Tugas 1 Mata Kuliah Radar dan Navigasi
SISTEM RADAR DAN NAVIGASI BANDARA NGURAH RAI DENPASAR
OLEH 1.Hasrawati
[D411 06 083]
2.Iqbal Zakaria
[D411 06 086]
3.Ardiansyah
[D411 06 088]
4.A.Ahmad Sulmia
[D411 06 107]
5.Musfirah Putri L
[D411 06 115]
6.Miftahul Jannah
[D411 06 131]
7.Githa Devi Pratama
[D411 06 154]
8.Julianti Habibuddin
[D411 07 067]
JURUSAN ELE KTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2010
PENDAHULUAN Dunia lalu lintas baik darat maupun lautan merupakan dunia yang begitu padat dan simpang siur terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu dan bergantung kebutuhan dari manusia. Perkembangan lalu lintas baik darat maupun di darat terus berkembang seraya mengikuti perkembang dunia informasi yang semakin lama semakin maju pesat kian hari. Alat transportasi meruapakan suatu hal yang sangat penting dala kehidupan sehari-harinya karena manusia selalu berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya oleh sebab itu di perlukan pengaturan dan pengawasan serta pengembangan dari sistem transportasi secara keseluruhan agar hidup kita dapat lebih teratur dan lebih efisien. Transporatasi udara adalah salah satu transportasi yang banyak di gemari oleh manusia untuk menemani masyarakat dalam menjalani aktifitas. Penerbangan adalah satu pilihan yang banyak di gunakan bagi orang yang memiliki pekerjaaan yang menuntutnya untuk pergi ke suatu tempat yang jaraknya cukup jauh, dengan menggunakan fasilitas ini orang tersebut dapat tiba di tempat tujuannya dengan cepat dan nyaman. Oleh sebab itu pengawasan dalam bidang transportasi udara perlu di perhatikan agar setiap orang yang menggunakan jasa ini merasa aman dan nyaman sampai di tempat tujuan. Dalam pembahasan kali ini kami akan membahas mengenai salah satu sistem pengawasan yang ada di Indonesia yaitu Sistem Pengawasan Otamatis Siar dan akan di bahas lebih spesifik mengenai “ Radar dan Navigasi “ yang di gunakan bandara Ngurah Rai Denpasar, Bali sebelumnya akan di bahas mengenai bandara Ngurah Rai secara singkat dan ulasan mengenai sistem pengawasan yang di pakai oleh beberapa Negara dalam dunia penerbangan. Sejarah sistem pengawasan tergantung otomatis-siar Pada tahun 2001, Federal Aviation Administration (FAA), industri penerbangan dan komunitas Alaska merancang proyek Capstone untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan penerbangan. Salah satu dari teknologi baru yang dikembangkan adalah sistem pengawasan tergantung otomatis-siar. Setelah melewati tahap riset dan pengembangan selama beberapa tahun, pada tahun 2005, FAA menyatakan bahwa sistem pengawasan tergantung otomatis siar telah siap dioperasikan oleh sistem penerbangan umum secara nasional. Melalui proyek Capstone, FAA menyediakan peralatan stasiun penerima di darat, rangkaian komunikasi avionik, dan datalink yang dapat dipergunakan oleh penerbangan komersial. Awal 2007, FAA semakin mengintensifkan penyebaran sistem pengawasan tergantung otomatis-siar di sejumlah negara bagian Amerika Serikat. Cara kerja sistem pengawasan tergantung otomatis-siar Sistem pengawasan tergantung otomatis–siar menggunakan teknologi Global Navigation Sattelite System (GNSS) seperti Global Positioning System (GPS) yang dipasang pada pesawat. Pesawat akan menyiarkan informasi seperti kecepatan, posisi, tujuan, ketinggian pesawat dari permukaan laut, bumi dan nomor penerbangan ke stasiun penerima di darat dan pesawat lain secara terus-menerus. Di bandara, informasi tersebut diterima oleh pusat pengatur lalu-lintas
udara Mekanisme sistem pengawasan tergantung otomatis-siar dapat berjalan atas bantuan satelit yang menentukan posisi pesawat berdasarkan konstelasi GNSS . Kelebihan sistem pengawasan tergantung otomatis-siar 1. Sistem
pengawasan tergantung otomatis–siar membutuhkan biaya perawatan dan infrastruktur sepuluh kali lipat lebih murah daripada radar. 2. Stasiun penerima di darat dapat didirikan di daerah terpencil yang tidak dapat dicapai oleh radar sekalipun. 3. Sistem ini memiliki kemampuan pengawasan air-to-air. Sehingga setiap pesawat dapat mengetahui keberadaan pesawat lain di udara dengan sendirinya. 4. Sistem pengawasan tergantung otomatis-siar menampilkan kondisi lalu-lintas udara secara real time di kokpit pesawat. 5. Sistem pengawasan tergantung otomatis-siar menunjukkan lokasi pesawat di udara dengan lebih akurat. 6. Sistem pengawasan tergantung otomatis-siar dapat meramalkan waktu keberangkatan dan kedatangan pesawat dengan lebih akurat. Sehingga para pengatur lalu-lintas udara dapat lebih mudah dalam mengatur jadwal keberangkatan dan kedatangan pesawat. 7. Sistem pengawasan tergantung otomatis-siar menunjang standar pemisahan area terbang di udara, baik secara horizontal maupun vertikal, untuk semua jenis penerbangan. 8. Kualitas transmisi data pada sistem ini tidak mudah terpengaruh oleh jarak, kondisi atmosfer dan ketinggian pesawat. 9. Sistem pengawasan tergantung otomatis-siar membutuhkan suplai energi yang lebih kecil dibandingkan radar. 10. Sistem pengawasan tergantung otomatis-siar dapat mengurangi kesalahan yang dilakukan oleh kru penerbang terkait penggunaan landasan, dan meningkatkan kemampuan kru penerbang untuk mendeteksi kesalahan yang dilakukan oleh pusat pengatur lalu lintas udara. 11. Sistem pengawasan tergantung otomatis-siar dapat mencegah kepadatan berlebihan pada landas pacu pesawat. Hubungan dengan layanan siar penerbangan lainnya •
Layanan informasi lalu lintas-siar
Layanan informasi lalu lintas siar atau traffic information service-broadcast (TIS-B) adalah aplikasi yang menyediakan informasi antar pesawat terbang untuk meningkatkan kesadaran pilot mengenai situasi dan kondisi penerbangan. Layanan informasi lalu lintas-siar sangatlah penting dalam mendukung maskapai yang merupakan pengguna sistem pengawasan tergantung otomatissiar untuk mendeteksi posisi pesawat lain yang belum memakai perangkat sistem ini. •
Layanan informasi penerbangan-siar
Layanan informasi penerbangan-siar atau flight information service-broadcast (FIS-B) adalah komponen sistem pengawasan tergantung otomatis siar yang mengirimkan informasi penerbangan dan meteorologi ke kokpit pesawat. Data yang dikirimkan oleh layanan informasi penerbangan dapat berupa teks tertulis ataupun grafis. Perkembangan sistem pengawasan tergantung otomatis–siar di Indonesia
Percobaan sistem pengawasan tergantung otomatis-siar di Indonesia dilaksanakan di Jakarta pada akhir tahun 2006 sesuai dengan rekomendasi Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO).[3] Percobaan tersebut dibantu oleh sejumlah pihak yakni Airservices Australia, spesialis komunikasi transportasi udara SITA, dan Thales Group, sebuah perusahaan sistem elektronik dunia. Selama pelaksanaan percobaan, data lalu lintas udara didapatkan melalui stasiun-stasiun penerima yang didirikan di Denpasar, Kupang dan Pulau Natuna. Informasi dari ketiga stasiun tersebut kemudian dihubungkan ke pusat pengatur lalu lintas udara di Jakarta dan Makassar. Saat ini Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Indonesia sudah memasang 22 stasiun penerima sistem pengawasan tergantung otomatis-siar di Jakarta, Kupang, Banda Aceh, Medan, Bali, Natuna, Makassar, Sorong, Merauke, Matak, Cilacap, Tarakan, Pangkalan Bun, Palu, Waingapu, Alor, Galela, Ambon, Saumlaki, Pekanbaru, Palembang dan Pontianak.[4] Stasiun-stasiun penerima tersebut belum dapat digunakan karena sistem pengawasan tergantung otomatis-siar sendiri belum diimplementasikan secara penuh di Indonesia. Hal tersebut antara lain karena penerbangan Indonesia masih menggunakan pesawat terbang generasi lama yang belum dapat dipasangi perangkat sistem pengawasan tergantung otomatis-siar. Selain itu, pemasangan sistem tersebut masih harus menunggu konfirmasi prosedur yang tepat dari ICAO. Satu stasiun penerima Sistem Pengawasan Tergantung Otomatis–siar memiliki jangkauan hanya sebesar 300 km sehingga dibutuhkan sekitar 30 stasiun untuk menjangkau seluruh wilayah nusantara. Di Indonesia, penggunaan Sistem Pengawasan Tergantung Otomatis–siar dapat lebih menghemat biaya karena biaya perawatan radar pada umumnya dapat mencapai Rp 50 Milyar atau 10 kali lipat lebihmahal dibandingkan biaya perawatan Sistem Pengawasan Tergantung Otomatis–siar.
PEMBAHASAN Denpasar adalah ibu kota provinsi Bali, Indonesia. Kota ini merupakan pusat ekonomi pulau Bali, di sini terjadi pertemuan antara budaya tradisional Bali dengan budaya barat. Dahulu kota ini terkenal dengan nama Badung. Dahulu banyak para pedagang dari negara Arab dan Tiongkok yang datang ke sini untuk berdagang. Nama Denpasar berarti pula pasar baru.Sampai pada era ini pun denpasar masih tetap di minati oleh warga asing untuk berkunjung baik untuk berdagang maupun berekreasi karena bali di kenal dengan kota wisata yang eksotik sehingga banyak warga negagra asing yang tertarik dating ke daerah ini. Di selatan kota ini terletak Bandar Udara Ngurah Rai. Bandara inilah yang menjadi salah satu alat lalu lintas yang cukup ramai yang menghubungkan bali dengan Negara luar.Lalu Lintas Udara Area Control Center(ACC) Bali dibagi 3(tiga) sektor : a. Bali West Control, meliputi posisi 1140 E - Semarang pada ketinggian antara 18.000 kaki 46.000 kaki dikontrol sepenuhnya dengan radar dan non radar, radio komunikasi frekuensi 123,9 MHZ, pemancarnya terletak di Surabaya.
b. Bali Centre Control, posisi 1140 E ketinggian 18.000 kaki – 46.000 kaki. Frekuensi 120.7 MHZ.
c. Bali East Control, meliputi posisi 1140 E - batas Indonesia dengan Australia pada ketinggian 18.000 kaki - 46.000 kaki dikontrol dengan radar dan juga tanpa radar (procedure) frekuensi 128.3 MHZ, pemancarnya terletak di Kintamani dan Waingapu.
Approach Control Office (APP) Melaksanakan pengontrolan area pada radius 10 - 60 NM dengan ketinggian 2.500 sampai dengan 19.000 kaki. Pengaturan lalu lintas udara dengan mendeteksi obyek melalui layar radar. Aerodrome Control Tower (ADC) Mempunyai radius pengontrolan 0 - 5 NM (DVOR - BALI sebagai titik 0) pada ketinggian 0 - 2.500 kaki. Pengaturan dilakukan dengan cara melihat obyek/pesawat secara visual. Fasilitas Komunikasi Terdapat 3 (tiga) fasilitas komunikasi penerbangan di Bandara yaitu :
a.
Hubungan Tetap Penerbangan (AFS)
b.
Hubungan Bergerak Penerbangan (AMS)
c.
Pelayanan
Informasi
Terminal
Otomatis(ATIS)
ALAT BANTU NAVIGASI
Dibawah ini akan di jelaskan alat-alat bantu navigasi yang di gunakan pada bandara Ngurah Rai Denpasar-Bali; 1. N D B Peralatan Rambu Udara Radio Yaitu Peralatan navigasi udara yang berfungsii memberikan signal informasi berupa Bearing ( arah ) dan jarak pesawat terhadap Ground Stastion peralatan dan memberikan informasi berupa IDENT. •
•
2.
Non Directiona lBeacon (NDB) Fasilitas navigasi penerbangan yang bekerja dengan menggunakan frekuensi rendah (low frequency) dan dipasang pada suatu lokasi tertentu di dalam atau diluar lingkungan Bandar udara sesuai fungsi. VHF Omnidirectional Range (VOR) Fasilitas navigasi penerbangan yang bekerja dengan menggunakan frekuensi radio dan dipasang pada suatu lokasi tertentu di dalam atau di luar lingkungan Bandar udar sesuai fungsinya.
DVOR/DME ENROUTE DVOR/DME Equipment)
(Doppler
VHF
Omnidirectional
Range/
Distance
Measuring
DVOR/DME merupakan peralatan navigasi yang berfungsi untuk : menentukan azimuth, yaitu sudut searah jarum jam antara titik Utara dari stasiun VOR (VHF Omnidirectional Radio Range) dan garis yang menghubungkan stasiun dengan pesawat udara VOR (VHF Omnidirectional Radio Range) adalah alat navigasi yang bekerja dengan cara memancarkan signal ke udara secara seragam pada posisi azimuth. VOR
menginformasikan kepada pilot mengenai arah azimuth dalam bentuk display visual. Alat ini beroperasi pada gelombang Very High Frequency (VHF) yaitu pada 108 MHz - 118 MHz. VOR Ground Station memancarkan 2 macam signal, yaitu signal referensi dan signal variabel. Adapun fungsi dari alat ini adalah: 1.
menunjukkan data deviasi penerbangan, sehingga posisi pesawat terhadap jalur penerbangan dapat dimonitor 2. menunjukkan apakah pesawat akan menuju atau meninggalkan stasiu VOR.
3.
Instrument Landing System (ILS)
Instrument Landing System (ILS) adalah peralatan navigasi yang berfungsi untuk memberikan informasi mengenai arah kepada pilot pada saat mendekati landasan (runway) dengan tingkat ketelitian yang tinggi dan untuk segala kondisi cuaca. ILS beroperasi pada gelombang VHF.
Instrumen Landing System
Fasilitas Bantu Pendaratan, adalah salah satu prasarana penunjang operasi bandara, dan dibagi menjadi dua kelompok peralatan, yaitu : • •
Alat Bantu Pendaratan Instrumen/ILS (Instrument Landing System) Alat Bantu Pendaratan Visual/AFL (Airfield Lighting System)
Alat Bantu Pendaratan Instrument terdiri dari : A. Instrument Landing Syatem / ILS adalah alat bantu pendaratan instrumen (non visual) yang digunakan untuk membantu penerbang dalam melakukan prosedur pendekatan dan pendaratan pesawat di suatu bandara. Peralatan ILS terdiri atas 3(tiga) subsistem : 1.Localizer yaitu pemancar yang memberikan sinyal pemandu azimuth, mengenai kelurusan pesawat terhadap garis tengah landasan pacu, beroperasi pada daerah frekuensi 108 MHz hingga 111,975 MHz . 2. Glide Slope,yaitu pemancar yang memberikan sinyal pemandu sudut luncur pendaratan, bekerja pada frekuensi UHF antara 328,6 MHz hingga 335,4 MHz. 3. Marker Beacon yaitu pemancar yang menginformasikan sisa jarak pesawat terhadap titik pendaratan. dioperasikan pada frekuensi 75 Hz. Marker Beacon terdiri dari 3 buah, yaitu : • • •
Outer Marker (OM), terletak 3,5 - 6 nautical miles dari landasan pacu. Outer Marker dimodulasikan dengan sinyal 400 Hz. Middle Marker (MM), terletak 1050 ± 150 meter dari landasan pacu dan dimodulasikan dengan frekuensi 1300 Hz. Inner Marker (IM) terletak 75 – 450 meter dari landasan pacu dan dimodulasikan dengan sinyal 3000 Hz. Di Indonesia tidak di pasang IM mengingat ILS dioperasikan dengan kategori I.
B. Runway Visual Range (RVR) adalah suatu sistem/alat yang digunakan untuk memperoleh informasi meteorologi (cuaca) yaitu jarak tembus pandang (visibility) di sekitar runway. 4.
DME terminal
Distance Measuring Equipment (DME) Alat Bantu navigasi penerbangan yang berfungsi untuk memberikan panduan/imformasi jarak bagi pesawat udara dengan stasiun DME yang dituju (Stant range distance). Penempatan DME pada umumnya berpasangan (collocated) dengan VOR atau Glide Path ILS yang ditempatkan di dalam atau diluar lingkungan bandara yang merupakan bagian dari Peralatan Rambu Udara Radio
5.
RADAR (Radio Detection and Ranging)
RADAR (Radio Detection and Ranging) merupakan peralatan elektronik yang dapat mendeteksi posisi suatu obyek (target). RADAR bekerja dengan cara memancarkan gelombang elektromagnetik yang akan dipantulkan oleh obyek yang menerimanya, kembali ke RADAR. Dengan cara ini, posisi target dapat dideteksi. RADAR memberikan data mengenai jarak, ketinggian, dan arah gerakan pesawat, sehingga ATC (Air Traffic Control) dapat secara akurat memberikan arahan mengenai lalu lintas penerbangan.
Fasilitias Navigasi dan Pengamatan Fasilitas Navigasi dan Pengamatan, adalah salah satu prasarana penujang operasi bandara, dibagi menjadi dua kelompok peralatan, yaitu : • •
Pengamatan Penerbangan Rambu Udara Radio
1. Peralatan Pengamatan Penerbangan Peralatan pengamatan penerbangan terdiri dari : a. Primary Surveillance Radar (PSR) PSR merupakan peralatan untuk mendeteksi dan mengetahui posisi dan data target yang ada di sekelilingnya secara pasif, dimana pesawat tidak ikut aktif jika terkena pancaran sinyal RF radar primer. Pancaran tersebut dipantulkan oleh badan pesawat dan dapat diterima di sistem penerima radar.
b. Secondary Surveillance Radar (SSR) SSR merupakan peralatan untuk mendeteksi dan mengetahui posisi dan data target yang ada di sekelilingnya secara aktif, dimana pesawat ikut aktif jika menerima pancaran sinyal RF radar sekunder. Pancaran radar ini berupa pulsa-pulsa mode, pesawat yang dipasangi transponder, akan menerima pulsa-pulsa tersebut dan akan menjawab berupa pulsa-pulsa code ke sistem penerima radar. Secondary Surveillance Radar (SSR) adalah radar yang bekerja dengan bantuan alat yang bernama transponder di pesawat udara. Secara sederhana cara kerjanya adalah sebagai berikut: 1. SSR di darat memancarkan sinyal yang disebut dengan interrogation pada frekuensi 1030 Mhz 2. Jika mendapatkan sinyal interogasi, maka transponder akan menjawab/ memberikan sinyal balasan pada frekuensi 1090 Mhz 3. Dekoder yang ada di SSR akan menghitung jarak pesawat tersebut dari lamanya sinyal sampai kembali ke SSR 4. Arah pesawat tersebut akan ditentukan oleh arah antena radar SSR yang berputar 360 derajat. Jadi misalnya antena SSR sedang mengarah ke timur pada arah 090° dan mendapatkan jawaban (reply) dari sebuah transponder, maka jarak dan posisi pesawat akan diketahui oleh SSR.
c. Air Traffic Control Automation (ATC Automation) terdiri dari RDPS, FDPS, ADS-B Processing dan ADS-C Processing.
d. Automatic Dependent Surveillance Broadcast (ADS-B) dan Automatic Dependent Surveillance Contract (ADS-C) .Merupakan teknologi pengamatan yang menggunakan pemancaran informasi posisi oleh pesawat sebagai dasar pengamatan. e. Airport Survace Movement Ground Control System (ASMGCS) f. Multilateration g. Global Navigation Satellite System 2. Peralatan Rambu Udara Radio Peralatan Rambu Udara Radio Yaitu Peralatan navigasi udara yang berfungsii memberikan signal informasi berupa Bearing ( arah ) dan jarak pesawat terhadap Ground Stastion peralatan dan memberikan informasi berupa IDENT. •
•
•
a. Non Directional Beacon (NDB) Fasilitas navigasi penerbangan yang bekerja dengan menggunakan frekuensi rendah (low frequency) dan dipasang pada suatu lokasi tertentu di dalam atau diluar lingkungan Bandar udara sesuai fungsi. b. VHF Omnidirectional Range (VOR) Fasilitas navigasi penerbangan yang bekerja dengan menggunakan frekuensi radio dan dipasang pada suatu lokasi tertentu di dalam atau di luar lingkungan Bandar udar sesuai fungsinya. c. Distance Measuring Equipment (DME) Alat Bantu navigasi penerbangan yang berfungsi untuk memberikan panduan/imformasi jarak bagi pesawat udara dengan stasiun DME yang dituju (Stant range distance).
Penempatan DME pada umumnya berpasangan (collocated) dengan VOR atau Glide Path ILS yang ditempatkan di dalam atau diluar lingkungan bandara tergantung fungsinya.
1. NAMA
SPESIFIKASI BANDARA Bandara : NGURAH RAI (Bandar Udara Internasional) Telepon : (0361) 751011, 751020 Faksimili : (0361) 751032 Alamat : Jl. Raya I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali 80361 Website : www.ngurahrai-airport.co.id E-mail :
[email protected]
2. KLASIFIKASI BANDARA 3. LOKASI
4. 5. 6. 7. 8.
Kelas IA 080 44'51"LS / 1150 10'09"BT
LUAS BANDARA 296 Ha ELEVASI 14 feet KODE ICAO/IATA WADD / DPS JAM OPERASI 24 Jam JARAK DARI KOTA 13 Km (Kota Denpasar) LANDASAN Arah : 09 - 27 Dimensi : 3.000 x 45 m2
9. TAXIWAY
PCN : 83 /F/C/X/T Total Luas : 127.637 m2 No. T/W
N1 N2 N3 N4 N5 N6 N7 10. APRON
Posisi
Dimensi
Pararel Exit T/W Exit T/W Exit T/W Exit T/W Exit T/W Pararel
M'xM' 278x23 148x30 148x30 232x30 232x30 148x30 580x23
PCN
78 78 78 78 78 78 78
/F/C/X/T /F/C/X/T /F/C/X/T /F/C/X/T /F/C/X/T /F/C/X/T /F/C/X/T
Luas Apron : 214.457 m2 PCN : 69 /R/C/X/T Kapasitas Apron Type
Pesawat
Wide Big Body
B-747
Posisi Parking Stand Alt.1 Alt.2 10 7
Sistem Lampu : ➢Lampu landasan-pacu, lampu taxiway dan Precision Approach Path Indicator (PAPI). Lampu pendekatan dan SFL. Pengertian Landasan Pacu – Runway
Landas pacu adalah sepetak lahan yang digunakan oleh pesawat terbang untuk lepas landas atau pendaratan yang dapat berupa aspal atau rumput. Dalam bahasa Inggris disebut runway. Nama landas pacu diambil dari arahnya dengan pembulatan ke puluhan terdekat, contoh: 36 untuk landas pacu yang mengarah ke 360 derajat (utara). Karena sebuah landas pacu bisa dipakai dua arah, penamaan pun ada dua dengan selisih 18. Contoh: landas pacu 9/27. Apabila bandara memiliki beberapa landas pacu dengan arah sama, akan diidentifikasi dengan penambagan huruf L, C, dan R untuk Left, Center, dan Right (kiri, tengah, kanan) yang ditambahkan di akhir. Contoh: landas pacu 2R/20L. Pada umumnya landasan pacu memiliki lapisan aspa “hotmix” dengan identifikasi angka derajat dan arah yang dituliskan dengan huruf, serta garis garis yang mirip dengan “zebra cross” pada ujung ujungnya yang semakin berkurang jumlah garisnya bila menuju ke tengah landasan yang menunjukkan saat saat pesawat harus touch down (roda roda menyentuh landasan saat mendarat) serta take off (melandas). Pada landasan-landasan tertentu, ujung ujung landasan yang digunakan untuk tuch down atau take off digunakan lapisan beton, bukan aspal untuk menghindari melelehnya aspal pada saat pesawat take off dengan kekuatan mesin penuh, khususnya pesawat tempur yang menggunakan mekanisme afterburner sehingga menimbulkan semburan api pada nozzle (saluran buang) mesin pesawat. Aspal yang digunakan yang terbaik adalah aspal alam, dan yang terbaik diguanakan adalah aspal yang dihasilkan dari negara Trinidad dan Tobago, jadi tidak menggunakan aspal hasil olahan minyak bumi, yang mudah mencair/melunak akibat panas matahari, tekanan dan panas yang ditimbulkan dari semburan gas buang mesin pesawat. Pada bagian bawah lapisan aspal digunakan lapisan batu kali bukan batu koral seperti halnya penggunaan pengaspalan jalan raya. Landasan pacu dibuat dengan perhitungan teknis tertentu sehinga permukaannya tetap kering sekalipun pada musim hujan dan mencegah tergenangnya landasan yang mengakibatkan pesawat mengalami aquaplanning terutama saat mendarat yang sangat membahayakan. Pada tepi kanan dan kiri serta ujung ujung landas pacu diberi lampu lampu dan tiangtiang navigasi yang digunakan untuk membantu navigasi terlebih lebih pada cuaca buruk dan penerbangan malam hari.
Landas pacu bandara perintis memiliki konstruksi yang lebih sederhana dibandingkan bandara bandara komersial terlebih lebih di kawasan terpencil. Landasan pacu ini dikenal sebagai airstrip. Terkadang hanyalah lajur tanah yang diperkeras yang diberi lapisan rumput dan untuk mencegah amblasnya tanah , digunakan lonjoran lonjoran baja atau alas marston (lapisan plat baja yang berlubang lubang). Di Indonesia, landasan seperti ini digunakan di daerah pedalaman Irian Jaya atau Papua. Konstruksi landas pacu seperti ini digunakan pada masa Perang Dunia II untuk kepentingan militer karena pembuatannya lebih praktis. Panjang landasan pacu bergantung pada suhu, kecepatan dan arah angin serta tekanan udara di sekitarnya. Di daerah gurun dan di dataran tinggi, umumnya landas pacu yang digunakan lebih panjang daripada yang umum digunakan di bandara-bandara bahkan bandara internasional karena tekanan udara yang lebih rendah. Sebagai contoh landas pacu di kota Doha, Qatar memiliki ukuran panjang sampai lebih dari 5.000 meter. Pada landasan tertentu, dilengkapi kabel penahan pesawat untuk pendaratan (arrester cable) bahkan pelontar pesawat (catapult) terutama untuk landasan pendek dan landasan pada kapal induk. Pada bagian pertama tentang Alat Bantu Pendaratan Pesawat di bandar udara, telah dibahas mengenai Alat Bantu Pendaratan secara Instrument berupa Instrument Landing System (ILS) walaupun Runway Visual Range (RVR). Dengan adanya Instrument Landing SYstem (ILS) maka walaupun cuaca kurang baik maka pesawat terbang dapat mendarat dengan selamat. Alat Bantu Pendaratan secara Visual artinya kondisi cuaca di bandar udara cerah dan pilot secara visual dapat melihat langsung landasan. Alat Bantu Pendaratan secara Visual terdiri dari : •
Flood Light, yaitu rambu penerangan untuk menerangi tempat parkir pesawat terbang diwaktu siang hari pada cuaca buruk atau malam hari pada saat ada pesawat terbang yang menginap atau parkir.
•
Approach light, yaitu rambu penerangan untuk pendekatan yang dipasang pada perpanjangan landasan pacu berfungsi sebagai petunjuk kepada penerbang tentang posisi, arah pendaratan dan jarak terhadap ambang landasan pada saat pendaratan.
•
Precision Approach Path Indicator (PAPI) dan Visual Approach Slope Indicator System (VASIS) yaitu rambu penerangan yang memancarkan cahaya untuk memberi informasi kepada penerbangan mengenai sudut luncur yang benar, dan memandu penerbang melakukan pendekatan menuju titik pendaratan pada daerah touch down.
•
Turning Area Light,
yaitu rambu penerangan untuk memberi tanda bahwa didaerah ini terdapat tempat pemutaran pesawat terbang. •
Apron Light, yaitu rambu penerangan yang terdiri dari lampu-lampu yang memancarkan cahaya merah yang dipasang di tepi Apron untuk memberi tanda batas pinggir Apron.
•
Sequence Flashing Light (SQFL), yaitu lampu penerangan berkedip berurutan pada arah pendekatan. SQFL dipasang pada Bar 1 s/d Bar 21 Approach Light System.
•
Traffic Light, yaitu rambu penerangan berfungsi sebagai tanda untuk pengaturan kendaraan umum yang dikhawatrikan akan dapat menyebabkan gangguan terhadap pesawat terbang yang sedang mendarat.
•
Obstruction Light, yaitu rambu penerangan berfungsi sebagai tanda untuk menunjukan ketinggian suatu bangunan yang dapat menyebabkan gangguan/rintangan pada penerbangan.
•
Wind Cone, yaitu rambu penerangan menunjukan arah angin bagi pendaratan atau lepas landas suatu pesawat terbang.
➢ Suar Berotasi (Rotating Beacon) merupakan bagian dari Airfield Lighting System (AFL) adalah alat bantu pendaratan visual yang berfungsi membantu dan melayani pesawat terbang selama tinggal landas, mendarat dan melakukan taxi agar dapat bergerak secara efisien dan aman. yaitu rambu penerangan petunjuk lokasi bandar udara, terdiri dari 2 (dua) sumber cahaya bertolak belakang yang dipasang pada as yang dapat berputar, sehingga dapat memancarkan cahaya berputar dengan warna hijau dan putih pada umumnya Rotating Beacon dipasang diatas tower. ➢ Lampu Threshold, Runway End Identifi-cation Light (REIL) alat bantu ini juga merupakan bagian dari Airfield Lighting System (AFL) Airfield Lighting System (AFL) meliputi peralatan-peralatan sebagai berikut : •
Runway Edge Light. yaitu rambu penerangan landasan pacu, terdiri dari lampu-lampu yang dipasang pada jarak tertentu di tepi kiri dan kanan landasan pacu untuk memberi tuntunan
kepada penerbang pada pendaratan dan tinggal landas pesawat terbang disiang hari pada cuaca buruk, atau pada malam hari. Threshold Light,
•
yaitu rambu penerangan yang berfungsi sebagai penunjuk ambang batas landasan, dipasang pada batas ambang landasan pacu dengan jarak tertentu memancarkan cahaya hijau jika dilihat oleh penerbang pada arah pendaratan. Runway End Light,
•
yaitu rambu penerangan sebagai alat bantu untuk menunjukan batas akhir/ujung landasan, dipasang pada batas ambang landasan pacu dengan memancarkan cahaya merah apabila dilihat oleh penerbang yang akan tinggal landas. Taxiway Light
•
yaitu rambu penerangan yang terdiri dari lampu-lampu memancarkan cahaya biru yang dipasang pada tepi kiri dan kanan taxiway pada jarak-jarak tertentu dan berfungsi memandu penerbang untuk mengemudikan pesawat terbangnya dari landasan pacu ke dan atau dari tempat parkir pesawat.
KESIMPULAN ALAT BANTU NAVIGASI Secara garis besar alat-alat bantu navigasi udara di Bandara Ngurah Rai terdiri dari : •
NDB
•
DVOR/DME ENROUTE
•
ILS terdiri dari : Localizer, Glide Path dan Marker Beacon.
•
DME terminal
•
RADAR terdiri dari : Primary Surveillance Radar dan Secon-dary Surveillance Radar.
•
Sistem Lampu : ➢ Lampu landasan-pacu, lampu taxiway dan Precision Approach Path Indicator (PAPI). Lampu pendekatan dan SFL. ➢ Suar Berotasi (Rotating Beacon). ➢ Lampu Threshold, Runway End Identifi-cation Light (REIL).
Taken from: 1.