PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN PENERIMAAN UMPAN BALIK
OLEH KELOMPOK 2
Ni Luh Putu Sariani
P07120016082 P07120016082
Ni Kadek Dwi Handayani
P07120016084 P07120016084
Ni Wayan Putri Ayu Suadnyani Suadnyani
P07120016103 P07120016103
Tjok. Istri Agung Ray Maha Adnnyani
P07120016112 P07120016112
PROGRAM STUDI DIPLMA III KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat
dan
karunia-Nya,
kami
dapat
menyelesaikan
makalah
Pengembangan Kepribadian ini dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah dan untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman pembaca terhadap Penerimaan Umpan Balik. Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah, serta penarikan garis kesimpulan dalam makalah ini. Makalah Penerimaan Umpan Balik ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dengan makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami mengenai bagaimana Penerimaan Umpan Balik tersebut. Ucapan
terimakasih
kami
sampaikan
kepada
Dosen
mata
kuliah
Pengembangan Kepribadian yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk berkarya menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, kritik, dan masukan sangat kami harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu makalah ini.
Denpasar, 3Februari 2017
Mahasiswa
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................1 1.3 Tujuan ................................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2 2.1 PENGERTIAN UMPAN BALIK ......................................................................2 2.2 VALIDITAS UMPAN BALIK..........................................................................3 2.3 SYARAT-SYARAT UMPAN BALIK..............................................................4 2.4 MENANGGAPI MASALAH ORANG LAIN ..................................................5 BAB III PENUTUP ...................................................................................................10 3.1 KESIMPULAN................................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................11
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Umpan
balik
merupakan
suatu
proses
dimana
seseorang
memberitahu berdasarkan pengamatan dan perasaannya tentang tingkah laku seseorang. Tujuan
umpan
balik
adalah
membantu
perkembangan
pribadi
seseorang demi kebaikannya, dan hal ini merupakan unsur terpenting didalam hidup. Persoalan dalam kehidupan sosial adalah sesuatu yang tak pernah habis untuk dibahas, selalu ada saja hal-hal dapat diperbincangkan terutama dari segi prilaku tiap-tiap individu. Ada satu hal dalam proses sosial yang merupakan satu sisi terpenting untuk mendapatkan hasil maksimal dari kehidupan bermasyarakat, yakni persoalan feedback (umpan balik) dalam kehidupan. Dengan umpan balik, perkembangan setiap individuakan mampu untuk memantau sendiri dengan sukses, memiliki aspirasi yang lebih tinggi untuk pencapaian lebih lanjut, kepuasan pribadi yang lebih besar, dan kinerja yang lebih tinggi secara keseluruhan. Pada makalah ini akan dibahas pengertian, validitas umpan balik, syarat dalam umpan balik dan menanggapi masalah orang lain. 1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan umpan balik ? b. Bagaimana validitas umpan balik ? c. Apa saja syarat-syarat dalam melakukan umpan balik ? d. Bagaimana menanggapi masalah orang lain ? 1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian penerimaan umpan balik b. Mengetahui validitas umpan balik. c. Mengetahui syarat-syarat dalam melakukan umpan balik. d. Memahami cara menanggapi masalah orang lain.
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN UMPAN BALIK
Umpan balik merupakan suatu proses dimana seseorang memberi tahu berdasarkan pengamatan dan perasaannya, tentang tingkah laku seseorang. Walaupun pada umumnya umpan balik bertujuan untuk membantu perkembangan pribadi seseorang deni kebaikan yang bersangkutan, yaitu memberikan informasi konstruktif untuk menolong individu menyadari prilakunya dipersepsikan oleh orang lain dan memengaruhinya, namun tidak jarang umpan balik digunakan untuk menyerang pribadi atau bahkan untuk melecehkan pribadi seseorang (Hutagalung, 2007). Selain itu, Feed back atau umpan balikmemiliki pengertian sesuatu yang diberikan pada kita yang mempunyai manfaat untuk dapat mengkaji apa yang telah kita lakukan. Umpan balik adalah masukan yang diterima oleh seseorang sehubungan dengan apa yang telah dikerjakan. Dari umpan balik, seseorang menjadi tau apakah yang telah dilakukan apakah benar atau salah berdasarkan informasi yang didapat dari umpan balik. Informasi yang didapat melalui umpan balik bisa berasal dari dua macam sumber, yaitu bersumber dari dalam diri sendiri dan bersumber dari luar. Umpan balik yang berasal dari dalam diri sendiri disebut umpan balik internal. Sedangkan umpan balik yang berasal dari luar diri disebut umpan balik eksternal. Johnson (1981), mengemukakan kiat untuk pemberian umpan balik yang bersifat konstruktif, yaitu : 1. Umpan balik yang diberikan tidak ditujukan pada penilaian pribadi individu, melainkan pada perilakunya, yaitu mengacu pada apa yang telah dilakukan individu. 2. Pengungkapan umpan balik dilakukan daalam bentuk deskriptif bukan evaluative. Menunjuk pada apa yang telah terjadi, tidak menilai baik-buruknya apa yang terjadi. Hal ini dikarenakan nilai dan norma kehidupan yang dianut
2
seseorang akan berlainan satu sama lain dipengaruhi banyak factor, diantaranya budaya dan agama. 3. Umpan balik atas apa yang terjadi dilakukan secara spesifik, yaitu dengan batasan waktu dan temppat tertentu. Hindari umpan balik yang bersifat general atauu umum. 4. Berikanlah umpan balik sesegera mungkin, jangan ditunda-tunda. Semakin ditunda, semakin kurang bermanfaat dan disisi lain member kesan adanya “penumpukan dosa” atas kesalahan prilaku yang dilakukan selama ini. 5. Perlu diperhatikan, bahwa pada saat umpan balik diberikan sampaikanlah dengan ungkapan berbagi perasaan bukan dengan nada nasihat atau menggurui. 6. Umpan balik harus mengacu pada kepentingan penerima, bukan pemberi. 7. Pemberian umpan balik tidak dilakukan secara bertubi-tubi diluar batas kemampuan penerima untuk mencerna semua umpan balik yang diterimanya.
2.2 VALIDITAS UMPAN BALIK
Menurut Hutagalung (2007), umpan balik dari orang lain memang dapat meningkatkan pemahaman seseorang tentang dirinya sendiri, yakni membuat seseorang sadar pada aspek-aspek dirinya serta konsekuensi prilakunya yang mungkin tidak pernah disadari sebelumnya oleh yang bersangkutan. Berikut adalah kiat untuk menelaah validitas umpan balik secara cermat, yaitu : 1. Dilontarkan lebih dari satu orang 2. Pengkritik tahu banyak tentang apa yang di umpan balik. 3. Apakah ukurannya jelas dan masuk akal ? 4. Benarkah ditujukan kepada saya ? 5. Perlukah saya bereaksi terhadap umpan balik? Validitas umpan balik merupakan cara atau sikap seseorang dalam meyakinkan orang lain tentang masalah yang akan disampaikannya. Seseorang tidak akan mudah menerima umpan balik yang disampaikan oleh orang lain, apalagi dengan masalah yang susah untuk dipecahkan. Ia harus membuat pilihan / keputusan tentang apa yang akan diperbuatnya untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.
3
Umpan balik (feedback) tidak selalu langsung dapat diterima oleh orang lain. Umpan balik yang sifatnya positif biasanya dapat lebih mudah diterima dibandingkan dengan umpan balik negative. Menurut Azwar (1986), validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
2.3 SYARAT-SYARAT UMPAN BALIK
Syarat untuk memberi umpan balik, yaitu : Respek , Empati, dan Jujur . (Hutagalung, 2007). a. Respek Respek, yaitu menghargai orang lain, membuat mereka merasa penting, membuat orang lain merasa diperhatikan dan dihargai. Pemberi umpan balik dalam memberikan umpan balliknya harus tetap memposisikan diri penerima sebagai seorang pribadi, dengan segala kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya. b. Empati Kemampuan untuk membayangkan dan menyadari bagaimana perasaan diri sendiri bila berada pada posisi lawan bicara (put in yourself in your customer shoes). Empati juga mengandung arti mengatakan perasaan diri sendiri berdasarkan pengamatan dan perasaan pribadi, menceritakan pengalaman yangs ama dengan yang dialami oleh lawan bicara, dan berusaha menjadi “cermin” bagi lawan bicara. c. Jujur Jujur dalam konteks pemberi umpan balik adalah bahwa bila seseorang terbuka dengan orang lain, maka merekapun tidaklah segan untuk membuka diri dan “berbagi” dengan lawan bicaranya. Namun perlu dipahami, bahwa dalam kejujuran dan keterbukaan yang dilakukan ada batasan-batasannya. Bahwa kejujuran dan keterbukaan manusia tidak ada yang absolute. Untuk itu dalam menjaga kejujuran dan keterbukaan, perlu dipertimbangkan banyaknya isi
4
pembicaraan yang dilakukan, kedalaman pembiccaraan, waktu, dengan siapa pembicaraan dilakukan, dan dimana dilakukan.
2.4 MENANGGAPI MASALAH ORANG LAIN
Suatu hal yang perlu diingat dan disadari oleh pemberi umpan balik bahwa pemecahan suatu masalah hanya dapat dipecahkan oleh orang yang bermasalah itu sendiri. Orang yang berkepentingan terhadap suatu masalah
lah yang harus
membuat pilihan atau keputusan tentang apa yang akan diperbuatnya yang untuk mengatasi permasalahan dihadapinya. Sementara individu diluar orang yang bermasalah hanyalah memberikan pendapat untuk solusi dari permasalahan berdasarkan pengalaman, pengetahuan maupun keahlian yang dimilikinya. Jadi, pemberi umpan balik tidak boleh memaksakan ataupun melakukan intimidasi atas pendapatnya terhadaporang yang mempunyai masalah. Jika, pemberi umpan balik melakukan pemaksaaan ataupun intimidasi atas pendapatnya terhadap orang lain, maka hal ini akan menimbulkan konflik dalam hubungn kedua pelaku komunikasi, yang dapat mengakibatkan stress pada kedua belah pihak. Carkhuff(1973), dalam Thompson dan Poppen, (1979) menyatakan bahwa ada lima macam taraf yang lazimnya terjadi pada saat seseorang pemberi umpan balik beronteraksi dengan penerima umpan, yaitu: a. Dalam tanggapan taraf 1, pemberi umpan balik sama sekali tidak menangkap pesan yang disampaikan oleh penerima umpan berikut perasaan-perasaan yang dicoba untuk diungkapkan melalui pesan. Misalnya, seorang ibu mengeluhkan keadaan anaknya yang susah untuk dinasihati dan yang bersangkutan telah kehilangan akal untuk mendekati anaknya tersebut. Orang yang
dijadikan
tempat
curhatan
hati
menanggapi
keluhan
dengan
mengatakan bahwa hal itu tidak perlu dicemaskan sebab ia sendiri pernah mengalami hal yang sama dan ternyata tidak apa-apa untuk keadaan anaknya. Pada situasi ini jelas terlihat bahwa pemberi umpan balik tidak menagkap dan menaggapi keprihatinan yang diungkapkan oleh ibu yang bermasalah.
5
b. Tanggapan taraf 2, pemberi umpan balikmemberikan solusi pemecahan masalah tanpa terlebih dulu memberikan kesempatan kepada orangyang bermasalah untuk mengungkapkan isi hatinya sampai tuntas dan puas. Dengan kata lain pemberi umpan balik memaksakan pendapatnya untuk memecahkan masalah orang lain. Misalnya, dalam contoh diatas, sesudah mendengar secara sepintas atas keluhan yang sampaikan, pemberi umpan balik langsung menyarankan agar ibu yang bermasalah untuk melakukan hukuman atas setiap ketidaktaatan yang dilakukan anaknya. Contoh: “................, wah bu kalau saya punya anak seperti itu pasti sudah saya pukul biar nurut”. c. Tanggapan taraf 3, pemberi umpan balik mulai mampu menangkap pesan maupun perasaan yang disampaikan oleh orang yang bermasalah selama pembicaraan berlangsung. Misalnya, masih merujuk pada contoh diatas, pemberi umpan balik mengatakan bahwa ia memahami dan dapat turut mengerti akan kebingungan dan keputusasaan ibu yang bermasalah menghadapi anaknya tersebut. d. Tanggapan taraf 4, pemberi umpan tidak hanya secara tepat menangkap pesan maupun perasaan orang lain, namun juga mulai mampu menyentuh kebutuhan dan harsat orang yang bermasalah untuk mengubah situasi yang memprihatinkan bagi dirinya itu. Misalnya, pemberi umpan balik akan mengatakan bahwa ibu yang bemaslah disamping melakukan curhatan hati tentunya juga ingin tahu cara mendekati anak yang sulit/tidak mau mendengarkan nasihat orang tuanya. e. Tanggapn taraf 5, pemberi umpan balik memberikan tanggapannya sesudah memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengungkapkan keluh kesahnya secara tuntas. Bersama dengan orang yang mengalami masalah, pemberi umpan balik mulai menyusun langkah-langkah untuk mengatasi masalah yang ada. Lebih lanjut, Carkhuff menjelaskan bahwa pada umumnya tanggapan pada taraf 1 dan 2 akan mengakibatkan kerugain dalam proses hubungan komunilasi antara dua pihak yang berinteraksi, karena dapat mengakibatkan orang yang
6
mempunyai masalah munutup diri. Sementara pada taraf 3, situasi netral akan tercapai. Yaitu tidak membuat proses komunikasi terhambat dan juga belum membuat proses komunikasi menjadi lebih berkembang, namun cukup memberikan kesan bahwa orang yang diajak berkomunikasi telah mendengarkan permasalahan yang disampaikan kepadanya. Tanggapan pada taraf 4 dan 5 berakibat positif, karena menolong orang lain untuk keluar dari permasalahannya. Tanggapan taraf 3,4 dan 5 termasuk pada apa yang disebut sebagai mendengar secara aktif, yaitu cara mendengarkan dan memberikan tanggapan yang bertujuan untuk menunjukkan kepada seseorang bahwa pesan maupun perasaan yang terkandung dalam pesan telah diterima dengan baik oleh orang yang mendengarkan pesan tersebut.
Dalam kenyataannya, mendengar dan menanggapi pesan orang lain ada pekerjaan yang tidak
mudah. Karena disadari atau tidak , akan selalu muncul
intensi-intensi ataupun sikap tertentu selama proses komunikasi berlangsung. Diantara intensi yang timbul itu ada yang merugikan ataupun menghambat proses komunikas. Ada lima intensi yang seringkali memengaruhi tanggapan individu terhadap orang lain (Jhonson, 1981), yakni: a. Menasihati dan memberi penilaian Nasihat dan penilaian mengkomunikasikan sikap evaluatif, korektif, sugestif, ataupun moralistik. Secara implisit penerima pesan ingin menyatakan apa yang seharusnya atau sebaaiknya dilakuakn oleh pengirim pesan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Nasihat akan dapat bermanfaat bagi pihak yang dinasihati jika diberikan pada saat yang tepat, jika tidak, bukan manfaat menolong yang ditemukan, namun justru dapat menjadi penghalang untuk membangun komunikasi yang lebih intim. Tanggapan yang berisi nasihat – penilaian disebut tanggapan evaluative.
7
b. Menganalisis dan menafsirkan Melalui analisis dan penafsiran masalah yang dikemukakkan oleh pengirim pesan, penerima pesan menyampaikan perasaan dan pandangannya untuk pemecahan permasalahan yang ada. Dengan kata lain, penerima pesan menyampaikan
cara
bagaimana
seharusnya
pengirim
pesan
melihat
permasalahannya. Secara umum, orang tidaklah terlalu senang jika diberi tahu orang lain secara detail, karena seakan – akan tindak tanduknya di “setir” orang lain. Orang akan lebih senang jika bukakkan wawasan atau pemikirannya, agar yang bersangkutan mampu berfikir sendiri tentang cara untuk mengatasi permasalahannya. Tanggapan yang berisi analisis dan penafsiran ini disebut tanggapan interpretative. c. Meneguhkan dan Memberikan Dukungan Tanggapan yang bersifat memberikan dukungan menunjukkan bahwa penerima pesan bersimpati atas keadaan pemberi pesan. Namun, jika dukungan diberikan secara tergesa – gesa, maka akan timbul kesan bahwa penerima pesan tidak serius dalam memberikan tangggapannya. Tanggapan yang berisikan peneguhan disebut juga tanggapan suportif d. Menanyai dan Menyelidiki Dalam keadaan ini,penerima pesan memberondong pertanyaan kepada pemberi pesan. Hal ini menimbulkan kesan bahwa penerima pesan ingin tahu lebih banyak. Mengajukkan pertanyaan dapat menolong orang untuk lebih melengkapi data yang ada, namun jika terlalu banyak akan membuat orang lain menutup diri karena merasa dicurigai ataupun diinterogasi. Untuk itu ajukkanlah pertanyaan reflektif agar orang mau terus mengungkapkan dirinya. Tanggapn yang berisi pertanyaan disebut tanggapan menyelidik. e. Memahami Tanggapan penuh pemahaman yang bersifat merefleksikan apa yang diungkapkan oleh pengirim pesan menunjukkan bahwa penerima pesan mempunyai intensi untuk memehami pikiran dan perasaan pengirim pesan.
8
Pada akhirnya, perlulah diperhatikan bahwa bila seorang individu ingin memahami masalah yang dikemukkan orang lain dan menolongnya memecahkan masalah yang dihadapi, maka : (1) individu harus benar – benar sadar bahwa semua keinsafan, pemahaman, keputusan,pemecahan masalah haruslah terjadi atau berlangsung dalam diri orang yang mempunyai masalah. (2) Individu hanya dapat menolong orang yang bermasalah jika kerangka acuan yang dipakai adalah kerangka internal,yaitu cara pandang orang yang bermasalah memandang dan merasakan situasi ataupun masalah yang dihadapinya. Dan bukan menggunakan kerangka eksternal, yaitu cara pandang orang diluar pribadi yang bermasalah,memandang dan merasakan situasi yang dialami orang yang bermasalah.
9
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN
Umpan balik merupakan suatu proses dimana seseorang memberi tahu berdasarkan pengamatan dan perasaannya, tentang tingkah laku seseorang. Validitas umpan balik merupakan cara atau sikap seseorang dalam meyakinkan orang lain tentang masalah yang akan disampaikannya. Seseorang tidak akan mudah menerima umpan balik yang disampaikan oleh orang lain, apalagi dengan masalah yang susah untuk dipecahkan. Syarat untuk memberi umpan balik, yaitu respek, empati, jujur, deskriptif, bersifat hasil oriented, dan lain sebagainya.Syarat untuk memberi umpan balik, yaitu : Respek , Empati, dan Jujur . Suatu hal yang perlu diingat dan disadari oleh pemberi umpan balik bahwa pemecahan suatu masalah hanya dapat dipecahkan oleh orang yang bermasalah itu sendiri. Orang yang berkepentingan terhadap suatu masalah
lah yang harus
membuat pilihan atau keputusan tentang apa yang akan diperbuatnya yang untuk mengatasi permasalahan dihadapinya. Sementara individu diluar orang yang bermasalah hanyalah memberikan pendapat untuk solusi dari permasalahan berdasarkan pengalaman, pengetahuan maupun keahlian yang dimilikinya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Hutagalung, I. Pengembangan Kepribadian: Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Positif. Jakarta: Indeks. 2007,hlm.25. Azwar, S. 1986. Reliabilitas
dan Validitas: Interpretasi dan Komputasi.
Yogyakarta: Liberti. Johnson, D.W. 1981. Reaching Out Interpersonal Effectiveness and Self Actualization. Englewood Cliffs: Prentice-Hall. Thompson, C.L and Poppen, W.A. 1979. Guidance activities for counselors and teachers. Monetery: Brooks/Cole. Utami,
D.
2010.
Validitas
dan
Reliabilitas
[Online].Tersedia:
http://lussysf.multiply.com/journal/item/137 [9 November 2010].
11