KARYA TULIS ILMIAH TBC Paru
DOWNLOAD KTI LENGKAPNYA DISINI BAB
I
PENDAHULUAN A.
Latar
Belakang
Organ Pernafasan merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Menurut Maslow kebutuhan O2 ditempatkan pada kebutuhan dasar yang paling utama. Dalam keadaan normal manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa oksigen lebih dari 4-5 menit (Barbara Kozier, 1995). Orang bernafas pada hakekatnya adalah untuk kelangsungan metabolisme sel agar dapat melakukan aktivitas secara adekuat. Proses pernafasan merupakan gabungan antara aktivitas berbagai mekanisme yang berperan dalam proses suplai oksigen ke seluruh tubuh dan pembuangan karbondioksida sebagai hasil dari pembakaran sel. Sesuai dengan fungsinya, yaitu menjamin tersedianya oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida
hasil
metabolisme
sel
secara
terus
menerus.
TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosa yang merupakan bakteri batang tahan asam, organisme patogen atau saprofit yang biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui nuclei droplet lewat udara. Paru adalah tempat infeksi yang paling umum, tetapi penyakit ini juga dapat terjadi dimanapun di dalam tubuh. Biasanya bakteri membentuk lesi (tuberkel) didalam alveoli. Lesi ini merusak jaringan paru yang lain yang ada didekatnya, melalui aliran darah, system limfatik, atau bronki. Lesi pada alveoli yang terjadi melalui aliran darah, system limfatik, atau bronchi menyebabkan tubuh mengalami reaksi alergi terhadap
basil
tuberkel
dan
proteinnya.
Respon imun seluler ini tampak dalam bentuk sensitisasi sel-sel T dan terdeteksi oleh reaksi positif pada test kulit tuberkel. Apabila penderita TBC tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang tepat, maka penderita pend erita akan mengalami gangguan pemenuhan oksigen, kerusakan pada paru yang luas, penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang rugi, peningkatan rasio udara residual terhadap kapasitas total paru, dan penurunan saturasi oksigen sekunder akibat infiltrasi / fibrosis parenkim sampai gejala yang membahayakan bagi orang lain yaitu penularan. Penularan bisa melalui bersin, tertawa, ataupun batuk. ( Niluh Gede Yasmin Asih, keperawatan medidkal bedah. System pernafasan 83, 2004 ). Akhir-akhir ini, insiden tuberculosis terutama yang resisten terhadap
berbagai
obat
mengalami
peningkatan.
Saat ini penyakit Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Pada tahun 1995 penyakit Tuberkulosis pernah menempati urutan ketiga, bahkan pada tahun 1993 ditetapkan WHO sebagai tahun kedaruratan global Tuberkulosis. Masalah Tuberkulosis masih merupakan dilema bagi bangsa ini dengan jumlah penderita tahun 1997 sebanyak + 450.000 orang dan setiap tahunnya penderita TBC akan bertambah sebesar 8 / 10.00 penduduk +150.000
penderita
(Profil
Kesehatan
Indonesia
1997;
118).
WHO telah memperkenalkan dan mengadopsi strategi Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) sebagai teknologi masyarakat yang terbukti efektif dalam pemberantasan penyakit Tuberkulosis (P2TB) dengan pemberian obat anti tuberkulosis (OAT) yang dilakukan oleh PMO selama sembilan bulan, namun sayangnya di Indonesia, keberhasilan pengobatan yang dicapai hanya sekitar 50 % (koran BIDI, oleh Dr. Fachmi Idris, Oktober 2003;4). Bukti yang terbaru menjelaskan, dari sekitar 47 % yang mencapai program keberhasilan pengobatan ternyata menunjukan angka kambuh ulang 27 % dan resistensi obat 13 %, jadi angka yang sesungguhnya menunjukan
peningkatan
penyakit
TBC
lebih
tinggi
(kompas
27
januari
2005).
Berdasarkan studi dokumentasi dari bagian pencatatan dan pelaporan di Ruang Mawar Rumah Sakit
Krakatau
Medika
Cilegon
-
Banten.
TABEL
1
Proporsi Di
Penderita RSKM
Cilegon
No.
Tuberculosis Bulan
Paru Januari
Kasus
yang -
Desember
Jumlah
Dirawat 2005 Persentase
1. 2. 3. 4. 5.
Bronchopneumoni
TBC Asma Bronkhitis Efusi
Pleura
423
199 102 20 8
56,26
26,46 13,56 2,65 1 Total
752
100
%
Berdasarkan kasus dengan sistem pernapasan akibat TBC menunjukan angka cukup tinggi sekali yaitu pada urutan pertama yaitu 79,5 %. Jika tidak segera ditangani dengan baik, penyakit pernafasan TB Paru dapat mengakibatkan gangguan pada system pernafasan yaitu infiltrasi kecil lesi dini pada bidang paru atas, deposit kalsium dari lesi primer yang telah telah menyembuh, atau
penderita
(Profil
Kesehatan
Indonesia
1997;
118).
WHO telah memperkenalkan dan mengadopsi strategi Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) sebagai teknologi masyarakat yang terbukti efektif dalam pemberantasan penyakit Tuberkulosis (P2TB) dengan pemberian obat anti tuberkulosis (OAT) yang dilakukan oleh PMO selama sembilan bulan, namun sayangnya di Indonesia, keberhasilan pengobatan yang dicapai hanya sekitar 50 % (koran BIDI, oleh Dr. Fachmi Idris, Oktober 2003;4). Bukti yang terbaru menjelaskan, dari sekitar 47 % yang mencapai program keberhasilan pengobatan ternyata menunjukan angka kambuh ulang 27 % dan resistensi obat 13 %, jadi angka yang sesungguhnya menunjukan
peningkatan
penyakit
TBC
lebih
tinggi
(kompas
27
januari
2005).
Berdasarkan studi dokumentasi dari bagian pencatatan dan pelaporan di Ruang Mawar Rumah Sakit
Krakatau
Medika
Cilegon
-
Banten.
TABEL
1
Proporsi Di
Penderita RSKM
Cilegon
No.
Tuberculosis Bulan
Paru Januari
Kasus
yang -
Desember
Jumlah
Dirawat 2005 Persentase
1. 2. 3. 4. 5.
Bronchopneumoni
TBC Asma Bronkhitis Efusi
Pleura
423
199 102 20 8
56,26
26,46 13,56 2,65 1 Total
752
100
%
Berdasarkan kasus dengan sistem pernapasan akibat TBC menunjukan angka cukup tinggi sekali yaitu pada urutan pertama yaitu 79,5 %. Jika tidak segera ditangani dengan baik, penyakit pernafasan TB Paru dapat mengakibatkan gangguan pada system pernafasan yaitu infiltrasi kecil lesi dini pada bidang paru atas, deposit kalsium dari lesi primer yang telah telah menyembuh, atau
cairan dari suatu efusi. Selain system pernafasan ada banyak system yang terjangkiti seperti sistem kardiovaskular, sistem muskuloskeletal, sistem gastrointestinal, sistem persyarapan, dan sistem
perkemihan.
Dari semua system yang ada penyebaran mikroorganisme akan terlihat merata. Cuma yang paling mendominasi adalah system cardioivaskuler. Dimana apabila telah terkena maka akan terjadi insufiensi ataupun stenosis katup yang yang selanjutnya cardiac output menurun akibat dari itu akan terjadi kerusakan pada hampir keseluruhan jaringan tubuh. Untuk menghindari komplikasi yang lebih serius dan program pengobatan pada TB Paru yang cukup lama maka perlu adanya peningkatan
dan
pemeliharaan
kesehatan
yang
baik.
Penanganan dan perawatan yang komprehensif ditujukan pada dua hal yang sangat fundamental yaitu program pengobatan dan program pencegahan. Pengobatan yaitu dengan penggunaan obatobatan pencegahan anti tuberculosis seperti INH, rifampisin, etambutol dll. Sedang pencegahan dengan peningkatan bersihan jalan nafas, mendukung klien dalam kepatuhan terhadap regimen pengobatan, meningkatkan aktivitas dan nutrisi yang adekuat dan penyuluhan penderita serta perimbangan
perawatan
dirumah.
Berkaitan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk membuat karya tulis berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn. E dengan Gangguan Sistem Pernafasan Akibat TBC di ruang Mawar Rumah
Sakit
Krakatau
B.
Medika
Cilegon
Banten”
-
Tujuan
1.
Penulisan
Tujuan
Umum
Penulis mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan secara langsung dan komprehensif yang meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan pada klien dengan
gangguan
system
2.
pernafasan
akibat
Tuberculosis
Tujuan
Paru. Khusus
Penulis dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernapasan akibat a.
Tuberkulosis
meliputi
:
prioritas
masalah
Membuat perencanaan untuk mengatasi masalah keperawatan yang ada menc akup penetapan
tujuan c.
yang
Melakukan pengkajian yang meliputi pengumpulan data dan menetapkan masalah
berdasarkan b.
Paru
dan
intervensi
keperawatan.
Melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang yang telah
ditetapkan. d.
Mampu mengevaluasi keberhasilan Askep yang telah dilaksanakan / dilakukan.
e.
Mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan berdasarkan tindakan yang sudah
dilakukan C.
pada Metode
Penulisan
dan
klien. Teknik
Pengumpulan
Data
Metode yang digunakan dalam penulisan adalah deskriptif yaitu menggambarkan atau menjelaskan satu keadaan atau kondisi berdasarkan data dan fakta yang diperoleh melalui studi kasus
dengan
pendekatan
proses
keperawatan.
Adapun teknik pengumpulan data dalam penyusunan asuhan keperawatan ini yaitu dengan cara sebagai 1.
berikut
Wawancara teknik pengumpulan data dalam komunikasi didapatkan secara langsung dari
klien, 2.
keluarga,
dan
tim
kesehatan
lainnya.
Observasi teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan pemeriksaan keadaan klien dan
keluarga 3.
:
secara
langsung
sesuai
kondisi
yang
objektif.
Studi kepustakaan (Literatur) teknik pengumpulan data yang didapat melalui referensi (buku
sumber) untuk mendapatkan keterangan secara teoritis berkaitan dengan kasus yang disajikan. 4.
Studi dokumentasi teknik pengumpulan data dengan mempelajari data dari status / arsip
klien
atau
catatan-dcatatan
yang
D.
berkaitan
dengan
penyakit
Sistem
Sistematika
penulisan
1.
asuhan
Penulisan
keperawatan
BAB
klien.
ini
terdiri
I
dari
empat
:
bab
yaitu
:
Pendahuluan.
Pada BAB 1 diuraian tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan yang terdiri dari tujuan
umum
2.
dan
tujuan
khusus,
BAB
metode
II
penulisan :
dan
sistematika
Tinjauan
penulisan. Teori
Menguraikan tentang teori-teori yang meliputi : pengertian penyakit TBC, anatomi dan fisiologi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, dan konsep dasar asuhan keperawatan pada klien Tn E dengan gangguan sistem pernafasan akibat TBC meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, 3.
perencanaan, BAB
pelaksanaan,
III
:
dan
evaluasi.
Tinjauan
Kasus.
Pada BAB ini diuraikan mengenai pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Tn E dengan gangguan system system pernafasan akibat TBC meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Serta membandingkan kesenjangan antara teori dan kenyataan 4.
pelaksanaan BAB
IV
5.
askep :
di
Kesimpulan
DAFTAR
Rekomendasi PUSTAKA
BAB
II
TINJAUAN
A.
dan
lapangan.
TEORITIS
Konsep
Dasar
Penyakit
Tuberculosis
1.
Pengertian
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosa yang merupakan bakteri batang tahan asam, dapat merupakan organisme patogen atau saprofit (Sylvia
Anderson,
1995:753).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parekim paru (Bruner dan Suddart.
2002
:
584).
Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran nafas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikrooganisme
Mycobacterium
tuberculosis
(Elizabeth
J.
Corwn,
2001
:
414).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobakterium tuberkulosa gejala yang
sangat
bervariasi
(FKUI
2001;472).
Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi pada saluran nafas bawah yang menular disebabkan mycobakterium tuberkulosa yaitu bakteri batang tahan asam baik bersifat patogen atau saprofit dan terutama menyerang parenkim 2.
paru. Anatomi
Fisiologi
a.
Sistem
Anatomi
Pernafasan Pernafasan
-
Hidung Hidung terdiri atas bagian internal dan bagian external. Bagian internal menonjol dari wajah
dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago. Nares anterior ( lubang hidung ) merupakan ostium
sebelah
luar
dar4i
rongga
hidung.
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjad rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertical yang sempit, yang disebut septum. Rongga hidung dilapisi oleh membrane mukosa yang bersilia. Ketika udara masuk melalui rongga hidung, udara tersebut disaring, dilembabkan dan dihangatkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dariepitel thorax bertingkat, bersilia dan bersel goblet. Permukaan epitel dilapisi oleh lapisan mucus yang disekresi olehsel goblet dan kelenjar serosa. Partikel-paartikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang tedapat dalam rongga hidung. Sedang partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mucus. Gerakan silia akan mendorong mucus ke posterior ke rongga hidung dan kesuperior lalu ke faring. Dari sini lapisan mucus akan tertelan -
atau
dibatukkan
keluar. Faring
Faring adalah rongga dibelakang kavum oral meluas dari dasar tengkorak sampai ke laring. Faring dapat dibagi menjadi tiga bagian : nasofaring, orofaring dan hifofaring.faring dilapisi oleh selaput
lender.
Adenoid terletak di nasofaring, tonsil palatina terletak anterior terhadap orofaring dan tonsil lingualis terletak dihipofaring. Adenoid dan tonsil merupakan jaringan limfoid yang membantu menyaring limfe yang berdirkulasi dari bakteri atau benda-benda asing lainnya yang memasuki
tubuh,
khususnya
yang
memasuki
hidung
dan
mulut.
-
Laring
Laring membentuk ektremitas dan trakea . kerangka laring tersusun daribeberapa kartilago yang berhubungan dengan ligament-ligamen. Kerangka kartilago melindungi pita suara dan mempertahankan suatu kekakuan yang memungkinkan terbukannya jalan nafas. Kartilago tiroid , Adam Apple`s , merupakan bagian kartilago terbesar pada laring yang melindungi strukturstruktur
dalam.
Fungsi utama laring adalah sebagai suatu jalan nafas antara faring dan trakea dan fungsi yang lain adalah sebagai fonasi. Laring menghasilkan suara karena vibrasi pita suara yang dibentuk menjadi
pola
bicara
oleh
pergerakan
faring
,
palatum,
lidah
,
gigi
dan
-
bibir. Trakea
Trakea merupakan suatu bagian dari jalan nafas yang disusun oleh cincin tulang rawan yang terbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus yang dianalogkan dengan sebuah pohon, dan oleh karena itu dinamakan pohon trakeabronkhial. Permukaan posterior trakea agak pipih (karena cincin tulang rawan di situ tidak sempurna), dan letaknya
tepat
didepan
esophagus.
-
Bronkus Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, pada pertengahan antara keduanya disebut
karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkhospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Bronkus utama kanan dan kiri tidak simetris. Bronkus kanan lebih endek dan lebih lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertical. Sebaliknya, bronkus kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam. Bentuk anatomic yang khusus ini mempunyai implikasi klinis yang penting. -
Alveoli
Alveoli dalam kelompok sakus alveoloris yang menyerupai anggur. Berbentuk sakus terminalis dipisahkan dari alveolus disekat oleh dinding tipis atau septum. Alveolus merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas. Dalam setiap paru-paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas permukaan total seluas sebuah lapangan tenis. Surfaktan, sejenis fosfolipid yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan pada
waktu
inspirasi.
Dan
mencegah
kolaps
alveolus
pada
waktu
ekspirasi.
Faktor yang berperan dalam pembentukan surfaktan adalah kematangan sel-sel alveolus dan sistem enzim biosintetiknya. Kecepatan pergantian yang normal. Ventilasi yang memadai, dan aliran darah ke dinding alveolis. Definisi surfaktan dianggap sebagai faktor penting pada patogenesis Bagian 1).
sejumlah paru-paru
penyakit
paru-paru dijelaskan Lobus
(Sylvia
A.
sebagai
Price.
1994
berikut
:648). :
paru-paru
Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus tersusun atau lobula. Sebuah bronkhialkecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin ia bercabang, semakinmenjadi tipis dan akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil yang merupakan kantung udara paru-paru. Jaringan paru paru
bersifat,
berpori
dan
seperti
sponBrankhus
Pulmonaris
Trakhea terbelah menjadi dua bronkhus utama, bronkhus ini bercabang lagi sebelum masukparu paru. Bronkhus pulmonaris bercabang-cabang b aru kemudian memasuki paru-paru. Saluran yang besar mempertahankan agar struknya tetap serupa dengan yang berbeda di trakhea. Saluran ini berdinding fibrosa berotot dan lapisan silia. Bronkhus terminalis masuk ke dalam saluran lain yang disebut vestibulas dan mengalami perubahan pada membran pelapis yaitu sel epitellium pipih. Vestibula berjalan beberapa infundibula didalam dindingnya dijumpai kantong udara. Kantung udara atau alveolus terdiri atas selapis sel epitelium pipih. Alveolus berungsi sebagai pertukaran gas
pada
pembuluh
2).
kapiler
di
Hilus
alveor. Paru-paru
Hilus terdiri dari arteri pulmonalis yang mengembalikan darah tanpa oksigen ke dalam paru, sedangkan udara pulmonalis yang berfungsi mengembalikan darah berisi oksigen dari paru ke kantung. Bronkhus yang bercabang dan beranting membentuk pohon bronkhial sebagai jalan udara utama. Artri bronkhialis yang menghantarkan darah arteri ke jaringan paru. Vena bronkhialis berfungsi mengembalikan sebagian darah dari paru-paru ke vena kava superior. Persyarafan
paru
adalah
saraf
vagus.
3).
Pleura
Pleura viseralis melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura dan dengan demikian memisahkan lobus-lobus dari paru. Membran ini kemudian dilepas ke arah hilus dan membentuk pleura poritalis, dan melapisi bagian dalam dinding. Pleura yang melapisi iga -iga disebut pleura kostatis serta bagian yang terletak di leher dikenal dengan nama pleura servikalis. Pleura diperkuat oleh membran yang kuat bernama memberan supra pleuralis (fasio Sibson) dan diatas membran ini terletak arteri subklavia. Diantara lapisan-lapisan pleura terdapat eksudat yang berfungsi gesekan anara
paru-paru
dan
dinding
-
dada
saat
bernafas. Paru-paru
Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan terletak di dalam ringga toraks. Apex paru terletak di atas klavikula d dalam dasar leher dan basis terletak bagian landai dari toraks di atas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga. Permukaan dalam yang memuat hilus, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung. Berikut ini gambar pernafasan bagian atas dan bagian b.
bawah Vaskularisasi
Paru-paru
Paru-paru 1).
divaskularisasi
dari
dua
sumber
:
Anteri bronchialis yang membawa zat-zat makanan pada bagian conditioning porhon,
bagian paru yang tidak terlihat dalam pertukaran gas. Darah kembali melalui vena-vena bronchial. 2).
Arteri dan vena pulmonal yang bertanggung jawab pada vaskularisasi. Bagian yang terlihat
dalam
pertukaran
gas
b.
yaitu
alveolus.
Fisiologi
pernafasan
Mekanisme Mekanisme
Pernafasan pernafasan
dibagi
ke
dalam
tiga
bagian
yaitu
1).
:
Ventilasi
Ventilasi yaitu proses bergerak masuk dan keluarnya udara dari paru-paru karena selisih tekanan yang terdapat diantara atmosfer dan alveolus oleh kerja mekanik alat-alat pernafasan. Masuk dan keluarnya udara dari atmosfir dimungkinkan adanya peristiwa mekanik inspirasi yaitu volume thorax bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi dari beberapa otot m. Sternokleidomastocdius mengangkat sternum ke atas dan m. sternokleidomastocdius mengangkat sternum ke atas dserratus, m. scalensus, dan m. intercostal externum berperan mengangkat iga-iga. Thorax membesar ke tiga arah yaitu bagian anterposteior, lateral dan vertikal. Peningkatan volume ini menyebabkan penurunan tekanan intrapleura dari sekitar – 4 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) menjadi sekitar – 8 mmHg bila paru-paru mengembang pada waktu inspirasi. Pada saat yang sama tekanan intrapulmonal atau tekanan saluran udara menurun sampai -2 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) dari 0 mmHg pada waktu inspirasi. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfer menyebabkan udara mengalir ke dalam paru-paru sampai tekanan saluran udara pada akhir inspirasi sama lagi dengan tekanan atmosfer. 2).
Difusi
Difusi yaitu kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan persial antara darah dan fase gas. Tekanan parisal oksigen dalam atmosfer pada permukaan Laut besarnya sekitar 149 MM hg (12 % dari 760 mmHg). Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus pada tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekitar 103 mm Hg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruang sepi anatomik saluran udara dan dengan uap air. Dalam keadaan istirahat normal difusi dan keseimbangan oksigen di kapiler paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 Kecepatan
detik
dari difusi
total dipengaruhi
1. 2.
waktu oleh
kontak faktor-faktor
Kekebalan Luas
selama sebagai
0,75
detik.
berikut
:
membran permukaan
membran
3.
Koefisien
difusi
4.
Perbedaan
gas
takan
3).
dalam
antara
substansi
membran
sisi
membran
kedua
Transfortasi
dan
perfusi.
Transportasi yaitu ikatan kimia oksigen dengan heamoglobin yang bersifat reversibel. Pada tingkat jaringan oksigen akan berdisosiasi dari haemogglobin dan berdifusi ke dalam plasma, dari plasma oksigen berdifusi ke sel-sel jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan jaringan yang bersangkutan.
Transportasi
1.
oleh
Peningkatan
2. 3.
dipengaruhi
faktor-faktor
sebagai
konsentrasi
Peninggian
berikut
:
karbondioksida
temperatur
darah
Peningkatan 2.3 disfosfogliserat (DPG) yaitu senyawa fosfat yang secara normal berada
dalam
darah
tepi
konsentrasinya
berubah
pada
kondisi
yang
Pengaturan
berbeda. Pernafasan
Pernafasan merupakan proses otomatis, tetapi masih dapat diatur secara volunter, atau sendiri yakni walupun manusia tidak harus memikirkan untuk bernafas, namun ia dapat memperlambat atau mempercepat pernafasan sekendaknya. Pengendalian pernafasan di bawah sadar berpusat di medulla oblongata yang dirinya impuls-impuls dikirim ke alat-alat pernafasan yang dipersarafannya. 3.
Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobakterium tuberculosis, kuman batang tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikobakteria patogen, tetapi hanya starin bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 um, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah. Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intra seluler yakni dalam sitoplasma makrofag. Sifat lain kuman ini adalah aerob, sifat ini memungkinkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lain sehingga bagian apikal ini merupakan predilaksi penyakit
tuberkulosis.
Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis antara lain ( Elizabeth J powh 2001: 414) 1). 2).
Mereka
yang
kontak
dekat
seorang
yang
mempunyai
TB
aktif
Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu dalam terapi kartikoteroid
atau
terinfeksi
3).
Pengguna
4).
Individu
5).
dengan
obat-obat tanpa
HIV) IV
perawatan
dan yang
alkoholik adekuat
Individu dengan gangguan medis seperti : DM, GGK, penyimpanan gizi, by pass
gatrektomi.
6).
Imigran dari negara dengan TB yang tinggi (Asia Tenggara, Amerika Latin Karibia)
7).
Individu
8).
yang
Individu
tinggal
di
institusi
yang
tinggal
9).
(Institusi
psikiatrik,
di
penjara)
daerah
kumuh
Petugas
kesehatan
Manifestasi
Klinis
Adapun gejala-gejala klinis pada penderita tuberkulosa dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang terbanyak adalah (Suparna, dkk IPD jilid II, 1991) : a.
Demam
Biasanya sub febris menyerupai demam influenza tapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41oC. Serangan demam pertama dapat sembuh kembali, begitu seterusnya hilang timbul, sehingga pederita malas tidak pernah berobat dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis
yang
masuk.
b.
Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Bentuk terjadi karena adanya iritasi pada brinnchus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang. Sifat batuk mulai dari yang kering, kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif. Keadaan ini yang lanjut adalah berupa batuk
darah
(haemaptoe)
karena
terdapat
c.
permbuluh-pembuluh
darah
yang
Sesak
pecah. Nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana inflasinya sudah setengah bagian paru-paru. d.
Nyeri
Dada
Gejala ini jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan
pleuritis.
e.
Malaise
Penyakit tuberkulosis radang yang menahun, gejala malaise sering ditemukan, anoreksia makin kurus
(BB
menurun),
sakit
kepala,
meriang,
nyeri
otot,
4.
keringat
malam.
Patofisiologi
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel-sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit T (sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh lomosit dan
limokinnya.
Respon
ini
disebut
sebagai
reaksi
hipersentifitas.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoalus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan basil yang lebih besar cenderung terahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau bagian lobus bawah basil tuberkel
ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfogosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut, sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut. Pneumoni selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggl atau proses dapat juga terus berjalan dan bakteri terus difogosit atau kembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai
20
hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperi lesi nekrosis ini disebut caseosa. Daerah yang mengalami nekrosis caseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi
tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghan dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Kompleks ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang seghat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiologi rutin. Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas ke dalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Kavitas yang kecil dapat menutup tanpa peradangan dengan meninggalkan jaringan parut. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan bronkhus. Bahan perkijuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini akan
mengakibatkan
peradangan
aktif
pada
bronkhus.
Penyakit menyebar secara limohematogen melalui kelenjar-kelenjar getah bening dan secara hemotogen
ke
seluruh
Invasi
5.
Klasifikasi
Diagnostik
TB
adalah
: Paru
TBA mikroskopis langsung (+) atau biakan (+), kelainan foto thorax menyokong TB, dan klinis
sesuai
TB.
TBA mikroskopis langsung atau biakan (-), tetapi kelainan rontgen klinis sesuai TB dan
memberikan 2).
Tuberkulose
TB
gejala b).
tubuh.
micobacterium
1). a).
organ
perbaikan
pada TB
pengobatan
awal paru
anti
TB
(initial
therapy). tersangka
Diagnosa pada tahap ini bersifat sementara sampai hasil pemeriksaan BTA didapat (paling lambat 3 bulan). Pasien dengan BTA mikroskois langsung (-) atau belum ada hasil pemeriksaan atau pemeriksaan belum lengkap, tetapi kelainan rontgen dan klinis sesuai TB paru. Pengobatan anti
TB
3).
harus
Bekas
dimulai.
TB
(tidak
sakit)
Ada riwayat TB pada pasien dimasa lalu dengan atau tanpa pengobatan atau gambaran rontgen normal atau abnormal tetapi stabil pada foto serial dan sputum BTA (-). Kelompok ini tidak perlu
diobati.
6.
Pemeriksaan
1).
Laboratorium
2).
Foto
a).
darah
rutin
thorax
Diagnostik
ditemukan
posterior
LED
anterior
meningkat
dan
dan
lateral
Limfositosis.
ditemukan
:
Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segemen apikal lobus bawah
b).
Bayangan
c).
berawan
Adanya
d).
Kelaian
(patchy)
kavitas bilateral,
berbercak
tunggal
terutama
e).
atau di
(nodular)
atau lapangan
ganda atas
Adanya
f).
Bayangan
menetap
pada
g).
foto
paru klasifikasi
ulang
beberapa
minggu
kemudian
Bayangan
3).
milier
Pemeriksaan
sputum
BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70 % pasien TB yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini. Mikrobakteria tumbuh lambat dan membutuhkan suatu media yang komplek untuk dapat tumbuh. Untuk tumbuh mikroorganisme ini membutuhkan sekitar 2 minggu atau lebih pada suhu antara 36-37oC. Koloni yang sudah dewasa, akan berwarna krem dan bentuknya seperti kembang kol. Jumlah sekecil 10 bakteri/mililiter media konsentrat yang telah diolah dapat dideteksi oleh media biakan ini. Pertumbuhan mikrobakteria yang diamati pada media biakan ini sebaiknya
dihitung
4).
Tes
sesuai
dengan
Pap
jumlah
koloni
(Peroksidase
anti
yang
timbul. Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen, munaperoksidase staining untuk 5).
menentukan
adanya
Tes
tg
6
Mantoux
spesifik
terhadap /
hasil
TB.
Tuberkulin
Menyuntikan tuberkulin (PPD) sebanyak 0,1 ml yang mengandung 5 unit tuberkulin secara intrakutan pada sepertiga atas permukaan volar (bagian dalam) lengan bawah setelah kulit dibersihkan dengan alkohol. Jarum yang digunakan 26-27 G. interpretasi reaksi tes tuberkulin adalah a).
sebagai
berikut
:
Indurasi sebesar 10 mm atau lebih (reaksi bermakna) untuk infeksi lama atau baru terhadap
mycobacterium tuberculosa, karena reaksi sebesar ini pada umumnya menunjukkan sensitivitas
spesifik. Pada keadaan normal, tes dengan hasil diatas tidak perlu diulang untuk mendapatkan kepastian, b).
keculai Indurasi
bila
ada
kurang
alasan dari
untuk 10
mempertanyakan mm
(reaksi
validitas
tes
tidak
ini.
bermakna)
Keadaan ini dianggap tidak bermakna pada orang yang tidak dicurigai menderita tuberkulosis, penderita seropositif HIV, atau orang-orang yang kontak dekat dengan penderita yang sputumnya positif atau belum lama positif terhadap mycobacterium tuberculosa. Untuk orangorang semacam ini tes tidak perlu diulang, kecuali bila orang yang diuji berkontak dengan penderita tuberculosis, maka harus dilakukan pemeriksaan tindak lanjut sesuai dengan prosedur rutin
untuk
6).
orang
Teknik
yang
pernah
Polymerase
kontak.
(Chain
Reaction)
Detksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam specimen. Juga dapat mendeteksi adanya 7).
resistensi. Baction
Dickinson
Diagnostic
Instrument
System
(BACTEC)
Detek growth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam oleh Mycobacterium
tuberculosa.
8).
Enzyme
Linted
Immunosorbent
Assoy
Deteksi respon humoral, berupa proses antigen antibodi yang terjadi. Pelaksanaan rumit dan antibodi
dapat
menetap
dalam
waktu
lama
sehingga
menimbulkan
9).
masalah. Mycodot
Deteksi anti bodi memakai antigen lipoarabinomannan yang direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam serum pasien. Bila terdapat anti bodi spesifik
dalam
jumlah
10).
memadai
maka
sisir
akan
Pewarnaan
berubah. Zeihl-Neilsen
Cairan dahak, otak, kemih dan lambung diwarnai dengan pewarnaan Zeihl-Neilsen dilanjutkan dengan pewarna flouresen. Sediaan yang positif memberikan petunjuk awal diagnosis, namun sediaan
negatifpun
tidak
menolak
7.
kemungkinan
infeksi.
Penatalaksanaan
a).
Medik
Pengobatan tuberkulosis terutama pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu lama. Obatobat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seorang yang sudah
terjangkit
infeksi.
Penderita tuberculosis dengan gejala klinis harus mendapat minimum dua obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat. Kombinasi obat-obat pilihan adalah ioniazid (hidradzid asam isonikotinat = INH) dengan (EMB) atau rifampisin (RIF). Dosis lazim INH untuk orang biasanya 5 – 10 mg/kg berat badan atau sekitar 300/mg/hari, EMB, 25mg/kg selama 60 hari, kemudian 15 mg/kg, RIF, 600 mg sekali sehati. Efek samping Etambutol adalah neuritis
retrobular disertai penurunan ketajaman penglihatan, uji ketajaman penglihatan dianjurkan setiap bulan agar keadaan tersebut dapat diketahui. Efek samping INH yang berat jarang terjadi, komplikasi yang berat adalah heatitis. Resiko hepatitis sangat rendah pada penderita dibawah usia 20 tahun dan mencapai puncaknya pada mereka yang berusia 50 tahun keatas. Disfungsi hati ringan, seperti terbukti dengan peningkatan aktivitas serum amino transferase, ditemukan pada 10 – 20 % kasus yang mendapat INH. Waktu minimal terapi kombinasi 18 bulan sesudah konvensi biakan sputum menjadi negatif. Sesudah itu msih harus dianjurkan terapi dengan INH saja
selama
satu
tahun
Baru-baru ini CDC dan America Thoracic Society (ATS) mengeluarkan pernyataan mengenai rekomendasi kemoterapi jangka pendek bagi penderita tuberkulosis dengan riwayat tuberkulosis paru yang tidak diobati sebelumnya. Rekomendasi lama pengobatan 6 atau 9 bulan berkaitan dengan rejimen yang terdiri dari INH dan RIF (tanpa atau dengan obat-obat lainnya), dan hanya diberikan pada pasien tuberkulosis paru tanpa komplikasi, isalnya : pasien tanpa penyakit lain seperti
diabetes,
silikosis
atau
kanker.
Pada fase pertama pengobatan pengobatan 6 bulan mendapat rejimen harian yang terdiri dari INH, RIF dan pirazinamid untuk sekurang-kurangnya 2 bulan, obat-obat ini dapat juga ditambah dengan streptomisin atau EMB bila diduga terdapat resistensi terhadap INH. Pada fase kedua diberikan
INH
dan
RIF
setiap
hari
dua
kali
seminggu
dalam
4
bulan.
Rejimen 9 bulan terdiri dari pemberian INH dan RIF setiap hari selama 1 atau 2 bulan, diikuti pemberian INH dan RIF tiap hari atau dua kali seminggu selama 9 bulan. Seperti rejimen 6 bulan, streptomisin dan EMB harus diberikan diawal pengobatan bila diduga ada resistensi terhadap
INH.
Ada orang dewasa, dosis terapi lazim setiap hari biasanya 300 mg INH dan 600 mg RIF. Setelah fase permulaan dengan komoterapi yang berlangsung 2 minggu sampai 2 bulan, dokter dapat memberikan pengobatan dua kali seminggu. Dosis Inh dua kali seminggu adalah 15 mg/kg berat badan,
sedangkan
dosis
RIF
tetap
600
mg.
Meskipun rekomendasi pengobatan jangka pendek juga sesuai untuk anak-anak, tetapi data-data pemakaian RIF pada anak-anak masih sangat terbatas. Pengurangan dosis INH sampai 10 mg/kg dan RIF sampai 15 mg/kg pada anak-anak dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hepatotoksik. b).
Pembedahan
Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang paten telah berkurang indikasi pembedahan dibedakan
menjadi
a. Semua
-
Pasien
b.
mutlak
Indikasi
-
indikasi
pasien batuk
yang darah
dan
indikasi
mutlak telah
masih
mendapat tidak
dapat
OAT
relatif. pembedahan
adekuat
diatasi
sputum
dengan
cara
tetap
(+)
konservatif
Pasien dengan fistula bronkopleura dan enplena yang tidak dapat diatasi secara konservatif Indikasi
relatif
pembedahan
-
Pasien
-
dengan
Kerusakan
1
-
negatif
dan
paru
Prinsip
batuk-batuk
atau
lubus
Sisa
c. -
sputum
darah
berulang
dengan
keluhan
kavitas Perawatan
menetap
TBC
Secara
Umum
Klien dengan penyakit tuberkulosis dapat dirawat di rumah kecuali jika sudah terjadi
komplikasi seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis, pleuritis, dan sebagainya. -
Kepada klien dan keluarga perlu dijelaskan salin kepatuhan dalam pemberian obat, perlu juga
memperbaiki -
keadaan
umumnya
Klien
dengan
harus
memberikan
cukup
makanan
yang
istirahat
cukup
bergizi.
/
bedrest
Memperhatikan kebersihan lingkungan dan ventilasi rumah harus cakup agar pertukaran
udara berjalan dengan baik. Lebih baik jika sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah, karena akan membantu membasmi kuman. Perlengkapan tempat tidur sebaiknya seminggu sekali dijemur 8.
dan
alat
Pencegahan
a.
Indentifikasi
dan
tenunnya
Transmisi pengobatan
dini
dalam individu
dicuci.
Lingkungan dengan
Perawatan
tuberculosis
aktif
(TB)
-
Pertahankan indeks kecurigaan TB yang tinggi untuk mengidentifikasi kasus dengan cepat
-
Dengan cepat lakukan terapi efektif banyak obat anti TB berdasarkan pada data klinis dan
surveilensi b.
Pencegahan penyebaran nuklei droplet infeksius dengan metoda mengontrol sumber dan
mengurangi -
obat. kontaminasi
mikroba
diudara
dalam
ruangan.
Lakukan tindakan isolasi basil than asam (BTA) harus menggunakan respiratoir partikulat
disponsibel
yang
menempel
dengan
sangat
pas
diwajah.
-
Lanjutkan tindakan pencegahan isolasi sampai terdapat bukti klinis penurunan infeksius.
-
Individu yang memasuki ruangan isolasi BTA harus menggunakan respirator partikulat
disponsibel -
yang
menempel
dengan
sangat
pas
diwajah
Lanjutkan tindakan pencegahan isolasi sampai terdapat bukti klinis penurunan infeksius yaitu
batuk berkurang secara substansial dan jumlah organisme pada smear sputum berikut berkurang. Jika diduga dinyatakan adanya resistensi obat, lanjutkan tindak kewaspadaan isolasi sampai smear 9.
sputum
menunjukkan
Gunakan tindakan pencegahan
negatif
terhadap
BTA.
khusus selama prosedur yang merangsang batuk.
Komplikasi
Tuberkulosis
Penyebaran ineksi tuberkulosis ke bagian tubuh nonpulmonal dikenal sebagai TB miliaris. TB ini diakibatkan oleh invasi ini terjadi akibat reaksi lambat infeksi dorman dalam paru atau di tempat lain dan menyebar melalui darah ke organ lainnya. Basil yang memasuki aliran darah dapat berasal dari fokus kronis yang mengalami ulserasi ke dalam pembuluh darah atau pembesaran tuerkel yang melapisi permukaan dalam duktus torakik. Organisme bermigrasi dari fokus infeksi
ke dalam aliran darah, terbawa ke seluruh tubuh, dan berdiseminasi melalui semua jaringan, dengan tuberkel miliaris kecil yang berkembang dalam paru-paru, limpa, hepar, meningen dan organ
lainnya.
Perjalanan klinis tuberkulosis miliaris dapat beragam dari infeksi akut, berkembang secara progresif dengan demam tinggi sampai proses indolen dengan emam tingkat rendah, anemia dan perlemahan tubuh secara keseluruhan. Pada awalnya mungkin tidak terdapat tanda lokalisasi kecuali pembesaran limpa dan menurunnya jumlah leukosit. Namun demikian dalam beberapa minggu rontgen dada menunjukkan ketebalan kecil menyebar secara difu ke seluruh bidang paru yang
kemudian
semakin
meningkat
jumlahnya.
Penyebaran TB pada ginjal mengakibatkan perubahan fungsi ginjal hingga terjadi gagal ginjal. Pada meningan menyebabkan kerusakan sel otak dan berakibat gangguan kesadaran. Penyebaran pada muskuloskeletal berakibat kerusakan pada tulang dan kemungkinan fraktur spontan akibat osteomielitis
dari
infeksi
TB.
Efusi plura dapat terjadi 6 – 12 bulan setelah terbentuknya kompleks pimer, kompikasi pada tulang dan kelenjar getah bening permukaan (superfisial) dapat terjadi akibat penyebaran hematogen, hingga dapat terjadi dalam 6 bulan setelah terbentuknya kompleks primer, tetapi komplikasi ini dapat terjadi dalam 3 bulan, pleuritis dan penyebaran bronchogen dalam 6 bulan dan tuberkulosis tulang dalam 1 – 5 tahun setelah terbentuknya kompleks primer. 10.
Dampak
Tuberkulosis
a.
Paru
Terhadap
Sistem-sistem
Sistem
Tubuh
Lain
Pernafasan
Mycobacterium tuberculosa masuk ke dalam paru-paru dan membentuk tuberkulosa sehingga terjadi penebalan membran paru yang mengakibatkan difusi oksigen terganggu sehingga intake oksigen ke dalam paru tidak kuat. Proses peradangan dapat meningkatkan sekresi mukus dalam bentuk sputum yang menghambat jalan nafas sehingga ventilasi pulmonal terganggu. Proses peradangan mengakibatkan jaringan paru mati dan berongga, kemudian pembuluh darah pecah dan
terjadilah
b.
hemaptoe.
Sistem
Cardiovaskular
Proses peradangan pada paru menyebabkan perubahan pada jaringan paru sehingga menghambat sirkulasi pulmonal sehingga tekanan pada area pulmonal menignkat dan hal ini berpengaruh pada peningkatan tekanan ventilasi kanan sehingga menyebabkan terjadinya pleura pulmonal. Gangguan difusi oksigen menyebabkan kadar oksigen dalam sirkulasi darah menurun sehingga perfusi jaringan menurun yang ditandai dengan adanya cyanosis pada beberapa bagian tubuh, tekanan c.
darah
menurun, Sistem
nadi
lemah. pencernaan
Kadar oksigen dalam sirkulasi darah menurun sehingga supply oksigen ke otak pun menurun dan mempengaruhi hypothalamus untuk merangsang nervus vagus mengeluarkan HCL yang berlebihan yang menimbulkan mual dan anorexia, sehingga menyebabkan penurunan berat
badan kadar oksigen dalam sirkulasi darah menurun menyebabkan supply oksigen ke sel dan jaringan
menurun,
maka
terjadi
penurunan
proses
metabolisme.
Disamping itupada klien TBC paru yang sudah lama mendapat pengobatan spesifik therapi, efek samping dari pemberian INH dan Ethambutol yang lama akan meningkatkan yang lama akan meningkatkan
sekresi
HCL
sehingga
d.
menimbulkan
mual
dan
Sistem
anorexia. Persyarafan
Penurunan kadar oksigen menyebabkan kadar CO2 dalam darah yang merangsang pusat syaraf di medula oblongata dan pons untuk meningkatkan kerja otot pernafasan sehingga merangsang RAS menyebabkan klien terjaga. Proses peradangan juga menimbulkan batuk yang lama, sehingga seringkali timbul nyeri dada. Rangsangan nyeri dan merangsang hypothalamus sehingga nyeri dipersepsikan. Proses peradangan menyebabkan kompensasi tubuh untuk meningkatkan
metabilisme
sehingga
e.
terjadi
peningkatan
suhu
Sistem
tubuh.
muskuloskeletel
Penurunan kadar oksigen dalam darah menyebabkan supply oksigen ke jaringan menurun yang mengakibatkan proses pembentukan ATP terhambat, akibatnya energi yang dihasilkan sedikit, menyebabkan B.
klien
Konsep
merasa
Dasar
lelah
Asuhan
dan
keperawatan
lemah. TB
1.
Paru Pengkajian
Pengkajian
adalah
pemikiran
dasar
dari
proses
keperawatan
yang
bertujuan
untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat megnidentifikasi, mengenai masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan a.
Pengumpulan
data
1).
Identitas
a).
Identitas klien, perlu dikaji identitas yang mempunyai hubungan meliputi : nama hubungan
dengan penyakit tidak terbatas pada semua umur tetapi anak-anak dan orang tua lebih rentan terhadap penyakit ini, jenis kelamin lebih sering laki-laki terkena dari pada perempuan karena faktor kebiasaan seperti merokok, pendidikan hubungan dengan penyakit pendidikan rendah biasanya kurang pengetahuan tentang penyakit ini, pekerjaan hubungan dengan penyakit orangorang yang bekerja di udara terbuka lebih sering terkena seperti kuli bangunan, sopir, status marital berpengaruh pada proses penularan, agama, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no. medrec. Diagnosa medis dan alamat hubungan dengan penyakit TBC apakah klien b).
tinggal
a).
kumuh
dan
rumah
ventilasi
kurang.
Identitas penaggung jawab meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, 2).
dilingkungan alamat
dan
hubungan
Riwayat Keluhan
dengan
klien. Kesehatan utama
Pada klien TB paru biasanya ditemukan keluhan utama berupa sesak nafas disertai batuk-batuk dan
nyeri
dadRiwayat
Kesehatan
Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan data yang menceritakan awitan gejala yang klien alami sehingga klien dibawa ke rumah sakit sampai dilakukan pengkajian. Riwayat kesehatan sekarang menggunakan metoda PQRST sebagai pengebangan dari keluhan utama. Metode ini meliputi hal-hal yang memperberat atau memperingan, kualitas dan kekerapannya, waktu timbulnya dan lamanya. c)
Riwayat
kesehatan
dahulu.
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit serupa sebelumnya, tanyakan juga penyakit infeksi yang pernah diderita klien seperti pneumonia, bronkhi\ritis dan lain-lain. Selain itu perlu juga dikaji pola kebiasaan sehari-hari mencakup aktifitas, penggunaan obat-obat tertentu, kebiasaan
hygiene
d)
Riwayat
Kesehatan
keluarga
Tanyakan di keluarga apakah ada yang menderita PPOM atau penyakit paru seperti TB paru. Jika ada gambaran dengan struktur keluarga. Bagaimana kondisi rumah dan lingkungan sekitarnya. 3).
Pola
Aktivitas
sehari-hari
Mengungkapkan pola aktivitas klien antara sebelum sakit dan sesudah sakit meliputi nutrisi, eliminasi,
personal
hygiene,
4).
istirahat
tidur,
aktivitas
dan
gaya
Pemeriksaan
hidup. Fisik
Dilakukan dengan cara inpeksi, palpasi, perpusi, dan auskultasi berbagai sistem tubuh, maka akan
ditemukan
a).
hal-hal
sebagai
berikut
Keadaan
: Umum
Pada klien yang dimobilisasi perlu dilihat dalam hal keadaan umumnya meliputi penampilan postum tubuh, kesadaran keadaan umum klien, tanda-tanda vital perubahan berat badan, perubahan b).
suhu,
bradikardi, Sistem
labilitas
emosional. kardiovaskular
Kemungkinan terjadi penurunan ekanan darah, tachikardi, peningkatan JVP, konjugtiva pucat, perubahan jumlah hemoglobin/ hematokrit dan leukosit, bunyi jantung S1 dan S2 mungkin meredup. c).
Sistem
Pernafasan
Nlilai ukuran dan kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, warna mukosa, edema, nyeri tekan pada sinus. Nilai-nilai ukuran, bentuk dan kesimterisan dada, adanya nyeri, ekspansi paru, pola pernapasan, penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, sianosis, bunyi nafas dan frekuensi nafas. Biasnya pada klien TB paru aktif ditemukan dispneu, nyeri pleuritik luas, deviasi trachesa, sianosis. Ekspansi paru berkurang pada sisi yang terkena, perkusi hipersonar,
suara nafas berkurang pada sisi yang terkena, vokal fremitu berkurang. Terdengar ronchi basah atau
kering.
d).
Sistem
Gastrointestinal
Kaji adanya lesi pada bibir, kelembaban mukosa, nyeri stomatitis, keluhan waktu menguyah. Amati bentuk abdomen, lesi, nyeri tekan adanya massa, bising usus. Biasanya ditemukan keluhan mual dan anorexia, palpalasi pada hepar dan limpe biasanya mengalami pembesaran bila telah
terjadi
e).
komplikasi.
Sistem
Genitourinari
Kaji terhadap kebutuhan dari genetalia, terjadinya perubahan pada pola eliminasi BAK, jumlah urine ouput biasanya menurun, warna perasaan yeri atau terbakar. Kaji adanya retensio atau inkontinensia urine dengan cara palpalasi abdomen bawah atau pengamatan terhadap pola berkemih
dan
keluhan
f).
klien.
Sistem
Muskuloskeletel
Kaji pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak bawah, kaji nyeri pada waktu klien bergerak. Pada klien penumothorax akibat TB ditemukan keletihan, perasaan nyeri pada tulang-tulang dan intolerance aktivitas pada saat sesak yang hebat. g).
Sistem
Endokrin
Kaji adanya pembesaran KGB dan tiroid, kaji adakah riwayat DM pada klien dan keluarga. h).
Sistem
Persyarafan
Kaji tingkat kesadaran, penurunan sensori, nyeri, refleks, fungsi syaraf kranial dan fungsi syaraf serebal. Pada klien TB paru bila telah mengalami TB miliaris maka akan terjadi komplikasi meningitis yang berakibat penurunan kesadaran, penurunan sensasi, kerusakan nervus kronial, tanda
kernig
dan
bruzinsky
i).
serta
kaku
kuduk
yang
Sistem
positif. Integumen
Kaji keadaan kulit meliputi tekstru, kelembaban, turgor, warna dan fungsi perabaan, kaji turgor kulit dan perubahan suhu. Pada klien TB paru ditemukan fluktuasi suhu pada malam hari, kulit tampak berkeringat dan perasaan panas pada kulit. Bila klien mengalami tirah baring lama akibat pneumotorax, maka perlu dikaji adalah kemerahan pada sensi-sendi / tulang yang menonjol sebagai
antisipasi
5). a).
dekubitus.
Data
Psikososial
Status emosi emosi : pengendalian emosi mood yang dominan, mood yang dirasakan saat ini,
pengaruh b).
dari
atas
pembicaraan
orang
lain,
kesetabilan
emosi.
Konsep dari bagaimana klien melihat dirinya sebagai seorang pria, apa yang disukai dari
dirinya, sebagaimana orang lain menilai dirinya, dapat klien mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan. c).
Gaya komunikasi : cara cara klien bicara, cara memberi informasi, informasi, penolakan untuk berespon,
komunikasi d).
non
verbal,
kecocokan
bahasa
verbal
dan
nonverbal.
Pola interaksi, interaksi, kepada siapa klien menceritakan menceritakan tentang dirinya, hal yang yang menyebabkan
klien merespon pembicaraan, kecocokan ucapan dan perilaku, anggaran terhadap orang lain, hubungan e).
dengan
jenis.
Pola koping apa yang dilakukan klien dalam mengatasi masalah, adalah tindakan
mamadaptif, f).
lawan
kepada
siapa
klien
mengadukan
masalah
Sosial tingkat pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial, teman dekat, cara pemanfaatan
waktu
dan
gaya
6).
hidup
Data
Spiritual
Arti kehidupan yang penting dalam kehidupan, keyakinan tentang penyakit dan proses kesembuhan, hubungan kepercayaan dengan Tuhan, ketaatan menjalankan ritual agama, keyakinan bantuan Tuhan dalam proses kesembuhan yang diyakini tentang kehidupan dan kematian. 7).
Data
Penunjang
Pemeriskaan laboratorium, darah yaitu Hb, leukosit, trombosit, hematokrit, AGD, pemeriksaan radiologik Data
:
thorax
foto,
penunjang
sputum
untuk
klien
a). Anemia
-
Leukositosis
-
perlu
dengan
TB
pemeriksaan paru
LCS.
yaitu
: darah
terutama
bila
ringan
LED
-
periode
akut
predominasi
limfosit
terutama
fase
akut
peninggian
kadar
CO2.
dengan
meningkat
AGD
menunjukkan
b).
Pemeriksaan
Karakteristik
radiologik
Bayangan
-
lesi
yang
Bayangan
radiologik
menunjang
radiologik
yang
diagnosis
terletak
yang
-
di
antara lapangan
berawan
atau
menetap
-
paru
berbercak
yang atau
relatif
bilateral
menetap
beberapa
minggu
Bayangan
c).
milier
Pemeriksaan
Ditemukannya d).
kuman
mycobacterium
Uji
:
klasifikasi
Kelainan Bayangan
lain atas
Adanya
-
bila
Pemeriksaan
-
-
dan
Bakteriologi
tuberculosis
dari
Tuberkulin
dahak
penderita
(Mantoux
TB tes)
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara mantaoux yaitu penyuntikan melalui intrakutan menggunakan semprit tuberkulin 1 cc jarum no. 26 Uji tuberkulin positif jika indusrasi lebih dari 10 mm pada gizi baik atau 5 mm pada gizi buruk . hal ini dilihat setelah 72 jam penyuntikan. Bila
uji
tuberkulin
positif
menunjukkan
adanya
infeksi
8).
paru. Therapi
Obat
TB
Agen primer
:
isoniazid
anti (INH),
ethambutol,
infeksi rifampycin,
streptomycin
-
Diet
-
TKTP
Cairan
rehidrasi
b.
RL
Analisa
Data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan
pada
perawatan
c.
klien
Diagnosa
keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu respon individu pada masalah kesehatan yang aktual maupun Dalam
potensial buku
diagnosa
keperawatan
menurut
Doenges
(1999:119-123)
1.
Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh yang menurun
2.
Resiko infeksi berulang berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh yang menurun
3.
Tidak efektifnya bbersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret kental di jalan napas
4. 5.
Resiko
kerusakan
gas
berhubungan
dengan
penurunan
luas
permukaan
paru
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia 6.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan
keterbatasan 1.
kognitif
Tidak efktifnya bersihan nafas berhubungan dengan skret kental di jalan nafas
Tupan
:
bersihan
jalan
Kriteria
evaluasi
-
Klien
-
Frekuensi
2.
dapat
: mengeluarkan
dan
efektif
irama
pernafasan
sekret normal
Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan luas permukaan paru
Tupan
:
tidak
terjadi
Kriteria
kerusakan
perukaran
evaluasi
-
normal
Tidak
-
Tidak
terdapat
terdapat
gas :
GDA
3.
nafas
sianosis
tanda
distres
pernafasan
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anorexia Tupan
:
Kebutuhan
Kriteria 4.
nutrisi
evaluasi Terdapat Nilai
peningkatan laboratorium
terpenuhi :
berat
badan normal
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi kondisi aturan tindakan dan pencegahan
berhubungan Tupan
:
dengan
Pengetahuan
tentang
keterbatasan
kondisi,
aturan
Kriteria -
tindakan
dan
kognitif pencegahan
bertambah
evaluasi Terdapat
-
perubahan
peilaku
Klien
-
Klien
:
kesehatan
paham
menuju
lebih
tentang
berpartisipasi
aktif
baik
pengobatan
dalam
pengobatan
5.
Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah pelaksanaan dari tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan rencana keperawatan. Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk membantu individu dalam memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhinya secara mandiri atau mengatasi permasalahan yang dihadapinya. 6.
Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir (Hidayat,
A
Aziz,
2002
:
46)
S : Perkembangan keadaan didasarkan pada apa yang dirasakan, dikeluhkan dan dikemukakan klien O : Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim kesehatan lain A : Kedua jenis data tersebut, baik subjectif dinilai dan dianalisis, apakah berkembang kearah perbaikan atau kemunduran. Hasil analisis dapat menguraikan sampai dimana masalah yang ada dapat diatasi atau adakah perkembangan masalah baru yang menimbulkan diagnosa keperawatan baru P : Rencana penanganan klien dalam hal ini didasarkan pada hasil analisis diatas yang berisi melanjutkan rencana sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi dan membuat rencana I
baru :
Tindakan
bila
rencana yang
awal
dilakukan
tidak
efektif.
berdasarkan
rencana
E : Evaluasi berisi penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan dan evaluasi telah dilaksanakan
dan
sejauh
mana
masalah
pasien
teratasi.
R : Bila hasil evaluasi menunjukkan masalah belum teratasi, pengkajian ulang perlu dilakukan kembali melalui proses pengumpulan data subjektif, data objektif dan proses analisisnya.
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
1.
Pengkajian
a.
Pengumpulan
Data
1.
Identitas
Klien
Nama
:
Tn.
E
Umur
:
32
th
Jenis
Kelamin
:
Laki-laki
Pendidikan
:
SMA
Pekerjaan
:
TNT
Agama
:
Alamat Tgl.
:
Sawo
Kota
Masuk Pengkajian
No.
Medrek
29.04.2006
:
158.02.2006
:
Identitas
Cilegon 22.04.2006
:
Medis
2.
Bumi
:
Tgl. Diagnosa
Leweng
Islam
TBC
Penanggung
(Paru) Jawab
Nama
:
Ny.
E
Umur
:
31
th
Jenis
Kelamin
Pendidikan
:
Perempuan
:
SMA
Agama
:
Alamat
:
Hubungan
dengan
Sawo
Kota
Bumi
Klien
3.
:
Riwayat
a. 1.
Leweng
Islam
Riwayat Keluhan
Istri Kesehatan
Kesehatan utama
Cilegon
Sekarang
saat
masuk
RS
Klien mengatakan sejak 1 bulan yang lalu mengeluh tidak enak badan ,lemas disertai panas badan dan menggigil, serta keluar keringat banyak setiap malam diatas jam 01.00 WIB. Klien merasakan nafsu makan turun, kadang-kadang klien batuk berdahak dengan lendir kekuningan. Satu bulan sebelum klien masuk rumah sakit,klien merasakan badannya lemas mual ,muntah sehinhgga klien dibawa oleh keluarga ke RSKM (UGD). Selanjutnya diruangan mawar dilakukan dilakukan tindakan operasi limpa denoopati pada daerah leher pinggang dan lipatan paha. 2.
Keluhan
utama
saat
dikaji
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengeluh sesak nafas. Sesak dirasakan ketika klien banyak beraktifitas dan berkurang ketika klien beristirahat, sesak dirasakan pada daerah dada ( kedua lapang paru ) dan tidak menyebar, sesak dirasakan oleh klien seperti diikat oleh tali yang keras,
klien
merasakan b.
Riwayat
nyeri
sepanjang Kesehatan
hari. Dahulu
Klien mengatakan pernah dirawat di RS KM pada tahun 2005 dengan gastritis selama 3 hari,
klien juga mengatakan punya penyakit TBC ini sudah sejak tahun 2003 sampai sekarang dan pernah berobat selama 6 bulan, setelah itu tidak berobat lagi dikarenakan kebutuhan ekonomi keluarga
/
b.
dialihkan Riwayat
kepentingan
keluarga.
Kesehatan
Keluarga
Klien tinggal bersama dengan keluarga istrinya, Menurut klien dikeluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti jantung, hypertensi, dan yang lain, namun dikeluarga pihak perempuan ada yang menderita penyakit menular seperti TBC sedangkan mertua laki-laki mempunyai
penyakit
TBC.
GENOGRAM
Ket.
: :
Laki-Laki
:
Perempuan
:
Sakit
Pola No. 1
Aktivitas Aktivitas
Sebelum
sakit
Sesudah
sakit
2
3
4
5
Nutrisi Makan
-
jenis
makanan
-
Frekuensi
-
keluahan
Minum
Jenis keluhan
Pola
Eliminasi
a.
BAB
b
BAK
Pola Istirahat
Personal
hygiene Kebersihan
kulit
Kebersihan
gigi
Kebersihan
rambut
Aktivitas
Nasi,
sayur
2-3
x
lauk /
pauk hari,
kadang-kadang habis
buah ¾
buahan. – porsi.
Klien
mengatakan
tidak
ada
keluhan
apapun.
. 3
botol
aqua
besar
Air
dan
paling
sedikit
putih
6
-
8
gelas
hari
dan
Tidak
(1500 – 2000
air
teh
ada
2
x/
keluhan
hari,
5
konsistensi
x
lembek
/
hari
Kuning Siang
cc)
jernih jam
14.00-17.00
Klien
WIB
malam
hari
mengatakan
jam
22.00-05.00
mandi
Klien
gosok
gigi
2x
Klien
mencuci
rambut
2x
WIB.
2x/hari / /
hari minggu
Klien dapat melakukan aktifitas sendiri tanpa bantuan dari orang lain.klien juga seorang karyawan
dari
Nasi,
TNT
sayur,
3x/hari, 3
PT
buah-buahan.
habis
–
½
6
gelas
porsi /
hari
klien mengatakan nafsu makan berkurang karena sering mual.dan nyeri pada daerah perut kiri. 3-6
gelas
/hari
air klien
putih mengatakan
jarang
minum
3
x
/
3x
hari
/
hari
kuning
jernih
klien mengatakan tidur tidak tentu selama 1-2 jam perhari pada malam hari dan pada siang hari sekitar
2
Klien
jam
mengatakan
Klien
hanya
dilap
gosok
Klien
tidak dengan
gigi
mengatakan
selama
tentu.
air
hangat
2x
dirawat
belum
1x/hari.
/ pernah
hari
dicuci
rambut.
Klien melakukan aktifitas dibantu oleh perawat dan keluarga termasuk ketika hendak BAB.
4.
Pemeriksaan
a.
Keadaan
umum
:
b.
Fisik
Compos
mentis
GCS
Tanda-Tanda
TD
:
100
/
70
Vital
mmhg
N
C
R
c.
15
:
:
100
24
x
System
x
/ /
menit menit
Pernapasan
Bentuk hidung simetris, septum terdapat, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat secret, mukosa hidung lembab dan berwarna merah muda, patensi hidung kuat, tidak terdapat nyeri tekan sinus.bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi intercostalis, vertebrate lurus, tidak terdapat masa dan tidak terdapat nyeri tekan, vocal fremitus antara paru kanan dan kiri simetris, pengembangan paru saat bernafas simetris, pada perkusi suara p aru resonan, suara psru terdengar vesikuler.respirasi
24 d.
x/
menit.
Sistem
Kardiovaskuler
Konjungtiva pucat, tidak terdapat peningkatan JVP ( Jugularis Vena Pressur ), CRT ( Cafilrary Refilling Time ) dapat kembali dalam waktu 2 detik, akral teraba hangat, ictus kordis teraba pada ICS V Midclavikula kiri, suara perkusi jantung Dulhes, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar murni reguler, pulsasi denyut nadi teraba lemah dengan irama teratur, frekwensi nadi 100 x / menit. TD d.
:
100
/ Sistem
70
mmHg. Pencernaan
Bibir dan mukosa lembab, tidak terdapat kelainan pada bentuk bibir, gigi jumlah 32 buah, pergerakan lidah bebas, tidak terdapat lesi, warna merah muda, tidak terdapat nyeri tekan, terdapat reflek menelan, bentuk perut datar dan terasa sakit bila ditekan kwadran kanan bawah,
dan
tidak
teraba
pembesaran
hepar
e.
dan
limpa,
BU
8x/menit,
BB
Sistem
Kesadaran
compos
mentis
48
kg
Persyarafan
dengan
nilai
GCS
=
15
Orientasi klien terdapat orang,waktu dan tempat baik terbukti klien dapat menyebutkan dimana klien sekarang berada serta keluarga yang menunggunya. Klien dapat mengingat kejadian masa lampau
dan
kejadian
yang
Test
baru
saja
terjadi.
Nervus
(1).
Cranial
Nervus
Klien
mampu
membedakan
Olfaktorius
bau
(2).
kopi
dan
kayu
putih
Nervus
Klien
mampu
(3).
membaca
papan
Nervus
Optikus
nama
perawat
Okulomotoris,
dalam
jarak
30
Troklearis,
cm
Abdusen
Klien mampu menggerakkan bola mata kearah atas, bawah, dan samping mengedip spontan, pupil
osokov
simetris
dan
(4).
kontraksi
saat
diberi
Nervus
cahaya. Trigeminus
Klien mengatakan sentuhan kapas diwajahnya, klien dapat menggerakkan rahangnya, klien mampu
mengedip
(5).
Nervus
Fasialis.
Klien dapat menggerakkan dahi, dapat membedakan rasa asin, manis, pada lidahnya, tidak terdapat
parese
(6). Klien
Nervus mendengar
(7).
jelas
dibuktikan
Nervus
klien
Klien
dengan
dapat
dapat
dapat
menjawab
Glosofaringeus
merasakan
menelan,
Auditorius
uvula
rasa
pahit
bergetar
saat
(8).
semua
pertanyaan.
dan pada
klien
Vagus
1/3
posterior
mengucapkan
kata
Nervus
lidah.
“Ach
“.
Acessorius
Klien dapat menggerakkan leher, kekuatan otot sama saat diberi tekanan pada dagu disaat klien menoleh, klien dapat mengangkat bahunya tanpa rasa nyeri dan melawan tekanan yang diberikan. (9).
Nervus
Hipoglosus
kline mampu menjulurkan lidahnnya kekiri dan kekanan dan dapat menariknya dengan baik dan pergerakan
terkontrol.
f.
Sistem
Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening. Pada leher kiri terdapat bekas opersi lympadenopati, tidak terdapat tanda-tanda gangguan hormonal seperti moonface ataupun exopthalmus,
tidak
terdapat
tremori
pada
kedua
belah
tangan.
g.
Sistem
Genetourinaria
Bentuk utuh, pada supra pubis terdapat luka post operasi kelenjar KGB + 5 cm yang masih basah, jahitan masih utuh, pada pacpasi tidak terdapat pembesaran ginjal, blas terasa kosong. h. -
Sistem
Muskoloskeletal
Postur tubuh simetris, klien dapat membuka mulut, klien dapat menahan pada saat dagu
diberi -
tahanan.
Leher dapat difleksikan 45o, hypertensi 135o, flexi lateral kidanka 45o, dan rotasi 360o.
-
Extermitas
Atas
Bentuk tangan simetris, bahu dapat extensi 18oC, aduksi 45oC rotasi 360o, pergelangan tangan dapat di extensikan , fleksi, rotasi, supehasi, prohasi, jari-jari tangan dapat di abduksikan, reflek bisep, dan tricep (++/++), tidak terdapat odiem terpasang infus RL 20 tpm pada tangalo kanan. -
Extermitas
bawah
Pada kaki kiri panggul extensi 90o, fleksi, abduks 20o abduksi 45o, extensi lutut 120o, pergelangan kaki dapat difleksikan, extensi dan jari-jari kaki dapat diversikan, inversi, abduksi, abduksi,
reflek
fatella
(++/++),
kekuatan
otot
5 5
i.
5 5
Sistem
Integumen
Rambut agak kotor, tidak mudah tercabut, kulit kepala berketombe, tugor kulit baik) S . 376C., terdapat j.
luka
operasi
Sistem
pada
daerah
penglihatan
dan
lipatan
paha
pendengaran
pinggang
dan
wicara
Klien dapat membaca dengan baik, klien dapat menjawab pertanyaan bila diajukan perawat dengan
benar
klien
dapat
5.
dengan
arti
kulasi
yang
Data
a. Emosi
bicara
Psikologis
Status klien
tampak
stabil
jelas
Emosi
dan
berbicara
dengan
nada
b.
rendah
Kecemasan
Expresi wajah klien tampak lemas dan pucat, klien sering bertanya apakah penyakitnya bisa kambuh lagi, klien mengatakan tidak tahu banyak tentang penyakitnya dan cara perawatannya. c.
Pola
koping
Menurut klien apabila klien punya masalah klien suka bercerita padaGaya Komunikasi Klien
berbicara
cukup
jelas,
expressi
d.
-
sesuatu
yang
klien
Konsep
Klien
muka
Gambaran merasa
tidak
puas
diri pada
kondisi
Diri /
badannya
Identitas
rasakan
body karena
menderita
image sakit
TBC. Diri
Klien sebagai seorang laki-laki yang telah menikah pegawai PT TNT, dan klien adalah seorang
ayah
yang
memiliki
seorang
anak.
Peran Klien
berperan
suami
dan
tidak
dapat
-
melaksanakan
perannya
karena
Idiel
sakit Diri
Harapan klien ingin cepat sembuh dan lekas pulang, sehingga ia dapat beraktivitas sebagaimana sebelum
sakit
-
Harga
Diri
Klien merasa bangga dengan dirinya, klien tidak merasa malu dengan keadaannya saat ini 6.
Data
Sosial
Klien dimasyarakat sebagai seorang pekerjaan buruh di PT. TNT, dan klien sehari-hari berhubungan baik dengan tetangga-tetangganya. Di RS komunikasi dengan perawat baik, hubungan
dengan
keluarga
baik
dan
7.
keluarga
mau
untuk
di
ajak
kerja
Data
sama.
Spiritual
Falsafah
Hidup
Klien percaya dengan adanya sehat dan sakit, klien mengatakan jika sakit akan sembuh dengan
pengobatan yang teratur disertai do’a kepada Tuhan YME. elama di R klien tidak dapat menjalankan
ibadahnya
8.
seperti
biasa.
Data
Penunjang
(1).
Laboratorium
Tanggal
–
26
–
04
2006
HAEMATOLOGI
I
Haemoglobin Leukosit Haematokrit JUmlah
Trombosit
:
9.1
:
4300
:
29.8
:
261.00
G
/
DL
/
**3
% /**3
13-16
(lk),
(*)
–
5000 40-48
10000
(lk),
37-46
(*)
–
150.000 (2). Tgl
12-14
400.000
Hasil 24
–
pemeriksaan 04
–
2006
sputum BTA
+
Tgl
26
Tgl
30
Photo
– –
thorax
:
– –
04 04
kesan
thorax
kusam
2006
BTA
+
2006
BTA
+
TB
paru
duplex
Aktif
9.
Therapy
-
Anadex
-
Santibi
-
3 2
Rifamficin
x
1
tablet
Broxed
H 1
Rantin
x
1
1
x
2
x
Cedantron
3
2 1
x
gr amp
1
amp
-
Inoxin
1
x
1
tablet
-
Dumin
3
x
1
tablet
-
Tusilan
3
x
1
tablet
Analisa
Data
No
Data
Penyebab
1.
dan
Dampak
2.
Masalah
3.
1.
4.
Ds
-
Klien
mengeluh
:
sesak
nafas
dan
Do
:
-
Klien
tampak
-
sesak
Klien
-
Ro
:
-
thorax
batuk
kusam
Tb
paru
Terdengar
-
Nadi
duplex
suara 100
-
batuk
ronchi
x
/
Respirasai Sputum
kental
warna
kuning
aktif mnt 28x/mnt
Invasi
mycobacterium
tuberculosa
terbentuk
tuberkel
pada
paru
keruakan
jaringan
alveoli
pertukaran
gas
pada
alveoli
terhambat
Gangguan
oxigenasi Gangguan
oksigenasi
difusi :
diffusi
No
Data
Penyebab
1.
dan
Dampak
2.
Masalah
3.
2.
4.
Ds
-
Klien
-
mengatakan Klien
:
badan
klien
lemah
merasa
dan
mudah
lelah.
Do
:
-
Klien
-
Hb
9,1
gr/dl
-
tampak dari
nilai
Klien
-
TD Nadi
-
Resp
-
Suhu
lemas
normal terlihat
:
-
-
lemah.
13-16
gr/dl. pucat.
100/70
mmHg.
:
100x/menit. :
28x/menit.
:
37
Keperluan klien di bantu oleh keluarga dan perawat
0c
Infeksi kuman TBC pada paru
inflamasi
/
peradangan
pada
paru-paru
penyekatan
membrane
respirasi
oksigenasi
kurang
metabolisme
menurun
energi
yang
dihasilkan
menurun
lemah aktifitas
intolerans
Gangguan
intoleransi
aktivitas
No Data
Penyebab
dan
1.
Dampak
2.
Masalah
3.
3.
4.
Ds
-
Klien
mengeluh
:
tidak
ada
nafsu
makan
-
Mual
Do -
: Porsi
makan
tidak
-
hanya
BB: Hb
-
habis,
¼
tampak Masuknya
makan KG
9,1
Klien pucat
kali
48 :
Konjungtiva
setiap
mg/dl lemas
Mikroorganisme
TBC
terjadi
reaksi
antigen
dan
antibodi
kerusakan
jaringan
paru-paru
suplai
02
kejaringan
berkuang
Gangguan No
pemenuhan
Data
Penyebab
1.
kebutuhan
nutrisi
Dampak
Masalah
dan
2.
3.
4.
4.
Ds
Klien
menanyakan
terus
keadaan
penyakit
: nya
dan
menanyakan
apa
pantangannya
Do
:
Ekspresi wajah agak tegang, klien selalu menanyakan dan proses kejadiannya penyakit pada pemeriksa klien terlihat murung
Kurangnya pengetahuan pasien tentang keadaan penyakitnya
Salah
persepsi
merupakan
stressor
psikologis
Menyebabkan
klien
cemas
Gangguan
5.
rasa
aman
cemas
Ds
Klien
:
mengatakan
susah
tidur
Do
:
-
Wajah
-
Mata
-
lesu merah
Frekwensi Tidur
malam
1-2
jam
nafas sering
terjaga
meningkat
Reaksi
imflamasi
pada
paru
Peningkatan
metabolisme
dan
oxigenasi
di
paru-paru
Respon
saraf
simpatis
Keringat
meningkat
RAS
teraktivasi
untuk
mengaktifkan
kerja
organ
tubuh
Rem
menurun
Klien
terjaga
No
Data
Gangguan
pemenuhan
Penyebab
1.
istirahat
dan
tidur
Dampak
2.
Masalah
3.
6.
4.
Ds
Klien
mengatakan
:
tidak
tahu
tentang
penyakitnya.
Do
:
Klien
sering
bertanya
apakah
penyakitnya
bisa
kambuh
Kurangnya
lagi informasi
Kurangnya
pengetahuan
pasien
tentang
keadaan
penyakitnya
Kurangnya
pengetahuan
7.
perawatan
di
rumah
DS
Klien
mangatakan
ada
luka
bekas
insisi
: pada
daerah
leher,
lipatan
DO
:
Terdapat -
paha.
luka
luka sepanjang
bekas 3
cm
insisi Adanya
pada luka
leher, insisi
pada
lipatan leher
paha dan
paha
port
of
entry
bagi
m.o
untuk
menginvasi
resiko
infeksi
Resiko
infeksi
C.
Diagnosa
Keperawatan
Berdasarkan
Prioritas
Tanggal -
29-04-2006
Gangguan
-
Resiko
-
Gangguan
-
oxigenasi infeksi
difusi pada
pemenuhan
berhubungan luka
kebutuhan
dengan
insisi nutrisi
sesak
-
b.d b.d
post
anoreksia
dan
Aktivitas
membran op
akibat
sesak
b.d
dada
kelemahan
PERENANCAAN : Tn. E
Umur
: 30 Tahun
No. Medrec
fisik
KEPERAWATAN Diagnosa
: Mawar
Tgl. Pengkajian
Diagnosa
: 29-04-2006
Keperawatan Tujuan
(1)
: TB Paru Aktif
Ruang
: 58-02-83
No
(2)
Perencanan
Intervensi (3)
Rasional
(4)
(5)
Gangguan oksigenasi : diffusi b.d kerusakan membran alveoli. Ditandai dengan :
Ds
: Klien
mengeluh
sesak
nafas
dan
Do Klien
tampak
-
-
sesak
Klien Ro
:
-
batuk :
-
nafas
Resiko kambuh ulang b.d kurangnya pengetahuan klien tantang perawatan dirumah.
Nama
-
alveoli.
limfadenopati
nyeri
intolerance
B.
1.
kerusakan
Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan RAS yang teraktivasi
akibat -
:
tharox
kusam
batuk Tb
paru
Terdengar Nadi
duplex
suara 100 Respirasai
x
akitf ronchi
/
mnt 28x/mnt
Sekret
kental
Tidak
warna
terjadi
gangguan
kuning
Tupan
oksigenasi
:
: diffuse.
Tupen
:
Setelah dilakukan perawatan selama 5 hari, akumulasi secret berkurang dengan kriteria : -
Ronchi
2.
Frekuensi
nafas
Klien tidak terlihat sesak
dalam 1.
berkurang batas-batas
normal
18-24
x/mnt
Atur dan pertahankan posisi tidur klien dalam semi fowler.
Observasi status pernafasan setiap 8 jam sekali termasuk frekuensi nafas, kedalaman dan
bunyi
nafas
3.
Kolaborasi
4.
Ajarkan
pemberian metode
5.
O2 dalam
lembab dan
sesuai batuk
Laksanakan
Mucos 1. -
3
x
-
26
mg.
Lanjutkan 1
100mg
Pirazinamid
2.
ekspansi
paru
dan
antibiotik 1
x
tab
1
tab
2x2 2
x
6. Anjurkan klien untuk banyak minum ± 1600-2000 ml/ hari malkan
therapi
500mg 500mg
sehari
tab
x
3
Etambutol
-
kali
1
450gr
INH
2-3
klien
media
x
Rifampisin
-
efektif
kebutuhan
program
3 Brodxed
dengan
menurunkan
1.
tab 1
tab
posisi membantu memaksi
upaya
per
napasan.
Untuk mengetahui efekti vitas jalan nafas serta kondisi tubuh akibat jalan nafas yang tidak
efektif. 8 jam ditentukan dari pergerakan mukus di saluran nafas yang di dorong oleh silia (1cm/ment) 3.
Meningkatkan
ventilasi
maksimal
dan
oksigenasi
4.
Metode ini memudahkan ekspansi maksimum paru sehingga dahak akan terdorong keluar.
5.
Agen mukolik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret dan mencegah penyebaran
kuman 6.
dengan
lebih minum
banyak
air
membantu
lanjut. klien
untuk
mengeluarkan
secret.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
2.
3. Resiko
infeksi
pada
luka
insisi
Ditandai
b.d
post
op
lympadenopati
dengan
:
DS Klien
: mangatakan
ada
luka
bekas
insisi
pada
daerah
leher,
lipatan
DO Terdapat -
paha. :
luka luka
bekas
insisi
pada
sepanjang
leher,
lipatan 3
paha cm
Gangguan pemenuhan kebutuh an nutrisi b.d anorexsia akibat mual, ditandai dengan : Ds
:
-
Klien
mengeluh
tidak
ada
nafsu
makan
-
Mual
Do
:
-
Porsi
makan
tidak
-
habis,
hanya
¼
BB:
-
:
-
kali
makan
48
Hb
KG 9,1
Klien
-
setiap
mg/dl
tampak
Konjungtiva
pucat
Tidak
lemas Tupan
:
terjadi
infeksi.
Tupaen
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari tanda-tanda infeksi tidak terjadi. Dengan kriteria
:
Tanda-tanda Luka
infeksi insisi
tidak
tidak
menunjukan
ada. adanya
infeksi.
Tupan
:
Kebutuhan
nutrisi
terpenuhi
Tupen
:
Setelah dilakukan perawatan selama lima hari kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria : -
Mual
-
Porsi
2.
3.
berkurang makan
Nafsu BB
naik
0.5
makan kg
1.
kaji
kaji
lakuikan
habis
keadaan
meningkat luka
tanda-tanda
perawatan
bekas
insisi. vital
luka
insisi.
1.
Tingkatkan pemahaman klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuhnya serta diit yang di
butuhkan
2.
Anjurkan minum air hangat sebelum makan dan anjurkan klien untuk memakan makanan
dalam
keadaan
hangat.
3. Atur pola makan dengan porsi kecil tapi sering atau makanan yang disukai klien, roti, nasi atau
susu.
4. 5.
Motivasi
keluarga
untuk
memenuhi
klien
saat
Cegah/atasi penurunan selera makan klien dengan cara meningkatkan oral hygiene klien dan
beri
motivasi.
6.
Berikan
rantin
7.
Berikan
ATP
8.
2. 3.
makan
3 3
Timbang
1.
untuk
untuk
mengetahui
x
1 x
1
ampul
sesuai
instruksi.
tab
sesuai
instruksi
BB
mengetahui adanya
untuk
apakah infeksi
secara
luka melalui
dalam peningkatan
mencegah
rutin
keadaan
baik.
suhu
tubuh. infeksi.
1. Pemahamanan yang baik tentang pentingnya nutrisi terhadap kondisinya akan meningkatnya motivasi 2.
klien
dalam
memenuhi
kebutuhan
nya.
Makanan/minuman dalam keadaan hangat akan menam bah menetralisiri asam lambung.
3.
Porsi
kecil
akan
mengurangi
mual
dan
kebutuhan
nutrisi
tetap
terpenuhi
4 Dukungan keluarga terdekt diharapkan membangkitkan semangat klien untuk makan. 8.
Oral hygeine yang kurang akan menimbulkan bau mulut yangkurang sedap sehingga akan
menurunkan 9.
selera Antiemetik
10.
dapat
klien.
mengu
rangi
mual.
Vitamian bisa membantu mengembalikan atau meningkatkan daya tahan tubuh.
11.
Untuk
(1) 4.
makan
mengetahui
(2)
perkemba
ngan
(3)
klien.
(4)
(5)
Gangguan pemenuhan kebutuh an istrirahat tidur berhubungan dengan RAS yang
teraktivitas
akibat
sesak
dan
nyeri
dada,
ditandai
Ds
dengan
: :
-
Klien
-
Tidur
mengatakan malam
1-2
susah jam
sering
Do
tidur terjaga :
-
Wajah
-
Mata
-
Frekwensi
Kebutuhan
nafas
lesu merah meningkat
istirahat
tidur
Tupan klien
Tupen
terpenuhi :
Setelah dilakukan perawatan selama tiga hari tidur klien bertambah dengan kriteria : -
Klien
tampak
Klien Jam tidur menjadi tujuh jam
tidak 1.
sering
segar menguap
Pertahankan upaya untuk mengurangi sesak dan nyeri
dengan
tidur
2.
3.
Bereskan
klien tempat
dalam
tidur
dan
semi lingkungan
fowler. tempat
tidur.
Anjurkan klien dan keluarga untuk membatasi pengunjung dan penunggu hanya boleh dua
orang. 4.
Anjurkan keluarga klien untuk mematikan atau meredupkan lampu ketika klien mau tidur.
5.
Anjurkan
klien
untuk
minum
susu
Anjurkan untuk selalu berdo’a menjelang tidur.
6.
hangat
1.
ketika
akan
tidur.
Untuk mencegah kehilangan
oksigen.
2.
Memberikan
rasa
3.
Pengunjung
yang
4.
nyaman banyak
diharapkan
akan
menganggu
klien klien
dapat untuk
beristirahat. istirahat
Lampu yang redup akan mengendorkan syarat-syaraf yang ada pada pola mata sehingga
klien 5.
dan
akan
tidur.
Asam tritokan yang terkandung dalam susu di harapkan akan membuat klien mengantuk dan
tertidur
Berdo’a
6.
(1) 5.
(2)
menenangkan
(3)
jiwa
(4)
klien.
(5)
Aktivitas intolerance b.d kelemahan fisik akibat tidak seimbangnya antara demand dan
supply Ds
dapat
02,
ditandai
dengan: :
-
Klien
mengatakan
-
badan
Klien
klien
lemah
merasa
dan
lemah.
mudah
lelah.
Do
:
-
Klien
-
Hb
9,1
tampak
gr/dl
-
dari
nilai
Klien
-
: Nadi
-
Resp
Keperluan
Klien
dapat
gr/dl. pucat. mmHg.
:
100x/menit. :
28x/menit.
:
klien
13-16
100/70
Suhu
-
normal terlihat
TD
-
lemas
di
bantu
bertoleransi
37
oleh
keluarga
terhadap
dan
0c perawat
aktivitas
secara
Tupan bertahap
Tupan Aktivitas
klien
terpenuhi
dalam
Klien
dapat
kriteria
secara
bertahap
Kulit Rambut dan kulit kepala bersih
3.
Siapkan
4.
dan
Ajarkan
5.
Bantu
6.
Berikan
7.
dekatkan
pada
2.
Jelaskan pada klien untuk melakukan aktivitas
peralatan
klien
metoda
klien
bersih
untuk
penghematan
memenuhi
waktu
istirahat
memenuhi
kebutuhan
energi
untuk
ADLnya aktivitas.
kebutuhan
personal
hygiene
klien
melakukan
aktivitas.
setelah
Libatkan anggota keluarga untuk melatih klien untuk memenuhi kebutuhannya Hitung denyut nabi dan RR setelah klien melakukan aktivitas
pada 2.
dengan
berkurang
beraktivitas
-
8.
hari
Lemas
-
4
klien
tentang
penting
nya
melakukan
1.
Menambah pengetahuan
aktivitas
secara
bertahap.
Menyiapkan dan mendekat kan semua peralatan akan memudahkan klien untuk memenuhi
ADLnya. 3. 4. 5.
Agar
energi
Menjaga Memberikan
tidak
kebersihan kesempatan
terbuang klien pada
tubuh
sehingga dan untuk
mengurangi
memberikan mengum
kelelah rasa
pulkan
an.
nyaman.
tenaga
baru.
6.
Agar keluarga tidak ber gantung pada perawat untuk pemenuhan kebutuhan ADL klien.
7.
Untuk
mengetahui
(1) 6.
keadaan
umum
(2)
klien
setelah
(3)
melakukan
aktivitas.
(4)
(5)
Gangguan rasa aman cemas sedang b.d kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan cara
pencegahan
dan
perawatan,
ditandai
dengan
:
Ds
:
Klien
menanyakan
terus
keadaan
penyakit
nya
dan
menanyakan
apa
pantangannya
Do
:
Ekspresi wajah agak tegang, klien selalu menanyakan dan proses kejadiannya penyakit pada pemeriksa
klien
Raman
terlihat aman
murung
Tupan
cemas
teratasi
Tupen Rasa
aman
cemas
-
dengan
kriteria
Cemas
-
terpenuhi
Klien
mengerti
:
berkurang pencegahan
dan
Klien mengerti tentang kondisi dan proses terjadinya penyakit
1.
perawatan
Bina hubungan saling
percaya
2.
Berikan penjelasan tentang pengetian, pencegahan, pera watan dan pengobatan (satpel
terlampir) 3.
Libatkan keluarga dalam memberikan support sistem
percaya 2.
diri Menambah
meningkatkan pengetahuan
keyakinan sehingga
1.
klien klien
Dengan hubungan saling terhadap
perawat.
merasa
nyaman
3.
Dukungan keluarga terdekat diharapkan membangkitkan semangat klien untuk sembuh
7.
Resiko kambuh ulang berhubungan dengan ketidak teraturannya klien minum obat.
DS
:
-
Klien
-
mengatakan
dahulu
tidak
teratur
minum
obat.
klien mengatakan tidak minum obat karena terdorong oleh kebutuhan ekonomi.
DO
:
Klien
terlihat
serius
menceritakan
kisahnya
.
Klien -
Tupan
Tidak
terjadi
:
kambuh
ulang
Tupen
:
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1 hari pengetahuan klien tentang perawatan di rumah -
meningkat
dengan
kriteria
:
Klien mengetahui tentang penyakit TBC, penyebab, cara penularan dan perawatan di rumah
-
Keluarga dapat
bekerjasama untuk
Klien minum obat secara teratur
1.
mengawasi klien
minum
obat secara teratur
Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya
kesehatan. 2.
berikan
3.
libatkan
4.
keluarga
Libatkan 1.
2.
pendidikan
kesehatan
untuk
keluarga
Menambahkan
pengetahuan
tentang
turut
mendukung
menjadi
pengawas
klien
tentang
pentingnya
manfaat
obat.
kesehatan
klien
obat
klien
kesehatan
bagi
klien.
dengan diberikannya pendkesh obat klien diharapkan mengetahui tentang pentingnya obat.
3. 4.
dukungan keluarga
keluaraga adalah
yang
turut pertama
mendukung berhubungan
C. Tgl
Hasil
dengan
klien. klien.
Pelayanan Waktu
Implementasi
DP
2 29-04-2006
kesehatan
07.30
3
TTD 4
Membina hubungan saling percaya antara perawat dan klien. :
Respon
Terbina hubungan baik antara klien dan perawat terbukti dari klien mau berbicara dan mengungkapkan 29-04-2006
perasaannya. 08.00
Merapikan
tempat
Hasil
1,2,3,4,5,6
tidur
dan
lingkungan
disekitar
:
-
Klien
-
Tempat
-
Klien
29-04-2006
08. 30
klien Respon
mengatakan
merasa
tidur
klien
terlihat
nyaman
terlihat
sedikit
rapi
tenang
1
Mengatur posisi klien senyaman mungkin (semi fowler) dan mengganti
balutan Hasil
:
Respon
Klien mengatakan dengan posisi semi fowler merasa lebih baik, klien merasa lemah 29-04-2006
09.0
-
3
Memberikan penjelasan kepada klien tentang pentingnya nutrisi bagi
tubuh. -
menemani klien saat makan siang menganjurkan klien untuk untuk mengonsumsi makanan
lain seperti roti, nasi, susu sebagai pengganti makanan yang tidak habis menganjurkan klien untuk
memakan
-
Dalam
keadaan
Hasil
masih
mengatakan
30-04-2006
09. 10
-
-
Respon
nafsu
makan
pentingnya
Menganjurkan
untuk
badan
Klien
terlihat
bersih
Waktu
hygiene
klien
terasa
segar 5
Implementasi
DP
2
TTD
3
4
Memberikan O2 sesuai kebutuhan klien dan mengobservasi efektivitas
oksigen,
lembab
Hasil 07.00
oral
tubuh Respon
mengatakan
Klien
bagi
meningkatkan
Klien
pemberian
klien
:
07.00
3
pada mandi
Hasil
10 juni 2006
saja.
penjelasan
Tentang
Tgl
biasa
Memandikan klien dengan cara di lapangan menggunakan sabun.
Memberikan
-
-
hangat
:
Klien
-
makanan.
sesuai
dengan
kebutuhan
: terpasang Memberikan
obat
Anadex
Respon
O2 sesuai
dan
klien.
2lt/menit ganti 3
balutan
obat
2.4 diberikan
x
pad
klien 1
-
Santibi
-
2
Rifamficin
H
1
x
1
-
Inoxin
1
x
1
-
Dumin
3
x
1
-
Tusilan
3
x
1
Hasil
:
Klien
minum
-
obat
Respon
dan
ganti
Anadex
-
balutan
3
diberikan.
x
Santibi
-
sudah
1
2
Rifamficin
H
1
x
1
-
Inoxin
1
x
1
-
Dumin
3
x
1
-
Tusilan
3
10.30
x
1
Mengobservasi
Hasil
2.4
tanda-tanda
vital
:
TD
Respon
=
110/80
N
mmHg
=
S
100x/menit =
R
= 10.25
24
x
menit
1
Menganjurkan kepada keluarga agar membatasi pengunjung dan mengajurkan kepada
klien
agar
minum
susu
dan
Hasil -
376C
berdo’a
sebelum
tidur
: Yang
-
menunggu Klien
11.00
klien
Respon
istirahat
keluarga
akan
yang
lain
menunggu
diluar.
mencobanya.
3
Memberikan pendidikan kesehatan kesehatan pada klien pentingnya pengobatan
secara
teratur
Tgl
Waktu
dan
perawatan
di
Implementasi
rumah
5.6
DP
2
TTD
3
4
Hasil
:
Respon
Klien dan keluarga mengatkan mengerti apa yang dijelaskan perawat terbukti klien dapat mengulangi 01-05-2006
apa 07.00
Hasil -
telah Merapikan
perawat
tempat
tidur
dan
katakan lingkungan
: Klien
mengatakan
disekitar
klien Respon
merasa
nyaman
-
Tempat
-
Klien
tidur terlihat
07.05
-
-
klien sedikit
Pertahankan
Menciptakan
-
terlihat tenang
posisi
tidur
lingkungan
Menganjurkan
1
setengah
duduk
yang
keluarga
Hasil
rapi
tenang
membatasi
pengunjung
:
Klien
mengatakan
08.00 -
dengan
-
posisi
Memandikan
Memberikan
penjelasan
Respon
semi
klien
pada
fowler
dengan
klien
Hasil
merasa cara
tentang
lebih
dilap
baik
menggunakan
pentingnya
mandi
:
S
:
1.2 bagi
sabun tubuh Respon
Klien
mengatakan
badan
teras segar
O
: 08.00
Klien
terlihat
bersih
3
Memberikan obat sesuai terapi dan ganti balutan (up jahitan) obat diberikan pada
klien. -
Anadex
-
3
x
Santibi
-
1
2
Rifamficin
H
1
x
1
-
Inoxin
1
x
1
-
Dumin
3
x
1
-
Tusilan
3
x
1
Hasil
:
Klien
minum
-
Respon
obat
sudah
Anadex
-
3
x
Santibi
-
dilaksanakan 1
2
Rifamficin
H
1
x
1
-
Inoxin
1
x
1
-
Dumin
3
x
1
-
Tusilan
Tgl
3
Waktu
x
Implementasi
DP
2
TTD 4
Mengobservasi
Hasil
tanda-tanda
: :
=
=
100
S
= =
24
vital Respon
TD
N R
1.2
3
08.30 O
1
100/80mmHg x
376 x
menit
menit oC 1.6.5
10.00 -
-
Menganjurkan
Mengajarkan klien
klien
selalu
Hasil
batuk
mengeluar
kan
efektif
saat
batuk
:
-
Klien
-
masih
Sesak
02-05-2006
Respon batuk-batuk
nafas
07.00
Merapikan
disertai
mulai tempat
Hasil
tidur
dahak
berkurang dan
lingkungan
disekitar
:
-
Klien
-
Tempat
-
Klien 07.05
08.00
merasa
tidur terlihat posisi
klien
Hasil Klien
Respon
mengatakan
Mengatur
nyaman
klien
terlihat
sedikit
tenang
senyaman
mungkin
rapi
(semi
fowler)
: mengatakan
dengan
posisi
klien
Respon
semi
fowler
merasa
lebih
baik
Memberikan obat sesuai terapi obat diberikan pada klien dan ganti balutan (angka
jahitan) -
Anadex
-
3
x
Santibi
-
1
2
Rifamficin
H
1
x
1
-
Inoxin
1
x
1
-
Dumin
3
x
1
-
Tusilan
3
x
1
Hasil Klien
: sudah
-
Respon
diganti
balutan
Anadex
-
3
nyaman
x
Santibi
-
dan
1
2
Rifamficin
H
1
x
1
-
Inoxin
1
x
1
-
Dumin
3
x
1
02-05-2006
Tusilan 07.00
3 Merapihkan
x
tempat
Hasil -
dan
lingkungan
disekitar
: Klien
Klien
Tgl
Waktu
merasa
tidur terlihat Implementasi
07.30
nyaman
terlihat sedikit
2
tenang DP
rapi 1.2.4 TTD
3 -
klien Respon
mengatakan
Tempat
-
03-05-2006
tidur
1
4 Mengkaji
kekuatan
otot
-
Mengajarkan klien untuk melakukan aktivitas yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan
secara
mandiri
Hasil Klien
: dapat
memenuhi
Memberikan -
Respon
kebutuhan
obat
sehari-hari
sesuai
terapi
Anadex
-
dengan
obat
diberikan
3
pada
x
Santibi
-
sendiri
klien 1
2
Rifamficin
1.2.4
H
1
x
1
-
Inoxin
1
x
1
-
Dumin
3
x
1
-
Tusilan
3
x
1
Hasil
:
Klien
Respon
minum
-
Anadex
-
obat
3
x
Santibi
-
1
2
Rifamficin
H
1
x
1
-
Inoxin
1
x
1
-
Dumin
3
x
1
-
Tusilan 08.45
Memberikan
3 makanan
Hasil mengatakan
Porsi
makan 10.00
C.
hangat
sesuai
habis
makan
setengah
TD =
tanda-tanda
=
Ganti x
=
326
24
oC
Evaluasi
vital Respon
= 100
ada
porsi
: :
dietnya Respon
Mengobservasi
S R
keadaan
nafsu
Hasil N
dalam
1
:
Klien
O
x
100/gr menit oC
Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan dengan pendekatan catatan perkembangan dibawah ini :
Tgl
DP
Catatan
1
perkembangan
2
3
30-04-2006 -
4
1 Klien
S
mengatakan
Klien
Perawat
batuk
mengatakan
keluar
:
dan
sesak
nafas
dahak
hanya
sedikit
O
:
-
Klien
-
tampak
Pada
-
batuk-batuk
auskultasi
dan
sesak
masih
Pernafasan
nafas
terdengar
24
ronchi
x
menit
A
:
-
Masalah
belum
teratasi
P
:
-
Lanjutkan
intervensi
1,2,3,4
dan
5
I
:
1.
Mempertahankan
2. 3.
Mengobservasi
5.
frekuensi
nafas
tidur kedalaman
semifowler
dan
bunyi
nafas
Memberikan O2 sesuai kebutuhan klien dan mengobservasi efektivitas pemberian oksigen,
lembab 4.
posisi
sesuai Menganjurkan Memberikan
dengan klien
obat
selalu sesuai
kebutuhan mengeluarkan
program
dahak
Broxed
1
x
klien. saat 2
batuk Gr
IV
E
:
-
Klien
masih
batuk-batuk
Respirasi
Tgl
+/+
25
DP
x
Perawat
2
-
Ulang
tingkat
01-05-2006 Klien
3
4
R
:
keefektivitan 2
mengatakan
mual
pola
berkurang
dan
: nafsu
makan
ada :
-
Klien BB
belum tidak
A
makan ada
kenaikan :
Masalah
P -
nafas
S
O
-
/menit
Soapier
1
-
dahak
Ronchi
-
-
disertai
teratasi :
Lanjutkan
intervensi
I
:
1.
Memberikan
makanan
2.
Membrikan
rantin
dalam I
keadaan ampul
hangat per
IV
E
:
-
Klien
menghabiskan
makanan
setengah
porsi
R
:
-
Kaji
ulang
30-04-2006
3
-
Klien
-
pemberian S
mengatakan
Klien
nutrisi :
sudah
mengatakan
bisa
tidur
7
tidur
jam
sehari
A
:
-
Masalah
teratasi
P
:
-
Lanjutkan
intervensi
I
:
-
Pertahankan
-
posisi
Menciptakan
-
lingkungan
Menganjurkan
Tgl
keluarga
DP
dapat
memenuhi
kebutuhan
30-04-2006 -
duduk
yang
tenang
membatasi
pengunjung Perawat
2 Klien
setengah
Soapier
1 -
tidur
istirahat
3
4
E
:
dan
4 Klien
tidur
tanpa
terjaga
S
mengatakan
:
lemas
berkurang
O
:
-
Masalah
teratasi
P
:
-
Lanjutkan
intervensi
I
:
-
Memfasilitasi Menghitung
denyut
alat-alat nadi
setelah
mandi
klien
melakukan
aktivitas
E -
: Kulit
bersih
N
dan :
02-05-2006 -
rambut
Klien Klien
dan
kulit
90
mengerti
mengerti tentang
bersih x/menit
5 mengatakan
kepala
S pencegahan kondisi
dan
:
perawatan dan
proses
penyakit
TBC
terjadinya
O -
: Klien
Tgl
tidak
DP
1
murung
Soapier 3 6
Klien
lagi.
Perawat
2
05-05-2006 -
terlihat
4 S
mengantakan
sudah
: tidak
lemas
O
:
-
Klien
kelihatan
segar
A
:
-
Masalah
teratasi
P
:
-
Klien
sudah
pulang
B.
Pembahasan
Setelah melakukan asuhan keperawatan TNE dengan gangguan sistem pernafasan akibat Tuberculosis paru akibat diruang Mawar RSKM Cilegon yang dilaksanakan selama lima hari yaitu pada tanggal 29 – 04 – 2006 s/d 05 – 05 – 2006 dengan menggunakan proses keperawatan mulai dari pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Selama pelaksanaan, penulis mendapat hambatan, kemudahan dan faktor pendukung yang mendukung kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada TNE disamping itu penulis juga melihat ada kesenjangan antara konsep teori dengan kasus yang dihadapi. Pada pembahasan kali ini penulis akan mengemukakan hambatan, kemudian faktor pendukung dan kesenjangan-kesenjangan yang ada, serta alasan kesenjangan itu terjadi, adapun hambatan, kemudahan, faktor pendukung dan kesenjangan 1.
itu
adalah
sebagai
berikut
: Pengkajian
Penulis tidak mendapat dalam proses pengumpulan data pada TNE hal ini disebabkan karena kesadaran TNE yang compos menitis, selain itu TNE dan keluarganya menerima kehadiran
penulis dan bersifat kooperatif dalam memberikan informasi mengenai riwayat kesehatan TNE. b.
Identitas
klien
Secara teori lingkungan yang kumuh beresiko tinggi terhadap terjadinya TBC, sedangkan lingkungan tempat tinggal klien bersih jauh dari pabrik. Kesenjangan ini terjadi karena faktor predisposisi TBC bukan hanya faktor lingkungan, tapi bisa juga karena klien kontak langsung dengan
penderita
c. 1).
TB
tanpa
Riwayat Keluhan
disadari.
kesehatan utama
sekarang
masuk
Rumah
Sakit
Klien dengan TBC sesuai teori masuk Rumah Sakit dengan keluhan berupa sesak nafas, batuk batuk dan nyeri dada. Hal ini sesuai dengan kasus TNE dimana alasan masuk Rumah Sakit TNE adalah karena sesak nafas, batuk dan nyeri dada sesak 9 bulan sebelum masuk RS klien pernah berobat dengan keluhan yang sama karena tidak ada perubahan kemudian dirujuk RSKM Cilegon
diruang
2).
Mawar.
Keluhan
saat
pengkajian
Secara teori keluhan utam saat dikaji pada klien TBC dapat berupa sesak nafas, batuk nyeri dada. Hal ini sesuai dengan keluhan TNE keluhan utama saat dikao yaitu sesak nafas, batuk dan nyeri dada. d.
Riwayat
kesehatan
dahulu
Pada riwayat dahulu pada TNE didapatkan data bahwa TNE mempunyai riwayat penyakit TBC. Hal
ini
e.
sesuai
dengan
Riwayat
teori
kesehatan
keluarga
Menurut teori TBC dapat ditularkan melalui droplet infection sedangkan pada semua anggota yang tinggal dalam satu rumah, tidak ada yang menderita seperti. Hal ini sesuai dengan teori. f.
Pemeriksaan
fisik
Pada teori dengan TBC dapat menyebabkan dampak terhadap sistem tubuh yang lain terhadap sistem pernafasan akan ditemukan pola nafas yang terganggu, nyeri dada, suara nafas terdengar ronchi, penggunaan otot-otot pernafasan, frekuensi nafas cepat, kemudian sistem kardiovaskuler penurun tekanan darah, pucat, konjungtiva anemia, tachikardi, perubahan jumlah leukosit. Selanjutnya terhadap sistem gastrointestinal akan didapatkan mual dan anoreksia, genitourinaria terjadi pada eliminasi BAK, jumlah urine output menurun. Sistem muskuloskeletal akan ditemukan nyeri sendi, nyeri pada tulang sistem persyarafan akan terjadi meningitis akibat penurunan kesadaran dan pada sistem integumen ditemukan fluktuasi suhu pada malam hari. Kulit
tampak
berkeringat
dan
perasaan
panas
pada
kulit.
Sedangkan pada TNE mengalami peningkatan suhu tubuh karena keadaan ini sangat ditentukan oleh daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk. Pada data psikologis, sosial dan spiritual timbul suatu kesenjangan dimana didalam teori keadaan emosi klien tidak stabil. Penolakan untuk berespon, bingung cara mengatasi masalah sedangkan pada TNE tampak murug dan tenang klien terkontrol, klien sering menanyakan penyakitnya.
2.
Diagnosa
Keperawatan
Pada kasua TNE beberapa diagnosa keperawatan yang tidak muncul dan ada pula diagnosa keperawatan yang tidak muncul juga ada diagnosa yang tidak sesuai dengan teori. Diagnosa yang tidak muncul sesuai dengan pada kasus TNE adalah sebagai berikut : a.
Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret. Diagnosa ini tidak
muncul karena tidak ada data-data yang mendukung untuk ditegakannya diagnosa ini seperti tidak ditemukan peristiwa mekanik insipirasi yaitu volume thorak bertambah besar karena diafragman turun dan iga terangkat akibat kontraksi dari otor muskulus skernoleidomastoidius. b.
Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penuruan luas permukaan paru.
Diagnosa ini tidak muncul karena pengembangan paru kiri dan kanan maksimla dan intervensi dari masalah ini sudah tercantum pada diagnosa tidak efektifnya bersihan jalan nafas, walaupun klien ini adanya sesak nafas karena infiltrasi sudah ½ bagian paru-paru, vokal premitis kiri, jelas, suara dinding dada kiri redup, adanya ronchi pada kedua paru, BTA (+) hasil foto rongen Cor : Borderline
Pulomo
:
bercak
Fibro
pada
lapangan
Paru kiri atas, tengah, ilu kasar, gambaran yang menyerupai sarang tawon daerah paru cardiaal kanan. Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn. E tetapi dalam teori tidak ada adalah a.
:
Gangguan isntirahat tidur berhubungan dengan teraktivasinya RAS diagnosa ini muncul
karena ditermukan data-data yang menunjukkan adanya masalah pada pemenuhan istirahat tidur pada klien seperti klien tampak lemah dan lesu, mata merah, frekuensi nafas meningkat, tidur malam 5 jam sering terjaga. Hal ini bisa terjadi karena masih adanya sesak nafas, batuk yang dirasakan b.
klien.
Aktivitas intoleran berhubungan dengan kelemahan fisik. Diagnosa ini muncul karena
ditemukan data-data yang menunjukkan adanya masalah pada aktivitas intoleransi seperti klien mengeluh
cepat
lelah.
3.Perencanaan Perencanaan tindakan keperawatan yang disusun pada Tn. E berdasarkan kepada masalah yang didapatkan dari hasil analisa data. Rencana tersebut disesuaikan dengan keadaan klien dan keluarganya serta disusun berdasarkan prioritas. Rencana tindakan keperawatan yang disusun diprioritaskan a.
untuk
mengatasi
:
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas dengan rencana tindakan yang berupa atur dan
pertahankan posisi semi powler, observasi frekuensi nafas dan bunyi nafas, observasi pemberian oksigen lembab, ajarkan batuk efektif, laksanakan program medis untuk pemberian terapi sedangkan menurut teori intervensi pada diagnosa keperawatan ini ada 3 intervensi yang tidak dilakukan seperti intubasi darurat karena akumulasi sekret tidak terjadi penurunan dirongga
pleura b.
tetapi
sekret
terakumulasi
di
jalan
nafas.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia akibat mual,
rencana tindakan yang berupa, tingkatkan pemahaman klien tentang pentingnya nutrisi, anjurkan minum air hangat sebelum makan dan berikan makan dalam keadaan hangat porsi kecil tapi sering, berikan perawatan mulut sebelum makan, beri anti emetik. Sedangkan dalam teori intervensi pada diagnosa keperawatan ada 8 intervensi yang tidak direncanakan karena keterbatasan c.
alat
dan
biaya
klien.
Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dantidur dengan rencana tindakan berupa :
pertahanan posisi semipowler, bereskan tempat tidur dan lingkungan, batasi pengunjung, anjurkan keluarga untuk mematikan lampu, anjurkan klien untuk minum susu hangat, anjurkan
klien untuk berod’a sebelum tidur. edangkan dalam teori ada 6 intervensi sesuai dengan rencana yang d.
ada Ganguan rasa aman cemas sedang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dengan
rencana tindakan 3 sedangkan dalam teori ada 4 intervensi karena kurangnya informasi dan pengetahuan e.
klien
tentang
penyakit
TBC.
Resiko terjadi penyebaran infeksi dengan rencana tindakan ada 5 sedangkan dalam teori ada
7 karena kurangnya pengetahuan klien tentang penyebaran penyakit TBC dan disesuaikan dengan
keadaan
konsisi
klien.
4.Implementasi Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, namun tidak
mendapat
hambatan
dalam
pelaksanaan
keperawatan
karena
faktor
pendukung
keberhasilan pelaksanaan adalah kooperatifnya klien, kerjasama keluarga selama implementasi, ketersediaannya sarana dan prasarana yang lengkap dari ruangan dan dukungan penuh dari pembimbing
dan
perawat
ruangan.
5.Evaluasi Pada tahap evaluasi, penulis melakukan evaluasi secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan setiap selesai memberikan tindakan keperawatan. Hasil dari evaluasi formatif menunjukkan bahwa semua tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat mengurangi ataumengatasi masalah klien saat ini, sedangkan untuk evaluasi sumatif, penulis melakukan pada hari
kelima
setelah
memberikan
asuhan
keperawatan
pada
Tn.
E.
Pada evaluasi suamtif hari kelima ditemukan bahwa diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. E dapat terselesaikan semuanya dengan baik, hal disebabkan karena klien dan keluarga klien yang kooperatif, bekerjasama dengan perawat ruangan yang baik,kerjasama dengan tenaga kesehatan yang lain kerjasama dengan tenaga kesehatan yang lain, sehingga pelaksanaan asuhan keperawatanhampir Adapun
data
seluruhnya yang
berjalan
dipeeroleh
sesuai dari
dengan evaluasi
rencana terkahir
dan
tujuan.
adalah
:
a.
Klien
b.
mengatakan
Klien
c.
mengatakan
Klien
d.
mual
Klien
dan
berkurang
mengatakan Klien
e. f.
batuk
sesak dan
sudah
nafsu
dapat
mengatakan
mengatakan
mengerti
cara
nafas
berkurang
makan
bertambah
tidur
nyenyak
lemas mencegah
dan
berkurang perawatan
TBC
Klien mengatakan sudah mengetahui tentang panyakit dan penyebaran penyakitnya.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN
REKOMENDASI
A.
Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. E dengan gangguan sistem pernafasan akibat TB paru aktif di ruang Mawar Rumah Sakit Krakatau Medika Cilegon-Banten, penulis dapat
mengambil
kesimpulan
sebagai
2.
berikut
: Pengkajian
Pada tahap pengkajian pada Tn E dengan TN paru aktif keadaan didalam keluarga tidak ada yang menderita TBC tetapi di keluarga mertua laki-laki yang mempunyai riwayat penyakit TBC selama
4
bulan
dan
pernah
mendapatkan
pengobatan
TB.
Pada pemeriksaan fisik terdapat kesenjangan / perbedaan antara teori dan kasus dilapangan terutama pada sistem pernafasan, hal ini kemungkinan penyebabnya adalah respon dari setiap individu yang unik dan jenis TB paru yang terjadi pada Tn E. yaitu TB paru aktif dan gangguan yang g.
terjadi
mengenai
parenkhim Diagnosa
paru
sehingga
sesak
nafas
keperawatan
Dari hasil analisa data, masalah keperawatan yang terjadi pada klien Tn. E adalah tidak efektifnya bersihan jalan nafas, aktifitas intoleran, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, gangguan rasa aman cemas, gangguan pemenuhan istirahat tidur, ganguan aluimita sehari-hari. 3.
Perencanaan
Pada perencanaan sesuai dengan diagnosa yang muncul, maka fokus intervensi diarahkan untuk mengatasi gangguan tidak efektifnya bersihan jalan nafas, aktivitas intoleran, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, gangguan rasa aman, cemas sedang ganggua n pemenuhan istirahat tidur, resiko terjadinya penyebaran infeksi, pada tahap ini penulis tidak mendapatkan hambatan yang berarti karena berbagai faktor yang mendukung yaitu keluarga yang kooperatif dan
banyaknya
literatur
yang
dapat
penulis
gunakan.
4.
Pelaksanaan
Seluruh tindakan keperawatan (implementasi) dapat dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Diantaranya mempertahankan posisi semifowler, pemberian O2 lembap, mengobservasi frekuensi dan bunyi nafas. Mengajarkan batuk efektif, memberikan obat sesuai program medis, Anadex 3 x 1,Santibi 2 H, Rifamficin 1 x 1, Inoxin 1 x 1, Dumin 3 x 1, Tusilan 3 x 1 memberikan penekes tentang pengertian pencegahan, perawatan dan pengobatan, bantu aktivitas sepereti
personal
hygiene.
5.
Evaluasi
Pada tahap evaluasi semua diagnosa keperawatan dapat teratasi sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditentukan. Dimana pada pelaksanaan asuhan keperawatan ini ada dua diagnosa keperawatan a.
yang
belum
teratasi
secara
tuntas
yaitu
:
Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas, hal ini karena keterbatasan kemampuan penulis dan
waktu asuhan keperawatan dimana perkembangan gangguan masih harus terus dilakukan observasi b.
dan
dilakukan
implementasi
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, hal ini terjadi karena sifat kuman dan efektif dari
pengobatan TB paru aktif dapat mempengaruhi sistem gastrointestinal sehingga klien masih merasa
mual
B.
Rekomendasi
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. E dengan gangguan sistem pernafasan : TB paru aktif diruang Mawar Rumah Sakit Krakatau Medika Cilegon – Banten, kiranya a.
penulis
dapat
memberikan
rekomendasi
sebagai
berikut
:
Sebaiknya pada saat melakukan pengkajian klien dengan TB paru aktif, perawat dalam
mendpatkan data dari klien mengunakan teknik komunikasi dengan pertanyaan terbuka, suara yang jelas dan bekerjasama dengan keluarga klien dan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia, guna mendapatkan data yang subjektif serta terus, meningkatkan kemampuan dan keterampilan b.
dalam
upaya
meningkatkan
pelayanan
keperawatan
yang
profesional
Menginggat efek samping dan pengobatan TB paru aktif ketajaman penglihatan, berkurang
kemampuan untuk membedakan warna merah dan hijau sehingga dapat menghambat klien kembali ke khidupan normal maka sebaiknya perawat dapat mempersiapkan keluarga dalam menerima keadaan klien dengan pengetahuan tentang perawat klien dirumah dan menjadi pengawas c.
minum
obat.
Sebaiknya petugas selalu mendokumentasikan tindakan yang diberikan kepada klien sebagai
aspek
DAFTAR
legal
tanggung
jawab
dan
tanggung
gugat
perawat.
PUSTAKA