KARANGAN ILMIAH Materi oleh : Arni Mahyudi
Karangan = wacana yang tertulis. Ilmiah = sistematis, logis dan disertai bukti-bukti yang empiris.
Karangan Ilmiah menurut Brotowijoyo adalah Karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Jadi, karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya. kebenarannya/keilmiahannya. Karya ilmiah atau dalam bahasa Inggris (scientific paper) adalah laporan tertulis dan publikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya semua itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.
Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah biasa dijadikan acuan (referensi) ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya. Isi (batang tubuh) sebuah karya ilmiah harus memenuhi syarat metode ilmiah.
Perbedaan antara karya ilmiah dan non-ilmiah Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. si gnifikan. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi. Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian. Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semiilmiah. Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan,
makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai, esai, resensi; yang tergolong tergolong karangan nonilmiah adalah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama. Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat (1) emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi, (2) persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative, (3) deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan (4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.
Jenis Karya Ilmiah
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan permasalahan dan pembahasannya berdasarkan berdasarkan data di lapangan atau kepustakaan yang bersifat empiris dan objektif.
Kertas Kerja Kertas kerja adalah karya tulis ilmiah yang bersifat lebih mendalam daripada makalah dengan menyajikan data di lapangan atau kepustakaan yang bersifat empiris dan objektif. Kertas kerja ditulis untuk disajikan dalam seminar atau lokakarya.
Laporan Praktik Kerja Laporan praktik kerja adalah karya tulis ilmiah yang memaparkan data hasil temuan di lapangan atau instansi perusahaan tempat kita bekerja. Jenis karya ilmiah ini merupakan karya ilmiah untuk jenjang diploma III (DIII).
Skripsi Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan berdasarkan pendapat orang lain (karya ilmiah S I). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar sarjana langsung (observasi lapangan) skripsi tidak langsung (studi kepustakaan).
Tesis Tesis adalah karya tulis ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan baru dengan melakukan pengujian terhadap suatu hipotesis. Tesis ini sifatnya lebih mendalam dari skripsi (karya ilmiah S II). Karya ilmiah i lmiah ini ditulis untuk meraih gelar magister.
Disertasi Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau dalil baru yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta secara empiris dan objektif (karya ilmiah S III). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar doktor.
Note : Perbedaan antara makalah, kertas kerja dengan skripsi, tesis, dan disertasi dapat dilihat dari hal-hal berikut: (1) kegunaannya, (2) tebal halaman, (3) waktu pengerjaan, dan (4) gelar akademik.
Karakteristik Karya ilmiah 1.
Mengacu kepada teori Artinya karangan ilmiah wajib memiliki teori yang dijadikan sebagai landasan berpikir / kerangka pemikiran / acuan dalam pembahasan masalah. Fungsi teori : a)
Tolak ukur pembahasan dan penjawaban persoalan
b)
Dijadikan data sekunder / data penunjang ( data utama ; fakta )
c)
Digunakan
untuk
menjelaskan,
menerangkan,
mengekspos
dan
mendeskripsikan suatu gejala d) 2.
Digunakan untuk mendukung dan memperkuat pendapat penulis.
Berdasarkan Berdasarkan fakta Artinya setiap informasi dalam kerangka ilmiah selalu apa adanya, sebenarnya dan konkret.
3.
Logis Artinya setiap keterangna dalam kerangka ilmiah selalu dapat ditelusuri, diselidiki dan diusut alasan-alasannya, rasional dan dapat diterima akal.
4.
Objektif Artinya dalam kerangka ilmiah semua keterangan yang diungkapkan tidak pernah subjektif, senantiasa faktual dan apa adanya, serta tidak diintervensi oleh kepentingan baik pribadi maupun golongan.
5.
Sistematis Baik penulisan / penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah disajikan secara rutin, teratur, kronologis, sesuai dengan prosedur dan sistem yang berlaku, terurut, dan tertib.
6.
Valid Artinya baik bentuk maupun isi karangan ilmiah sudah sah dan benar menurut aturan ilmiah yang berlaku.
7.
Jelas Artinya setiap informasi dalam karangan ilmiah diungkapkan sejernihjernihnya, gamblang, dan sejelas-jelasnya sehingga tidak menimbulkan pertanyaan dan keraguan-raguan dalam benak pembaca.
8.
Seksama Baik penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah dilakukan secara cermat, teliti, dan penuh kehati-hatian agar tidak mengandung kesalahan betapa pun kecilnya.
9.
Tuntas Pembahasan dalam karangan ilmiah harus sampai ke akar-akarnya. Jadi, supaya karangan tuntas, pokok masalah harus dibatasi tidak boleh terlalu luas.
10.
Bahasanya Baku Bahasa dalam kerangka ilmiah harus baku artinya harus sesuai dengan bahasa yamg dijadikan tolak ukur atau standar bagi betul tidaknya penggunaan bahasa.
11.
Penulisan sesuai dengan aturan standar (nasional / internasional) Akan tetapi, tata cara penulisan laporan penelitian yang berlaku di lembaga tempat penulis bernaung tetap harus diperhatikan.
Langkah-langkah menyusun karangan ilmiah Secara umum, langkah-langkah menyusun karangan ilmiah adalah sebagai berikut: 1)
Memilih topik dan tema Pengertian topik dan tema sering dikacaukan. Topik adalah bidang medan atau lapangan masalah yang akan digarap dalam karya tulis atau penelitian. Sementara itu, tema diartikan sebagai pernyataan sentral atau pernyataan inti tentang topik yang akan ditulis. Topik yang memang masih terlalu luas harus dibatasi menjadi sebuah tema. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan topik adalah berikut ini.
Isu-isu yang masih hangat.
Peristiwa-peristiwa nasional atau internasional.
Sesuatu (benda, karya, orang, dan lain-lain) yang dikaitkan dengan permasalahan politik, pendidikan, agama, dan lain-lain.
Pengalaman-pengalaman pribadi yang berbobot. Dalam pertimbangan ini bila akan menulis karya ilmiah bidang pendidikan maka yang menjadi pertimbangan adalah topic tentang pendidikan. Cara yang mudah untuk mencari topik adalah dengan membaca secara
cepat berbagai sumber informasi, khususnya tentang pendidikan. Hal ini bertujuan antara lain:
o
menetapkan topik yang akan dikembangkan,
o
mencari kemungkinan terdapatnya sumber sebanyak mungkin, dan
o
mencari verifikasi yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan penulisan atau penelitian.
Selanjutnya penulis perlu membatasi topik. Karena itu, penulis hendaknya:
2)
memilih salah satu aspek khusus dari topik yang menjadi pilihannya,
membatasi waktu dan ruang dari aspek yang telah dipilihnya, dan
memilih peristiwa khusus dari pembatasan tersebut.
Mengumpulkan bahan Setelah memilih topik dan menentukan tema penulisan, penulis mulai mengumpulkan bahan. Bahan bisa didapatkan dari berbagai media cetak maupun elektronika. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan terutama yang relevan dengan topik dan tema yang akan ditulis. Pemilihan bahan yang relevan ini bisa dengan cara membaca atau mempelajari bahan secara sepintas serta menilai kualitas isi bahan. Bahan yang sudah terkumpul tersebut bisa dimanfaatkan untuk memperkaya pengetahuan penulis dan sebagai landasan teoretis dari karya tulis tersebut.
3)
Merencanakan kerangka penulisan Setelah memilih topik dan menentukan tema penulisan, serta mengumpulkan bahan yang relevan, penulis mulai merencanakan susunan kerangka
penulisan. Ada tiga alasan penulis perlu menyusun kerangka penulisan. Tiga alasan tersebut adalah:
penyusunan kerangka dapat membantu penulis mengorganisasikan ide-idenya,
4)
penyusunan kerangka mempercepat proses penulisan, dan
penyusunan kerangka dapat meningkatkan kualitas bahasa.
Penulisan Setelah kerangka penulisan karangan ilmiah tersusun, langkah selanjutnya yang dilakukan penulis adalah mengembangkan kerangka penulisan tersebut menjadi paragraf-paragraf pengembangan. Pengembangan sebuah paragraf harus memperhatikan hal-hal berikut ini :
Pilihan kata dalam setiap kalimat dalam paragraf.
Kalimat-kalimat dalam paragraf harus saling mendukung (tidak ada kalimat sumbang, yakni yang tidak mendukung ide pokok dalam paragraf).
Setiap paragraf mengandung satu ide pokok yang dikembangkan dengan beberapa ide penjelas.
Bahasa yang digunakan mengikuti kaidah yang berlaku.
Ejaan dan tanda baca harus diperhatikan.
5)
Ada keterpaduan antara paragraf satu dengan paragraf berikutnya.
Penyuntingan, revisi, dan draf final Setelah kerangka dikembangkan menjadi beberapa paragraf dengan memperhatikan beberapa hal dalam pengembangannya, kegiatan berikutnya adalah penyuntingan. Penyuntingan ini dapat dilakukan oleh penulis itu sendiri, dapat juga dengan bantuan orang lain. Proses penyuntingan ini meliputi beberapa unsur, yaitu: o
teknis penulisan (sistematika, ejaan, dan tanda baca),
o
kalimat,
o
paragraf,
o
bahasa, dan
o
isi.
Setelah melalui proses penyuntingan ini, penulis mulai merevisi karya tulisnya. Pada akhirnya, draf final karya tulis ilmiah tersebut dapat disusun dan dipublikasikan.
Sikap ilmiah Sikap ilmiah bagi peneliti adalah sebagai berikut:
sikap ingin tahu : bertanya mengapa, apa, dan bagaimana; bagaimana;
sikap kritis : mencari informasi sebanyak mungkin;
sikap terbuka : menerima pendapat orang lain;
sikap objektif : menyatakan apa adanya;
sikap menghargai orang lain : mengutip karangan orang lain dengan mencantumkan nama pengarang;
sikap berani mempertahankan hasil penelitian;
sikap futuristik : mengembangkan ilmu pengetahuan lebih jauh.
Manfaat penyusunan karya ilmiah : Manfaat penyusunan karya ilmiah bagi penulis adalah berikut:
Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif;
Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;
Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis;
Memperoleh kepuasan intelektual;
Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.
Teknik penyajian pengertian dan definisi dalam karangan ilmiah Dilakukan untuk memberikan kejelasan terhadap judul atau istilah-istilah yang digunakan dalam karangan atau permasalahan yang dikupas. Penyajian pengertian dapat dilakukan dengan cara : Eksplikasi Memberikan pengertian secara langsung atas suatu istilah. Contoh : ormitas dalam tulisan ini adala kesesuaian sikap perilaku “yang dimaksud konf ormitas
dengan nilai dan kaidah yang berlaku”. Analisis Memberikan penguraian terhadap suatu objek menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan setiap bagian didefinisikan lagi sehingga memperjelas bagian utamanya. Contoh : mendefinisikan pohon, maka dilakukan dengan mengurai bagian pohon ke dalam dahannya- kemudian jadi ranting, kemudian diuraikan lagi ke daun. Deskripsi Merupakan pemaparan dengan kata-kata yang jelas.
Ilustrasi Penyajian definisi dengan menyertakan gambar, bagan, atau diagram untuk membantu memberikan penjelasan makna definisi yang diharapkan. Perbandingan Diungkapkan dengan melakukan perbandingan, baik membandingkan definisi lain maupun dengan bagian-bagian objek yang mendefinisikan sebelumnya. Cara penyajian definisi perbandingan dapat juga dilakukan dengan mengungkapkan ciri-ciri dari suatu istilah dengan istilah lainnya. Istilah satu dengan istilah yang lain. Bisa yang bertentangan bisa juga perbandingan yang sama. Contoh :
“pendekatan kualitatif ini tentu berbeda dengan pendekatan kuantitatif, pada pendekatan ini kesimpulannya berupa pemaparan disertai bukti-bukti yang empiris sedangkan dalam kuantitatif kesimpulannya dinyatakan dengan angka-angka yang dianalisa. Contoh :
“sebenarny a pakar politik ekonomi neommarxis masih memiliki pandangan sama dengan pakar dari mazhab marxis walaupun mereka menyebut mereka sebagai institutional economists, mereka berpandangan bahwa ekonomi merupakan barometer dalam politik suatu negara.
Analogi Biasanya dilakukan dengan membandingkan suatu subjek dengan jenis yang berbeda. Misalnya membandingkan kegiatan manusia dengan fenomena alam. Contoh :
“memberikan pelajaran kepada anak autis perlu pendekatan personal yang ada banyak tahapannya seperti halnya membuat sebuah kue yang enak tentu didukung oleh tahapannya yang benar. Contoh :
“cintaku kepadamu takkan pernah goyah bagaikan karang di laut. Eliminasi Cara mengungkapkan definisi dalam bentuk negasi (penyangkalan, sangkalan seperti tidak, bukan), yaitu mengeliminasi atau memberi batasan-batasan definisi tersebut dari aspek-aspek lainnya sehingga ruang lingkupnya terbatasi oleh pembatas negasi. Contoh :
“pendekatan linguistik entografi adalah pendekatan penelitian kebahasaan yang meneliti kebudayaan masyarakat dalam sisi sejarah. sejarah . ....bahwa penelitian
ini tidak bersifat instant research.”
Etimologi Pendefinisian suatu istilah dengan terlebih dahulu mengartikan asal usul kata atau unsur-unsur pembentuknya. Contoh : Secara etimologi, Filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu philia yang berarti persahabatn atau cinta cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan.
Teknik penyajian penguraian masalah/rumusan masalah Penguraian dari permasalahan suatu pemikiran ilmiah ke dalam bagianbagiannya untuk mempermudah penelitian dan juga penyajian argumen penulis yang akan disampaikan kepada pembaca. Penyajian rumusan masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara : Abstrak Menuntun pihak pembaca untuk berfikir abstraksi atau menggunakan kerangka berfikir abstrak dalam memahami masalah. Tidak digambarkan secara langsung apa masalah yang diangkat, hanya berupa gambaran. Contoh :
“Banyak sekali masalah yang dihadapi oleh guru saat sekarang dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, hal ini salah satu dampak dari lingkungan
sosial anak yang buruk yang berpengaruh pada perilakunya di kelas”.
Jelas atau lengkap Masalah dalam penelitian diuraikan secara lengkap. Contoh : ang dalam “Banyak sekali masalah yang dihadapi oleh guru saat sekar ang kegiatan belajar mengajar di kelas, beberapa masalah itu seperti anak-anak memiliki kesulitan belajar, anak susah konsentrasi, semakin banyak anak yang hiperaktif. Hal ini salah satu dampak dari lingkungan sosial anak yang buruk yang berpengaruh pada perilakunya di kelas”. kelas”. Objektif Mengungkapkan masalah dengan data yang tepat secara objektif. Contoh : Tahun 1990, sejak pertama kali diperkenalkan metode communicative language teaching sudah menjadi metode yang berkembang pesat karena metode ini sangat tepat dalam mengajarkan bahasa asing. Bernalar Menguraikan masalah menggunakan pola hubungan kausal (sebab akibat). Contoh : Pengaruh media masa sangat berperan besar terhadap pembentukan mentalitas anak. Salah satunya tentang kekerasan. Ada proses imitasi sikap
dari apa yang mereka tonton tersebut yang menyebabkan mereka memiliki karakter negatif. Konseptual Menguraikan masalah didasarkan pada konsep-konsep keilmuan atau sudut pandang para ahli. Contoh : Kepribadian
manusia yang ada sekarang merupakan pembentukan pembentukan dari
segala sesuatu dari masa lalu, hal ini diungkapkan oleh Alfred Adler dalam teori psokoanalisanya. Untuk itulah peneliti merasa tertarik meneliti tentang kepribadian manusia.
Source : Arifin, Zainal. & Tasai, Amran. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo. Mahmudi. 2013. Penuntun Penulisan Karangan Ilmiah. Ilmiah . Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Ngalimun., Dewi, Candra., Mahmudi. 2013. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Tinggi. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Suherli. 2010. Menulis Karangan Ilmiah : Kajian dan Penuntun dalam Menyusun Karya Tulis Ilmiah. Ilmiah . Depok: Arya Duta.