Kebangkitan Dunia Baru Islam
Benih pembaharuan dalam dunia islam sesungguhnya telah muncul di sekitar abad XIII Masehi, suatu masa yang yang pada saat itu dunia islam tengah mengalami kemunduran dala berbagai bidang dengan sangat drastisnya. Pada saat itu lahirlah di kota Harran Siria seorang bayi yang diberi nama Taqiyuddin ibnu Taimiyah (1263-1328). Kelak setelah ibnu Timiyah ini berkembang menjadi seorang yang alim dan d an sangat peduli terhadap nasib umat islam, tokoh ini didukung sepenuhnya oleh murid beliau yang bernama Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Kedua tokoh ini dikenal sebagai tokoh yang pertama kali berusaha memurnikan ajaran islam dan ingin mengembalikan pemahaman keagamaan umat islam kepada pemahaman dan pengalaman Rasulullah SAW dan generasi salaf. Karena kedua ulama inj bertekad akan mengikuti cara pemahaman ulama salaf, maka gerakan yang mereka yang mereka pimpin disebut gerakan salafiyah. Ciri-ciri khas aliran as-salaf yang dikembangkan kedua tokoh diatas, yang kemudian juga akan menjadi ciri khas dari seluruh Gerakan Pembaharuan dalam Islam di seluruh dunia islam adalah: a. Memberi ruang dan peluang ijtihad di dalam berbagai kajian keagamaan. b. Tidak terikat secara mutlak dengan pendapat ulama-ulama terdahulu. c. Memerangi orang-orang yang menyimpang dari aqidah kaum salaf, seperti kemusyrikan, khufarat, bid'ah, taqlid, dan tuwasul. Juga terhadap orang-orang yang mengaku sebagai orang sufi dan filosuf yang terang-terangan sudah menyalahi dan menyimpang dari prinsip-prinsip aqidah islamiyah. d. Kembali kepada al-Qur'an dan as-Sunnah sebagai sumber utamaajaran islam. Taqiyuddin Ibnu Taimiyah
1. Kelahiran dan pendidikannya. Taqiyuddin ibnu taimiyah lahir pada tanggal 10 rabiul awal 661 hijriyah, bertepatan dengan tanggal 22 januari 1263 miladiyah di kota Al-Harran, Siria. Ibnu taimiyah pertama kali
belajar ilmu agama kepaa ayahnya sendiri yaitu Syihabuddin yang terkenal alim dalam ilmu hadis dan khatib terkenal di masjid damaskus,Siria. Kemudian dilanjutkan belajar kepada beberapa ulama terkenal. Ibnu taimiyah digambarkan sebagai pemikir yang paling cemerlang dan konsisten, ahli dalam bidang ilmu hadis, ilmi bahasa, ilmu tafsir, ilmu kalam serta ahli juga dalam bidanh filsafat. Dan terlebih lagi dalam bidang hukum islam ia menempati kedudukan paling puncak yang oleh karena itu ia telah menyandang gelar Imam Mujtahid Mutlak. Kecemerlangan pikiran ibnu taimiyah tercermin dalam beberapa ratus karya tulisnya, termasuk beberapa hal yang sangat menonjol seperti kitab "minhajus sunnah an-nabawiyah fi naqdil kalam asy-syi'ah wal qadirah" (jalan sunnah nabi dalam menyangkal keyakinan kaum syi'ah dan qadariyah). Kitab keduanya yang berjudul "as-siasah as-syari'ah" (sistem politik syari'ah) merupakan karya yang sangat eksklusif mengenai pemikiran politik yang lebih rinci yang didalamnya memuat juga fungsi-fungsi dari organisasi negara. Sedangkan karya yang ketiga adalah kitab "al-hisbah fil islam" yang didalamnya menguraikan penggunaan prinsip menyerukan kebajikan mencegah kejahatan, terutama sekali dalam hubungannya dengan administrasi negara. Karya-karyanya yang lain diantaranya al-fatawa, at-tawashul wal washilah, majmu'atur rasail kubra, al-qiyas fi syari'il islamy, al-iqtidaus shiratil mustaqim, dll. Sikap dan pendirian ibnu taimiyah yang sangat gigih berprinsip pada ajara tauhid yang bersih dan murni, jauh dari berbagai ragam syirik, khurafat, dan bid'ah dan disampaikan secara terus terang dan lugas kepada siapapun. 2. Pokok-pokok ajaran ibnu taimiyah. Ibnu taimiyah yang dikenal sebagai tokoh yang berhak menyandang gelar sebagai 'mujtahid' dalam berbagai tulisan ataupun dalam kuliah-kuliahnya dengan lantang menyeru dan mengajak umat islam diseluruh dunia islam untuk kembali berpegang teguh kepada ajaran Al-qur'anul karim dan as-Sunnah as-Syarif dengan murni dan penuh tanggung jawab sdalam menata seluruh aspek kehidupannya, baik unuj orang seorang, berkeluarga, bermasyarakat maupun dalam kehidupan bernegara.
Ibnu taimiyah dalah tokoh mujadid, reformer atau pembaharu dalam islam yang pertama-tama di dunia islam yang dengan penuh semangat menyatakan bahwa pintu ijtihad tetap terbuka. Ijtihad dalam ajaran agama islam memegang peranan yang sangat besar, karena hanya dengan prinsip inilah islam akan selalu menjadi dinamis, hidup, dan maju serta tidak akan pernah ketinggalan zaman. Dengan ijtihad islam akan dapat menjawab berbagai tantangan dan problematika masyarakat yang secara terus-menerus muncul sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan zaman.
Muhammad bin Abdul Wahab
1. Riwayat hidup dan gerakannya Muhammad bin Abdul Wahab dilahirkan di Uyainah yaitu sebuah dusun di Najed, bagian timur dari negri Saudi Arabia. Ia dibesarkan dalam lingkungan kehidupan beragama yang ketat dibawah pengaruh mazhab hambali, yaitu suatu mahzab yang memperka=enalkan dirinya sebagai aliran salafiyah. Mula-mula ia belajar agama di lingkungan keluarganya sendiri, kemudian dilanjutkan belajar kepada beberapa ulama si kota madinah. Selanjutnya ia berkelana untuk menimba ilmu ke berbagai kota, dari basrah, Baghdad, Kurdistan, hamazan, Isfahan, qumm, dan kairo. Setelah sekianpuluh tahun berkelana ke berbagai kota, akhirnya pulang kembali ke daerah asalnya dengan satu tekad bulat yaitu mengabdikan diri sepenuhnya untuk mengajarkan agama islam sebagaimana yang dipahaminya. Gerakan Muhammad bin Abdul Wahab dalam menyampaikan ajaran islam dilakukan dengan cara yang lugas, keras, dan tidak mengenal kompromi sama sekali, terlebih lagi kalau sudah menyangkut tauhid serta berbagai penyakit iman seperti syirik, kufarat, bid’ah dan tawashul. Sikapnya yang seperti ini akhirnya banyak menimbulkan rasa tidak senang dari pihak-pihak tertentu, khususnya para penguasa setempat, hingga pada puncaknya ia dengan keluarganya diusir dari negaranya sendiri.
Gerakan yang di pelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab ini oleh pendirinya sendiri dinamakan gerakan Muwahidin yaitu suatu gerakan yang bertujuan untuk mensucikan dan mengesakan Allah dengan semurni-murninya yang mudah dan gampang dipahami dan diamalkan persis seperti islam pada masa permulaan sejarahnya. 2. Pokok-pokok ajarannya Gerakan Wahabi adalah suatu gerakan pemurnian islam yang pertama kali berdiri dalam rangka menyambut seruan dan ajakan imam Taqiyyuddin Ibnu Taimiyah. Seruan kembali pada al-quran dan assunah secara murni dan konsekuen, membuang segala bentuk kemusyrikan, khufarat, berbagai macam bid’ah dan taqlid, serta menumbuhkkan sikap berani berijtihad sebagaimana yang diajarkan oleh imam Taqiyyuddin Ibnu Taimiyah merupakan prinsip yang dipegang teguh dan diperjuangkan dengan segala daya dan kemampuan oleh gerakan wahabi. Satu hal yang tidak kalah pentingnya yang dijadikan tema pokok pembahasan dan perjuangannya adalah hal ikhwal yang bersangkut paut dengan masalah tauhid. Hal-hal yang berkisar diseputar masalah memurnikan tauhid inilah yang sangat ditekankan, antara lain : 1. Penyembahan kepada selain Tuhan adalah salah, dan siapa yang berbuat demikian ia dibunuh. 2. Orang yang mencari ampunan Tuhan dengan mengunjungi kuburan orang-orang soleh, termasuk golongan musyrikin. 3. Termasuk perbuatan musyrik memberikan pengantar dalam solat terhadap nama nabi-nabi atau wali atau malaikat (seperti sayyidina Muhammad). 4. Termasuk kufur memberikan suatu ilmu yang tidak didasarkan atas al-quran dan sunah, atau ilmu yang bersumber kepada akal pikiran semata-mata. 5.Termasuk kufur dan ilhad juga mengingkari qodar dalam semua perbuatan dan penafsiran alquran dengan jalan ta’wil. 6.Dilarang memakai buah tasbih dalam mengucapkan nama Tuhan dan doa-doa (wirid) cukup menghitung dengan gerakan jari. 7. Sumber syariat islam dalam soal halal dan haram hanya quran semata-mata dan sumber lain sesudahnya ialah sunnah rosul.
8. Pintu ijtihad tetap terbuka dan siapapun suka boleh melakukan ijtihad asal sudah memenuhi syarat-syaratnya.
GERAKAN SALAFIYAH
Gerakan ini lahir di mesir pada sekitar abad XIX, dan dipelopori oleh tiga pendekar pemikir dalam islam yang namanya sangat harum ditengah masyarakat dunia islam sampai saat ini. Ketiga tokoh tersebit adalah : a. Jamaluddin Al-Afghani (1838 – 1897 M) b. Syekh Muhammad Abduh (1849-1905) c. Rasyid Ridla (1856-1935)
Teori Perjuangan Gerakan Salafiyah
Dalam memancangkan tujuan perjuangan yang dicita-citakan, ketiga tokoh gerkaan ini telah sepakat bulat, yaitu memperjuangkan tegakny agama islam sehingga terwujud kejayaan agama islam dan kemuliyaan agama islam secara konkrit, riil, di negeri mesir khususnya dan di seluruh alam islamy pada umumnya. Jamaluddin Al-Afghani berpendapat bahwa langkah yang pertama kali harus diambil oleh umat islam adalah jihad, berjuang dengan segala resiko dan pengorbanannya, dengan menggunakan cara apapun yang dibenarkan oleh ajaran islam, agar kekuasaan politik kenegaraan dapat direbut dan sikuasai kembali oleh umat islam dari tangan penjajah bangsa-bangsa eropa yang telah menginjak-injak negeri-negeri islam berabad-abad lamanya. Berbeda dengan teori perjuangannya Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridla berpendirian bahwa langkah pertama kali yng harus ditempuh umat islam disamping merebut kekuasaan politik kenegaraan adalah memperbaharui lembaga-lembaga pendidikan sebagai sumber tempat digodoknya para calon mujtahid, mujaddid, dan mujahid islam yang tangguh dan militan, yang siap mengorbankan apapun yang ada pada dirinya demi kejayaan islam.
1. Jamaluddin Al-Afghani (1838 – 1897 M) Nama lengkanya adalah Sayyid Jamaluddin Al-Afghani. Beliau lahir di Asad Abad pada tahun 1893 M. Sejak kecil beliau sudah belajar membaca Al-Qur'an. Kemudian belajar bahasa Arab, Persia, dan ilmu-ilmu lainnya, seperti tafsir, hadist, tasawuf, dan filsafat.Sejak usia 20 tahun beliau sudah menjadi pembantu Pangeran Dostn Muhammad Khan di Afganistan dan tahun 1864 M menjadi penasehat Sher Ali Khan dan menjadi perdana menteri pada masa pemerintahan Muhammad 'Azham Khan. Hal itu disebabkan karena kecerdasan dan kepribadiannya yang menarik. Beliau banyak memperoleh pengalaman dalam pengembaraannya ke beberapa negara. Mula-mula ke India, lalu ke Mesir memberikan kuliah di hadapan kaum intelektual di Al-Azhar. Diantara muridnya yang terkenal adalah Muhammad Abdu dan Saad Zaglul.Karena persoalan politik di Mesir, Jamaluddin pergi ke Paris. Di kota ini beliaumendirikan
sebuah
organisasi
bernama
al-Urwatul
Wustqa
yang
beranggotaan
muslimmilitant di India, Mesir, Syiria, dan Afrika Utara, yang bertujuan memperkuat persaudaraan Islam untuk mencapai kemajuan. Organisasi Al-Urwatul Wutsqo kemudian menertibkan majalah dengan nama yangsama dengan organisasi itu. Karena ide dan isinya dianggap terlalu keras mengancamkekuasaan penjajahan barat, maka majalah ini dibradal dan dilarang untuk terbit. Pada tahun 1892 M Jamaluddin al-Afghani pergi ke Istanbul atas undangan SultanAbdul Hamid untuk memikirkan pelaksanaan politik Islam dalam menghadapi barat. Saat itukerajaan Turki Ustmani terdesak oleh bangsa Eropa dan Sultan Hamid membutuhkan pendapat Jamaluddin al-Afghani.Keinginan Sultan Hamid tidak tercapai, karena adanya perbedaan persepsi mengenaisystem pemerintahan sebab Jamaluddin sebagai pembaharu tentunya mempunyai pandanganliberal dan pemerintahan. Tetapi Sultan Abdul Hamidsebagai penguasa menjalankan pemerintahan dengan jalan diktator.Gerakan politik yang paling menonjol dilakukan Jamaluddin al-Afghani, yaitumenyebarkan ide Pan-Islamisme (nasionalisme) di dunia Islam. Untuk mencapai ide ini beliau mendirikan partai nasional (Al-Hizb al-Wathani) di Mesir, tujuannyamemperjuangkan pendidikan universal, menyelenggarakan kebebasan pers, dan sebaga inya. Gerakan ini padatahun 1838 M telah membangkitkan semangat umat Islam dalam menggalang persatuan dankesatuan dalam menentang penjajahan yang dilakukan oleh bangsa barat. Di antara pembaharuan pemikiran yang dimunculkan Jamaluddin al-Afghani:
a. Untuk mengembalikan kejayaan umat Islam di masa lalu dan sekaligus menghadapi duniamodern. Umat Islam kembali kepada ajaran Islam yang murni dan memahami Islam harusdengan rasio (pemikiran yang masuk akal) dan kebebasan. b. Corak
pemerintahan
otokrasi
dan
absolute
harus
diganti
dengan
pemerintahan
demokratis.Kepada Negara harus harus bermusyawarah dengan pemuka masyarakat yang berpengalaman. c. Kepala Negara harus tunduk kepada undang-undang. d. Kemunduran
umat
Islam
dalam
bidang
politik
disebabkan
karena
terjadinya
perpecahandalam umat Islam itu sendiri. e. Tidak ada pemisahan antara agama dan politik. f. Pan-Islamisme atau rasa solidaritas antara umat Islam harus dihidupkan k embali.
2.
Muhammad Abduh (1849 – 1905 M) Muhammad Abduh lahir di Mesir Hilir tahun 1849 M. Ayahnya bernama AbduhHasan
Khairullah yang berasal dari Turki dan Ibunya yang bersilsilahkan sampai kepada suku Umar bin Khatab. Muhammad Abduh termasuk anak yang cerdas sekali meskipun beliau berasal darikeluarga petani yang miskin di Mesir. Sejak kecil beliau tekun belajar dan melanjutkan studinya di Al-Azhar.Ketika di Al-Azhar, beliau bertemu dengan Jamaluddin al-Afghani yang dating keMesir. Beliau sangant terkesan dengan pemikiran-pemikiran Afghani. Setelah menamatkan studinya di Al-Azhar, Daru Ulum dan mengajar di rumahnya. Selain itu, beliau juga aktif menulis Al-Ahram.Akibat ketidak senangan dan perlawanannya terhadap penguasa, beliau dan Jamaluddin diusir ke Paris. Di kota ini mereka mendirikan majalah Al-Urwatul Wustqa. Selama satu tahun di Perancis, beliau diizinkan kembali ke Mesir dan kemudian diangkat menjadi reiktor Al-Azhar, Kairo. Sebagai rektor Al-Azhar, beliau memasukan kurikulum filsafat dalam pendidikan diAl-Azhar. Upaya ini dilakukan ntuk mengubah cara berpikir orang-orang Al-Azhar. Usahaini mendapat tantangan keras dari syakh Al-Azhar lainnya yang masih berpikir kolot. Oeh karena itu, usaha pembaharuan yang dilakukannya lewat pendidikan di Al-Azhar tidak berhasil. Meskipun begitu, ide-ide pembaharuan yang dibawa Muhammad Abduh membawa dampak positif bagi perkembangan pemikiran dalam Islam. Diantara ideide pembaharuannya adalah: a. Penghapusan paham Jumud yang berkembang di dunia Islam saat itu.
b. Pembukaan pintu ijtihad karena ijtihad merupakan dasar penting dalam menginterpretasikan (menafsirkan) kembali ajaran Islam. c. Penghargaan
terhadap
akal,
Muhammad
Abduh
mengatakan
bahwa
Islam
adalah
agamarasional yang sejalan dengan akal. Sebab dengan akal ilmu pengetahuan maju. d. Kekuasaan Negara harus dibatasi oleh konstitusi yang telah dibuat oleh Negara yang bersangkutan. e. Memodernisasikan system pendidikan di Al-Azhar.
3. Muhammad Rasyid Ridla (1865 – 1935 M) Rasyid Ridla dilahirkan di Al-Qalamun, di pesisir Laut Tengah pada tanggal 23September 1865 M. Pendidikannya bermula di Madrasah Al-Kitab di Al-Qalamun. Kemudiandi Madrasah Al-Rasyidiyah di Tripoli. Di sini beliau belajar nahwu, sharaf, berhitung, dasar-dasar georafim aqidah ibadah, bahasa Arab dan Turki. Tetapi beliau tidak betah di sekolah ni,karena bahasa pengantarnya bahasa Turki. Kemudian beliau melanjutkan pendidikan tertingginya di Al-Azhar tahun 1898 M dan berguru kepada Muhammad Abduh. Beliau juga mendesak gurunya, Muhammad Abduh, untuk menulis Al-Qur'an secara modern, yang kemudian dikenal dengan tafsir Al-Manar. Diantara ide-ide pembaharuannya adalah: a.Menumbuhkan sikap aktif dan dinamis di kalangan umat. b.Umat Islam harus meninggalkan sikap fatalism (jabariyah). c.Akal
dapat
digunakan
untuk
nemafsirkan
ayat
maupun
hadits
dengan
tidak
meninggalkan prinsip umum. d.Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi jika ingin maju. e.Kemunduran umat Islam disebabkan karena banyaknya unsure bid'ah dan khurafat yangmasuk ke dalam ajaran Islam. f. Kedahagiaan di dunia dan di akhirat diperbolehkan melalui hokum alam yang diciptakanAllah SWT. g.Perlunya dihidupkan kembali system pemerintahan khalifah. h.Khalifah adalah penguasa di seluruh dunia Islam yang mengurusi bidang agama dan politik. i. Khalifah haruslah orang mujtahid besar yang dengan bantuan para ulama dalam menerapkan prinsip-prinsip hokum Islam sesuai dengan tuntutan zaman .
Referensi : Pasha, Musthafa. 2000. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam. Jakarta : Pustaka Pelajar Offset.