MANAJEMEN RISIKO PEMBAHASAN KASUS
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Risk Management oleh Dosen Gusganda Suria Manda, S.E., M.M.
Disusun oleh: Ai Aisyah
1510631030006
Eni Lestari
1510631030058
Ervina Fitra Turohmah
1510631030062
Indri Aprilyani
1510631030088
Rizka Suci Indrianti
1510631030171
Rusianita Fitri
1510631030173
Kelas : 7 AK 8
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG 2018
A.
Kasus Bab 1 pada buku Manajemen Risiko (Irham Fahmi, S.E., M.Si., hal. 15-16)
1. Penjabaran Kasus -
Komisaris dan manajemen perusahaan sering memiliki potensi timbulnya konflik karena komisaris sering mengharapkan manjemen memenuhi target perolehan keuntungan yang dipersyaratkan.
-
Syarat perolehan target di luar kemampuan pihak manajemen perusahaan dan analisa yang dilakukan sering melihat pada kondisi realistis yang terjadi di lapangan.
-
Komisaris membutuhkan keuntungan untuk berinvestasi di tempat lain.
-
Manajemen perusahaan menjadi bekerja tidak atas dasar keputusan dan mekanisme bisnis yang independen, namun pada konsep dan persyaratan dari komisaris.
-
Komisaris dapat mengganti manajer perusahaan dengan orang lain jika target keuntungan tidak tercapai sesuai syarat.
2. Solusi Dalam kasus ini, solusi untuk risiko diatas adalah dengan cara pihak manajemen perusahaan mengkomunikasikan kenaikan risiko yang akan timbul jika manajemen perusahaan melakukan pekerjaan yang ekstra keras (under pressure) kepada pihak komisaris dan direksi perusahaan, karena hal tersebut membuat pihak manajemen bekerja tidak atas dasar keputusan dan mekanisme bisnis yang ada. Selain itu, perusahaan sebaiknya membuat pedomanan tata kelola perusahaan yang baik, sehingga perusahaan memiliki prinsip yang mendasari suatu proses dan meknisme pengelolaan perusahaan yang berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha. Karena dengan adanya pedoman ini, pihak komisaris tidak bisa sewaktu-waktu mengharapkan agar pihak manajemen dapat memenuhi target perolehan keuntungan yang dipersyaratkan dan jika tidak terpenuhi pihak komisaris bisa dengan
mudah menggantikan manajer peusahaan dengan orang lain. Salah satu pedoman yang bisa perusahaan terapkan adalah Good Corporate Govenance (GVC) yang merupakan pedoman bagi komisaris dan direksi
dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dengan dilandasi moral yang tinggi, kepatuhan kepada perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial. Ada 5 prinsip utama Good Corporate Governance , yaitu: 1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. 2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana Perusahaan dikelola secara
profesional
tanpa
benturan
kepentingan
dan
pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Akuntabilitas,
yaitu
pertanggungjawaban
kejelasan manajemen
fungsi,
pelaksanaan
perusahaan
dan
sehingga
pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 4. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan begitu diharapkan perusahaan dapat: 1. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional. 2. Mendorong
pengelolaan
perusahaan
secara
profesional,
transparan dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian.
3. Mendorong
agar
manajemen
perusahaan
dalam
membuat
keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar perusahaan. 4. Meningkatkan
kontribusi
perusahaan
dalam
perekonomian
nasional. 5. Meningkatkan nilai investasi dan kekayaan perusahaan.
B.
Kasus Bab 2 pada buku Manajemen Risiko (Irham Fahmi, S.E., M.Si., hal. 34-35)
1. Penjabaran Kasus -
Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang ekspor dan impor serta memiliki
pabrik
yang
berkedudukan
di
Sumatera
mengalami
kekurangan modal. -
Kekurangan modal tersebut disebabkan oleh keinginan perusahaan untuk melakukan ekspansi dalam bentuk penambahan kapasitas unit produksi yang mencakup kebutuhan bahan baku, penambahan mesin impor, penambahan tenaga kerja, biaya gudang, biaya pengawas, biaya listrik dan lain-lain diperkirakan mencapai Rp. 17 Milyar dan $6.000 (kasus pembelian mesin impor).
-
Pembukaan kantor cabang di Singapura yang diperkirakan mencapai $1.300.000 ($1 = Rp.9.500.000)
-
Dan membayar utang yang masih tersisa di bank sekitar 25% atau Rp. 12 milyar.
-
Kebutuhan dana yang dibutuhkan perusahaan ada yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri.
2. Pertanyaan dan Solusi a. Apakah sebaiknya perusahaan melakukan ekspansi perusahaan atau tidak. Jika harus dan tidak berikan penjelasan anda. Jawab : Menurut saya perusahaan sebaiknya tidak melakukan ekspansi jika kebutuhan dana untuk melakukan ekspansi di perkirakan bersumber dari pinjaman bank itu artinya perusahaan belum mampu untuk melakukan ekspansi yang akan menelan biaya yang besar, dan resiko yang akan di hadapi perusahaan juga cukup besar. Di antaranya perusahaan tidak mampu untuk melunasi pinjaman bank tersebut karena keuntungan yang di berikan dalam pembukaan ekspansi masih belum cukup untuk menutup utang perusahaan akibatnya perusahaan akan mengalami kesulitan dana dalam melunasi utang karena utang yang terus bertambah. Rekomendasi yang tepat untuk kasus ini adalah perusahaan sebaiknya tidak melakukan ekspansi tetapi membangun relasi bisnis dengan perusahaan di Singapura sehingga perusahaan mampu menghemat biaya atau efisiensi anggaran. b. Apakah faktor kekukarangan dana tersebut harus bersumber diambil dari perbankan seluruhnya atau sebagian saja. Dalam artian sebagian lagi adalah berasal dari penjualan asset perusahaan. Dan jika pinjaman dari perbankan apakah sebaiknya mempergunakan perbankan yang berada di dalam negeri atau yang berada di luar negeri. Jawab : Sesuai keputusan Direksi BI No.31/177/KRP/DIR tanggal 31 Desember 1999 tentang batas maksimum kredit yang dapat Bank berikan kepada nsabah peminjam atau kelompok/grup peminjam yang tidak terkait dengan bank ditetapkan setinggi-tingginya: a
30% dari modal sejak tanggal 1 januari 2001
b
25% dari modal sejak selama tahun 2002
c
20% dari modal sejak tanggal 1 Januari 2003 Dana yang dibutuhkan perusahaan sebaiknya tidak seluruhnya dari pinjaman bank melainkan sebagian lagi dapat berasal dari penjualan
aset yang sekiranya perusahaan bisa korbankan. Untuk pinjaman bank karena perusahaan mempunyai kegiatan didalam maupun luar negeri, perusahaan bisa meminjam dana baik kepada bank dalam negeri maupun luar negeri sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. c. Jika ekspansi pembukaan kantor cabang di Singapura, apakah menurut anda itu tepat atau tidak, dan apakah perusahaan lebih baik dengan tidak membuka kantor cabang namun membangun relasi saja dengan pihak perusahaan yang ada di Singapura sehingga mampu menghemat biaya atau efisiensi anggaran. Karena kalau kebutuhan dana untuk membuka kantor cabang juga diperkirakan bersumber dari pinjaman. Jawab : Jika perusahaan melakukan ekspansi dengan perkiraan sumber dana nya berasal dari pinjaman bank itu tidak tepat, Karena mengingat kondisi perusahaan yang sedang mengalami kekurangan modal dan akan membayar utang yang masih tersisa 25% dari total utang yang ada pada bank. Itu artinya kondisi keuangan perusahaan tidak memungkinkan untuk memaksakan melakukan ekspansi dalam waktu yang dekat, karena akan beresiko tinggi. Karena untuk melakukan ekspansi di butuhkan dana yang besar, sebaiknya dalam waktu dekat perusahaan bisa membangun terlebih dahulu relasi bisnis di singapura agar perusahaan bisa menghemat biaya sampai perusahaan dalam kondisi modal yang kuat. Hal demikian juga berguna untuk langkah awal dalam strategi ekspansi perusahaan nantinya. d. Untuk pelunasan kredit perusahaan yang sisa 25% lagi apakah sebaiknya dilunasi secara total keseluruhan atau di cicil hingga lunas di bulan terakhir. Jika kita kaitkan dengan ekspansi perusahaan. Jawab : Jika perusahaan ingin melakukan ekspansi maka sisa kredit perusahaan sebesar 25% dapat dicicil hingga lunas di bulan terakhir. Karena jika perusahaan melunasi total kredit nya dan tetap melakukan ekspansi akan berakibat pada kurangnya dana ekspansi perusahaan.
C.
Kasus Bab 3 pada buku Manajemen Risiko (Irham Fahmi, S.E., M.Si., hal. 50-51)
1. Penjabaran Kasus -
PT Perikanan Samudra India adalah perusahaan yang bergerak dibidang perikanan laut.
-
PT Perikanan Samudra India membutuhkan tambahan finansial untuk membangun dan mengembangkan perusahaan.
-
Pihak Komisaris merekomendasikan perusahaan untuk melakukan pinjaman perbankan dengan alasan urusannya dianggap lebih mudah jika dibandingkan dengan menerbitkan saham.
-
Keputusan dan rekomendasi oleh pihak komisaris perusahaan menjadi bahan kajian bagi pihak manajemen perusahaan.
-
Pinjaman perbankan menggunakan perhitungan suku bunga efektif, dan tergantung pada kondisi ekonomi. Apabila kondisi ekonomi stabil maka suku bunga juga stabil dan begitupun sebaliknya.
-
Konsumen PT Perikanan Samudra India banyak yang membeli secara kredit dan membayarnya secara bertahap.
-
Selama ini PT Perikanan Samudra India sudah memiliki hutang dalam bentuk
valuta
asing
kepada
para rekanan
bisnisdan
sistem
pembayarannya dilakukan secara bertahap.
2. Solusi Solusi pemecahan dan rekomendasi untuk manajer keuangan PT Perikanan Samudra India adalah: Dengan melakukan peminjaman kepada perbankan untuk menambah kebutuhan dana, dengan alasan (1) Bunga yang diberikan oleh bank cenderung stabil, dengan catatan kondisi ekonomi stabil maka suku bunga juga akan stabil, (2) Dengan meminjam kepada bank lebih memudahkan perusahaan untuk membayar cicilan pinjaman, karena konsumen PT Perikanan Samudra India lebih sering membayar secara kredit dan diasumsikan penerimaan keuangan perusahaan pun bertahap.