TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU “
KEBENARAN ILMIAH
”
NAMA
: IFTITAH INDRIANI
NPM
: 1114500081
SEMESTER/KELAS
: 3/C
YAYASAN PENDIDIKAN PANCASAKTI TEGAL
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM PROGRAM STUDI BIMBINGAN BIMBINGAN DAN KONSELING KONSELING Jalan Halmahera KM. 1 2015
(0283) 357122
1
KATA PENGANTAR
Puji syuk syukur ur saya saya panjatkan panjatkan kehadirat kehadirat Tuhan Tuhan Yang Yang Maha Maha Esa karena karena saya dapat dapat menyeles menyelesaika aikan n makalah makalah ini yang yang bertujuan bertujuan untuk untuk memenuhi memenuhi tugas tugas mata mata kuliah Filsafat Ilmu. Saya ucapkan ucapkan terima kasih kasih kepada kepada Yth. Bapak Dr. H. Maufu Maufur, r, M.Pd M.Pd selak selaku u dosen dosen mata mata kuliah kuliah Filsaf Filsafat at Ilmu Ilmu yang yang telah telah membim membimbin bing g saya saya agar agar dapat dapat menyelesa menyelesaikan ikan penyus penyusunan unan makalah makalah ini. Akhirnya Akhirnya saya menyadari menyadari bahwa bahwa makalah makalah ini masih ada kekurang kekurangan. an. Oleh karena karena itu, itu, dengan dengan segala segala kerendah kerendahan an hati, hati, saya saya menerima menerima kritik kritik dan dan saran saran agar agar penyusuna penyusunan n makalah makalah selanjutny selanjutnyaa menjadi lebih lebih baik. Untuk itu saya mengucapk mengucapkan an terima terima kasih kasih dan semoga semoga karya karya tulis tulis ini ini berma bermanfaat nfaat bagi bagi saya dan bagi pembaca. pembaca.
Tegal Tegal,, 24 Nove Novembe mberr 2015 2015
IFTITAH INDRIANI
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................ .................................................................. ............................................ ........................ i KATA PENGANTAR .......................................... ................................................................ ............................................ ........................ ii DAFT DAFTAR AR ISI.......................................... ................................................................ ............................................ ...................................... ................ iii
BAB I PENDAHULU PENDAHULUAN AN
1.1 Latar Belakang .......................................... ................................................................ ............................................ .............................. ........ 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................ .................................................................. ............................................ ........................ 2 1.3 Tujuan Penulisan................................... Penulisan......................................................... ............................................ .................................. ............ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertia Pengertian n Kebenaran Kebenaran .......... ............... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ......... ......... ..... 3 2.2 Teori Kebenaran......................... Kebenaran............................................... ............................................ ............................................ ........................ 7 2.3 Keterkaitan Antara Fakta dengan Kebenaran............................. Kebenaran................................................14 ...................14 2.4 Kesenjangan Kesenjangan Antara Kebenaran Kebenaran dan dan Fakta ........................................... ...................................................18 ........18 2.5 Cara Menemukan Menemukan Kebenaran............................................................ Kebenaran........................................................................19 ............19
BAB III III PENUT PENUTUP UP
3.1 Kesimpulan ........................................... ................................................................. ............................................ ..................................22 ............22 3.2 Saran .......................................... ................................................................ ............................................ ............................................ .......................22 .22
DAFTAR PUSTAKA ........................................... ................................................................. ............................................ .......................23 .23
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. 1.1. Latar Latar Belakang Belakang
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang dipero diperoleh leh manus manusia ia membua membuahk hkan an prinsi prinsip-p p-prin rinsip sip melalu melaluii penal penalara aran n rasiona rasional, l, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta, kenyataan yang patuh pada hukum-hukum hukum-hukum yang yang menyebabkan menyebabkan fenomena itu muncul. Pendidikan pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya mengemban tugas utama untuk menemukan, pengembangan, menjelaskan, menyampaikan menyampaikan nilai-nilai kebenaran. kebenaran. Semua orang yang yang berkeinginan untuk menjadi benar, bertindak bertindak sesuai dengan dengan kebenaran. kebenaran. Kebenaran Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan manusia. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan ( human dignity ) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran. Kebenaran sebagai ruang
lingkup dan dan obyek pikir manusia sudah sudah lama menjadi penyelidikan penyelidikan manusia. Manusia sepanjang sejarah kebudayaannya menyelidiki secara terus menerus apakah hakikat kebenaran itu.
4
1.2. Rumusan Rumusan Masalah
1) Apa penge pengertia rtian n kebe kebenar naran an?? 2) Bagaim Bagaimana ana teori teori kebe kebenar naran an?? 3) Apa keterk keterkait aitan an antar antaraa fakta fakta denga dengan n kebena kebenaran? ran? 4) Apa kesen kesenjan janga gan n keben kebenara aran n dan dan fakta? fakta? 5) Bagaimana Bagaimana cara menemuka menemukan n kebe kebenaran naran??
1.3. 1.3. Tu Tuju juan an
1) Agar Agar menge mengetah tahui ui kebe kebenar naran. an. 2) Agar Agar memaha memahami mi teori teori kebe kebena naran ran.. 3) Agar Agar menge mengetah tahui ui keterk keterkaita aitan n antara antara fakta fakta denga dengan n kebenar kebenaran. an. 4) Agar mengetah mengetahui ui kesenjang kesenjangan an kebenara kebenaran n dan fakta. fakta. 5) Agar mengeta mengetahui hui dan memaha memahami mi cara menemu menemukan kan kebena kebenaran. ran.
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pengertian Kebenar Kebenaran an
Kebenaran adalah adalah satu nilai utama di dalam dalam kehidupan manusia. Sebagai Sebagai nilai-nilai yang yang menjadi fungsi fungsi rohani manusia. Artinya Artinya sifat sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan ( human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran. kebenaran. Berbicara tentang kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dilepaskan dari makna makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Di samping itu proses untuk mendapatkannya haruslah melalui tahaptahap metode ilmiah. Kriteria ilmiah dari suatu ilmu memang tidak dapat menjelaskan fakta dan realitas yang ada. Apalagi terhadap fakta dan kenyataan yang berada dalam lingkup lingkup agama, agama, metafisika metafisika dan mistik, mistik, ataup ataupun un yang non ilmiah lainnya. lainnya. Maka perlunya pengembangan sikap dan kepribadian yang mampu meletakkan manusia dalam dalam duniany dunianya. a. Dapat Dapat dipahami dipahami karen karenaa apa apa yang yang disebu disebutt ilmu pengetah pengetahuan uan diletakkan dengan ukuran. Pertama, Pertama, pada dimensi fenomenalnya fenomenalnya yaitu bahwa bahwa ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai masyarakat, sebagai proses dan sebagai produk. Kedua, Kedua, pada dimensi dimensi strukturalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan harus terstr terstrukt uktur ur atas atas komp kompone onen-k n-komp ompone onen, n, obyek obyek sasara sasaran n yang yang akan akan diteliti diteliti atau atau dipertanyakan tanpa mengenal titik henti atas dasar motif dan tata cara tertentu, sedang hasil-hasil temuannya diletakkan dalam satu kesatuan sistem. Anggapan yang kurang tepat mengenai apa yang disebut ilmiah telah mengakibatkan pandangan yang salah terhadap kebenaran ilmiah dan fungsinya bagi kehidupan manusia. Ilmiah atau tidak ilmiah kemudian dipergunakan orang untuk menolak atau menerima suatu pemikiran manusia. Maksud dari hidup ini adalah untuk mencari kebenaran. Tentang kebenaran ini, Plato pernah berkata: “Apakah kebenaran itu? lalu pada waktu yang t idak bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley menjawab; “Kebenaran itu adalah kenyataan”, tetapi
6
bukanlah kenyataan ( dos sollen) itu tidak tidak selalu selalu yang yang seharusny seharusnyaa (dos sein) terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidakbenaran (keburukan). Dalam bahasan, makna “kebenaran” dibatasi pada kekhususan makna “kebenaran keilmuan (ilmiah)”. Kebenaran ini mutlak dan tidak sama ataupun selamanya, melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakan pendekatan. pendekatan. Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran merupakan ciri ciri asli dari ilmu itu sendiri. Dengan demikian demikian maka pengabdian ilmu secara netral, netral, tidak bermuara, dapat dapat melunturkan pengertian pengertian kebenaran kebenaran sehingga ilmu terpaksa menjadi steril. Uraian keilmuan tentang masyarakat sudah semestinya harus diperkuat oleh kesadaran terhadap berakarnya kebenaran. Kebenaran dapat dikelompokkan dalam tiga makna: kebenaran moral, kebenaran logis, dan kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi bahasan etika, ia menunjukkan hubungan antara yang kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan. Kebenaran logis menjadi bahasan epistemologi, logika, dan psikologi, yang merupakan hubungan hubungan antara pernyataan pernyataan dengan realitas objektif. objektif. Kebenaran metafisik berkaitan berkaitan dengan yang yang ada sejauh sejauh berhadapan berhadapan dengan akal budi, karena karena yang ada mengungkapkan diri kepada akal budi yang ada merupakan dasar dari kebenaran, kebenaran, dan akal budi yang menyatakannya. menyatakannya. Dalam kehidupan sehari-hari, persoalan atau masalah sering muncul akibat beberapa pihak mempertahankan yang menurut pendapatnya merupakan suatu kebenaran, kebenaran, dan kebenaran yang yang muncul satu satu dengan yang lain lain secara kebetulan kebetulan atau tidak ternyata berbeda. berbeda. Menurut Jaaspers, Jaaspers, sengketa merupakan merupakan situasi batas. Setiap orang potensial menghadapi sengketa karena pendapatnya tidak selalu sama dengan pendapat orang lain adalah suatu kemungkinan yang tidak bisa dilawannya (Fuad Hasan, 1992).
Kebenaran Ilmu
Ilmu pada dasarnya merupakan upaya manusia untuk menjelaskan berbagai fenomena empiris yang yang terjadi di alam alam ini, tujuan dari upaya upaya tersebut tersebut adalah untuk memperoleh suatu pemahaman yang benar atas fenomena tersebut.
7
Terdapat kecenderungan yang kuat sejak berjayanya kembali akal pemikiran manusia adalah keyakinan bahwa ilmu merupakan satu-satunya sumber kebenaran, segala sesuatu penjelasan yang tidak dapat atau tidak mungkin diuji, diteliti, atau diobservasi adalah sesuatu yang tidak benar, dan karena itu tidak perlu perlu dipercay dipercayai. ai. Akan tetapi kenyataan menunjukan bahwa tidak semua masalah dapat dijawab dengan ilmu, banyak sekali hal-hal yang merupakan konsern manusia, sulit, atau bahkan bahkan tidak mungkin mungkin dijelaskan dijelaskan oleh ilmu seperti masalah masalah Tuhan, Hidup sesudah mati, dan hal-hal lain yang bersifat nonempiris. Oleh karena itu apabila apabila manusia manusia hanya mempercay mempercayai ai kebenaran kebenaran ilmiah ilmiah sebagai sebagai satu-satunya satu-satunya kebenaran, kebenaran, maka ia telah mempersempit mempersempit kehidupan kehidupan dengan dengan hanya mengikatkan diri dengan dunia empiris, untuk itu diperlukan pemahaman tentang apa itu kebenaran baik dilihat dari jalurnya (gradasi berfikir) maupun macamnya. Apabila dilihat dari gradasi berfikir berfikir kebenaran kebenaran dapat dikelompokan ke dalam empat gradasi berfikir yaitu : 1. Kebenara Kebenaran n Biasa, Biasa, yaitu yaitu kebenara kebenaran n yang yang dasarny dasarnyaa adalah adalah common sense atau akal sehat. Kebenaran ini biasanya mengacu pada pengalaman individual tidak tertata dan sporadis sehingga cenderung sangat subjektif sesuai dengan variasi pengalaman
yang
dialaminya.
Namun
demikian
seseorang
bisa
menganggapnya sebagai kebenaran apabila telah dirasakan manfaat praktisnya bagi bagi kehidupan kehidupan individu individu atau orang terse tersebut. but. 2. Kebenaran Ilmu, Ilmu, yaitu kebenaran kebenaran yang sifatnya positif karena karena mengacu mengacu pada fakta-fakta empiris, serta memungkinkan semua orang untuk mengujinya dengan metode tertentu dengan hasil yang sama atau paling tidak relatif sama. 3. Kebenara Kebenaran n Filsafat, Filsafat, yaitu yaitu kebenara kebenaran n ini sifatnya sifatnya spekula spekulatif, tif, menging mengingat at sulit atau atau tidak tidak mung mungkin kin dibukt dibuktika ikan n seca secara ra empi empiris, ris, namun namun apabi apabila la meto metode de berfikirnya dipahami maka seseorang akan mengakui kebenarannya. Satu hal yang sulit adalah bagaimana setiap orang dapat mempercayainya, karena cara berfikir dilingkungan filsafatpun sangat bervariasi. 4. Kebenara Kebenaran n Agama, Agama, yaitu kebena kebenaran ran yang yang didasarka didasarkan n kepada kepada informasi informasi yang yang datangnya dari Tuhan melalui utusannya, kebenaran ini sifatnya dogmatis,
8
artinya ketika tidak ada kepahaman atas sesuatu hal yang berkaitan dengan agama, maka orang tersebut tetap harus mempercayainya sebagai suatu kebenaran. Dari uraian uraian di atas bahwa bahwa masalah masalah keben kebenaran aran tidakla tidaklah h sederhana sederhana,, tingkatantingkatantingkatan atau gradasi berfikir akan akan menentukan menentukan kebenaran apa yang yang dimiliki atau diyakininya, diyakininya, demikian juga sifat kebenarannya kebenarannya juga berbeda. Hal ini menunjukan menunjukan bahwa apabila seseorang berbicara berbicara mengenai sesuatu sesuatu hal, dan apakah hal itu benar atau tidak, maka perlu dianalisis tentang tataran berfikirnya, sehingga tidak serta merta menyalahkan atas sesuatu pernyataan, kecuali apabila pembicaraannya memang sudah mengacu pada tataran berfikir tertentu. Dalam konteks konteks Ilmu, Ilmu,
kebenaran pun mendapatkan mendapatkan perhatian yang yang serius,
pembicara pembicaraan an masalah masalah ini berkaitan berkaitan dengan dengan validitas validitas pengetah pengetahuan uan atau ilmu, apakah pengetahuan yang dimiliki seseorang itu benar atau tidak, untuk itu para ahli mengemukakan berbagai teori kebenaran (Theory of Truth), yang dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis teori kebenaran yaitu :
1. Teori korespondensi (The Correspondence theory of truth ). Menurut teori ini kebenaran, atau sesuatu itu dikatakan dikatakan benar benar apabila terdapat terdapat kesesuaian antara suatu pernyataan dengan faktanya (a propo proposit sition ion - or mea meanin ning g - is true true if if ther theree is a fact to which it correspond, if it expresses what is the case) . Menurut
White Patrick “truth Patrick “truth is that which conforms to fact, which agrees with reality, which corresponds to the actual situation. Truth, then can be defined as fidelity
to objective reality”. reality”. Sementara itu
menurut Rogers, keadaan benar
(kebenaran) terletak dalam kesesuaian antara esensi atau arti yang kita berikan denga dengan n esensi esensi yang yang terdap terdapat at di dalam dalam objek objekny nya. a. Contoh Contoh:: jika jika seseo seseoran rang g menyatakan menyatakan bahwa Kuala Kuala lumpur adalah ibukota Malaysia, Malaysia, maka pernyataan pernyataan itu benar benar jika dalam dalam keny kenyataan ataannya nya memang memang ibuko ibukota ta Malay Malayasia asia itu Kuala Kuala lumpur.
2. Teori Konsistensi (The coherence theory of truth ). Menurut teori ini kebenaran adalah keajegan antara suatu pernyataan dengan pernyataan lainnya
9
yang sudah diakui kebenarannya, jadi suatu proposisi itu benar jika sesuai/ajeg atau koheren dengan proposisi lainnya yang benar. Kebenaran jenis ini biasany biasanyaa mengacu mengacu pada pada hukum-hu hukum-hukum kum berfikir berfikir yang yang benar. benar. Misalnya Misalnya semua manusi manusiaa pas pasti ti mati mati,, Roy adalah adalah Manusi Manusia, a, maka maka Roy pasti pasti mati mati,, kes kesimpu impulan lan Roy pasti mati sangat sangat tergantung pada pada kebenaran pernyataan pertama pertama (semua manusia pasti mati).
3. Teori Pragmatis (The Pragmatic theory of truth ). Menurut Menurut teori teori ini kebenaran kebenaran adalah sesuatu yang dapat berlaku, atau dapat memberikan kepuasan, dengan kata lain sesuatu pernyataan atau proposisi dikatakan benar apabila dapat memberi manfaat manfaat praktis bagi bagi kehidupan, sesuatu itu benar benar apabila berguna. berguna. Teori-teori kebenaran tersebut pada dasarnya menunjukan titik berat kriteria yang berbeda, teori korespondensi menggunakan kriteria fakta, oleh karena itu teori ini bisa disebut teori kebenaran empiris, teori koherensi menggunakan dasar fikiran sebagai kriteria, sehingga bisa disebut sebagai kebenaran rasional, sedangkan teori pragmatis menggunakan kegunaan sebagai kriteria, sehingga bisa disebut teori kebenaran praktis.
2.2. Teori Kebenaran Kebenaran
Kebenaran merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh filsafat maupun ilmu pengetahuan. Kebenaran memiliki anggapan dasar (asumsi) bahwa kebenaran itu berlaku atau diakui, karena ia memang menggambarkan menyatakan realitas yang sesungguhnya. Menurut A.M.W. Pranarka (1987), yang perlu kita sadari bahwa konformitas antara obyek dan subyek bukan konformitas yang tuntas paripurna, tetapi parsial dan relatif. Karena jika telah mutlak maka kita sudah tidak bisa mendiskusikan tentang kebenaran lagi. Ada beberapa rumusan tentang kebenaran, diantaranya dikemukakan oleh Michael Williams, yaitu; a) Kebenara Kebenaran n Koherens Koherensii
10
Menurut teori ini, suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Contoh sebagai berikut: Bila kita beranggapan bahwa semua manusia pasti akan mati adalah pernyataan yang selama ini memang benar adanya. Karena si Fullan adalah manusia, maka pernyataan si Fullan pasti akan mati, merupakan pernyataan yang benar pula. Sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan yang pertama.
b) Kebenara Kebenaran n Korespond Korespondensi ensi Teori ini berpedoman bahwa suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkoresponden (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Contoh: Jika seseorang menyatakan bahwa “Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah”, pernyataan itu benar karena pernyataan tersebut berkoresponden dengan obyek yang bersifat faktual, yakni Semarang memang menjadi ibukota Provinsi Jawa Tengah.
c) Keben Kebenara aran n Pragma Pragmatis tis Bagi
para
pragmatisme,
kebenaran
suatu
pernyataan
diukur
dengan
menggunanakan kriteria fungsional. Suatu pernyataan benar, jika pernyataan tersebut memiliki fungsi atau kegunaan dalam kehidupan praktis. Contoh: Jika ada pernyataan bahwa “Teori titik ba dapat mempercepat peningkatan pemahaman pe mahaman peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran matematika”. Pernyataan itu benar, jika secara ilmiah diteliti ternyata terbukti memang mampu meningkatkan kemampuan belajar siswa. Oleh karena itu teori titik ba fungsional dan memiliki kegunaan.
d) Kebenara Kebenaran n Perfor Performatif matif Oleh teori ini suatu pernyataan kebenaran bukanlah kualitas atau sifat sesuatu, tetapi sebuah tindakan/berbicara (performatif).
e) Keben Kebenara aran n Propo Proposis sisii
11
Menurut teori ini, suatu pernyataan disebut benar apabila sesuai dengan pernyataan materiilnya suatu proposisi, bukan pada syarat formal proposisi. proposisi. Contoh: Jika sebuah tabung diisi yang hanya setengah bagian, maka orang bisa mengatakan bahwa isi tabung yang hanya setengah sama dengan isi tabung yang kosong. Pernyataan tersebut secara formal benar, tetapi tidak secara materiil. Karena secara materiil isi tidak sama dengan kosong.
f) Keben Kebenara aran n Sint Sintaks aksis is Penganut aliran ini berpangkal pada ketarturan atau grametika yang dipakai oleh suatu pernyataan atau tata bahasa yang melekatnya, dengan demikian suatu pernyataan memiliki nilai benar apabila pernyataan itu mengikuti aturan-aturan sintaksis yang baku.
Dasar Pembenaran
Dasar pembenaran yang akan kita gunakan mengharuskan seluruh cara kerja ilmiah yang diarahkan untuk mendapatkan derajat kepastian yang semaksimal mungkin dari pengetahuan yang dihasilkan. Hal demikian mengandung pengertian sebagai berikut: Pertama, pemahaman yang akan diuji dalam suatu cara kerja ilmiah haruslah
dapat dibenarkan secara a priori (sebelum teruji melalui metode ilmiah). Kedua, cara pengujian itu sendiri harus memiliki dasar pembenaran yang sudah
teruji, sehingga dapat disebut sebagai metode ilmiah. il miah. Ketiga,
setelah teruji melalui metode ilmiah, pemahaman tadi menjadi
pengetahuan ilmiah atau ilmu, seyogyanya dapat dibenarkan secara a postereori (setelah teruji melalui metode ilmiah). Dalam banyak situasi, pemahaman yang dapat dibenarkan secara a priori yaitu, pemahaman yang akan diuji melalui suatu metode ilmiah, adalah hasil kajian cara berfikir deduktif atau induktif dari berbagai pengetahuan yang telah memiliki kadar kebenaran tertentu, dan karenanya pemahaman itu sendiri sering sudah merupakan merupakan pengetahuan atau pemahaman pemahaman a posteori pada kesempatan lain. Cara-cara bertingkat itu akan berlangsung terus menerus dan dengan demikian
12
paing sedikit akan menjadikan: Pertama, makin tingginya tingkat kepastian suatu kebenaran ilmiah. Kedua, makin berkembang dan bervariasinya ilmu karena potensi besar ke arah itu yang boleh dikatakan dimiliki oleh setiap ilmu.
Beberapa Macam Kebenaran
1)
Kebenaran Re Relatif Relativita Relativitass adalah adalah suatu aliran aliran atau paham paham yang yang mengajark mengajarkan an bahwa bahwa kebenaran itu ada, akan akan tetapi kebenaran itu tidak mempunyai mempunyai sifat mutlak. mutlak. Kebenaran yng bersifat relatif dapat dibedakan ke dalam 3 jenis kebenaran: •
Kebenaran epistemologis adalah kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia.
•
Kebenaran ontologism adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala segala sesuatu yang ada ada atau diadakan.
•
Kebenaran semantic, kebenaran ini adanya melekat dalam tutur kata dan bahasa, yang sering orang menggunakan istilah sintaksis.
2)
Kebenaran Ab Absolut Kebenaran absolut adalah kebenaran yang sifatnya mutlak, yakni memiliki ciri benar dengan sendirinya, karena memang begitu adanya, sehingga tidak membutuhkan pengakuan dari siapa pun dan dari pihak manapun.
3)
Kebenaran Normatif Kebenaran normatif adalah kebenaran yang mendasarkan pada sistem sosial yang berlaku secara adat kebiasaan, atau kesepakatan sosial yang telah lama dianut oleh sekelompok masyarakat masyarakat yang bersangkutan.
4)
Kebenaran Religius Kebenaran religius adalah kebenaran yang mendasarkan kepada keyakinan atas dasar ajaran dan nilai-nilai yang berlaku dalam agama yang dianutnya.
5)
Kebenaran Filosofis Kebenaran filosofis adalah kebenaran yang diperoleh berdasarkan hasil dari perenungan yang mendalam dan refleksi para filosof (ahli filsafat) atau ahli pikir tentang hakikat sesuatu.
6)
Kebenaran Pr Pragmatis
13
Kebenaran pragmatis adalah adalah kebenaran kebenaran yang mendasarkan pada manfaat manfaat atau faedah dari sesuatu terhadap individu maupun kelompok orang. 7)
Kebenaran Spe Spekulatif Kebenaran
spekulatif
adalah
kebenaran
yang
didapat
mendasarkan
perkembangan perkembangan atau perhitungan rasio r asio yang logis. 8)
Kebenaran Es Estetis Kebenaran estetis adalah kebenaran yang berdasarkan pada kriteria sesuatu dipandang indah atau buruk.
9)
Kebenaran Ilmiah Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang telah memenuhu persyaratan sesuatu dapat dikategorikan ilmiah.
10) 10)
Kebe Kebena nara ran n Kons Konstit titus usio iona nall Kebenaran konstitusional adalah kebenaran sesuatu berdasarkan kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
11) 11)
Kebe Kebena nara ran n Ideo Ideolo log gis Kebenaran ideologis hampir mirip dengan kebenaran religius, bedanya kebenaran ideologis mendasarkan mendasarkan pada firman Tuhan yang yang tertuang dalam kitab suci.
12)
Keb Kebenara naran n Logis ogis Kebenaran logis adalah kebenaran yang didapat berdasarkan lurusnya berfikir, biasanya dalam bentuk definisi atau pengertian-pengertian.
Ukuran Kebenaran
Bila dalam filsafat bersifat logis tidak empiris atau atau logis dan logis saja, maka ukuran kebenarannya adalah logis tidaknya pengetahuan itu. Bila logis maka dipandang benar, dan bila tidak logis maka salah. Sementara itu dalam ilmu bersifat logis empiris. Ukuran kebenaran dalam ilmu pengetahuan, filsafat, dan mistis juga memiliki kriteria yang berbeda. Kebenaran teori filsafat ditentukan oleh logis tidaknya teori itu akan terlihat pada argumen yang menghasilkan simpulan atau teori tersebut.
14
Oleh karena itu pada kebenaran filsafat tidak diperlukan menuntut bukti empiris, karena kebenaran kebenaran filsafat cukup logis san logis saja. Berbeda pula dengan ukuran kebenaran penegtahuan mistis. Pengetahuan mistis memiliki berbagai ukuran. Pertama, jika pengetahuan pengetahuan tersebut t ersebut dari Tuhan, maka ukurannya teks Tuhan yang ada dalam kitab suci. Bila teksnya menyebutkan demikian, yaitulah ukuran kebenatannya. Kedua, adakalanya ukuran kebenaran mendasarkan
kepada
kepercayaan.
Sesuatu
dianggap
benar
karena
kita
mempercayainya bahwa itu benar. Misal, kita percaya bahwa jin (tuyul) dapat disuruh mencari atau mencuri uang, maka kepercayaan kitalah ukuran kebenarannya. Ketiga, kadang ukuran kebenaran mistis juga menuntut bukti empiris, maka dalam hal ini bukti empiris itulah kebenarannya. Misal, mulut seseorang yang tidak merasa sakit atau tidak luka ketika kedua pipinya ditembus kawat, atau justru pipinya tidak tembus ditusuk jarum yang runcing. Meskipun yang bersangkutan bersangkutan pun tidak dapat menjelaskan menjelaskan secara secara rasional hubungan sebab sebab akibat yang ada dalam peristiwa itu. Oleh karena itu pada segi-segi tertentu cukup merepotkan memahami atau menjelaskan pengetahuan mistis bila teori itu tidak punya bukti empirik atau secara rasional tidak terbukti dan bukti empirik tidak ada.
Sifat-sifat Kebenaran
Kebenaran berbeda dalam lingkup rasional antara subyek dan obyek. Oleh karena itu menurut A.M.W. Pranarka (1978) perlu kita pahami sifat kebenaran dari aspek subyek dan obyeknya. Kebenaran ditinjau dari aspek obyeknya, akan berarti kebenaran epistemologikal yang tidak tuntas. Hal ini mengingatkan bahwa obyek itu sendiri adalah suatu totalitas yang kompleks, banyak aspek dan seginya. Kebenaran dalam arti formal adalah apabila pengetahuan benar tersebut telah memenuhi hakikat ataupun pengertian dasar dari kebenaran epistemolokal, yakni secara defacto ada conformitas antara terminus a quo dan terminus ad quem didalam pengetahuan. Jika konformitas itu ada, maka secara formal pengetahuan tersebut telah memenuhi hakikat kebenaran, terlepas dari subyeknya ataupun totalitas obyeknya. Istilah yang lazim disebut veritas formaliter spectata.
15
Kebenaran ini sifatnya mutlak, tidak berubah-ubah, tidak dapat ditambah-tambah maupun dikurangi. Berlaku dimana dan kapan saja secara formal ia adalah b enar. Menurut Gordon (1980), dalam masyarakat modern, politik cukup berpengaruh terhadap kebenaran atau pembenaran dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Kebenaran difokuskan pada wacana wacana ilmiah serta institusi-institusi yang menghasilkannya. 2. Kebenaran tunduk kepada kepada pengarahan pengarahan pihak-pihak yang yang berperan berperan dalam ekonomi dan politik. 3. Kebenaran berkembang melalui melalui institusi pendidikan dan informasi informasi yang terdapat dalam masyarakat. 4. Kebenaran dihasilkan serta disebarluaskan dibawah kontrol atau dominasi dominasi segelintir aparat politik dan ekonomi. 5. Kebenaran menjadi isu semua semua kebenaran kebenaran politik dan dan pertentangan pertentangan atau perdebatan ideology dan social.
Relativitas Kebenaran
Relativitas adalah suatu aliran atau paham yang mengajarkan bahwa kebenaran iti tidak mmpunyai sifat mutlak. Tentu ini berbeda dengan aliran skeptisme yang mengajarkan bahwa kebenaran itu tidak pernah ada. Oleh karena itu, orang-orang yang menyatakan bahwa kebenaran bersifat tetap dan tidak dapat berubah serta mengaku-ngaku telah memiliki kuncinya, pada hakikatnya mereka termasuk orang-orang yang telah dibohongi oleh banyak kebenaran dan dibenturkan dengan multi realitas. Karena kebenaran hanya merupakan pedoman prinsip, sistem aksioma, kerangka acuan untuk melihat sesuatu dan dasar pemikiran untuk meneliti.
Jenis Kebenaran
Kebenaran yang bersifat relatif dapat dibedakan ke dalam 3 jenis sebagai berikut: 1. Kebenaran Epistemologis adalah kebenaran kebenaran yang yang berhubungan berhubungan dengan dengan pengetahuan manusia.
16
2. Kebenaran Ontologis adalah adalah kebenaran sebagai sifat sifat dasar yang yang melekat pada pada hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan. 3. Kebenaran Sementis, kebenaran kebenaran ini adanya adanya melekat melekat dalam tutur tutur kata dan bahasa, yang sering orang menggunakan istilah sintaksis.
Julianne Ford (Lincoln & Guba, 1985) mengemukakan empat jenis kebenaran yang berbeda, berbeda, yakni: yakni: 1. Kebenaran empiris adalah kebenaran yang yang sudah biasa digunakan digunakan oleh para ilmuwan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis untuk menerima atau menolak sesuatu sebagai kebenaran. 2. Kebenaran logis merupakan merupakan pernyataan pernyataan hipotesis yang yang secara secara logis atau matematis sejalan dengan pernyataan lain yang telah diketahui sebagai sesuatu kebenaran. 3. Kebenaran etis menyatakan menyatakan kebenaran kebenaran adalah benar jika yang yang menyatakan menyatakan berbuat sesuai dengan ukuran (standart) pelaksanaan yang bersifat moral atau professional. 4. Kebenaran metafisis (kepercayaan (kepercayaan dasar) dasar) merupakan kepercayaan kepercayaan yang harus harus diterima sebagaimana adanya. Kebenaran ini tidak dapat dibuktikan dengan ketidakbenaran karena kebenaran ini menghadirkan batas akhir yang berbeda dengan segala yang teruji.
2.3. Keterkaitan Keterkaitan Antara Fakta Fakta dengan Kebenaran Kebenaran
Kebenaran adalah sesuatu yang ada secara objektif, logis, dan merupakan sesuatu yang empiris. Sedangkan fakta merupakan kenyataan yang terjadi yang dapat diterima secara logis logis dan dapat dapat diamati secara secara nyata dengan panca panca indra manusia. Kasus Kasus jatuhnya jatuhnya pesawa pesawatt Mandala Mandala di Medan Medan beberapa beberapa tahun tahun yang yang lalu merupakan contoh contoh suatu fakta yang yang terjadi di lapangan. lapangan. Kenyataan berupa berupa kasus jatuhnya pesawat tersebut merupakan sesuatu kasus yang benar adanya. Dengan kebenaran atas terjadinya kecelakaan pesawat merupakan suatu fakta yang tidak bisa dibantah lagi atas kebenarannya, baik secara logika maupun secara empiris.
17
Contoh lain shalat dapat mencegah manusia kepada kemungkaran merupakan suatu kebenaran kebenaran wahyu yang tidak dapat dibantah lagi, baik secara logika maupun maupun secara empiris, karena dalam kenyataanya apabila orang shalatnya baik dan benar maka perilakunya menjadi bagus di masyarakat. Dari uraian dan kedua contoh diatas, menunjukan bahwa antara kebenaran dan fakta merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan kata lain, antara fakta dan kebenaran, dan antara kebenaran dengan fakta merupakan dua hal yang berkaitan sangat erat.
Hubungan Hubungan Antara Metode dengan Kebenaran Kebenaran
Kebenaran Kebenaran ilmiah ilmiah muncul muncul dari hasil hasil penelitian penelitian ilmiah, ilmiah, artinya artinya suatu kebenaran tidak mungkin muncul tanpa adanya tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Secara metafisis kebenaran ilmu bertumpu pada objek ilmu, melalui penelitian dengan dukungan metode serta sarana penelitian maka diperoleh suatu pengetahuan. Semua objek ilmu benar dalam dirinya sendiri, karena tidak ada kontradiksi di dalamnya. Kebenaran dan kesalahan kesalahan timbul tergantung pada kemampuan menteorikan fakta. Bangunan suatu suatu pengetahuan pengetahuan secara secara epistemologis bertumpu bertumpu pada suatu suatu asumsi metafisis tertentu, dari asumsi metafisis ini kemudian menuntut suatu cara atau metode yang sesuai untuk mengetahui objek. Dengan kata lain metode yang dikembangkan dikembangkan merupakan konsekuensi konsekuensi logis dari watak watak objek. Oleh Oleh karena itu pemaksaa pemaksaan n standar standar tunggal tunggal pengetah pengetahuan uan dengan dengan paradig paradigma ma (metode, (metode, dan kebenaran) tertentu merupakan kesalahan, apapun alasannya, apakah itu demi kepastian maupun objektivitas suatu pengetahuan. Secara epistemologis kebenaran adalah kesesuaian antara apa yang diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya sebenarnya yang menjadi objek pengetahuan. Kebenaran terletak pada kesesuaian antara subjek dan objek, yaitu apa yang diketahui subjek dan realitas sebagaimana adanya. Setiap tradisi epistemologi beranggapan bahwa kebenaran suatu pengetahuan dapat diperoleh berkat metode yang dipergunakannya, adapun metode-meode tersebut adalah sebagai berikut:
18
1) Empi Empiri rism smee Empirisme sangat menghargai pengamatan empiris dan cara kerja Empirisme bertitik tolak dari adanya kualitas antara pengenal dan apa yang dikenal. Mereka menginginkan agar apa yang terdapat dalam pengetahuan pengenal bersesuaian bersesuaian dengan dengan kenyataan kenyataan yang ada di luarnya. Mereka memberi memberi peran yang besar pada objek yang mau dikenal, sedang pengenal bersifat pasif. Teori Kebenaran Korespondensi adalah sarana bagi mereka untuk menguji hasil pengetahuan, pengetahuan, menurut teori ini suatu pernyataan dikatakan benar apabila sesuai dengan fakta empiri yang menjadi objeknya. Menurut Abbas, teori kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal, sehingga dapat digolongkan ke dalam teori kebenaran tradisional karena Aristoteles sejak awal (sebelum abad Modern) mensyaratkan kebenaran pengetahuan harus sesuai dengan kenyataan yang diketahuinya. Kelemahan teori kebenaran korespondensi ialah munculnya kekhilafan karena kurang cermatnya penginderaan, atau indera tidak normal lagi. Disamping itu teori kebenaran korespondensi tidak berlaku pada objek atau bidang nonempiris atau objek yang tidak dapat diinderai. Kebenaran dalam ilmu adalah kebenaran yang sifatnya objektif, ia harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan dalam pembentukan objektivanya. Kebenaran yang benar-benar lepas dari kenyataan subjek.
2) Rasion Rasionali alisme sme Spinoza dan Hegel menekankan pada pengenal dibanding dengan apa yang dikenal sebagai suatu kenyataan, mereka adalah tokoh yang menekankan dibangunnya pengetahuan yang bersifat a priori sebagaimana ilmu falak dan mekanika. Ilmu Ilmu falak dan dan mekanika mekanika tidak bisa bisa memakai kenyataan objektif untuk mendukung pernyataan-pernyataan teoritisnya, karena menurutnya ilmu cukup bertumpu pada kerangka teoritis yang bersifat a priori. Mereka menggunakan
Teori
Kebenaran
Koherensi
dalam
menguji
produk
pengetahuannya. Teori Kebenaran Koherensi berpandangan bahwa suatu pernyataan dikatakan benar bila terdapat kesesuaian antara pernyatan satu
19
dengan pernyataan terdahulu atau lainnya dalam suatu sistem pengetahuan yang dianggap benar. Sebab sesuatu adalah anggota dari suatu sistem yang unsur-unsurnya berhubungan secara logis. Teori kebenaran koherensi tergolong dalam teori kebenaran yang tradisional. Selain melalui hubungan gagasan-gagasan secara logis sistemik, ada beberapa cara pembuktian pembuktian dalam berpikir berpikir rasional, yaitu yaitu melalui hukum-hukum logika dan perhitungan matematis. Kebenaran koherensi mempunyai kelemahan mendasar, yaitu terjebak pada penekanan validitas, teorinya dijaga agar selalu ada koherensi internal. Suatu pernyataan dapat benar dalam dirinya sendiri, namun ada kemungkinan salah jika dihubungkan dengan pernyataan lain di luar sistemnya. Hal ini bisa mengarah pada relativisme relativisme pengetahuan. pengetahuan. Misal pada zaman pertengahan pertengahan ilmu bertumpu bertumpu pada mitos dan cerita rakyat, kebenaran argumen tidak pernah bertumpu pada pengalaman pengalaman dunia luar.
3) Induk Induktiv tivism ismee Induktivisme berpendapat bahwa pengetahuan ilmiah bertolak dari observasi, dan observasi memberikan dasar yang kokoh untuk membangun pengetahuan ilmiah di atasnya, sedangkan sedangkan pengetahuan ilmiah disimpulkan dari keteranganketerangan observasi yang diperoleh melalui induksi. Hal itu berarti bahwa pengetahuan ilmiah bukanlah pengetahuan yang telah dibuktikan, melainkan pengetahuan yang probabel benar. Makin besar jumlah observasi yang membentuk dasar suatu induksi, dan makin besar variasi kondisi di mana observasi dilakukan, maka makin besarlah pula probabilitas hasil generalisasi itu benar. Namun kebenaran ilmu akan akan mundur mundur menuju ke arah probabilitas. Kebenaran yang bertumpu pada pola induksi adalah selalu dalam kemungkinan, dengan kata lain produk ilmu bersifat tentatif, ia benar sejauh belum ada data yang menunjukkan pengingkaran terhadap teori.
2.4. Kesenjangan Kesenjangan Antara Antara Kebenaran dan Fakta Fakta
20
Di zaman dahulu, nilai-nilai kebenaran sangat dijunjung tinggi oleh para orang tua, pendidik, pendidik, ulama dan anggota anggota masyarakat masyarakat dalam menjalankan menjalankan kehidupan bermasyarakat, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. bernegara. Prinsip satu kata dengan perbuatan perbuatan atau perilaku masih terwujud dalam fakta yang dapat diamati. Sebagai contoh, keluarga kaum ulama pada zaman zaman dahulu masih masih konsisten konsisten dalam menjalankan menjalankan ajaran agama Islam tentang etika bergaul antara pria dan wanita, etika tata cara berpakaian menurut Islam bagi kaum pria dan wanita, serta etika-etika lainnya yang semuanya telah diatur dalam Alquran dan Alhadist. Ajaran-ajaran dalam Islam tersebut merupakan suatu kebaikan dan kebenaran yang sifatnya mutlak. Karena itu, tata cara bergaul antara pria dan wanita serta tata cara berpakaian antara pria dan wanita Islam di zaman praglobalisasi penuh dengan nilai-nilai serta serta etika tentang tentang sopan sopan santun. santun. Fenomen Fenomenaa ini terwujud terwujud dalam dalam fakta di masyarakat masyarakat yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, di era globalisasi nilai-nilai kebenaran khususnya kebenaran etika bergaul dan berpakaian antara pria dan wanita menurut Islam sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian anggota masyarakat remaja yang terwujud dalam fakta. Sebagai Sebagai contoh ajaran islam (larangan mendekati zina) sebagai suatu suatu ajaran yang mengandung nilai kebenaran mutlak, kini telah ditinggalkan oleh sebagian remaja yang berpola pikir kebarat-baratan. Islam juga mengajarkan nilai sopan santun yang mengandung nilai kebenaran tentang keharusan kaum wanita untuk menutup aurat, namun dalam faktanya, sebagian remaja kita telah menganggap ajaran itu tidak benar atau atau kuno, sehingga mereka mereka berpakaian sangat sangat seksi. Karena itu dapat disimpulkan bahwa nilai kebenaran agama mengalami krisis dan kesenjangan dengan kenyataan atau fakta yang diamati dalam kehidupan seharihari di masyarakat.
2.5. Cara Menemukan Menemukan Kebenar Kebenaran an
Seperti Seperti halnya bagaiman bagaimanaa cara mendapa mendapatkan tkan ilmu pengetah pengetahuan, uan, maka cara-cara memperoleh kebenaran pun memiliki kesamaan, disamping tentu ada perbedaannya. perbedaannya. Adapun beberapa cara menemukan menemukan kebenaran antara lain:
21
1) Secara Secara Kebetulan Kebetulan Disebut secara secara kebetulan karena memang memang menemukannya menemukannya tidak sengaja atau direncanakan, tetapi memiliki kegunaan bagi manusia. Seperti halnya ditemukannya ditemukannya kina sebagai obat malaria. 2) Secara Secara Coba-coba Coba-coba (Trial (Trial and Error) Error) Aktifitas mencari kebenaran dilakukan secara spekulasi, tidak dapat dipastikan dapat tidaknya. tidaknya. Biasanya memerlukan memerlukan waktu yang lama, tetapi tidak menutup menutup kemungkinan kemungkinan justru lebih cepat dibanding cara lain. l ain. 3) Melalui Melalui Otoritas Otoritas atau Kewibawa Kewibawaan an Meski tidak berdasarkan pembuktian secara ilmiah, tetapi seringkali pendapat orang-orang yang memiliki kewibawannya karena kedudukannya, diterima sebagai kebenaran. 4) Penemuan Penemuan Kebenara Kebenaran n Secara Secara Spekulatif Spekulatif Cara ini memiliki persamaan dengan dengan coba-coba, perbedaannya adalah memiliki sejumlah alternatif. Maka alternatif yang dipilih adalah yang memiliki tingkat keberhasilan keberhasilan yang paling memungkinkan. memungkinkan. 5) Melalui Melalui Berfikir Berfikir Kritis dan dan Rasional Rasional Dengan kemampuan berfikirnya yang kritis, dan tingkat rasionalitasnya yang terlatih, serta pemahamannya atas berbagai pengalaman yang dimiliki, seseorang dapat menemukan menemukan kebenaran kebenaran tanpa harus harus mengadakan penelitian secara ilmiah. 6) Melalui Melalui Penelit Penelitian ian Ilmiah Ilmiah Kebenaran yang diperoleh melalui penelitian ilmiah biasanya memiliki akuratisasi atau obyektifitas yang memadai, karena dilakukan dengan prosedur atau langkah-langkah langkah-langkah yang yang standart, standart, dan dengan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Cara Menemukan Kebenaran Menurut Ilmu, Filsafat, dan Agama
Menurut perspektif sains atau ilmu pengetahuan, kebenaran dapat diperoleh melalui ilmu penyelidikan dengan menggunakan metode ilmiah, logis untuk mencari bukti empiris dalam upaya untuk menguji hipotesis menjadi tesis atau
22
tidak dan untuk menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan. Dengan kata lain, kebenaran menurut ilmu pengetahuan dapat di cari dan ditemukan melalui cara-cara yang ilmiah dengan prosedur yang sistematis dan ilmiah dalam melakuka melakukan n penyelidika penyelidikan n empiris empiris untuk menarik menarik kesimpula kesimpulan n sebagai sebagai suatu suatu kebenaran. Jadi kebenaran ilmiah dapat dicari dan ditemukan dengan data yang logis dan empiris. Kebenaran yang diperoleh melalui data ilmiah yang penuh dengan logika dan bukti-bukti empiris untuk menemukan suatu kesimpulan sebuah kebenaran merupakan kebenaran yang ilmiah. Kebenaran ilmiah dapat dapat menjadi menjadi sebuah sebuah teori ilmiah yang membangun ilmu penetahuan. penetahuan. Salah satu contoh tentang cara mencari kebenaran menurut perspektif ilmu pengetahuan ialah dengan melakukan penyelidikan untuk mencari dan menemukan data empiris dengan menggunakan metode dan prosedur yang ilmiah. Sebagai contoh sederhana adalah, apakah benar pemberian pupuk dapat menyuburkan pertumbuhan tanaman, maka dilakukan eksperimen dengan membentuk dua kelompok objek penelitian yaitu sekelompok tanaman diberikan pupuk secukupnya dalam jangka waktu tertentu dengan metode ilmiah, sedangkan kelompok lain tidak diberikan pupuk, maka dapat dilihat hasil yang diperolehnya. diperolehnya. Dari hasil eksperimen yang dilakukan diatas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa; “ada pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan tanaman”, merupakan sebuah kebenaran ilmiah yang diperoleh dengan bukti empiris melalui hasil penyelidikan berupa eksperimen dilapangan. Survei tentang jumlah penduduk disuatu negara dan jenis-jenis pekerjaan yang dijalani juga merupakan cara mencari kebenaran tentang data kependudukan. Kesimpulan hasil survei tersebut adalah juga merupakan sebuah kebenaran ilmiah. Menurut perspektif agama, suatu kebenaran dapat dicari dan ditemukan, serta diterima melalui proses ilmiah sebagai basis yang utama. Namun demikian, proses aqliah atau pikiran (logika) juga dapat digunakan sebagai alat penunjang proses imaniah untuk memperkuat kebenaran wahyu sebagai proses imaniah. Contoh
kebenaran wahyu atau agama yang hanya dapat dapat diterima melalui proses imaniah ialah peristiwa isra mi’raj nabi besar Muhammad Saw ke sitratul muntaha.
23
Peristiwa ini tidak dapat diterima melalui proses logika, namun ini sebuah fakta dan kebenaran yang hanya dapat diterima melalui proses imaniah. Menurut Menurut perspektif perspektif filsafat, filsafat, suatu kebenar kebenaran an dapat dicari, dicari, ditemukan, ditemukan, dan diterima melalui proses logika. Dengan kata lain, filsafat ialah kebenaran yang dihasikan melalui berpikir radikal. Bukti empiris tidak diperlukan dalam mencari, menemukan, dan menerima suatu kebenaran melainkan proses pikir dan hasil pikir yang logis merupakan ukuran dalam mencari, menemukan, dan menerima suatu kebenaran. Karena itu, hakikat kenyataan secara total (ontologi), hakikat mengetahui kenyataan (epistemologi), dan hakikat menilai kenyataan (aksiologi) yang berhubungan berhubungan dengan etika dan estetika menjadi objek dari filsafat.
Sifat Kebenaran Menurut Pespektif Ilmu, Agama, dan Filsafat
Kebenara Kebenaran n yang yang ditemukan ditemukan berdasark berdasarkan an perspektif perspektif agama agama adalah kebenara kebenaran n yang bersifat mutlak dan tidak perlu disangsikan kebenarannya karena merupakan kebenaran wahyu yang diterima melalui proses imaniah dan logika sebagai proses pikir penun penunjang jang.. Kebenara Kebenaran n yang ditemukan ditemukan berda berdasark sarkan an perspekt perspektif if sains atau ilmu adalah adalah kebenar kebenaran an yang bersifa bersifatt relatif dan dan masih perlu perlu disangs disangsikan ikan kebenarannya, melalui penelitian ilmiah hanya sekitar 95% sampai 99% atau sifatnya tidak mutlak. Sedangkan kebenaran yang ditemukan berdasarkan perspektif filsafat juga merupakan kebenaran yang tidak bersifat mutlak dan masih perlu disangsikan kebenarannya melalui proses logika yang lebih radikal.
24
BAB III PENUTUP
3.1. 3.1. Ke Kesi sim mpu pula lan n
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan manusia. Sebagai nilai-nilai yang yang menjadi menjadi fungsi fungsi rohani rohani manusia. manusia. Kebenaran merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh filsafat maupun m aupun ilmu pengetahuan. Kebenaran memiliki anggapan dasar (asumsi) bahwa kebenaran itu berlaku atau diakui, karena ia memang menggambarkan menyatakan realitas yang sesungguhnya. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan ( human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran. Berbicara tentang kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaska dilepaskan n dari makna dan dan fungsi ilmu itu sendiri sendiri sejauh sejauh mana dapat dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Di samping itu proses untuk mendapatkannya mendapatkannya haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah.
3.2. 3.2. Saran Saran
Dengan memahami tentang kebenaran ilmiah dapat menjadi manusia yang selalu selalu berusaha berusaha menemukan menemukan kebenaran kebenaran,, melalui melalui beberapa beberapa cara yang yang ditempuh ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris.
25
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Maufur. 2012. Filsafat Ilmu . Bandung: CV Bintang WarliArtika.
Dr. Maufur. 2008. Filsafat Ilmu . Bandung: CV Bintang WarliArtika.
Susanto, Susanto, A. 2011. 2011. Filsafat Ilmu . Jakarta: Jakarta: Bumi Bumi aksara. aksara.
Katsoff, Katsoff, Louis Louis O. 1987. 1987. Pengantar Filsafat. Yogyakarta Yogyakarta:: Medio Agustus. Agustus.
Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu . Jakarta: Jakarta: Rineka Rineka cipta. cipta.
http://makalahmeza.blogspot.co http://makalahmeza .blogspot.co.id/2012/04/makala .id/2012/04/makalah-filsafat-ilmu-tentangh-filsafat-ilmu-tentangteori.html. Diunduh Diunduh pada pada tanggal tanggal 23 Novembe Novemberr 2015. Pukul Pukul 09.23 09.23 WIB.
26