KELAINAN KONGINETAL PADA KESEHATAN REPRODUKSI Kelainan Tuba Falopii
Oleh :
Qoni Oktanti
100!0"001110#
Li$%a&ati
100!0"001110#"
Nilna A$'(o)atul Ulu%i'a* +a,e -i&in In,(iani
PROGRA+ STUDI S1 KE.IDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNI/ERSITAS .RA-IAA +ALANG 2012
KATA KATA PENGANTAR PENG ANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar. Penulis menyusun makalah berjudul “Kelainan Tuba Falopii guna memenuhi tugas !ata Kuliah Kelainan Kongenital Pada Kesehatan "eproduksi di Program #tudi #$ Kebidanan Fakultas Kedokteran %ni&ersitas 'rawijaya !alang atas bimbingan (bu %swatun Khasanah !.Keb. selaku dosen pengajar mata kuliah ini. !akalah ini berisi tentang segala hal yang berkaitan dengan Kelianan pada Tuba Falopii. )emi tercapainya kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya* penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. #emoga makalah ini dapat berman+aat bagi penulis dan pembaca.
!alang* $, April $/
Penyusun
.A. I PENDAHULUAN
Puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar. Penulis menyusun makalah berjudul “Kelainan Tuba Falopii guna memenuhi tugas !ata Kuliah Kelainan Kongenital Pada Kesehatan "eproduksi di Program #tudi #$ Kebidanan Fakultas Kedokteran %ni&ersitas 'rawijaya !alang atas bimbingan (bu %swatun Khasanah !.Keb. selaku dosen pengajar mata kuliah ini. !akalah ini berisi tentang segala hal yang berkaitan dengan Kelianan pada Tuba Falopii. )emi tercapainya kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya* penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. #emoga makalah ini dapat berman+aat bagi penulis dan pembaca.
!alang* $, April $/
Penyusun
.A. I PENDAHULUAN
Tuba Fallopi* yang dikenal juga sebagai o&iduk atau buluh rahim* adalah dua buah saluran yang sangat halus dan tipis sebesar ujung pensil* yang menghubungkan telur dengan rahim. Karena struktur tersebut* maka saluran ini dapat dengan mudah menjadi tersumbat. Tuba +allopi panjangnya berkisar antara 0 hingga $1 cm. Ketika sebuah sel telur 2o&um3 berkembang dalam sebuah indung telur 2o&arium3* ia diselubungi oleh sebuah lapisan yang dikenal dengan nama +ollikel o&arium. Pada saat o&um mengalami kematangan* +olikel dan dinding o&ariu o&arium m akan akan runtuh runtuh** membua membuatt o&um o&um dapat dapat berpin berpindah dah dan memasu memasuki ki Tuba Tuba Fall Fallop opi. i. )ari )ari sana sana perj perjala alana nan n dila dilanj njut utka kan n ke arah arah rahim rahim** deng dengan an bant bantua uan n pergerakan dari bulu-bulu tipis pada bagian dalam tuba4saluran ini. Perjalanan ini menghabiskan waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari. 5ika o&um dibuahi ketika berada di dalam Tuba Fallopi* maka ia akan menempel secara normal di dalam endometrium ketika mencapai rahim* yang merupakan pertanda terjadinya kehamilan. Terkadang embrio bukannya menempel pada rahim namun menempel pada Tuba Fallopi sehingga menghasilkan kehamilan ektopik* yang lebih dikenal dengan “kehamilan di luar kandungan. Kelaianan kelainan bawaan pada uterus dan kedua tuba adalah kelainan yang timbul pada pertumbuhan duktus mulleri berupa tidak terbentuknya satu atau kedua kedua duktus* duktus*gan ganggu gguan an dalam dalam kedua kedua duktus duktus*da *dan n ganggu gangguan an dalam dalam kanalis kanalisasi asi setelah +usi .Kelainana kelainan tersebut sering disertai oleh kelainan pada traktus urinarius*sedangkan o&arium sendiri biasanya normal.
.A. II
PE+.AHASAN
KELAINAN TU.A FALOPI
A3 Anato%i Tuba Falopi
Tuba +allopi yang la6im disebut sebagi o&iduk berjumlah sepasang. Tuba +alopi terletak pada tepi bebas ligamentum latum dan ber+ungsi untuk membawa o&um dari o&arium menuju korpus uteri. Tuba +alopi merupakan sebuah saluran dengan panjang 0-$1 cm dan diameter 7 $-/ mm. Pada dindingnya terdapat otot untuk peristaltik dan bagian dalamnya berupa mukosa dinding sel berambut getar. )engan adanya gerak peristaltik serta dinding tuba +allopi yang bersilia* o&um kemudian diangkat menuju rahim. )engan demikian* tuba +allopi memiliki beberapa +ungsi* yaitu untuk menyalurkan o&um menuju uterus dan menyediakan lingkungan yang cocok bagi proses pembuahan dan perkembangan telur sebelum +ertilisasi terjadi. Pada tuba ini dibedakan menjadi 1 bagian 8 •
Pars (nterstitialis 2intramuralis3* yaitu berada di dinding uerus* mulai pada ostium internum
•
Pars isthmica8 bagian tuba setelah keluar dari dinding uterus 2/ 9 : cm3 bentuk nya lurus dan sempit* berdiameter 9 /mm.
•
Pars Ampularis* daerah yang berbentuk lengkungan yang terletak diatas o&arium yang merupakan bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk #*berdiameter 1 9 $ mm
•
1. (n+undibulum * %jung dari tuba dengan umbai-umbai yang disebut +imbriae* lubangnya disebut ostium abdominale tubae. Fibra merupakan bagian
tuba
+alopi
yang ber+ungsi
menyalurkannya ke dalam tuba +alopi.
untuk menangkap
telur
dan
.3 Pato)i$iolo4i Pe%bentukan Tuba Falopi
Pada masa embrio* terdapat dua bakal saluran embrional yang dapat berkembang menjadi organ reproduksi bagian dalam. Kedua saluran itu disebut8 duktus mesone+rik 2;ol+3 dan duktus paramesone+rik 2!
53 Kelainan Tuba Falopi
Kelainan kongenital tuba +allopi adalah kejadian jarang dan sering dikaitkan dengan kelainan bawaan uterus seperti uterus bicornis. Kelainankelainan bawaan ini merupakan kelainan yang timbul pada pertumbuhan duktus !ulleri berupa idak terbentuknya satu atau kedua duktus* dan gangguan dalam kedua duktus* dan gangguan dalam kanalisasi setelah +usi.
Kelainan-kelainan tersebut sering disertai kelainan pada traktus urinarius* sedangkan o&arium sendiri biasanya normal. Apabila satu duktus mulleri tidak terbentuk* terdapat uterus unikornis. )alam hal ini &agina dan ser&iks bentuknya normal* sedangkan uterus hanya mempunyai satu tanduk serta satu tuba. Apabila kedua duktus mulleri tidak terbentuk* maka uterus dan &agina tidak ada* kecuali sepertiga bagian bawah &agina* kedua tuba tidak terbentuk atau terdapat rudimenter uterus. Kelainan konginetal tuba +allopi termasuk dalam kategori berikut8 •
Tidak adanya tuba biasanya bagian dari agenesis uterus dan &agina. >&arium ada dan tergantung di ligamentum yang luas dalam kasus ini. Tidak adanya satu tuba dikaitkan dengan letak o&arium* ureter* atau agenesis ginjal atau kelainan bawaan.
•
Tidak adanya muskularis ampullary telah dilaporkan sebagai kurang lengkapnya dari lapisan otot dari segmen ampula saluran telur.
•
Tidak adanya segmen tuba pada tuba proksimal juga telah dilaporkan.
•
Aksesori tuba dapat berasal dari setiap segmen dari tuba +allopi* meskipun itu tidak terhubung dengan lumen saluran telur. osmium perut dari aksesori tuba biasanya ditemukan di sekitar o&iduct primer.
•
Anomali terkait dengan dietilstilbestrol 2)?#3 dalam rahim perempuan yang terpapar dapat terlihat dengan tepat di ostium tuba +allopi* +imbriae menyempit* pendek* atau tuba +allopi berbelit-belit. kondisi klinis dapat menyebabkan
in+ertilitas
wanita
dan
tidak
histerosalpingogram. #elain itu salpingitis
dapat
dideteksi
oleh
isthmica nodosa dapat
mengikuti paparan )?# selama kehamilan. •
)uplikasi tuba dianggap oleh beberapa dokter sebagai bentuk aksesori tuba* meskipun dalam literatur* itu ada sebagai kondisi yang terpisah.
D3 Ano%ali kon4enital St(uktu(al
Anomali kongenital #truktural tuba jarang terjadi. Kemudian kelainan struktural paling parah yang sering terjadi adalah tidak terbentuknya saluran reproduksi* yaitu &agina* uterus dserta tuba +alopi.kelainan ini terjadi akibat kelainan embriologis perkembangan duktus muller. Akibat dari kelainan ini
merupakan penyebab utama amenorea primer.Adanya segmen tuba* tuba duplikasi* dan tuba aksesori semuanya telah dilaporkan. Tuba aksesori mungkin hadir di sebanyak :@ dari pasien dan paling sering bilateral. #aluran tuba berkembang dari ujung distal berpasangan dengan ductus mullerian dan terbentang dari bagian superolateral rahim. #ejumlah cacat bawaan diperoleh dari saluran tuba telah dijelaskan oleh peneliti dan dibahas di bawah ini. Penyakit mungkin asimtomatik atau mungkin berhubungan dengan in+ertilitas. Anomali kongenital dari tuba +alopi termasuk ostia aksesori* tidak lengkapnya dari tuba +alopi* dan sejumlah sisa-sisa kistik embrio. #isa-sisa dari sistem saluran mesone+rik sering hadir di ligamen yang luas atau berdekatan dengan rahim atau &agina sebagai kista duktus artner. #isa-sisa dari saluran 2mullerian3 paramesone+rik pada wanita dapat dilihat sebagai* kista kecil paratubal. Kista Paratubal adalah penemuan insidental sering selama operasi ginekologi untuk kelainan lain atau ditemukan pada pemeriksaan sonogra+i. #ebagian besar kista tidak menunjukkan gejala dan lambat tumbuh dan ditemukan selama dekade ketiga dan keempat kehidupan. Kista Paratubal biasanya asimtomatik* mereka umumnya terjadi pada wanita berusia /-1 tahun dan biasanya ditemukan secara kebetulan selama operasi untuk alasan ginekologi lainnya. 'ersama dengan kista parao&arian* mereka merupakan $@ dari seluruh massa adneksa. #eringkali ganda dan kecil tetapi dapat ber&ariasi dalam ukuran dari *B cm sampai lebih dari cm dan bisa salah dengan massa o&arium. 'ila kista berada di dekat dengan o&arium* mereka disebut kista parao&arian. Kista hidatidosa !orgagni adalah kista paratubal yang pedunkulata dan dalam kontak dekat dengan ujung +imbriated dari tabung +alopi. Kista Paratubal biasanya transparan* unilokular* diisi dengan cairan serosa jernih* dan dilapisi oleh epitel kuboid pipih. !ereka paling umum merupakan sisa-sisa duktus paramesone+rik tetapi juga dapat berasal dari mesone+rik atau mesothelial.
#elama kehamilan* kista paratubal dapat tumbuh dengan cepat menyebabkan torsi. Perubahan menjadi ganas jarangterjadi di dalam kista* yang sebagian besar adalah tumor serous batas jenis endometrioid dengan potensi
keganasan
yang
rendah.
)iagnosis
praoperasi
sulit*
karena
ultrasonogra+i tidak bisa membedakan kista paratubal di dekat o&arium dari kista o&arium. !anajemen adalah eksisi sederhana. )alam paparan rahim ke )?# telah dikaitkan dengan berbagai kelainan tuba. Tuba pendek* berbelit-belit atau dengan +imbria layu dan ostia kecil dan telah dikaitkan dengan ketidaksuburan. ?tiologi bawaan menular dari salpingitis isthmica nodosa belum terpecahkan. )alam gangguan ini* di&ertikula dari mukosa tuba di wilayah isthmic memperpanjang ke muskularis dan serosa tersebut. =al ini biasanya progresi+ dan berujung pada oklusi tuba dan in+ertilitas. #alpingitis isthmica nodosa
juga
telah
dikaitkan
dengan
peningkatan
risiko
kehamilan
ektopik.#alpingitis isthmica nodosa 2#(N3 atau tuba di&ertikulum adalah kondisi patologis yang diperoleh bahwa hasil dari in&asi langsung dari lapisan muskularis oleh endosalpinC di bagian isthmic dari tuba untuk berbagai jarak antara lumen dan serosa tersebut. Koreksi bedah dari #(N oleh anastomosis tubocornual 2TDA3 atau dengan rekanalisasi transcer&ical 2TD"3 dari tabung telah disarankan. Terapi kon&ensional adalah bedah rekonstruksi. Kehamilan dapat dicapai dengan teknologi reproduksi yang membantu dalam kasus ada tuba +alopi atau ketika ada dis+ungsional rahim. Ketika rahim dan 4 atau &agina tidak ada* embrio trans+er ke pengganti yang dapat diman+aatkan. #umbatan bisa juga terjadi karena kelainan bawaan seperti tidak terbentuknya tuba +alopi. 'ila terjadi sumbatan maka bisa dilakukan hidrotubasi. (stilah awamnya* ditiup. )itiup yang dimaksud bukan seperti meniup balon. =idrotubasi dilakukan dengan menyemprotkan cairan ke dalam rongga rahim untuk menekan tuba +alopi agar sumbatan terbuka. Eang digunakan biasanya cairan in+us atau aua destilata yang bersi+at antibiotika. #ebelumnya
akan
dilakukan
=#
atau
histerosalpingogra+i*
untuk
mengetahui adanya sumbatan pada saluran telur* dengan memasukkan cairan
kontras ke dalam rongga rahim melalui &agina. Galu dilakukan +oto rontgen* sehingga akan terlihat apakah 6at tersebut masuk ke saluran +alopi atau tidak. 'ila 6at kontras tidak dapat masuk ke saluran telur* berarti terjadi penyumbatan.
E3 To($i Tuba •
)e+inisi8 Torsi tuba adalah rotasi saluran telur sepanjang sumbu panjang yang menyebabkan obstruksi suplai darah. (nsiden pre&alensi torsi tuba belum ditetapkan* melainkan merupakan kejadian klinis jarang.
•
?tiologi ?tiologi dari torsi tuba tidak diketahui* meskipun ada beberapa +aktor predisposisi yang dapat diidenti+ikasi8 - !assa o&arium 2o&arium kista atau tumor padat3 - Parao&arian kista - sebelumnya ligasi tuba - #ebelumnya operasi panggul - =ydro atau pyosalpinC
•
Klasi+ikasi Torsi Tuba dapat terjadi sebagai berikut8 $. Terisolasi* torsi tuba unilateral tanpa o&arium . Terisolasi* torsi tuba bilateral tanpa o&arium /. Adneksa torsi 2o&arium dan tuba terlibat3
•
)iagnosa )iagnosis tercapai berdasarkan gejala timbulnya mendadak sakit perut di kuadran bawah dan panggul. Nyeri biasanya saat pada wanita usia reproduksi
dan remaja serta kasus menopause telah dilaporkan dan
terletak di sisi tuba yang terkena dampak atau bilateral* jika kedua tuba tersebut bengkok. !ual dan muntah yang berhubungan dengan nyeri akibat iritasi peritoneal. !eskipun* gejala-gejala ini tidak spesi+ik untuk torsi tuba atau adneksa* indeks kecurigaan yang tinggi dapat memberikan panduan untuk menetapkan diagnosis dan penyelamatan potensi tuba atau
adneksa. )iagnosis sering tertunda karena kelangkaan kejadian klinis* dan pemeriksaan yang lama untuk menyingkirkan penyebab yang lebih umum dari nyeri akut abdomen-pel&is itu sering mengambil waktu. Torsi aksesori atau duplikasi saluran tuba juga dapat terjadi dengan simtomatologi serupa. Teknologi pencitraan digunakan untuk pemeriksaan e&aluasi nyeri perut dan panggul. ultrasound dapat menunjukkan massa unilateral atau bilateral
homogen lobulated*
berdekatan dengan
rahim.
!agnetic
resonance imaging 2!"(3 mengidenti+ikasi massa pseudo-encapsulated dengan wilayah homogen. 5uga* penggunaan computed tomography telah dilaporkan. Tak satu pun dari teknik ini dapat membedakan torsi dari tabung +alopi dari massa panggul lainnya* endometrioma. )iagnostik laparoskopi memberikan diagnosa pasti dini sangat penting untuk meningkatkan kemungkinan penyelamatan dari tuba +alopi atau adneksa. Terutama penting untuk menekankan bahwa gejala torsi tuba +alopii adalah pemeriksaan +isik 2termasuk e&aluasi panggul3* dan studi pencitraan diagnostik memiliki korelasi yang sangat buruk* sehingga nilai laparoskopi diagnostik tak tergantikan. •
)iagnosa banding
-
Apendisitis
-
?ndometrioma
-
hemoragik kista o&arium
-
cryptomenorhea 2nyeri panggul yang parah pada siklus menstruasi pertama beberapa biasanya ada massa panggul3
•
kelainan bawaan
Terapi 8 laparoskopi
F3 Tubal P(olap$ •
)e+inisi Tubal prolaps dide+inisikan sebagai adanya tuba +allopi dalam cu++ &agina setelah histerektomi total.
•
(nsidensi (nsiden saluran telur prolaps tidak diketahui* meskipun komplikasi yang jarang terjadi.
•
?tiologi Tubal prolaps dianggap kondisi iatrogenik disebabkan oleh histerektomi abdominal atau &agina total. )ata klinis terbaru menunjukkan bahwa tuba prolaps mengikuti histerektomi abdominal pada sekitar :B@ kasus dengan +aktor risiko yang sudah ada sebelumnya diidenti+ikasi sebagai selulitis cu++* in+eksi cu++* hematoma cu++* edema paru posteCtubation* dan suhu tinggi.
•
Terapi Pengobatan meliputi al&usion dengan kauter ke basis 2di mukosa &agina3 atau rilis bedah dengan salpingectomy setelah cu++ &agina di buka.
G3 Da%pak Klini$ In)e(tilita$
#aluran yang tidak ber+ungsi dengan baik akan mempersulit proses kehamilan. )engan kata lain* adanya gangguan pada saluran +alopi bisa membuat wanita menghadapi masalah in+ertilitas 2ketidaksuburan3. #ebagai gambaran* +aktor in+ertilitas saluran ini berjumlah hampir B persen dari seluruh kasus di klinik kesuburan. )ari sebuah situs kesehatan disebutkan sejumlah gangguan dapat terjadi pada saluran +alopi. Komplikasi yang sering adalah sumbatan. #aluran +alopi yang tersumbat atau rusak dapat menurunkan +ertilitas 2kesuburan3 karena menghalangi sperma bertemu dengan sel telur atau menghalangi sel telur masuk ke uterus. Ke*a%ilan ektopik
)apat terjadi pembuahan* tetapi embrio tidak dapat tertanam di rahim* melainkan di saluran +alopi. Keadaan ini yang diistilahkan kehamilan ektopik dan secara umum sering disebut hamil di luar kandungan 2rahim3. "isiko kehamilan ektopik akan meningkat seiring kejadian in+eksi pada saluran +alopi.
Kehamilan mungkin terjadi walau dengan satu saluran +alopi asalkan tetap memiliki satu atau dua indung telur dan tetap mampu bero&ulasi. Kemungkinan kehamilan B-B bila terjadi satu sumbatan di salah satu saluran telur yang sehat. #ebaliknya* bila sumbatan terjadi pada kedua saluran* kehamilan tidak bisa terjadi. #ecara umum* satu buah telur dikeluarkan oleh salah satu indung telur setiap bulannya. #el telur lalu turun ke tuba +alopi untuk bertemu sperma dan terjadilah pembuahan. Telur yang sudah dibuahi akan meluncur ke dalam rahim. =anya satu saluran telur yang diperlukan untuk terjadinya proses ini. (tu sebabnya* bila terjadi sumbatan di salah satu +alopi saja* proses o&ulasi dan pembuahan bisa terjadi.
H3 Pe(an .i,an •
!elakukan penilaian atau deteksi dini untuk adanya kelainan tuba dan menyingkirkan adanya in+eksi.
•
!elakukan rujukan ke bidang ginekologi untuk deteksi lebih lanjut.
.A. III PE+.AHASAN URNAL SU+.ER
H'$te(o$alpin4o4(ap*'6 A Ree%e(4in4 Stu,'
=ysterosalpingography 2=#3 merupakan alat yang penting dalam menge&aluasi uterus dan tuba +allopi. =# merupakan e&aluasi radiologi pada uterus dan tuba +allopi* alat ini sebagian besar digunakan untuk menge&aluasi in+ertilitas. (ndikasi lain untuk =# termasuk e&aluasi pada wanita dengan riwayat abortus spontan yang berulang* e&aluasi postoperati+ pada wanita yang menjalani ligasi tuba dan pemeriksaan bagi pasien sebelum menjalani operasi miomektomi. Terdapat kontraindikasi dilakukannya =# yakni dalam kondisi hamil dan in+eksi pel&is. Pemeriksaan harus dijadwalknan selama 0-$ hari periode menstruasi 2hari $ menjadi hari pertama keluarnya darah menstruasi3. Kondisi endometrium menjadi tipis selama +ase proli+erasi ini* suatu keadaan yang mem+asilitasi interpretasi gambar lebih jelas dan juga untuk meyakinkan bahwa tidak terdapat kehamilan. =# merupakan metod yang paling bagus untuk mem&isualisasikan dan menge&aluasi tuba +allopi.
RADIOLOGI5ALASSESS+ENT OF THE UTERUS AND FALLOPIAN TU.ES IN INFERTILE -O+EN ATA.AKALIKI7 NIGERIA3 Penelitian ini bertujuan untuk menentukan bentuk kelainan dengan menggunakan =ysterosalpingograms pada pasien yang mendatangi The "adiology %nit o+ ?bonyi #tate %ni&ersity
Teaching
=ospital*
Abakaliki.
$,,
wanita
yang
menjalani
=ysterosalpingograms antara bulan 5anuari sampai )esember B dianalisis.
"ata-rata usia pada penelitian ini adalah /$ tahun. Tercatat kelainan tuba +allopi sebesar B1*:@ dari keseluruhan abnormalitas yang dicatat* kelainan uterus //*: @ dan kelainan ser&iks $$*,@. =ysterosalpingogram merupakan alat yang rele&an dalam mengetahui abnormalitas tuba dan uterus khususnya pada pasien in+ertil.
Penelitian ini menunjukan bahwa kelainan tuba +allopi mungkin masih menjadi kontributor yang dominan yang menyebabkan in+ertilitas dalam komunitas ini. Ha$il penelitian 6
$1/ wanita 2B1*:@3 yang diobser&asi dalam penelitian ini mengalami kelainan tuba +allopi sedangkan ,, orang 2//*:@3 mengalami kelainan uterus dan sisanya mengalami kelainan ser&iks. Kebanyakan dari pasien dengan in+ertilitas primer memiliki kelainan tuba +allopi 2B/*@3 dan sebanyak 1 orang 2BB*,@3 yang memiliki kelainan tuba dilaporkan pada pasien in+ertilitas sekunder.
E8aluation o) t*e )allopian tube$ in in)e(tile &o%en b' *'$te(o$alpin4o4(ap*' in Tiku( Anbe$$a Ho$pital7 A,,i$ Ababa7 Et*iopia
Penelitian ini berdasarkan retrospecti&e re&iew dari //$ pasien yang menjalani hysterosalpingography di )epartment o+ "adiology* Tikur Anbessa Teaching =ospital. Penelitian ini dilakukan oleh the )epartment o+ "adiology dari $ April : sampai /$ 5anuary 0. Ha$il Penelitian 6
(n+ertilitas primer lebih umum dari pada in+ertilitas sekunder 2:@ 8 1@3. Kelainan tuba terhitung sebanyak :$ orang 20,*H@3 dari sampel total. Kelompok usia / 9 0 tahun dan // 9 /0 tahun merupakan usia dengan mayoritas terjadinya kasus in+ertilitas primer dan sekunder secara berturut-turut. =# harus digunakan dalam mengin&estigasi in+ertilitas pada wanita usia reprodukti+ yang berhubungan dengan kelainan tuba.
.A. I/ ASUHAN KE.IDANAN 9TEORITIS: I.U DENGAN TORSI ADNEKSA
I3
PENGKAIAN
=ari 4 Tanggal 8 Tempat
8
5am
8
.IODATA Na%a Ibu
6
Nama yang jelas dan lengkap agar tidak keliru dengan pasien lain dalam menentukan diagnose dan penatalaksanaannya 2)epKes "(*$HHB8$/3 Na%a $ua%i
6
%ntuk membedakan jika ada nama yang sama dalam suatu lingkungan tersebut U%u(
6
%ntuk data dasar dalam kesesuaian dalam penanganan kasus eni$ Kela%in
6
%ntuk mengetahui jenis kelamin pasien dan sebagai alat pengenal yang tercantum pada tanda pengenal 2#arwono*8/B3 A4a%a
6
'erhubungan dengan perawatan pasien yang berkaitan dengan ketentuan agama dan mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan pasien 2Dhristina*$HHB8B3 Pen,i,ikan
%ntuk
6
mengetahui
tingkat
pendidikan
pasien
sehubungan
dengan
penyampaian nasehat 2Dhristina*$HH/8/B3 Peke(;aan
6
%ntuk mengetahui tara+ hidup dan social ekonomi keluarga agar nasehat yang diberikan sesuai 2Dhristina*$HH/8/B3 Ala%at
6
%ntuk mengetahui tempat tinggal dan menjaga kemungkinan bila ada nama yang sama dalam satu lingkungan untuk mengadakan satuan kunjungan 2Dhristina*$HH18,13
A3 DATA SU.EKTIF 13 Kelu*an Uta%a
=al yang di utamakan pada ibu atau keluarga yang berhubungan dengan keadaan atau masalah yang timbul pada pasien ejala Klinis ibu dengan torsi adneksa secara umum8
!endadak sakit perut di kuadran bawah dan panggul Nyeri abdomen dan panggul
!ual dan muntah
"asa penuh pada abdomen bagian bawah
Terlihat distress akut
Takikardi ringan 2I$ denyut4menit3
#uhu sedikit meningkat 2I/, oD3
23 Pen'akit Kelua(4a
)itanyakan mengenai latar belakang kesehatan keluarga tertama anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit menular dan yang dapat diturunkan. !engkaji apakah dalam keluarga pasien ada4tidak yang mengalami penyakit yang sama.
#3 Ri&a'at Pe($alinan
%ntuk mengetahui tiap persalinan seperti8 •
apakah kehamilan aterm
•
apakah persalinan normal4operasi
•
bagaimana keadaan anaknya
<3 Ke4iatan Se*a(i Ha(i Nut(i$i
6
'agaimana pemenuhan kebutuhan makan ibu setiap hari untuk mengetahui status gi6i ibu Pe($onal H'4iene
6
untuk mengetahui tingkat kebersihan ibu sehari hari 2meliputi 'A'* 'AK* mandi* ganti baju* dll3 2)epKes "(*8B3 Eli%ina$i
6
%ntuk mengetahui +rekuensi dari eliminasi al&i maupun de+ikasi serta kelainan yg menyertainya 2#oetjningsih*$HHB8$3 I$ti(a*at
6
%ntuk mengetahui istirahat tidur dalam sehari hari 2)epKes "(*8B3
3 Ri&a'at P$iko$o$ial
'agaimana hubungan ibu dan suami serta anggota keluarga yang lain karma stabilitas dan keharmonisan rumah tangga yang akan berpengaruh
'. DATA O.EKTIF 13 Pe%e(ik$aan U%u%
Keadaan %mum 8!engetahui keadaan umum ibu apakah baik atau cukup. Kesadaran 8 !engetahui status kesadaran4respon ibu terhadap lingkungan sekitar TTJ •
•
Tekanan darah normal 8 $4,mm=g Nadi Normal 8,C4menit* pada pasien torsi adneksa dapat dijumpai takikardi ringan $C4menit
•
#uhu Normal 8/:*B-/0*B D* pada pasien torsi adneksa suhu sedikit meningkat 2I/,oD3
•
Perna+asan Normal 8 C4menit
23 Pe%e(ik$aan Fi$ik
a. (nspeksi ;ajah
8 tidak ada odema
!ata
8 sklera putih tidak ikterus* conjuncti&a pink tidak
anemia !ulut
8 bersih* lidah tidak kotor* gigi tidak caries dan tidak
ada epulis Payudara
8 simetri kanan kiri* tidak ada masa atau benjolan*
tidak ada rabas atau pengeluaran dari putting kanan dan kiri Abdomen b.
8 tidak ada pembesaran massa
Palpasi Geher
8 tidak ada pembesaran kelenjar lim+e* tidak ada
bendungan &ena jugularis* tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Payudara
8 tidak teraba massa pada payudara kanan dan kiri*
tidak ada pengeluaran pada putting susu kanan dan kiri Abdomen
8 adanya nyeri tekan pada +ossa iliaka* dapat
dijumpai de+ans muscular* nyeri lepas. Teraba massa di kuadran bawah abdomen c.Auskultasi
)ada
8 bunyi perna+asan normal* tidak ada suara na+as
tambahan Abdomen
8 bising usus menurun
d. Perkusi ?kstermitas
8 re+lek patella
8 ada* positi+ kanan dan kiri
#3 Pe%e(ik$aan Dala%
a. (nspeksi enetalia eksterna 8 tidak ada pengeluaran* tidak ada kemerahan* tidak ada massa* tidak berbau busuk b. Palpasi
8 teraba massa pada adneksa
<3 Pe%e(ik$aan Penun;an4
a. =asil urinalisis normal b. Gaboratorium %# pel&is
8 terlihat massa adneksa
Teknologi pencitraan untuk e&aluasi nyeri perut
!"(
Domputed tomograph
II3
INTERPRETASI DASAR
)# 8
)ata yang berasal dari keluarga* pasien sendiri yang dapat menegakkan diagnose.
)>
8
)ata yang berasal dari hasil pemeriksaan sehingga dapat mendukung 4 memperkuat diagnose
)
8
=asil analisa data sehingga dapat dijadikan dalam penberian =? serta terapi yang akan di berikan
!asalah
8
#atu keadaan dimana pasien mempunyai keluhan-keluhan yang membutuhkan perencanaan penanganan.
Kebutuhan 8
Kebutuhan sangat di perlukan oleh pasien untuk mengatasi masalah yang sedang di alami4di rasakan
III3
IDENTIFIKASI DIAGNOSA = +ASALAH POTENSIAL
)iagnosa Potensial
8
!engidenti+ikasi
diagnosa
potensial
lain
berdasarkan diagnosa yang ada !asalah Potensial
8
!engidenti+ikasi
masalah
potensial
yang
ada4mungkin yang terjadi berdasarkan masalah yang berlanjutan.
I/3
IDENTIFIKASI KE.UTUHAN SEGERA
!engidenti+ikasi segera yang dibutuhkan oleh pasien untuk menghindari hal-hal yang dapat mengancam jiwa pasien sehingga harus dilakukan kolaborasi 4 rujukan.
/3
PENGE+.ANGAN REN5ANA
'erdasarkan diagnosa yang telah ditegakkan* bidan menyusn rencana tindakan pada pasiennya sesuai dengan kebutuhan dari pasien tersebut.
/I3
I+PLE+ENTASI
#esuai tindakan yang disusun. Tindakan yang digunakan sesuai prosedur kewenangan bidan a. !elakukan penilaian atau deteksi dini untuk adanya kelainan tuba atau menyingkirkan adanya in+eksi b. !elakukan rujukan ke bidang ginekologi untuk deteksi lebih lanjut
c. 5ika terdapat bukti abdomen akut yang berkaitan dengan pembedahan maka ahli ginekologi dibenarkan untuk melakukan laparoskopi atau mungkin laparotomi eksplorasi. d. 5ika o&arium dan tuba mengalami strangulasi dan in+ark maka diindikasikan untuk melakukan pengangkatan tanpa mengembalikan pedikel ke posisi semula oleh ahli ginekologi. e. 'idan melakukan perawatan pasca rujukan. /II3
E/ALUASI
Tanggal 8 5am 8 !elakukan e&aluasi sesuai dengan inter&ensi yang telah di lakukan di dalam rencana kegiatan. Tujuan dari e&aluasi adalah mengetahui hasil kemajuan dari tindakan yang di lakukan. =asil e&aluasi dapat digunakan untuk kegiatan asuhan lebih lanjut. 'ila diperlukan sebagai bahan peninjauan terhadap langkah-langkah dalam proses management keadaan sebelumnya oleh karena tindakan yang sebelumnya kurang berhasil.
.A. /
ASUHAN KE.IDANAN I.U DENGAN TORSI ADNEKSA
Tgl. Pengkajian 8 $0 April $/ Tempat
Pukul 8 H. ;('
8 'P# Nusantara
I3 Pen4ka;ian A3 Data Sub;ekti)
$. 'iodata Nama Klien Kino
8 Ny. 'unga
Nama #uami 8 Tn.
%mur tahun
8 1 tahun
%mur
#uku
8 5awa
#uku
8 5awa
Agama
8 (slam
Agama
8 (slam
Pendidikan
8 #!A
Pendidikan
8 #$
Pekerjaan
8 ("T
Pekerjaan
8 ;iraswasta
Alamat !alang
8 5l. !elati :* !alang
Alamat
8 1/
8 5l. !elati :*
. Keluhan %tama 8 (bu mengeluh sakit perut bagian bawah dan panggul* perutnya terasa penuh serta merasa mual dan muntah sejak tadi pukul 0. ;(' /. "iwayat "eproduksi $3 "iwayat =aid a.
!enarche
8 $ tahun
b.
=aid terakhir
8 1 bulan yang lalu
c.
Gamanya haid
d.
'anyaknya
8 /-B hari 8 so+teC4hari
e.
#iklus
+.
Tidak ada nyeri haid
8 tidak teratur* kadang $ kali dalam bulan
3 "iwayat inekologi a.
(bu tidak mempunyai riwayat penyakit kandungan dan P!#
b.
(bu tidak pernah di operasi karena penyakit kandungan
/3 "iwayat >bstetri (bu melahirkan anak pertama di rumah sendiri* ditolong bidan* dengan persalinan normal* tidak ada penyulit* tidak ada kelainan pada bayinya* jenis kelamin perempuan. Anak kedua dilahirkan / tahun berikutnya di puskesmas* ditolong bidan* dengan persalinan normal* tidak ada penyulit* tidak kelainan pada bayinya* jenis kelamin perempuan* '' 8 //* P' 8 1, cm. 13 "iwayat K' (bu pernah menjadi akseptor K' suntik / bulanan selama tahun* setelah itu menjadi akseptor K' pil selama / tahun. 1. "iwayat Kesehatan yang Galu dan #ekarang $.
(bu tidak ada riwayat penyakit diabetes mellitus* hipertensi* jantung* T'D* dan penyakit menular lainnya.
.
(bu tidak ada riwayat ketergantungan terhadap obat-obatan* makanan* dan minuman beralkohol.
/.
(bu tidak ada riwayat alergi terhadap makanan* minuman* dan obat-obatan.
1.
(bu tidak pernah dirawat di "umah #akit karena suatu penyakit dalam B tahun terakhir.
B. "iwayat Kesehatan Keluarga $. Tidak ada riwayat keluarga menderita diabetes mellitus* hipertensi* jantung* T'D. .
Tidak ada riwayat keluarga menderita penyakit menular.
/. Tidak ada riwayat keluarga menderita penyakit tumor* kanker* dan penyakit keganasan lainnya. :. "iwayat #osial ?konomi
$.
=ubungan ibu dengan keluarga harmonis.
.
Tingkat ekonomi menengah.
/.
#emua kebutuhan keluarga ditanggung oleh suami.
1. )alam mengambil keputusan selalu dibicarakan terlebih dahulu dengan keluarga. 0. Nutrisi a.
Pola makan
8 Nasi* sayur* lauk-pauk
b.
Frekuensi
8 /C sehari
c.
Na+su makan
8 'aik
d.
Pola minum
8 Air putih 2 :-0 gelas4hari3* terkadang susu dan teh
,.
?liminasi a.
'uang Air 'esar 2'A'3 8 teratur* $C 4 hari
b.
'uang Air Kecil 2'AK3 8 teratur* :-0C 4 hari
H.
(stirahat4tidur a.
!alam hari 8 7 , jam* ibu merasa puas
b.
#iang hari 8 7 $- jam* tidak teratur
1.
Personal =ygiene a.
!andi 8 C 4 hari
b.
Keramas
8 /C 4 minggu
c.
#ikat gigi
8 tiap kali mandi
d.
anti baju
8 C 4 hari* kadang /C jika berkeringat banyak
B.
Pola #eksual 8 baik
.3
Pe%e(ik$aan Fi$ik
$.
Keadaan umum 8 baik
.
Kesadaran
8 komposmentis
/.
'erat badan 8 B0 kg* Tinggi 'adan 8 $B: cm
1.
Tanda-tanda &ital 8 Tekanan darah 8 $ 4 , mm=g
B.
Nadi
8 HC 4 menit
#uhu
8 /0*,oD
Pernapasan
8 C4menit
(nspeksi* Palpasi* Auskultasi a.
Kepala dan rambut
(nspeksi
8 simetris* rambut bersih
Palpasi
8 tidak teraba massa.
b.
;ajah
(nspeksi
8 ekspresi ibu tampak cemas
Palpasi
8 tidak ada oedema.
c.
!ata
(nspeksi d.
8 konjungti&a merah muda* sclera tidak ikterus* penglihatan baik
=idung
(nspeksi
8 simetris* tidak ada secret* tidak ada pernapasan cuping hidung.
Palpasi
8 tidak ada polip.
e.
!ulut dan gigi
(nspeksi epulis +.
Telinga
(nspeksi g.
8 !ulut bersih* tidak ada sariawan* tidak ada caries maupun
8 simetris* tidak ada serumen* dan pendengaran baik.
Geher
Palpasi 8 Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid* &ena jugularis* dan kelenjar lim+e.
h.
Payudara
(nspeksi
8 simetris* payudara* putting datar* tidak ada pengeluaran
Palpasi 8 tidak teraba massa* kekencangan payudara berkurang* tidak ada nyeri tekan i.
Abdomen
(nspeksi
8 tidak ada luka operasi* terdapat bekas strie alba.
Palpasi bawah
8 terasa nyeri pada +ossa iliaka* teraba massa pada abdomen
Auskultasi j.
8 bising usus menurun
enetalia
(nspeksi 8 &ul&a dan &agina normal* bersih* &agina mengalami atro+i. Palpasi k.
8 teraba massa pada adneksa
?kstremitas atas dan bawah
(nspeksi
8 simetris* tidak ada +raktur
Palpasi 8 tidak ada oedema* lutut dan persendian terasa kaku* re+leC patella positi&e 4 positi&e II3 I,enti)ika$i Dia4no$i$ = +a$ala*
)iagnosis Aktual 8 ;anita dengan torsi adneksa !asalah Aktual 8 tidak ada III3 I,enti)ika$i Dia4no$i$ = +a$ala* Poten$ial
)iagnosis potensial 8 !asalah Potensial 8 I/3 Kebutu*an Tin,akan Se4e(a
Pemeriksaan penunjang 8 %# pel&is* !"(* Pencitraan e&aluasi panggul "ujukan 8 bidang ginekologi /3 Ren>ana Tin,akan
$. 5elaskan kepada ibu bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan saat ini kemungkinan ibu mengalami torsi adneksa yaitu suatu rotasi saluran telur
. /. 1. B.
sepanjang sumbu panjang yang menyebabkan obstruksi suplai darah dan untuk memastikannya perlu pemeriksaan penunjang dari ahli ginekologi 'erikan ibu support mental dan moti&asi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut agar tidak menambah beban mental ibu "ujuk ibu ke ahli ginekologi untuk pemeriksaan lebih lanjut. )amping ibu selama rujukan. Persiapan perawatan pasca rujukan di 'P!
/I3 I%ple%enta$i
Tanggal 8 $1 April $/ $.
Pukul 8 H.$B 9 H.1B ;('
!enjelaskan kepada ibu tentang keadaanya Eaitu bahwa ibu kemungkinan mengalami torsi adneksa yaitu suatu rotasi saluran telur sepanjang sumbu panjang yang menyebabkan obstruksi suplai darah dan untuk memastikannya perlu pemeriksaan penunjang dari ahli ginekologi ?&aluasi 8 (bu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
.
'erikan ibu support mental dan moti&asi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut agar tidak menambah beban mental ibu )engan cara 8 a. memberikan penjelasan yang jelas tentang keadaan ibu serta tidak membuat ibu merasa takut dengan keadaannya b. meminta suami agar selalu mendampingi ibu dan memberikan dukungan emosional c. mempersuasi+ ibu agar melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke ahli ginekologi ?&aluasi 8 (bu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
/.
merujuk ibu ke +asilitas kesehatan yang lebih memadai yaitu ahli ginekologi =asil 8 (bu bersedia untuk dirujuk ke ahli ginekologi
1.
mendampingi ibu selama proses rujukan dan menemani ibu selama pemeriksaan oleh ahli ginekologi ?&aluasi 8 (bu lebih tenang menjalani pemeriksaannya
B.
melakukan perawatan pasca rujukan di 'P!
/II3 E8alua$i
Tanggal 8 $0 April $/ $.
Keadaan umum ibu baik
.
TTJ dalam batas normal
T)
8 $$40 mm=g
Nadi
8 HC4menit
#uhu
8 /0*, oD
Perna+asan
Pukul 8 H.1B ;('
8 C4menit
/. ibu sudah dirujuk ke ahli ginekologi dengan ditemani suami dan bidan yang bertugas.
.A. /I PENUTUP
Kelainan Tuba adalah kelaianan konginetal yang berada di Tuba* entah itu Tuba menyempit* atresia dan perlengkatan nidasi yang abnormal. ;alaupun masih sedikit pre&alensi kelianan ini* namun bidan juga memerlukan pengetahuan dan
ketrampilan dalam hal pendeteksian kelainan tuba dan penatalaksanaan jika ditemukan kasus kelainan Tuba Falopii. Kelainan-kelainan bawaan ini merupakan kelainan yang timbul pada pertumbuhan duktus !ulleri berupa idak terbentuknya satu atau kedua duktus* dan gangguan dalam kedua duktus* dan gangguan dalam kanalisasi setelah +usi. Kelainan-kelainan tersebut sering disertai kelainan pada traktus urinarius* sedangkan o&arium sendiri biasanya normal. >leh karena itu* terkadang kelainan Tuba baru terdeteksi ketika ibu tadi mengeluhkan beberapa keluhan seperti sering mengalami abortus akibat kehamilan ektopik di Tuba Falopii* (n+ertilitas* karena tidak ada tempat bertemu antara sperma dan o&um. )ari hal- hal yang sering terjadi pada kasus Tuba Falopii* 'idan atau tenaga kesehatan yang lain perlu mewaspadai adanya kelainan Tuba* jika ibu telah berulang kali mengalami kehamilan ektopik* ibu tidak kunjung hamil walaupun telah berhubungan dengan rutin. #ehingga bidan dapat segera melakukan rujukan untuk penanganan kasus ini atau untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosa
DAFTAR PUSTAKA
Fai6* >mar dan )a&id !o++at. 1. At a Glance Anatomi. 5akarta8 ?rlangga =idayati* "atna. H. Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis. 5akarta8#alemba medika Feharsal* Euri dkk. $$. Disorders Of Sex Development . FK%( "#D!