Obat Cacing (Anhtelmintik)
BAB I PENDAHULUAN Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan
kesehatan
sebagai
salah
satu
upaya
pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat yang cenderung kurang memperhatikan kesehatan, maka berkembangnya penyakit di masyarakat tidak dapat dielakkan lagi. Berkembangnya penyakit ini mendorong masyarakat untuk mencari alternatif pengobatan yang efektif secara terapi tetapi juga efisien dalam hal biaya. Sesuai dengan visi departemen kesehatan Indonesia yaitu masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, dan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat maka diselenggarakan upaya
kesehatan
dengan
pemeliharaan,
peningkatan
kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
yang
dilaksanakan
secara
menyeluruh,
terpadu
dan
berkesinambungan diselenggarakan bersama antara pemerintah dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, upaya kesehatan harus
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 1
Obat Cacing (Anhtelmintik)
dilaksanakan secara integral oleh seluruh komponen, baik pemerintah, tenaga kesehatan maupun masyarakat. Oleh karena itu masyarakat harus berperan aktif dalam mengupayakan kesehatannya sendiri. Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah swamedikasi. Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. Dalam penatalaksanaan swamedikasi, masyarakat memerlukan pedoman yang terpadu agar tidak terjadi kesalahan pengobatan (medication error). Apoteker sebagai salah satu profesi kesehatan sudah seharusnya
berperan
sebagai
pemberi
informasi
(drug
informer)
khususnya untuk obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi. Obatobat yang termasuk dalam golongan obat bebas dan bebas terbatas relatif aman digunakan untuk pengobatan sendiri (swamedikasi). Tujuan pengobatan sendiri adalah untuk peningkatan kesehatan, pengobatan sakit ringan, dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah perawatan dokter. Sedangkan keuntungannya aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk, efektif, hemat waktu dan biaya. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, cacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain. Penyakit cacing adalah penyakit rakyat yang sama pentingnya dengan malaria atau TBC. Infeksinya pun dapat terjadi simultan oleh beberapa jenis cacing sekaligus. Saat ini diperkirakan masih cukup
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 2
Obat Cacing (Anhtelmintik)
banyak anak-anak di Indonesia yang menderita infeksi cacing sehingga pemerintah perlu mencanangkan pemberantasan cacing secara massal pada momen-momen tertentu. Jumlah anak cacingan di Indonesia tergolong masih cukup tinggi terutama di daerah yang tingkat pendidikannya masih rendah. Hal ini terjadi juga dikarenakan kurangnya pemahaman kesehatan lingkungan, apalagi anak cacingan kebanyakan tidak menunjukkan gejala yang berarti sehingga membuat orang tua lengah terhadap penyakit ini. Sebenarnya penyakit cacingan tidak hanya menyerang anak-anak, orang dewasa pun dapat
mengalaminya.
Karenanya
pemilihan
obat
cacing
perlu
memperhatikan siapa sasaran pengobatan tersebut, teutama pada anakanak. Secara umum obat cacing tak memilki resiko yang berat, tetapi terdapat kasus-kasus ringan seperti mual, pusing, muntah, sakit abdomen dan diare. Bukan hanya anak-anak yang bisa terkena infeksi ini, juga orang dewasa. Apalagi bila orang itu tidak memedulikan kebersihan. "Jumlah cacing yang ada di dalam tubuh manusia, yang menyebabkan infeksi cacingan, tidak 1-2 ekor. Jumlahnya bisa puluhan, atau bahkan ratusan ekor. Cacing-cacing ini menghisap sari makanan dalam tubuh, hingga si penderita akan mengalami berbagai masalah kesehatan Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang sangat umum tersebar
di dunia, terutama di negara-negara berkembang, dimana
keadaan hidup dan pelayanan kesehatan masih kurang baik dan hygiene
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 3
Obat Cacing (Anhtelmintik)
masih belum memadai. Pada umumnya, cacing jarang menimbulkan penyakit serius, tetapi dapat menyebabkan gangguan kesehatan kronis yang merupakan suatu faktor ekonomis yang sangat penting. Di daerah tropis dan sub-tropis, apalagi di daerah yang sanitasinya buruk, hampir semua anak pasti cacingan. Pada saat tersebut, sungai dan kakus meluap, dan larva cacing menyebar ke berbagai sudut yang sangat mungkin bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh manusia.
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 4
Obat Cacing (Anhtelmintik)
BAB II TINAJAUAN PUSTAKA II.1 Swamedikasi (Pengobatan Sendiri) Menurut WHO, pengertian swamedikasi didefinisikan sebagai pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang sudah dikenali, meliputi penggunaan obatobatan tanpa resep atau over-The-Counter (OTC) dan pengobatan alternatif seperti produk herbal, suplemen makanan, dan produk tradisional.
Tujuan
pengobatan
sendiri
adalah
untuk
peningkatan
kesehatan, pengobatan sakit ringan, dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah perawatan dokter. Menurut WHO, peran swamedikasi adalah menanggulangi secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi
medis
keterbatasan
mengurangi
sumber
daya
beban dan
pelayanan tenaga,
kesehatan
serta
pada
meningkatkan
keterjangkauan masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan. Keuntungan, aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk (efek samping dapat diperkirakan), efektif untuk menghilangkan keluhan karena 80% sakit bersifat self limiting, yaitu sembuh sendiri tanpa intervensi tenaga kesehatan, biaya pembelian obat relatif lebih murah daripada biaya pelayanan kesehatan, hemat waktu karena tidak perlu menggunakan fasilitas atau profesi kesehatan, kepuasan karena ikut berperan serta dalam sistem pelayanan kesehatan, menghindari rasa
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 5
Obat Cacing (Anhtelmintik)
malu atau stres apabila harus menampakkan bagian tubuh tertentu di hadapan tenaga kesehatan, dan membantu pemerintah untuk mengatasi keterbatasan jumlah tenaga kesehatan pada masyarakat. Kekurangan, obat dapat membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan sesuai dengan aturan, pemborosan biaya dan waktu apabila salah menggunakan obat, kemungkinan kecil dapat timbul reaksi obat yang tidak diinginkan, misalnya sensitifitas, efek samping atau resistensi, penggunaan obat yang salah akibat salah diagnosis dan pemilihan obat dipengaruhi oleh pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosialnya
II.2 Penggolongan Obat Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI nomor 917/Menkes/ Per/X/1999 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI nomor 949/M enkes/Per/2000, penggolongan obat berdasarkan keamanannya terdiri dari: obat bebas, bebas terbatas, wajib apotek, keras, psikotropik, dan narkotik. Tetapi obat yang diperbolehkan dalam swamedikasi hanyalah golongan obat bebas dan bebas terbatas, dan wajib apotek. 1. Obat Bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Parasetamol
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 6
Obat Cacing (Anhtelmintik)
2. Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : CTM Sedangkan untuk tanda peringatan no 1 sampai dengan 6 untuk obat bebas terbatas dapat dilihat dibawah ini.
3. Obat Wajib Apotek Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek tanpa resep dokter. Pada penyerahan obat wajib
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 7
Obat Cacing (Anhtelmintik)
apotek ini oleh apoteker terdapat kewajiban-kewajiban sebagai berikut: memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat perpasien yang disebutkan dalam obat wajib apotek yang bersangkutan, membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan, dan memberikan informasi mengenai dosis dan aturan pakai, kontra indikasi, efek samping, dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.
II.3 Kecacingan II.3.1 Definisi Kecacingan adalah penyakit dimana seseorang mempunyai cacing dalam ususnya dan menimbulkan gejala atau tanpa gejala. Cacingan merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius terutama untuk daerah tropis karena cukup banyak penduduk menderita cacingan. Cacingan menyebabkan turunnya daya tahan tubuh, terhambatnya tumbuh kembang anak, kurang gizi dan zat besi yang mengakibatkan anemia. Cacing (helmin) yang merupakan parasit manusia dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu : 1. Platyhelminthes (Cacing pipih)
Ciri-cirinya bentuk pipih, tidak memiliki rongga tubuh dan berkelamin ganda (hemafrodit). Cacing yang termasuk golongan ini adalah cacing pita (Cestoda) dan cacing pipih (Trematoda).
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 8
Obat Cacing (Anhtelmintik)
Pada Umumnya cacing ini bersifat hemafrodit kecuali Schistosoma, mempunyai batil isap mulut dan batil isap perut (asetabulum). Spesies yang merupakan parasit pada manusia, yang hidup sebagai endoparasit. Berbagai macam hewan dapat berperan sebagai hospes definitive cacing trematoda, antara lain : kucing, anjing, kambing, sapi, babi, tikus, burung, luak, harimau dan manusia. Menurut tempat hidup cacing dewasa dalam tubuh hospes, maka trematoda dapat dibagi dalam : a.) Trematoda hati (lifer flukes) b.) Trematoda usus (intestinal flukes) c.) Trematoda paru (lung flukes) d.) Trematoda darah (blood flukes) 2. Nemathelmintes (Cacing gilik) (nema = benang) Ciri-cirinya bertubuh bulat, tidak bersegmen, memiliki rongga tubuh uran cerna dan kelamin terpisah. Infeksi cacing ini disebut ancylostomiasis (cacing tambang), trongyloidiasis, oxyuriasis (cacing kremi), ascariasis (cacing gelang) dan trichuriasis (cacing cambuk). Nematoda mempunyai jumlah spesies yang terbesar di antara cacing – cacing yang hidup sebagai parasit. Cacing – cacing ini berbeda – beda dalam habitat, daur hidup dan hubungan hospes-parasit (hostparasite-relationship). Morfologi dan daur hidup:
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 9
Obat Cacing (Anhtelmintik)
Besar dan panjang cacing Nematoda beragam, ada yang panjangnya beberapa millimeter dan ada pula yang melebihi satu meter. Cacing ini mempunyai kepala, ekor, dinding dan rongga badan dan alatalat lain yang agak lengkap.
Siklus Perjalanan Cacing Biasanya system pencernaan, ekskresi dan reproduksi terpisah. Pada umumnya cacing bertelur, tetapi ada juga yang vivipar dan yang berkembang
biak
secara
parthenogenesis.
Cacing
dewasa
tidak
bertambah banyak di dalam badan manusia. Seekor cacing betina dapat mengeluarkan telur atau larva sebanyak 20 sampai 200.000 butir sehari. Telur atau larva ini dikeluarkan dari badan hospes dengan tinja. Larva biasanya mengalami pertumbuhan dengan pergantian kulit. Bentuk infektif
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 10
Obat Cacing (Anhtelmintik)
dapat memasuki badan manusia dengan berbagai cara; ada yang masuk secara aktif, ada pula yang tertelan atau dimasukkan oleh vektor melalui gigitan. Infeksi cacing umumnya terjadi melalui mulut, saat makan makanan yang tidak dicuci bersih dan dimasak setelah terkontaminasi lalat yang membawa larva cacing, adakalanya langsung melalui luka dan kulit (cacing tambang dan benang), atau lewat telur (kista) atau larvanya, yang ada dimana-mana di atas tanah. Apalagi bila pembuangan kotoran (tinja) dilakukan dengan sembarangan (system roil terbuka) dan tidak memenuhi persyaratan hygiene. Terutama anak kecil, yang lazimya belum mengerti atas hygiene, mudah sekali terkena infeksi. Tergantung dari jenisnya, cacing tetap bermukim dalam saluran cerna atau berpenetrasi ke jaringan. Ketika seorang anak yang cacingan buang air besar di lantai, maka telur atau sporanya bisa tahan berhari-hari, meskipun sudah dipel karena sebelum dapat rumah, larva tidak akan keluar (menetas). Begitu masuk ke usus, baru ia akan keluar. Selain melalui makanan yang tercemar oleh larva cacing, cacing juga masuk ke tubuh manusia melalui kulit (pori-pori). Dari tanah, misalnya lewat kaki anak telanjang yang menginjak larva atau telur. Setelah menembus kulit, ia masuk ke pembuluh darah vena (balik), lalu menuju tempat yang memungkinkan perkembangannya seperti di usus, paru-paru, hati dan sebagainya.. Setelah itu, cacing menggigit dinding usus dan bertelur dengan cepat di usus. Di usus inilah makanan dipecah menjadi nutrient (zat gizi elementer yang sudah bisa diserap oleh
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 11
Obat Cacing (Anhtelmintik)
usus). Ini yang "dibajak" oleh cacing. Jadi, cacing itu memang berdomisili di usus, karena ia tidak bisa mencernakan sendiri makanan. Ia harus makan yang sudah setengah cerna. Selain siklus normal, cacing juga bisa menyebar ke tempat-tempat lain, seperti hati atau bagian tubuh lainnya. Perkembangannya membutuhkan waktu 1-3 minggu di tubuh manusia. Tahapan selanjutnya kondisi gizi penderita biasanya menurun sehingga kesehatan mereka terganggu. Bila dibiarkan terlihat kulit anak pucat, tubuh makin kurus serta perut membuncit karena kekurangan protein.
II.3.2 Gejala Mengeluarkan cacing pada saat buang air besar atau muntah Badan kurus dan perut buncit Kehilangan nafsu makan, lemas, lelah, pusing, nyeri kepala, gelisah dan sukar tidur Gatal-gatal disekitar dubur terutama malam hari (cacing kremi) Pada jenis cacing yang menghisap darah (cacing pita, cacing
tambang, cacing cambuk) dapat terjadi anemia.
Gejala spesifik untuk tiap jenis cacing adalah : Gejala penderita cacing kremi (Oxyuris/Entrobius vermicularis) adalah rasa gatal sekitar anus terutama malam hari, gelisah dan sukar tidur. Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 12
Obat Cacing (Anhtelmintik)
Gejala penderita cacing gelang (Askariasis) adalah gangguan lambung, kejang perut diselingi diare, kehilangan berat badan dan demam. Gejala penderita cacing tambang (Nekatoriasis/Ankilostomiasis) adalah gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare dan nyeri ulu hati), pusing nyeri kepala, lemah dan lelah, anemia, gatal di daerah masuknya cacing.
II.3.3 Penyebab Cacing penyebab penyakit pada manusia terdiri dari : Cacing gelang (Askariasis lumbriocoides) Cacing cambuk (Tricularis sp) Cacing kremi (Entrobius vermicularia) Cacing tambang (Nekatoria dan ankilostomia) Cacing pita (Taenia sp)
Trematoda Cacing masuk tubuh manusia dengan berbagai cara. Telur cacing gelang tertelan sewaktu makan makanan yang terkontaminasi oleh kotoran. Sedang larva cacing tambang hidup ditanah dan masuk lewat kulit yang menyebabkan infeksi. Cacing pita dan trematoda sebagian besar siklus hidupnya berada pada binatang dan masuk tubuh manusia
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 13
Obat Cacing (Anhtelmintik)
karena makan daging/ikan mentah atau setengah matang. Di Indonesia masalah cacing masih merupakan masalah kesehatan umum, yang paling sering ditemukan adalah cacing gelang dan cacing kremi. Cacing kremi bertelur di sekitar dubur. Telur-telur ini terbawa oleh jari-jari bila penderita menggaruk, kemudian bila tidak dicuci kedua tangan tersebut maka bias menularkan ke orang lain. Penyebab kecacingan juga biasanya karena makanan, minuman dan lingkungan yang tidak bersih. Pada umumnya yang terjangkit kecacingan adalah anak-anak. Penularan umumnya terjadi melalui makanan dan melalui kulit.
II.3.4 Terapi II.3.4.1 Terapi Non-Farmakologi 1. Menjaga kebersihan diri dengan memotong kuku, menggunakan
sabun pada waktu mencuci tangan sebelum makan, setelah buang air besar dan pada waktu mandi. 2. Menghindari makanan yang telah dihinggapi lalat dan cuci bersih
bahan makanan untuk menghindari telur cacing yang mungkin ada serta biasakan memasak makanan dan minuman. 3. Menggunakan karbol di tempat mandi. 4. Menggunakan alas kaki untuk menghindari sentuhan langsung
dengan
tanah
saat
bekerja
dihalaman, perkebunan
pertambangan, dll.
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 14
pertanian,
Obat Cacing (Anhtelmintik)
II.3.4.2 Terapi Farmakologi Obat cacing (antelmintik) ialah obat yang digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Kebanyakan obat cacing efektif terhadap satu macam cacing, sehingga diperlukan diagnosis yang tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan cacing, telur cacing dan larva dalam tinja, urin, sputum, darah, atau jaringan lain penderita. Kebanyakan obat cacing diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan. Beberapa obat cacing perlu diberikan bersama pencahar. Banyak obat cacing memiliki khasiat yang efektif terhadap satu atau dua jenis cacing saja. Hanya beberapa obat saja yang memiliki khasiat terhadap lebih banyak jenis cacing (broad spectrum) seperti mebendazol. Mekanisme kerja obat cacing yaitu dengan menghambat proses penerusan
impuls
neuromuskuler
Mekanisme lainnya dengan
sehingga
menghambat
cacing
dilumpuhkan.
masuknya glukosa
dan
mempercepat penggunaan (glikogen) pada cacing.
1. Obat Modern a. Befenium Hidroksinaftoat Befenium
hidroksinaftoat
merupakan
senyawa
ammonium
kuartener berbentuk Kristal berwarna kuning pucat, rasa pahit dan sedikit larut dalam air. Obat ini menyebabkan paralisis otot cacing karena
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 15
Obat Cacing (Anhtelmintik)
kepekaannya terhadap asetilkolin hilang dan efek ini tidak reversible. Penyerapannya di usus hanya sedikit dan dalam waktu 24 jam tidak lebih dari 0,5% yang dikeluarkan bersama urin. Obat ini tersedia dalam kantong berisi 5 gram bubuk yang ekuivalen dengan 2,5 gram befenium basa untuk dosis tunggal. Diberikan secara oral waktu perut kosong, sesudahnya penderita tidak boleh makan paling sedikit selama 2 jam. b. Dietilkarbamazin Dietilkarbamazin menyebabkan hilangnya microfilaria W.bancrofti, B. malayi dan Loa loa dari peredaran darah dengan cepat. Microfilaria O. vulvulus hilang dari kulit, tetapi microfilaria dan cacing dewasa (betina) yang terdapat di nodulus tidak dimatikan. Dua cara kerja obat ini terhadap microfilaria : pertama, dengan cara menurunkan aktivitas otot, akibatnya parasit seakan-akan mengalami paralisis, dan mudah terusir dari tempatnyayang normal dalam tubuh hospes; kedua, menyebabkan perubahan pada permukaan membrane microfilaria sehingga lebih mudah dihancurkan oleh daya pertahanan tubuh hospes. Dietilkarbamazin tersedia dalam bentuk tablet 50, 200, dan 400 mg. Salah satu penggunaan penting obat ini adalah untuk pengobatan masal pada infestasi W.brancofti. Untuk digunakan 5-6mg/kgBB oral, cukup 1 hari per minggu atau per bulan sebanyak 6-12 dosis. c. Diklorofen
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 16
Obat Cacing (Anhtelmintik)
Obat ini efektif untuk cacing pita besar yang terdapat pada manusia dan hewan piaraan seperti kucing dan anjing. Segera setelah obat diberikan, maka skoleks terlepas dari mukosa usus, sehingga segmen cacing yang matang susah atau sedikit ditemukan dalam tinja. Diklorofen tablet mengandung 0,5 g zat aktif yang diberi per oral tanpa persiapan sebelumnya. Dengan 3 kali 2-3 gram tiap 8 jam (anak 12 g) diperoleh hasil yang memuaskan. d. Levamisol Dengan dosis tunggal, obat ini memperlihatkan efektifitas yang tinggi terhadap Ascaris dan Trichostronglyus; efektifitas sedang terhadap A.duodenale dan efektivitas rendah terhadap N.americanus. obat ini meningkatkan frekuensi aksi potensial dan menghambat transmisi neuromuscular cacing, sehingga cacing berkontraksi diikuti dengan paralisis tonik, kemudian mati. Levamisol tersedia sebagai levamisol hidroklorit dalam tablet 25, 40, dan 50 mg serta sirop 40 mg/ 5 ml. Untuk askariasis dosis tunggal 50150 mg pada orang dewasa dan 3 mg/kgBB pada anak dapat memusnahkan 90-100% parasit, sedangkan untuk cacing tambang belum ditemukan dosis yang optimal. e. Mebendazol Mebendazol sangat efektif untuk mengobati infestasi cacing gelang, cacing kremi, cacing tambang, dan T.trichiura, maka berguna untuk mengobati infestasi campuran cacing-cacing tersebut.
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 17
Obat Cacing (Anhtelmintik)
Mebendazol menyebabkan kerusakan sturktur subseluler dan menghambat
sekresi
menghambat ambilan
asetilkolinesterase glukosa
secara
cacing.
ireversibel
Obat
ini
juga
sehingga terjadi
pengosongan glikogen pada cacing. Cacing akan mati secara perlahanlahan dan hasil terapi yang memuaskan baru Nampak setelah 3 hari pemberian obat. Tetapi, larva yang sudah matang tidak dipengaruhi oleh mebendazol. Mebendazol tersedia dalam bentuk tablet 100 mg dan sirop 10mg/ml. Dosis pada anak dan dewasa sama yaitu 2 x 100 mg sehari selama 3 hari berturut-turut untuk askarlasis, trikuris, dan infestasi cacing tambang. Bila perlu pengobatan ulang, dapat diberi 3 minggu kemudian. f. Niklosamid Niklosamid terutama efektif terhadap cacing pita (cestoda) obat ini juga efektif terhadap E.granulosus pada anjing dan manusia, E. vermicularis juga dipengaruhi oleh obat ini. Pada konsentrasi rendah, niklosamid merangsang ambilan oksigen oleh H. diminuta, sedangkan pada kadar yang lebih tinggi menghambat respirasi dan ambilan glukosa. Efek niklosamid mungkin terjadi dengan cara menghambat fosforilasi anaerobic ADP yang merupakan proses pembentukkan energy pada cacing. Cacing yang dipengaruhi akan dirusak sehingga sebagian skoleks dan segmen dicerna dan tidak dapat ditemukan lagi dalam tinja.
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 18
Obat Cacing (Anhtelmintik)
Niklosamid tersedia dalam bentuk tablet kunyah 500 mg yang harus dimakan dalam keadaan perut kosong. Untuk orang dewasa diperlukan dosis tunggal 2 gram, sedangkan untuk anak dengan berat badan lebih dari 34 kg; 1,5 gram dan anak dengan berat badan antara 11-34 kg ; 1 gram. g. Niridazol Obat ini berefek menyebabkan terbentuknya metabolit niridazol yang menekan reaksi imun selular. Dosis untuk sistosomiasis pada orang dewasa dan anak adalah 25 mg/kgBB terbagi dalam 2 pemberian, selama 5-7 hari. Obat ini belum terdapat dipasaran Indonesia. h. Oksamnikuin Cara kerja obat ini belum diketahui, tetapi pada pengobatan dengan oksamnikuin cacing akan berpindah dari pembuluh mesenterika ke hati dalam beberapa hari. Kemudian cacing betina yang berhasil tetap hidup akan kembali ke pembuluh mesenterika tanpa jantannya dan tidak bertelur. Cacing jantan menetap di hati, sebagian besar akan mati. Di Brasil dianjurkan dosis tunggal 12-15 mg/kgBB; untuk anak dengan berat badan kurang dari 30 kg dosisnya 20 mg/kgBB diberikan dalam 2 kali dengan interval 2-8 jam. Di Afrika dianjurkan dosis total 15-60 mg/kgBB yang diberikan dalam 1-3 hari. i. Piperazin
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 19
Obat Cacing (Anhtelmintik)
Piperazin menyebabkan blockade respon otot cacing terhadap asetilkolin sehingga terjadi paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltic usus. Cacing biasanya keluar 1-3 hari setelah pengobatan dan tidak diperlukan pencahar untuk mengeluarkan cacing itu. Diduga cara kerja piperazin pada otot cacing dengan mengganggu permeabilitas membran sel terhadap ion-ion yang berperan dalam mempertahankan
potensial
istirahat,
sehingga
menyebabkan
hiperpolarisasi dan supresi impuls spontan, disertai paralisis. Piperazin sitrat tersedia dalam bentuk tablet 250 mg dan sirop 500 mg/5 ml, sedangkan piperazin tartat dalam tablet 250 mg dan 500 mg. Dosis dewasa pada askariasis adalah 3,5 g sekali sehari. Dosis pada anak 75 mg/kgBB (maksimum 3,5 g) sekali sehari. Obat diberikan 2 hari berturut-turut. Untuk cacing kremi dosis dewasa dan anak adalah 65 mg/kgBB (maksimum 2,5 g) sekali sehari selama 7 hari. Terapi hendaknya dilulangi sesudah 1-2 minggu. j. Pirantel pamoat Pirantel pamoat terutama digunakan untuk memberantas cacing gelang, cacing kremi dan cacing tambang. Pirantel pamoat dan analognya menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekuensi impuls, sehingga cacing mati dalam keadaan spastis. Pirantel pamoat juga berefek menghambat enzim kolinesterase.
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 20
Obat Cacing (Anhtelmintik)
Pirantel pamoat tersedia dalam bentul sirop berisi 50 mg pirantel basa/ ml serta tablet 125 dan 250 mg. Dosis tunggal yang dianjurkan 10 mg/kgBB, dapat diberikan setiap saat tanpa dipengaruhi oleh makanan atau minuman. k. Prazikuantel Pada kadar efektif rendah, menimbulkan peningkatan aktivasi otot cacing, karena hilangnya Ca ion intrasel sehingga timbul kontraktur dan paralisis spastic yang sivatnya reversible yang mungkin mengakibatkan terlepasnya cacing dari tempatnya yang normal pada hospes dari vena mesentrika dan masuk ke hati. Pada dosis terapi yang lebih tinggi prazikuantel mengakibatkan vakuolisasi dan vesikulasi tegumen cacing, sehingga isi cacing keluar, mekanisme pertahanan tubuh hospes dipacu dan terjadi kehancuran cacing. Praziquantel harus diminum dengan air sesudah makan dan tudak boleh dikunyah karena rasanya pahit. Obat ini merupakn obat terpilih untuk 3 jenis skistosoma. Dosis yang dianjurakan adalah 3 kali sehari 20 mg/kgBB se,ama 1 hari. l. Tetrakloroetilen Obat ini menyebabkan kelumpuhan pada cacing sedemikan sehingga dapat terlepas dari tempat menempelnya di mukosa usus dan kemudian dikeluarkan dengan pencahar dalam keadaan hidup sebelum sempat melekat kembali pada usus.
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 21
Obat Cacing (Anhtelmintik)
Obat ini diberikan oral dengan dosis tunggal 0,12 mg/kgBB dengan maksimum 5 ml, sebaiknya diberikan diet tinggi karbohidrat, protein dan rendah lemak sebelum pemberian obat. Malam hari sebelum makan obat, diberikan diet lunak. Pada pagi hari berikutnya obat diberikan pada waktu perut kosong. Pada umumnya dosis tunggal dapat mengeluarkan sebagian besar cacing, tetapi terapi ulangan dua kali atau lebih dengan interval 4 hari biasanya diperlukan untuk pembasmian total.
m. Tiabendazol Obat ini menghambat enzim asetilkolinesterase cacing dan menyebabkan kematian cacing. Yang menarik obat ini dapat membunuh larva. Tiabendazol juga memiliki efek imunosupresi. Efek antiinflamasi obat ini turut berperan dalam meringankan gejala-gejala penyakit cacing. Dosis standar yang dianjurkan 2 x 25 mg/kgBB ( maksimum 1 ½ gram). Pemberian obat sehabis makan dan preparat berbentuk tablet, hendaknya dikunyah dengan baik. n. Albendazol Obat ini diserap cepat oleh usus. Dimetabolisir terutama menjadi albendazol sulfoksida dalam urin dapat dimonitor dan menjadi pegangan untuk menentukan dosis obat. Obat ini bekerja dengan cara memblokir pengambilan glukosa oleh larva maupun cacing dewasa sehingga persediaan glikogen menurun dan
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 22
Obat Cacing (Anhtelmintik)
pembentukan ATP berkurang, akibatnya parasitt (cacing) akan mati. Dosis terapi pada orang dewasa 5 mg/kgBB. o. Ivermektin Cara kerja obat ini yakni memperkuat peranan GABA pada proses transmisi disaraf tepi, sehingga cacing mati pada keadaan paralisis. Dosis tunggal sebesar 200 mcg/kgBB, obat ini efektivitasnya setara dengan dietilkarbamazin dalam hal memberantas microfilaria dijaringan kulit dan rongga mata bagian depan, tetapi ivermectin kerjanya lebih lambat dan menyebabkan reaksi sistemik dan reaksi terhadap mata yang lebih ringan.
Penggolongan obat cacing berdasarkan khasiatnya terhadap jenis cacing yang menginfeksi. a) Cacing kremi (Oxyuris vermicularis) Termasuk golongan cacing bulat, masa hidup cacing dewasa tidak lebih dari 6 minggu. Cacing betina menempatkan telurnya disekitar anus pada malam hari sehingga menyebabkan rasa gatal. Dengan garukan, telur cacing akan pindah ke tangan dan dapat tertelan kembali .Cara penularan yang demikian disebut reauto infeksi. Obat yang sesuai adalah mebendazol (obat pilihan untuk semua pasien di atas 2 tahun) dan piperazin. b) Cacing gelang (Ascaris lumbricoides) Termasuk cacing bulat yang dapat mencapai ukuran cukup besar dan cukup berbahaya karena dapat keluar dari usus, menjalar ke organ-
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 23
Obat Cacing (Anhtelmintik)
organ lain bila tidak diobat dengan tepat. Obat pilihan yang paling efectif adalah levamisol. c) Cacing pita (Taenia saginata/ Taenia solium/ Taenia lata) Merupakan cacing pipih beruas-ruas, yang penularannya lewat daging yang mengandung telur cacing pita karena kurang lama dimasak.Taenia saginata terdapat dalam daging sapi, Taenia solium terdapat dalam daging babi, Taenia lata terdapat dalam daging ikan. Taenia sulit dibasmi karena kepala cacing yang memiliki semacam alat hisap terhunjam dalam selaput lendir usus sehingga sulit kontak dengan obat dan segmen – segmen (bagian tubuh cacing) yang telah rusak karena obat, dapat dilepaskan dan cacing kemudian membuat segmen-segmen baru. Gejala yang tampak disamping gangguan lambung usus adalah anemia .Obat yang paling banyak digunakan untuk cacing pita adalah niklosamid dan prazikuantel. d) Cacing
tambang
(Ankylostoma
duodenale
dan
Necator
Americanus) Adalah dua macam cacing tambang yang menginfeksi manusia, penularannya melalui Larva yang masuk ke dalam kulit kaki yang terluka cacing tambang hidup pada usus halus bagian atas dan menghisap darah pada tempat dia menempelkan dirinya di mukosa usus. Seperti cacing pita, cacing ini menyebabkan anemia karena defisiensi besi. Pengobatan: mencakup
pembasmian
cacing
sekaligus
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 24
pengobatan
anemia.
Obat Cacing (Anhtelmintik)
Mebendazol merupakan pilihan karena memiliki Spectrum luas dan efektif terhadap cacing tambang. e) Filaria Ditularkan oleh Larva microfilaria dari cacing Wuchereria bancrofti dan Brugia malay melalui gigitan nyamuk culex. Microfilaria dari cacing akan membendung getah bening pada kaki dan daerah sekitar kandung kemih sehingga mengakibatkan daerah yang diserang menjadi bengkak dan besar sehingga keadaan ini disebut elephantiasis.
f)
Schistosoma Adalah sebangsa cacing halus yang ditularkan oleh larva yang
disebut myracidium melalui kulit atau siput yang dimakan manusia. Schistosoma hematobium dewasa hidup dalam vena saluran kemih sedangkan Schistosoma mansonii hidup di vena kolon. Schistosoma japonicum tersebar lebih luas dalam saluran cerna dan sistem porta. Gejala penyakit tergantung pada tempat yang terinfeksi , bisa gatal – gatal, kulit kemerahan, diare berlendir, hematuria dan lain – lain. Obat pilihan Frazikuantel efektif terhadap semua jenis schistosoma. g)
Cacing benang (Strongiloides stercularis) Ditularkan melalui kulit oleh larva yang berbentuk benang dan hidup
dalam usus. Larva yang dihasilkan dapat menembus dinding usus dan menyusup ke jaringan, menimbulkan siklus auto infeksi. Obat pilihan :
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 25
Obat Cacing (Anhtelmintik)
Tiabendazol, obat alternatif : albendazol. Invermectin merupakan obat alternatif yang paling efektif untuk infeksi kronis.
2. Obat Tradisonal Selain dengan obat modern, masyarakat juga mengenal bahan alami yang bisa digunakan untuk melawan cacing. Efektivitasnya pun tak kalah dibandingkan dengan obat farmasi. Sayangnya, obat-obat alami tadi secara ilmiah belum terbukti dengan pasti. Kalaupun penelitian telah dilakukan, biasanya masih sangat terbatas dan kurang mendalam.
a. Bangle (Zingiber purpureum Roxb.) Sinonim : Zingiber cassumunar, Roxb. Familia : Zingiberaceae Nama Lokal : Panglai (Sunda), bengle (Jawa), pandhiyang (Madura).; mugle, bengle, bungle, baglai, baniai, banglai, bunglai,; Bangle, kunit bolai, kunyit bolai (Sumatera), banggele (Bali),; Bale, panini, manglai, manguiai, bangerei, wangelei, walegai,; kukuniran, kukundiren, unin makei, unin pakei, bangle, bongle. Penyakit Yang Dapat Diobati :
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 26
Obat Cacing (Anhtelmintik)
Demam, Sakit kepala, Batuk, Perut nyeri, masuk angin, sembelit; Sakit kuning, Cacingan, Reumatik, Ramuan jamu, kegemukan; Mengecilkan perut setelah melahirkan. Sifat Kimiawi Dan Efek Farmakologis: Rimpang berbau khas aromatik, rasanya agak pahit dan agak pedas. Penurun panas (anti piretik), peluruh kentut (karminatif), peluruh dahak (expectorant),
pembersih
darah,
pencahar
(laksan),
obat
cacing
(vermifuge). Kandungan Kimia: Rimpang: minyak atsiri (sineol, pinen), damar, pati, tanin.
b. Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) Familia : Zingiberaceae Nama Lokal : NAMA DAERAH Sumatera: temu erang, t. itam (Melayu). Jawa: koneng hideung (Sunda), temu ireng (Jawa). Nusa Tenggara: temo ereng (Madura), temu ireng (Bali). Sulawesi: tamu leteng (Makasar), temu lotong (Bugis). NAMA asing Ezhu (C). NAMA SIMPLISIA Curcumae aeruginosae Rhizoma (rimpang temu hitam). Penyakit Yang Dapat Diobati : Rimpang rasanya pahit, tajam, dan sifatnya dingin. Berkhasiat peluruh kentut (karminatif), peluruh dahak, meningkatkan nafsu makan (stomakik),
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 27
Obat Cacing (Anhtelmintik)
anthelmintik, dan pembersih darah setelah melahirkan atau setelah haid. Komposisi : Rimpang temu hitam mengandung minyak asiri, tanin, kurkumol, kurkumenol, isokurkumenol, kurzerenon, kurdion, kurkumalakton, germakr on, a, ß, g-elemene, linderazulene, kurkumin, demethyoxykurkumin, bisdemethyoxykurkumin.
C. Wortel (Daucus carota, Linn.) Sinonim : Daucus carota, Linn. Familia : Apiaceae Nama Lokal : Carrot (Inggris), Carotte (Perancis), Bortel (Belanda); Wortel (Indonesia), Bortol (Sunda), Wortel, Ortel (Madura); Wortel, Wortol, Wertol, Wertel, Bortol (Jawa); Penyakit Yang Dapat Diobati : Kejang Jantung, Eksim, Cacing Kremi, Mata minus; Kandungan Kimia : Wortel (Daucus carota) mempunyai nilai kandungan Vitamin A yang tinggi yaitu sebesar 12000 SI. Sementara komposisi kandungan unsur yang lain adalah kalori sebesar 42 kalori, protein 1,2 gram, lemak 0,3 gram, hidrat arang 9,3 gram, kalsium 39 miligram, fosfor 37 miligram, besi 0,8 miligram, vitamin B 1 0,06 miligram, dan vitamin C 6 miligram. Komposisi di atas diukur per 100 gram. Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 28
Obat Cacing (Anhtelmintik)
d. Delima (Punica granatum L.) Sinonim : Malum granatum Rumph. Familia : Punicaceae. Nama Lokal : Sumatera: glima (Aceh), glimeu mekah (Gayo), dalimo (Batak). Jawa: gangsalan (Jawa), dalima (Sunda), dhalima (Madura). Nusa Tenggara: jeliman (Sasak), talima (Bima), dila dae lok (Roti), lelo kase, rumau (Timor). Maluku: dilimene (Kisar). NAMA ASING Shi liu (C), granaatappel (B), grenadier (P), granatbaum (J), luru (V), thap thim (T), granada (Tag.), pomegranate (I). NAMA SIMPLISIA Granati Cortex (Wit kayu delima), Granati Pericarpium (Wit buah delima). Penyakit Yang Dapat Diobati : Sewaktu panen, buah dikumpulkan. Bijinya dikeluarkan, lalu kulitnya dijemur sampai kering. Sebelum digunakan, dapat disimpan dalam wadah yang tertutup baik. Kulit buah rasanya asam, pahit, sifatnya hangat, astringen,
beracun
(toksik).
Berkhasiat
menghentikan
perdarahan
(hemostatis), peluruh cacing usus (vermifuga), antidiare, dan antivirus. Kulit buah dan bunganya merupakan astringen kuat. Rebusan keduanya bisa menghentikan perdarahan. Kulit kayu dan kulit akar mempunyai bau lemah dan rasa asam. Berkhasiat sebagai peluruh dahak, vermifuga, Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 29
Obat Cacing (Anhtelmintik)
pencahar, dan astringen usus. Daunnya berkhasiat untuk peluruh haid. Daging buah (daging pembungkus biji) berkhasiat penyejuk, peluruh kentut. Biji sifatnya sejuk, tidak berracun, berkhasiat pereda demam, antitoksik, melumas paru, dan meredakan batuk. Kulit akar berkhasiat peluruh cacing usus. Kulit buah menghambat pertumbuhan basil typhoid. Kulit buah dapat mengendalikan penyebaran infeksi virus polio, virus herpes simpleks, clan virus HIV. Komposisi : Kulit buah (shi liu pi) mengandung alkaloid pelletierene, granatin, betulic acid, ursolic acid, isoquercitrin, elligatanin, resin, triterpenoid, kalsium oksalat, dan pati. Kulit akar dan kulit kayu mengandung sekitar 20% elligatanin dan 0,5--1% senyawa alkaloid, antara lain alkaloid pelletierine (C8H14N0), pseudopelletierine (C9H15N0), metilpelletierine (C8H14NO.CH3), isopelletierine
(C8H15N0),
dan
metilisopellettierine
(C9H1,N0).
Daun
mengandung alkaloid, tanin, kalsium oksalat, lemak, sulfur, peroksidase. Jus buah mengandung asam sitrat, asam malat, glukosa, fruktosa, maltosa, vitamin (A, C), mineral (kalsium, fosfor, zat besi, magnesium, natrium, dan kalium), dan tanin. Alkaloid pelletierine sangat toksik dan menyebabkan kelumpuhan cacing pita, cacing gelang, dan cacing keremi. Kulit buah dan kulit kayu juga astringen kuat sehingga digunakan untuk pengobatan diare.
e. Bawang Putih
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 30
Obat Cacing (Anhtelmintik)
(Allium sativum, Linn.) Familia : Liliaceae
Nama Lokal : Garlic (Inggris), Bawang Putih (Indonesia), Bawang (Jawa); Bawang Bodas (Sunda), Bawang handak (Lampung); Kasuna (Bali), Lasuna pute (Bugis), Bhabang pote (Madura); Bawa bodudo (Ternate), Kalfeo foleu (Timor); Penyakit Yang Dapat Diobati : Hipertensi, Asma, Batuk, Masuk angin, Sakit kepala, Sakit kuning; Sesak nafas, Busung air, Ambeien, Sembelit, Luka memar, Abses; Luka benda tajam, digigit serangga, Cacingan, Sulit tidur (Insomnia);. Kandungan Kimia : Dari umbi bawang putih per 100 gram mengandung : - protein sebesar 4,5 gram. - lemak 0,20 gram, - hidrat arang 23, 1 0 gram, - vitamin B 1 0,22 miligram, - vitamin C 1 5 miligram, - kalori 95 kalori, - posfor 134 miligram, - kalsium 42 miligrain. - besi 1 miligram dan - air 71 gram. Di samping itu dari beberapa penelitian umbi bawang putih mengandung zat aktif awcin, awn, enzim alinase, germanium, sativine, sinistrine, selenium, scordinin, nicotinic acid.
f. Melati Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 31
Obat Cacing (Anhtelmintik)
(Jasminum sambac, Ait.) Familia : Oleranceae Nama Lokal : Jasmine (Inggris), Jasmin (Perancis), Yasmin (Arab); Melati (Indonesia), Melur (Jawa), Malati (Sunda); Malate (Madura), Menuh (Bali); Penyakit Yang Dapat Diobati : Kelebihan ASI, Sakit mata, Demam, Sakit Kepala, Sesak Napas; Kandungan Kimia : Melati
mengandung
senyawa-senyawa
unsur
kimia
yang
besar
manfaatnya untuk pengobatan. Kandungan kimia yang ada tersebut antara lain indol, benzyl, livalylacetaat.
g. Tanaman Benalu Teh (Scurrula atropurpurea [BL]. Dans.) Nama umum/dagang : Kemladean Nama daerah : Pasilan (Melayu), Mangandeuh (Sunda), Kemladean (Jawa) dan Benalu (Indonesia) Kandungan Kimia: Daun dan batang mengandung saponin, tannin, alkaloid, flavonoid, glikosida, dan triterpen. Khasiat :
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 32
Obat Cacing (Anhtelmintik)
Benalu teh berkhasiat sebagai obat sakit kuning (Anonim, 1997), antikanker,
mengobati
tumor,
amandel
dan
campak,
dan
dapat
meningkatkan sistem imun.
h. Kunyit (Curcuma longa Linn.)
Nama Daerah : Kunyit mempunyai berbagai nama daerah yang berbeda-beda diantaranyaL : Sumatra : Kakunye (Enggano), Kunyet (Adoh), Kuning (Gayo), Kunyet (Alas), Hunik (Batak), Odil (Simalur), Undre, (Nias), Kunyit (Lampung), Kunyit (Melayu) ; Jawa : Kunyir (Sunda), Kunir (Jawa Tengah), Temo koneng (Madura) ; Kalimantan : Kunit (Banjar), Henda (Ngayu), Kunyit (Olon Manyan), Cahang (Dayak Panyambung), Dio (Panihing), Kalesiau (Kenya), Kunyit (Tidung) ; Nusa Tenggara : Kunyit (Sasak), Huni (Bima), Kaungi (Sumba Timur), Kunyi (Sumba Barat), Kewunyi (Sawu), Koneh, (Flores), Kuma (Solor), Kumeh (Alor), Kunik (Roti), Hunik kunir (Timor) ; Sulawesi : Uinida (Talaud), Kuni (Sangir), Alawaha (Gorontalo), Kolalagu (Buol), Pagidon (Toli-toli), Kuni (Toraja), Kunyi (Ujungpandang), Kunyi (Selayar), Unyi (Bugis), Kuni (Mandar) ; Maluku : Kurlai (Leti), Lulu malai (Babar), Ulin (Tanimbar), Tun (Kayi), Unin (Ceram), Kunin (Seram Timur), Unin, (Ambon), Gurai (Halmanera), Garaci (Ternate) ; Irian : Rame
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 33
Obat Cacing (Anhtelmintik)
(Kapaur), Kandeifa (Nufor), Nikwai (Windesi), Mingguai (Wandamen), Yaw (Arso). Nama asing : turmeric Sinonim : Curcuma domestica Val.
Kandungan Kimia dan Manfaat Kandungan zat-zat kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit adalah sebagai berikut : a. zat
warna
kurkuminoid
yang
merupakan
suatu
senyawa
diarilheptanoid 3-4% yang terdiri dari Curcumin, dihidrokurkumin, desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin. b. Minyak atsiri 2-5% yang terdiri dari seskuiterpen dan turunan fenilpropana turmeron (aril-turmeron, alpha turmeron dan beta turmeron), kurlon kurkumol, atlanton, bisabolen, seskuifellandren, zingiberin, aril kurkumen, humulen. c. Arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin dan dammar d. Mineral yaitu magnesium besi, mangan, kalsium, natrium, kalium, timbal, seng, kobalt, aluminium dan bismuth. Manfaat tumbuhan : Bagian yang sering dimanfaatkan sebagai obat adalah rimpang; untuk, antikoagulan, antiedemik, menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat cacing, obat sakit perut, memperbanyak ASI, stimulan, mengobati keseleo, memar dan rematik. Kurkuminoid pada kunyit berkhasiat sebagai
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 34
Obat Cacing (Anhtelmintik)
antihepatotoksik (Kiso et al., 1983) enthelmintik, antiedemik, analgesic. Selain itu kurkumin juga dapat berfungsi sebagai antiinflamasi dan antioksidan (Masuda et al., 1993). Menurut Supriadi, kurkumin juga berkhasiat mematikan kuman dan menghilangkan rasa kembung karena dinding empedu dirangsang lebih giat untuk mengeluarkan cairan pemecah lemak. Minyak atsiri pada kunyit dapat bermanfaat untuk mengurangi gerakan usus yang kuat sehingga mampu mengobati diare. Selain itu, juga bisa digunakan untuk meredakan batuk dan antikejang.
i. Pinang (Areca catechu L.) Sinonim : A. hortensis, Lour. Familia : Arecaceae Nama Lokal : Jambe, penang, wohan (Jawa). pineng, pineung, pinang,; Batang mayang, b. bongkah, b. pinang, pining, boni (Sumtra); Gahat, gehat, kahat, taan, pinang (Kalimanantan). alosi; mamaan, nyangan, luhuto, luguto, poko rapo, amongon.(Sul.); Bua, hua, soi, hualo, hual, soin, palm (Maluku). bua, winu,; Penyakit Yang Dapat Diobati : Cacingan, Perut kembung, Luka, Batuk berdahak, Diare, Kudis; Koreng, terlambat haid, keputihan, beri-beri, malaria, difteri; Tidak nafsu makan, Sembelit, Sakit pinggang, gigi dan gusi. Sifat Kimiawi Dan Efek Farmakologis: Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 35
Obat Cacing (Anhtelmintik)
Biji: Pahit, pedas, hangat. Obat cacing (anthelmintic), peluruh kentut (antiflatulent), peluruh haid, peluruh kencing (diuretik), peluruh dahak, memperbaiki pencernaan, pengelat (astringen), pencahar (laksan). Daun: Penambah napsu makan. Sabut: Hangat, pahit. Melancarkan sirkulasi tenaga, peluruh kencing, pencahar. Kandungan Kimia: Biji mengandung 0,3-0,6% alkaloid, seperti Arekolin (C8 H13 NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine. Selain itu juga mengandung red tanin 15%, lemak 14% (palmitic, oleic, stearic, caproic, caprylic, lauric, myristic acid), kanji dan resin. Biji segar mengandung kirakira 50% lebih banyak alkaloid, dibandingkan biji yang telah diproses. Arekolin: Obat cacing dan berkhasiat sebagai penenang.
Ramuan Tradisional Untuk Kecacingan
Ramuan Tanaman obat Herbal cacingan 1 : 25 gram bangle, 25 gram temu hitam, 10 gram biji ketumbar, dan 5 buah tangkai daun sirih (diiris-iris tipis) direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc kemudian diminum selagi hangat, untuk 2 kali minum. Pemakaian : Konsumsi secara teratur 2 kali sehari.
Ramuan Tanaman obat Herbal cacingan 2 :
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 36
Obat Cacing (Anhtelmintik)
1 buah mengkudu yang sudah masak dibersihkan lalu ditumbuk halus. Campurkan dengan 10 gram parutan kunyit. Seduh dengan 1 gelas air hangat. Masukkan 10 gram gula aren. Pemakaian : Konsumsi secara teratur 2 kali sehari.
Ramuan Tanaman obat Herbal cacingan 3 (Khusus untuk Cacing Kremi): 1 pilah daun pepaya dan 15 gram akar pohon bunga melati direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat. Pemakaian : Konsumsi secara teratur 2 kali sehari.
Ramuan Tanaman obat Herbal cacingan 4 (Khusus untuk Cacing Kremi): 3 butir bawang putih, 30 gram akar pepaya, dan gula merah secukupnya (dipotong-potong) direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc. Airnya diminum selagi masih hangat, untuk dua kali minum. Pemakaian : Konsumsi secara teratur 2 kali sehari.
Ramuan Tanaman obat Herbal cacingan 5 (Khusus untuk Cacing Gelang): 2 sendok makan biji pepaya yang sudah dikeringkan digiling hingga menjadi bubuk, diseduh dengan ½ gelas air, tambahkan madu secukupnya, diaduk hingga rata, kemudian diminum. Pemakaian : Konsumsi secara teratur 2 kali sehari.
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 37
Obat Cacing (Anhtelmintik)
Ramuan Tanaman obat Herbal cacingan 6 : 3 gram benalu teh dan 4 gram rimpang temu giring dicuci bersih, dihaluskan dengan cara diblender atau ditumbuk. Tambahkan air secukupnya. Pemakaian : Minum ¼ gelas setiap hari.
Ramuan Tanaman obat Herbal Tradisional cacingan 7 : ¼ butir buah kelapa dan 1 buah wortel diparut, lalu campur dengan segelas air. Setelah itu, peras dan saring. Pemakaian : Minum pada malam hari menjelang tidur.
Ramuan tanaman Obat Herbal Tradisional cacingan 8 : 7 gram akar delima kering diccuci,dipotong-potong, lalu direbus dengan satu gelas air selama 15 menit. Setelah dingin, saring. Pemakaian : minum sekaligus.
Ramuan Tanaman obat Herbal Tradisional cacingan 9 : 15 gram kulit delima kering, 15 gram serbuk biji pinang, dan 3 gelas air bersih direbus hingga mendidih dengan api kecil selama 1 jam. Setelah dingin, saring. Pemakaian : Minum sekaligus sebelum makan pagi.
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 38
Obat Cacing (Anhtelmintik)
BAB III PENUTUP
Cacingan adalah jenis infeksi yang disebabkan karena adanya cacing yang mengambil makanan yang berisi banyak sari makanan dalam usus manusia. Infeksi cacing umumnya terjadi melalui mulut, adakalanya langsung melalui luka dan kulit (cacing tambang dan benang), atau lewat telur (kista) atau larvanya, yang ada dimana-mana di atas tanah. Gejala-gejala cacingan antara lain: Perut buncit, gatal-gatal sekitar anus, muntah ada cacing,, cacing dalam kotoran, anemia atau kurang darah, penyumbatan usus, nafsu makan hilang, berat badan menyusut, diare / sembelit / nyeri perut. Jenis Infeksi Cacing yaitu : Cacing kremi , Cacing gelang, Cacing Cambuk, Cacing tambang , Cacing benang, Cacing pita, Cacing pipih dan filariasis. Pencegahan penyakit cacing
yaitu dengan penjagaan higienitas
sehari-hari mulai lingkungan sekitar, tempat bermain anak, anjuran mencuci tangan dengan sabun, memakai alas kaki bila keluar Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 39
Obat Cacing (Anhtelmintik)
rumah hingga kebersihan makanan sehari-hari seperti pencucian sayuran dan cara memasak yang benar. Obat-obat penyakit cacing : Mebendazol, tiabendazol, albendazol,
piperazin,
dietilkarbamazin,
pirantel,
oksantel,
levamisol,
praziquantel, niklosamida, ivermectin Obat Tradisional yaitu : Bangle, Temu hitam, Ketumbar, Daun sirih,
Pepaya, Kunyit, Bawang putih, Benalu, Temu giring, Mengkudu, Kelapa.
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 40
Obat Cacing (Anhtelmintik)
DAFTAR PUSTAKA
1. Mycek, Mary J. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Widya Medika. Jakarta. 2001 2. Anonim. Herbal Indonesia Berkhasiat. PT. Trubus Swadaya.
Jakarta 3. Ganiswarna, Sulistia G. Farmakologi Dan Terapi edisi 4. Bagian
Farmakologi Fak.Kedokteran UI. Jakarta. 1995 4. Dalimartha, Setiawan. Atlas Tumbuhan Obat. Puspa Swara.
Jakarta. 2003 5. Tan,T, H. Swamedikasi. Direktur Jendral POM Depkes Jakarta.
1993 6. Komposisi Manfaat Dan Resiko Obat Cacing. http://pusatmedis.co
m/komposisi manfaat dan resiko obat cacing_583.htm. Diakses tgl 18 Sept 2011
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 41
Obat Cacing (Anhtelmintik)
HASIL DISKUSI
1.
Dewi Damayanti
Apakah penggunaan obat cacing bias digunakan dalam 3
bulan sekali ?
Apakah semua jenis cacing, pengobatan tradisionalnya
berasal dari tanaman yang sama ? Jawab : (YULLIYANI MAHMUD)
Pengobatan kecacingan harus 6 bulan sekali, untuk 3 bulan
sekali bisa diberikan pengobatan jika masih terlihat tanda dan gejala pada penderita yang mengalami kecacingan.
Untuk obat herbal bisa semua jenis cacing. Kecuali ada
beberapa ramuan dikhususkan untuk jenis cacing tertentu, misalnya : Ramuan Tanaman obat Herbal (Khusus untuk Cacing Kremi): 3 butir bawang putih, 30 gram akar pepaya, dan gula merah secukupnya (dipotong-potong) direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc. Airnya diminum selagi masih hangat, untuk dua kali minum. Pemakaian : Konsumsi secara teratur 2 kali sehari.Ramuan Tanaman obat Herbal cacingan (Khusus untuk Cacing Gelang):
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 42
Obat Cacing (Anhtelmintik)
2 sendok makan biji pepaya yang sudah dikeringkan digiling hingga menjadi bubuk, diseduh dengan ½ gelas air, tambahkan madu secukupnya, diaduk hingga rata, kemudian diminum. Pemakaian : Konsumsi secara teratur 2 kali sehari. 2.
Vinzy
Apakah makanan jepang (setengah matang) dapat menyebabkan kecacingan ? Jawab : (JERPI SIJABAT) Makanan jepang yang biasanya setengah mentah, menyebabkan telur atau bahkan cacing yang berada dimakanan tidak mati (pengolahan makanan tidak sempurna). Sehingga, ketika kita mengkonsumsi makanan tersebut telur ataupun cacing dapat tinggal didalam tubuh kita sebagai parasit bagi manusia.
3.
Rocky A. Hundo
Apakah hubungan antara anemia dan kecacingan ? Jawab : (JERPI SIJABAT) Pada penderita kecacingan salah satu gejalanya adalah anemia, hal ini disebabkan karena cacing yang berada didalam tubuh kita masuk ke pembuluh darah dan mengambil sari makanan dari darah penderita selanjutnya menyebabkan penderita tersebut mengalami anemia.
4.
Wa Ode Israwaty
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 43
Obat Cacing (Anhtelmintik)
Mengapa orang kecacingan perutnya buncit ?
Apakah sama cacing yang dijadikan obat dengan cacing
yang menyebabkan penyakit ?
Jawab : (YULLIYANI MAHMUD)
Salah satu tanda / cirri orang kecacingan adalah perut
buncit. Hal ini disebabkan karena cacing yang hidup didalam usus manusia, menyerap sari-sari makanan yang terdapat dalam perut manusia. Cacing memerlukan protein sebagai makanan, salah satunya albumin. Albumin merupakan zat penyusun dari plasma, ketika albumin diambil, kondisi plasma menjadi tidak stabil sehingga keseimbangan cairan plasma tidak terjadi, menyebabkan cairan plasma keluar dari dalam sel dan menumpuk. Penumpukkan cairan plasma inilah yang menyebabkan perut membuncit jika kecacingan.
Cacing yang dijadikan obat (misalnya obat typus yang diolah
/ diblender) berbeda dengan cacing yang menyebabkan penyakit. Perbedaannya adalah, cacing yang dijadikan obat merupakan cacing yang telah mengalami pengolahan terlebih dahulu menjadi ekstrak herbal misalnya dengan diblender, sedangkan cacing yang menyebabkan kekacingan, cara masuk ke dalam tubuh melalui tangan atau telapak tangan/kaki sebagi telur cacing yang pecah ketika berada dalam usus.
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 44
Obat Cacing (Anhtelmintik)
La Ode Syahrul
5.
Apakah setiap jenis cacing, mempunyai jenis obat berbeda?
Bagaimana
cara
membedakan
jenis
cacing
yang
menginfeksi tubuh manusia? Jawab ; (DUY NINGSI) Setiap jenis cacing mempunyai obat masing-masing. Bisa berbeda bisa juga tidak. Misalnya : a) Cacing kremi (Oxyuris vermicularis) Termasuk golongan cacing bulat, masa hidup cacing dewasa tidak lebih dari 6 minggu. Cacing betina menempatkan telurnya
disekitar
anus
pada
malam
hari
sehingga
menyebabkan rasa gatal. Dengan garukan, telur cacing akan pindah ke tangan dan dapat tertelan kembali .Cara penularan yang demikian disebut reauto infeksi. Obat yang sesuai adalah mebendazol (obat pilihan untuk semua pasien di atas 2 tahun) dan piperazin. b) Cacing gelang (Ascaris lumbricoides) Termasuk cacing bulat yang dapat mencapai ukuran cukup besar dan cukup berbahaya karena dapat keluar dari usus, menjalar ke organ-organ lain bila tidak diobat dengan tepat. Obat pilihan yang paling efectif adalah levamisol. c) Cacing pita (Taenia saginata/ Taenia solium/ Taenia lata)
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 45
Obat Cacing (Anhtelmintik)
Merupakan cacing pipih beruas-ruas, yang penularannya lewat daging yang mengandung telur cacing pita karena kurang lama dimasak.Taenia saginata terdapat dalam daging sapi, Taenia solium terdapat dalam daging babi, Taenia lata terdapat dalam daging ikan. Taenia sulit dibasmi karena kepala cacing yang memiliki semacam alat hisap terhunjam dalam selaput lendir usus sehingga sulit kontak dengan obat dan segmen – segmen (bagian tubuh cacing) yang telah rusak karena obat, dapat dilepaskan dan cacing kemudian membuat segmen-segmen baru. Gejala yang tampak disamping gangguan lambung usus adalah anemia .Obat yang paling banyak digunakan untuk cacing pita adalah niklosamid dan prazikuantel. d) Cacing tambang (Ankylostoma duodenale dan Necator Americanus) Adalah dua macam cacing tambang yang menginfeksi manusia, penularannya melalui Larva yang masuk ke dalam kulit kaki yang terluka cacing tambang hidup pada usus halus bagian
atas
dan
menghisap
darah
pada
tempat
dia
menempelkan dirinya di mukosa usus. Seperti cacing pita, cacing ini menyebabkan anemia karena Pengobatan:
mencakup
pembasmian
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 46
defisiensi besi. cacing
sekaligus
Obat Cacing (Anhtelmintik)
pengobatan anemia. Mebendazol merupakan pilihan karena memiliki Spectrum luas dan efektif terhadap cacing tambang. e) Filaria Ditularkan oleh Larva microfilaria dari cacing Wuchereria bancrofti dan Brugia malay melalui gigitan nyamuk culex. Microfilaria dari cacing akan membendung getah bening pada kaki
dan
daerah
sekitar
kandung
kemih
sehingga
mengakibatkan daerah yang diserang menjadi bengkak dan besar sehingga keadaan ini disebut elephantiasis. h) Schistosoma Adalah sebangsa cacing halus yang ditularkan oleh larva yang disebut myracidium melalui kulit atau siput yang dimakan manusia. Schistosoma hematobium dewasa hidup dalam vena saluran kemih sedangkan Schistosoma mansonii hidup di vena kolon. Schistosoma japonicum tersebar lebih luas dalam saluran cerna dan sistem porta. Gejala penyakit tergantung pada tempat yang terinfeksi , bisa gatal – gatal, kulit kemerahan, diare berlendir, hematuria dan lain – lain. Obat pilihan Frazikuantel efektif terhadap semua jenis schistosoma. i) Cacing benang (Strongiloides stercularis) Ditularkan melalui kulit oleh larva yang berbentuk benang dan hidup dalam usus. Larva yang dihasilkan dapat menembus dinding usus dan menyusup ke jaringan, menimbulkan siklus
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 47
Obat Cacing (Anhtelmintik)
auto infeksi. Obat pilihan : Tiabendazol, obat alternatif : albendazol. Invermectin merupakan obat alternatif yang paling efektif untuk infeksi kronis.
Apabila
penderita
tidak
mengetahui
jenis
cacing
yang
menyerang maka dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter karena daya kerja obat cacing kebanyakan tegantung pada jenis parasitnya.
Rosyina
6.
Mengapa semua anggota keluarga harus minum obat cacing ketika salah satu anggota keluarga mengalami kecacingan ? Jawab: (AZNY H.DJAFAR) Pengobatan sebaiknya dianjurkan untuk semua anggota keluarga, sebab
penderita
kecacingan
khususnya
anak-anak
biasanya
menggaruk sekitar anus karena kegatalan. Saat tangan mereka menggaruk, telur cacing menempel pada tangan, dan ketika penderita memegang atau menyentuh benda-benda didalam rumah (seprei, bantal, gelas, piring, dll) perpindahan telur cacing ini dapat ditularkan/ terjadi pada anggota keluarga lainnya, sehingga pencegahan perlu dilakukan.
Oleh Kelompok V (Lima) Apoteker Kelas B 48