi cukup. Jenazah menggunakan pakaian berupa sebuah baju dalam, celana dalam, kaos lengan pendek, dan celana pendek. Terdapat sebuah gelas kaca bening diatas meja yang terletak disamping tempat tidur korban.
Kaku mayat ditemukan pada kelopak mata kanan dan kiri, rahang bawah dan leher. Kaku mayat sulit dilawan.
Lebam mayat ditemukan pada daerah punggung, lengan bawah bagian depan, bokong, dan tungkai. Lebam mayat berwarna merah terang dan dapat hilang dengan penekanan.
Tidak terdapat tanda-tanda pembusukan.
Kepala:
Bentuk kepala simetris, rambut lurus, warna hitam, panjang 35 cm. Wajah tampak berwarna kebiruan.
Mata kanan dan kiri berbentuk bundar, diameter pupil 0,7 mm, tampak bintik-bintik perdarahan di konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi dan kornea tampak keruh.
Bentuk hidung mancung. Dari lubang hidung, tercium bau amandel.
Telinga berbentuk oval, tidak ada kelainan.
Bibir mulut atas, bibir mulut bawah, dan mukosa mulut tampak berwarna kebiruan, lidah tidak ada kelainan, dan seluruh gigi sudah lengkap. Pada rongga mulut terdapat buih halus berwarna putih dan tercium bau amandel.
Pada leher tidak ada kelainan.
Pada bahu tidak ada kelainan.
Pada dada tidak ada kelainan.
Pada perut tidak ada kelainan.
Pada punggung tidak ada kelainan.
Pada bokong tidak ada kelainan
Pada anggota gerak atas sebelah kanan dan kiri didapatkan ujung jari dan jaringan dibawah berwarna kebiruan, tidak ada kelainan.
Pada anggota gerak bawah sebelah kanan dan kiri didapatkan ujung jari dan jaringan dibawah berwarna kebiruan, tidak ada kelainan.
Pada alat kelamin, rambut kelamin keriting, warna hitam, tidak mudah dicabut. Bibir besar, bibir kecil, kelentit, selaput dara, liang senggama dan dinding liang senggama tidak ada kelainan.
Diameter lingkar dubur nol koma lima sentimeter, tidak ada kelainan.
PEMERIKSAAN DALAM
Rongga Kepala
Kulit kepala bagian dalam, tulang atap tengkorak, tulang dasar tengkorak, selaput keras otak, selaput lunak otak tidak ada kelainan.
Otak besar: Tampak berwarna putih, berat seribu tiga ratus gram, panjang tiga puluh sentimeter, lebar sepuluh sentimeter, tebal delapan koma tujuh sentimeter, perabaan kenyal, pada pengirisan penampang tidak ada kelainan.
Otak kecil: Tampak berwarna putih, berat seratus lima puluh gram, panjang sepuluh sentimeter, lebar tiga sentimeter, tebal dua sentimeter, perabaan kenyal, pada pengirisan penampang tidak ada kelainan.
Batang otak: Berat empat puluh gram, panjang lima sentimeter, lebar dua sentimeter, tebal tiga sentimeter, pada pengirisan penampang tidak ada kelainan.
Leher: Tidak terdapat kelainan.
Rongga Dada
Jaringan bawah kulit, otot, sternum dan tulang costae tidak didapatkan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.
Rongga dada tidak ada perlekatan dengan organ sekitar. Tercium bau amandel.
Paru:
Paru Kanan terdiri dari 3 lobus, ukuran 20 x 10 x 5 cm, berat 500 gram, warna merah terang, perabaan seperti spons, pada pengirisan penampang tampak buih halus berwarna kemerahan.
Paru Kiri terdiri dari 2 lobus, ukuran 18 x 7 x 3 cm, berat 400 gram, warna merah terang, perabaan seperti spons, pada pengirisan penampang tampak buih halus berwarna kemerahan.
Jantung:
Terletak diantara kedua paru, berat 30 gram, ukuran 4 x 3 x 3 cm, permukaan licin, perabaan kenyal, warna merah terang. Terdapat cairan pericardium sebanyak 13 ml.
Jantung kanan terdiri dari 3 katup, ukuran panjang lingkar ke-3 katup 11 cm, tebal otot ventrikel kanan 1,8 cm. Aorta terdiri dari 3 katup, ukuran panjang ke-3 katup 5 cm, katup tidak ada kelainan.
Jantung kiri terdiri dari 2 katup, ukuran panjang lingkar ke-2 katup 12 cm, tebal otot ventrikel kiri 2,5 cm. Arteri pulmonalis terdiri dari 3 katup, ukuran panjang ke-3 katup 7 cm, katup tidak ada kelainan.
Rongga Perut
Jaringan bawah kulit, otot, selaput dinding tidak terdapat kelainan.
Tidak ada perlekatan antara dinding rongga perut dengan organ sekitar, tercium bau amandel
Lambung: Permukaan tidak ada kelainan, mukosa lambung berwarna merah kecoklatan, perabaan padat, panjang lengkung besar 32 cm, panjang lengkung kecil 20 cm, ukuran 25 x 23 x 4 cm, berat 300 gram, tidak berisi makanan.
Usus: Berat 2 kg, warna merah terang.
Hati: Berat 1300 gram, ukuran 30 x 24 x 3 cm, warna merah terang, perabaan keras, tepi tajam, permukaan licin dan rata, pada pengirisan tampak cairan berwarna merah terang.
Limpa: Berat 70 gram, ukuran 8 x 6 x 1,5 cm warna merah terang, perabaan kenyal, permukaan licin, pada pengirisan tidak ada kelainan.
Pankreas: Berat 3 gram, ukuran 4,5 cm, warna merah terang, perabaan lunak, pada pengirisan tidak terdapat kelainan.
Ginjal:
Ginjal kanan: Selaput pembungkus ginjal sulit dilepas, warna merah pucat, berat 200 gram, ukuran 15 x 10 x 3 cm, pada pengirisan penampang tidak ada kelainan, ureter kanan tidak ada kelainan.
Ginjal kiri: Selaput pembungkus ginjal sulit dilepas, warna merah pucat, berat 300 gram, ukuran 15 x 8 x 4 cm, pada pengirisan penampang tidak ada kelainan, ureter kiri tidak ada kelainan.
Kandung Kemih: Terdapat cairan berwarna kuning sebanyak 15 ml, tidak ada kelainan.
Rahim: Berat 40 gram, ukuran 7 x 5 x 2 cm, warna merah pucat, pada pengirisan penampang tidak ada isi, tidak ada kelainan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes golongan darah : A
Tes Narkoba : Negatif
Tes Alkohol : Negatif
Uji kertas saring : Positif (warna ungu)
KESIMPULAN PADA VISUM ET REPERTUM
Jenazah seorang perempuan, umur kurang lebih 26 tahun, warna kulit sawo matang dan kesan gizi cukup.
Pemeriksaan luar. Didapatkan tanda-tanda mati lemas berupa wajah, bibir dan selaput lendir mulut berwarna kebiruan, bintik-bintik perdarahan pada konjungtiva palpebral, buih halus pada rongga mulut, ujung jari dan jaringan dibawah kuku pada anggota gerak atas dan bawah tampak kebiruan dan tercium bau amandel dari rongga mulut. Serta tanda keracunan sianida berupa lebam mayat berwarna merah terang pada punggung, lengan bawah bagian depan, bokong dan tungkai. Lebam mayat dapat hilang pada penekanan.
Pemeriksaan dalam. Didapatkan tanda-tanda keracunan sianida berupa bau amandel yang tercium dari rongga kepala, dada dan perut, warna merah terang pada organ paru, jantung, lambung, usus, hati dan limpa serta warna merah kecoklatan pada mukosa lambung.
Pada pemeriksan penunjang, didapatkan hasil uji kertas saring positif yang menunjukkan bahwa didalam tubuh korban terdeteksi sianida.
Penyebab korban meninggal dunia adalah mati lemas akibat keracunan sianida.
PEMBAHASAN
Pada keracunan akut, sianida yang ditelan cepat akan menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian dapat timbul dalam beberapa menit. Dalam interval waktu yang pendek antara menelan racun sampai kematian, dapat ditemukan gejala seperti korban mengeluh terasa terbakar pada kerongkongan dan lidah, sesak nafas, hipersalivasi, mual, muntah, sakit kepala, vertigo, fotofobia, tinitus, pusing dan kelelahan.1
Dapat pula ditemukan sianosis pada wajah, busa keluar dari mulut, nadi cepat dan lemah, pernafasan cepat dan kadang-lkadang tidak teratur, puul dilatasi dan refleks melambat, udara pernafasan dapat berbau amandel, juga dari muntahan tercium bau amandel. Menjelang kematian, sianosis lebih nyata dan timbul kedut otot-otot kemudian kejang-kejang dengan inkontinensia urin dan alvi. 1
Racun yang diinhalasi menimbulkan palpitasi, kesukaran bernafas, mual, muntah, sakit kepala, salivasi, lakrimasi, iritasi mulut dan kerongkongan, pusing dan kelemahan ekstremitas cepat timbul dan kemudian kolaps, kejang-kejang, koma dan meninggal. 1
Sesak nafas pada keracunan sianida diakibatkan karena sianida dalam tubuh akan menginaktifkan beberapa enzim oksidatif seluruh jaringan secara radikal, terutama sitokrom oksidase dengan mengikat bagian ferric heme group dari oksigen yang dibawa oleh darah. Dengan demikian proses oksidasi-reduksi dalam sel tidak dapat berlangsung dan oksi-Hb tidak dapat berdisosiasi melepaskan O2 ke jaringan sehingga timbul anoksia histotoksik. Hal ini merupakan keadaan paradoksal karena korban meninggal akibat hipoksia tetapi dalam darahnya kaya akan oksigen. 1
Pada keracunan kronik korban tampak pucat, berkeringat dingin, pusing, rasa tidak enak dalam perut, mual dan kolik, rasa tertekan pada dada dan sesak nafas. Keracunan kronik CN dapat menyebabkan goiter dan hipotiroid akibat terbentuk sulfosianat. 1
Calcium cyanimide menghambat aldehida-oksidase sehingga toleransi terhadap alkohol menurun. Gejala keracunan berupa sakit kepala, vertigo, sesak nafas dan meninggal akibat kegagalan pernafasan. 1
Pemeriksaan Kedokteran Forensik
Pada pemeriksaan luar korban mati akibat keracunan sianida, ada dua hal yang dapat ditemukan. Pertama, ditemukan tanda-tanda keracunan sianida yaitu tercium bau amandel dari rongga mulut dan hidung serta lebam mayat berwarna merah terang.1
Bau amandel dapat tercium dengan cara menekan dada mayat sehingga akan keluar gas dari mulut dan hidung. Bau tersebut harus cepat ditentukan karena indera penciuman kita cepat beradaptasi dengan bau khas tersebut. Tidak semua orang dapat mencium bau sianida karena kemampuan untuk mencium bau khas tersebut bersifat genetik sex-linked trait.1 Pada kasus ini, dari rongga mulut dan hidung tercium bau amandel yang patognomonik dengan keracunan sianida. 1
Lebam mayat mulai timbul pada 20 – 30 menit pasca mati klinis. Lebam mayat pada korban keracunan sianida berwarna merah terang karena pembuluh darah berisi darah yang kaya akan oksigen. Namun, lebam mayat berwarna merah terang tidak selalu ditemukan pada kasus keracunan sianida. Lebam mayat dapat pula berwarna biru-kemerahan, livid pada korban keracunan sianida. Hal ini tergantung pada keadaan dan derajat keracunan.1 Pada kasus ini, didapatkan lebam mayat berwarna merah terang pada pada punggung, lengan bawah bagian depan, bokong, dan tungkai. 1
Kedua, ditemukan tanda-tanda anoksia jaringan, yaitu sianosis pada wajah, ujung jari, jaringan dibawah kuku dan bibir serta busa yang keluar dari mulut.1 Sianosis ini diakibatkan Oksi-Hb tidak dapat berdisosiasi sehingga jaringan kekurangan oksigen. Kurangnya oksigen pada sel tubuh memberikan sinyal kepada tubuh untuk meningkatkan aktivitas pernafasan yang disertai sekresi selaput lendir saluran nafas bagian atas. Karena udara yang keluar dan masuk mengalir dengan cepat didalam saluran sempit, maka akan muncul busa yang kadang-kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler.1 Pada kasus ini, wajah dan bibir jenazah tampak berwarna kebiruan dan terdapat busa halus yang keluar dari rongga mulut. 1
Pada pemeriksaan dalam korban mati akibat keracunan sianida, ada dua hal yang dapat ditemukan juga. Pertama, tercium bau amandel yang khas pada saat membuka rongga otak dada, perut, dan lambung. Kedua, tampak warna merah terang pada darah, otot dan penampang organ tubuh lainnya. Selanjutnya akan ditemukan merah kecoklatan dan perabaan licin seperti sabun pada mukosa lambung korban yang menelan garam alkali sianida. Korosi dapat mengakibatkan perforasi lambung yang dapat terhadi antemortal dan postmortal.1 Pada kasus ini didapatkan bau amandel yang tercium dari rongga kepala, dada dan perut yang patognomonik dengan keracunan sianida. Selain itu ditemukan warna merah terang pada organ paru, jantung, lambung, usus, hati dan limpa serta warna merah kecoklatan pada mukosa lambung. Warna merah kecoklatan pada mukosa lambung muncul karena terbentukya hematin alkali. 1
Pemeriksaan Penunjang
Tidak semua orang dapat memiliki kemampuan untuk mencium bau khas amandel pada keracunan sianida. Hal ini akan mempersulit diagnosis dari keracunan sianida. Sehingga dibutuhkan pemeriksaan penunjang yang dapat mendeteksi racun sianida pada tubuh korban keracunan sianida.1 Untuk melakukan pemeriksaan penunjang, maka dibutuhkan sampel dari tubuh korban, seperti sampel darah, urin, cairan lambung atau organ dalam tubuh.
Sampel yang perlu diambil untuk pemeriksaan toksikologi, disesuaikan dengan jenis racun yang masuk kedalam tubuh. Lebih baik mengambil bahan dalam keadaan segar dan lengkap pada waktu autopsi daripada kemudian harus mengadakan penggalian kubur untuk mengambil bahan-bahan yang diperlukan dan melakukan analisis toksikologik atas jaringan yang sudah busuk atau sudah diawetkan. Prinsip pengambilan sampel pada kasus keracunan adalah diambil sebanyak-banyaknya setelah kita sisihkan untuk cadangan dan untuk pemeriksaan histopatolgik. Secara umum sampel yang harus diambil adalah:2
Lambung dan isinya
Seluruh usus dan isinya dengan membuat sekat dengan ikatan-ikatan pada pada usus setiap jarak sekitar 60 cm.
Darah. Pengambilan darah dari jantung dilakukan secara terpisah dari sebelah kanan dan sebelah kiri masing-masing sebnayak 50 ml. Darah tepi sebanyak 30-50 ml, diambil dari vena iliaka komunis bukan darah dari vena porta. Pada korban yang masih hidup, darah adalah bahan yang terpenting, diambil 2 contoh darah masing-masing 5 ml, yang pertama diberi pengawet NaF 1% dan yang lain tanpa pengawet.
Hati, sebagai tempat detoksifikasi, diambil sebanyak 500 gram.
Ginjal, diambil keduanya yaitu pada kasus keracunan logam berat khususnya atau bila urine tidak tersedia.
Otak, diambil 500 gram. Khusus untuk keracunan chloroform dan sianida, dimungkinkan karena otak terdiri dari jaringan lipoid yang mempunyai kemampuan untuk meretensi racun walaupun telah mengalami pembususkan.
Urine, diambil seluruhnya. Karena pada umunya racun akan diekskresikan melalui urin, khususnya pada tes penyaring untuk keracunan narkotika, alkohol dan stimulan.
Empedu, diambil karena tempat ekskresi berbagai racun.
Pada kasus khusus dapat diambil: jaringan sekitar suntikan, jaringan otot, lemak di bawah kulit dinding perut, rambut, kuku dan cairan otak.
Pada pemeriksaan intoksikasi, digunakan alkohol dan larutan garam jenuh pada sampel padat atau organ. NaF 1% dan campuran NaF dan Na sitrat digunakan untuk sampel cair. Sedangkan natrium benzoate dan phenyl mercuric nitrate khusus untuk pengawet urine.2
Pada kasus ini, selain tes narkoba dan alkohol, pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah uji kertas saring. Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, biarkan hingga lembab. Masukkan satu tetes isi lambung atau darah korban, diamkan sampai agak mengering, kemudian teteskan Na2CO3 10% 1 tetes. Uji positif bila terbentuk warna ungu.1 Pada kasus ini, didapatkan hasil positif pada uji kertas saring yang mendukung dugaan keracunan sianida pada jenazah. 1
Sedangkan pemeriksaan massal pada pekerja yang diduga kontak dengan sianida dilakukan dengan mencelupkan kertas saring ke dalam larutan HCO3 1%. Kemudian kertas saring dicelupkan ke dalam larutan kanji 1% dan dikeringkan. Setelah itu kertas saring dipotong-potong seperti kertas lakmus. Kertas tersebut diletakkan dibawah masing-masing lidah pekerja hingga basah oleh ludah. Hasil positif bila warna berubah menjadi biru. Hasil masih meragukan jika didapatkan warna biru muda. Sedangkan jika warna kertas saring tidak berubah berarti tidak terdapat keracunan sianida.1
Pengobatan
Pada keracunan gas sianida, korban harus dipindahkan ke tempat yang kaya udara bersih. Kemudian diberikan amil-nitrit dengan inhalasi 1 ampul (0,2ml) tiap 5 menit. Pemberian dihentikan bila tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg, berikan pernafasan buatan dengan 100% oksifen untuk menjaga PO2 dalam darah agar tetap tinggi. Dapat juga dipakai oksigen hiperbarik. Resusitasi mulut ke mulut merupakan kontraindikasi. 1
Antidotum berupa Natrium nitrit 3% IV diberikan sesegera mungkin dengan kecepatan 2,5 sampai 5 ml per menit. Pemberian dihentikan bila tekanan darah sistolik dibawah 80 mmHg. Pemberian nitrit akan mengubah Hb menjadi met-Hb dan akan mengikat sianida menjadi sian-metHb. Jumlah nitrit yang diberikan harus berdasarkan pada kadar Hb dan berat badan korban. 1
Bila tekanan darah turun karena pemberian nitrit, berikan 0,1 mg levarterenol atau epinefrin I.V. 1
Natrium tiosulfat 25% IV akan diberikan menyusul pemberian Na nitrit dengan kecepatan 2,5-5 ml per menit. Tiosulfat mengubah sianida menjadi tiosianiat. 1
Hidroksojobalamin juga dianjurkan sebagai antidotum terutama untuk keracunan kronik. Dikatakan bahwa Kobalt EDTA adalah obat pil;ihan dengan takaran 300 mg I.V. yang akan mengubah sianida menjadi kobaltsianida yang larut dalam air. 1
Pada keracunan sianida yang ditelan, lakukan tindakan dengan pemberian inhalasi amil-nitrit, satu ampul (0,2 ml, dalam waktu 3 menit) setiap 5 meniit. Bilas lambung harus ditunda setelah diberikan antidotim nitrit dan tiosulfat. Bilas lambung dengan Na-tiosulfat 5% dan sisakan 200 ml (10g) dalam lambung. Dapat juga dengan K Permanganat 0,1% atau H2o2 3% yang diencerkan 1 sampai 5 kali. Atau dengan 3 sendok teh karbon aktif atau Universal antidote dalam 1 gelas air dan kemudian kosongkan lambung dengan jalan dimuntahkan atau bilas lambung. 1
Berikan pernafasan buatan dengan oksigen 100%. Penggunaan antidotum sama seperti pada pengobatan keracunan yang diinhalasi.
Selain nitrit, dapat juga diberikan biru metilen 1% 50 ml LV sebagai antidotum. Biru metilen akan mengubah Hbmenjadi Met-Hb dan Met-Hb yang terbentuk pada pemberian biru metilen ini ternyata tidak dapat bereaksi dengan sianida oleh sebab yang masih belum diketahui. 1
Bila korban keracunan akut dapat berahan hidup selama 4 jam makan biasanya akan sembuh. Kadang-kadang terdapat gejala berupa kelainan neurologik. 1
Pada keracunan CN-Sianamida, belum diketahui antidotum yang dapat digunakan. Setelah bilas lambung diberikan tetapi secara simtomatik. 1
KESIMPULAN
Sianida merupakan senyawa kimia yang bersifat toksik dan merupakan jenis racun yang paling cepat aktif dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian dalam waktu beberapa menit. Pada pemeriksaan luar dan dalam yang dilakukan terhadap korban keracunan sianida akan ditemukan tanda-tanda keracunan sianida dan tanda-tanda anoksia. Tanda-tanda keracunan sianida yaitu lebam mayat berwarna merah terang, warna merah terang pada organ tubuh serta bau amandel yang tercium dari lubang hidung dan mulut, rongga kepala, perut dan dada.
DAFTAR PUSTAKA
Idries AM. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Jakarta Barat: Binarupa Aksara. 1997. Hal.55-56, 95-100
Fitriana AN. Forensic toxicology. J MAJORITY (serial online) 2015 Feb (diakses 23 Januari 2015); 4(4):(9 layar). Diunduh dari: URL: http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/571/575
Suudah EN, Yusriana CS, Dewi T. Uji efektivitas ketepatan waktu pemberian kombinasi natrium tiosulfat dan natrium nitrit sebagai antidotum ketoksikan akut kalium sianida pada mencit (Mus musculus). Jurnal Permata Indonesia (serial online) 2015 Mei (diakses 23 Januari 2015); 6(1):(8 layar). Diunduh dari: URL: http://www.permataindonesia.ac.id/wp-content/uploads/2015/07/03.-Jurnal-PI_Evi-Chinthia-Trisna.pdf
Nnoli MA, Legbosi NL, Nwafor PA, Chukwuonye II. Toxicological investigation of acute cyanide poisoning of a 29-year-old man: A case report. IJT (serial online) 2013 Spring (diakses 23 Januari 2015); 7(20):(5 layar). Diunduh dari: URL: http://ijt.arakmu.ac.ir/files/site1/user_files_3a0bf3/godadmin-A-10-2-115-b61631e.pdf