14
"BERPIKIR ILMIAH DAN NON-ILMIAH BESERTA KOMPONEN ILMU PENGETAHUAN"
Oleh:
FANDY ARISANDY 131204004
ADE IRMA 131204001
SUNNIATI 121204002
MUH. WAHID. H 1412040011
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
( PGSD )
2015
DOSEN
PENGAMPU:
Wiwiek Tamsyani, M. Si., M. Pd
PROGRAM STRATA 1 (S. 1)
YAYASAN PENA PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PANRANNUANGKU
KAB. TAKALAR
2015
KATA PENGANTAR
Bismillahi rahmanirahim.......................
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Atas berkat Rahmat dan InayahNya-lah sehingga pembuatan makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan benar.
Pada pembuatan makalah kali ini, didalamnya akan kami bahas terkait "BERPIKIR ILMIAH DAN NON-ILMIAH BESERTA KOMPONEN ILMU PENGETAHUAN".
Kami selaku pembuat makalah ini, mengaku bahwasanya makalah kami masih jauh dari kata sempurna layaknya dengan makalah yang lain. Kami sangat berterimakasih jikalau ada saran maupun kritikan yang sifatnya membangun
Akhir kata, kami selaku pembuat makalah mengucapkan terima kasih atas kesempatan dan kepercayaan yang telah diberikan kepada Kami. Semoga apa yang kami sajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi sesama.
Wassalamualaikum Warahmatullah....
Takalar, 11 Agust 2015
Tim Penyusun.
ii
ii
DAFTAR ISI
Hal.
Judul Halaman.
Kata Pengantar..................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang.................................................................................................... 1
Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
Tujuan Penulis ................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan
Hakikat Berpikir Ilmiah dan Non-Ilmiah ......................................................... 3
Sarana Berpikir Ilmiah ........... ......................................................................... 5
Komponen Ilmu Pengetahuan ......................................................................... 8
Bab III Penutup
Simpulan........................................................................................................... 10
Saran................................................................................................................. 10
Referensi
iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat. Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin. Seseorang yang tidak berpikir, berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di dunia.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari. Ditinjau dari pola berfikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistik.
A.J. Bahm dalam Axiology: The Science of Values mengatakan, ilmu pengetahuan terkait dengan masalah. Masalah adalah bagian dari ilmu pengetahuan. Jika tidak ada masalah, maka tidak akan muncul ilmu pengetahuan. Pengetahuan ilmiah adalah hasil dari pemecahan masalah ilmiah. Jika tidak ada masalah, maka tidak ada pemecahan masalah, dus dengan demikian tidak ada pengetahuan ilmiah. Untuk menjadi ilmiah, maka seseorang harus memiliki kemauan untuk mencoba memecahkan masalah.
Berdasarakan uraian tersebut maka dibuatlah makalah mengenai Metode Ilmiah.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat ditarik beberapa pertanyaan terkait dengan metode ilmiah, diantaranya:
Bagaimana seseorang bisa dikatakan Berpikir Ilmiah dan Non-Ilmiah?
Sarana apa saja yang mendukung untuk berpikir ilmiah dan non ilmiah?
Apa Komponen dari Ilmu Pengetahuan?
1
1
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, adalah:
Untuk mengetahui seseorang dikatakan berpikir ilmiah dan non ilmiah.
Untuk mengetahui sarana yang digunakan seseorang yang mendukung untuk berpikir ilmiah.
Untuk mengetahui Komponen-komponen dari Ilmu Pengetahuan.
2
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hakikat Berpikir Ilmiah dan Non-Ilmiah
Berfikir dengan mendasarkan pada kerangka fikir tertentu disebut sebagai penalaran atau kegiatan berfikir ilmiah. Dengan demikian tidak semua kegiatan berfikir dapat dikategorikan sebagai kegiatan berfikir ilmiah, dan begitu pula kegiatan penalaran atau suatu berfikir ilmiah tidak sama dengan berfikir. ( Contoh dapat diambil dari kehidupan sehari hari kita ).
Pertama, perlu dipahami bahwa kegiatan penalaran adalah proses berfikir yang membuahkan sebuah pengetahuan. Selain itu, melalui proses penalaran atau berfikir ilmiah berusaha mendapatkan sebuah kebenaran. Untuk mendapatkan sebuah kebenaran, kegiatan penalaran harus memehuni dua persyaratan penting, yakni logis dan analitis.
Syarat pertama adalah logis, dengan kata lain kegiatan berfikir ilmiah harus mengikuti suatu aturan atau memenuhi pola pikir (logika) tertentu.
Syarat kedua bagi kegiatan penalaran adalah analitis, atau melibatkan suatu analisa dengan menggunakan pola fikir (logika).
Perbedaan berfikir ilmiah dari berfikir non-ilmiah memiliki perbedaan dalam dua faktor mendasar, yaitu:
Sumber pengetahuan, berfikir ilmiah menyandarkan sumber pengetahuan pada rasio dan pengalaman manusia, sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan sumber pengetahuan pada perasaan manusia.
Ukuran kebenaran, berfikir ilmiah mendasarkan ukuran kebenarannya pada logis dan analitisnya suatu pengetahuan, sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan kebenaran suatu pengetahuan pada keyakinan semata.
Uraian mengenai hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan penalaran memperlihatkan bahwa pada dasarnya, kegiatan berfikir adalah proses dasariah dari pengetahuan manusia. Darinya, kita membedakan antara pengetahuan yang ilmiah dan pengetahuan non-ilmiah.
Logika terbagi menjadi dua bentuk, yaitu logika induktif dan logika deduktif.
Logika Induktif;
Kegiatan penarikan kesimpulan melalui logika ini dimulai dari kasus yang khusus/khas/individual untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih umum/general/fundamental. Logika induktif memiliki berbagai guna bagi kegiatan berfikir ilmiah kita, antara lain:
3Bersifat ekonomis bagi kehidupan praktis manusia. Dengan logika induktif kita dapat melakukan generalisasi ketika kita mengetahui/menemui peristiwa yang sifatnya khas/khusus.
3
Logika Induktif menjadi perantara bagi proses berfikir ilmiah selanjutnya. Ia merupakan fase pertama dari sebuah pengetahuan, yang selanjutnya dapat diteruskan untuk mengetahui generalisasi yang lebih fundamental lagi. Misalnya ketika kita mendapatkan kesimpulan "semua hewan memiliki mata" lalu kita masukkan manusia ke dalam kelompok ini, bisa saja kita menyimpulkan "makhluk hidup memiliki mata"
Logika Deduktif;
Logika Deduktif adalah kegiatan penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan yang umum untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih khusus. Pada umumnya, logika deduktif didapatkan melalui metode Sillogisme yang dicetuskan oleh Filosof Klasik, Aristoteles. Silogisme terdiri dari premis mayor yang mencakup pernyataan umum, premis minor yang merupakan pernyataan tentang hal yang lebih khusus, dan kesimpulan yang menjadi penyimpul dari kedua penyataan sebelumnya.
Pengertian Berfikir Ilmiah dan Non-Ilmiah
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan.
Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus, sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.
Sedangkan berpikir non ilmiah adalah kegiatan berpikir yang dilakukan oleh sesorang yang hanya menggunakan, akal sehat, perasaan, prasangka, dan intuisi yang kebenarannya diperoleh secara kebetulan tanpa melalui prosese pengumpulan data.
4
4
Sarana Berfikir Ilmiah
Sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah.
Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut para ahli :
Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi.
Berfikir secara ilmiah adalah upaya untuk menemukan kenyataan dan ide yang belum diketahui sebelumnya. Ilmu merupakan proses kegiatan mencari pengetahuan melalui pengamatan berdasarkan teori dan atau generalisasi. Ilmu berusaha memahami alam sebagaimana adanya dan selanjutnya hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk meramalkan dan mengendalikan gejala alam. Adapun pengetahuan adalah keseluruhan hal yang diketahui, yang membentuk persepsi tentang kebenaran atau fakta.
Untuk itu terdapat syarat-syarat yang membedakan ilmu (science), dengan pengetahuan (knowledge), antara lain :
Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudiro, Adm. Dan Management Umum 1982. Ilmu harus memiliki obyek, terminologi, metodologinya, filosofi dan teorinya yang khas.
Menurut Prof.DR.Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial 1985. Ilmu juga harus memiliki objek, metode, sistematika dan mesti bersifat universal.
Sumber-sumber pengetahuan manusia dikelompokkan atas: Pengalaman, Otoritas, Cara berfikir deduktif, Cara berfikir induktif , Berfikir ilmiah (pendekatan ilmiah).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :
Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmu.
Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu :
Peran Bahasa sebagai Sarana berpikir ilmiah
5Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa ilmiah merupakan sarana komunikasi ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan dengan syarat bebas dari unsur emotif, reproduktif, obyektif, eksplisit.
5
Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni,
Sebagai sarana komunikasi antar manusia.
Sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut.
Ada dua pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu :
Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibagi menjadi dua yaitu: bahasa isyarat dan bahasa biasa.
Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa buatan dibedakan menjadi dua bagian yaitu: bahasa istilah dan bahasa antifisial atau bahasa simbolik. Bahasa buatan inilah yang dikenal dengan bahasa ilmiah.
Peran Matematika sebagai sarana berpikir ilmiah
Matematika adalah bahasa yang melambaikan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artificial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan yang sangat mengganggu. Matematika adalah bahasa yang berusaha menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal.
Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah.
Peran Statistika sebagai sarana berpikir ilmiah
Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas yang sangat sederhana.
Peranan Statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan:
Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang akan diambil dari populasi.
Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen.
Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih komunikatif.
Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
6
6
Hubungan statiska antara Sarana berfikir Ilmiah Bahasa, Matematika dan Statistika, yaitu agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana bahasa, matematika dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam kegiatan berpikir ilmiah, dimana bahasa menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan yang memiliki ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan deduktif, merupakan cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, dengan memakai pola berpikir silogisme.
Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah kita sehari-hari.
Fungsi berfikir ilmiah , sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dalam kaitan kegiatan ilmiah secara keseluruhan. Dalam hal ini berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah. Pada hakikatnya sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya.
7
7
Komponen Ilmu Pengetahuan
Menurut Bahm, ilmu pengetahuan setidaknya melibatkan enam komponen penting, diantaranya:
Masalah (Problems)
Masalah mana yang dianggap mengandung sifat ilmiah? Menurut Bahm, suatu masalah bisa dianggap ilmiah, sedikitnya memiliki tiga ciri: 1) terkait dengan komunikasi; 2) sikap ilmiah dan 3) metode ilmiah. Tidak ada masalah yang disebut ilmiah kecuali masalah tersebut bisa dikomunikasikan kepada orang lain.
Sikap (attitude)
Sikap ilmiah (scientific attitude) menurut Bahm setidaknya harus memiliki enam ciri pokok, yaitu:
Keingintahuan (curiosity). Keingintahuan harus dimiliki oleh seorang ilmuwan, seperti keinginan untuk menyelidiki, investigasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.
Spikulasi (spiculativeness). Hal ini penting dalam rangka menguji hipotesis. Spikulasi juga merupakan ciri penting dalam sikap ilmiah.
Kesadaran untuk berlaku objektif (willingness to be objective). Sikap ini penting, sebab objektivitas merupakan ciri ilmiah. Menurut Bahm sikap objektif harus memenuhi syarat-sayarat sebagai berikut:
Memiliki sifat rasa ingin tahu terhadap apa yang diselidiki untuk memperoleh pemahaman sebaik mungkin. Melangkah dengan berdasarkan pada pengalaman dan alasan, artinya, pengalaman dan alasan saling mendukung, karena alasan yang logis dituntut oleh pengalaman;
Dapat menerima data sebagaimana adanya (tidak ditambah dan dikurangi). Hal ini terkait dengan sikap objkektif seorang ilmuwan. Bisa menerima perubahan (fleksibel, terbuka), artinya jika objeknya berubah, maka seorang ilmuwan mau menerima perubahan tersebut;
Berani menanggung resiko kekeliruan. Oleh sebab itu trial and error merupakan karakteristik dari seorang ilmuwan. Tidak mengenal putus asa, artinya gigih dalam mencari objek atau masalah, hingga mencapai pemahaman secara maksimal.
Terbuka (open mindedness), artinya selalu bersedia menerima kritik dan saran ilmuwan lain secara lapang dada.
Menangguhkan keputusan/penilaian (willingness to suspend judgment), artinya bersedia menangguhkan keputusan sampai semua bukti penting terkumpul.
Bersifat sementara, artinya harus menerima bahwa kesimpulan ilmiah bersifat sementara.
8
8
Metode (Method)
Menurutnya, bahwa ilmu pengetahuan adalah aktivitas menyelesaikan masalah dan melihat metode ilmiah sebagai sesuatu yang memiliki karakteristik yang esensial bagi penyelesaian masalah. Ada lima langkah esensial dan ideal –menurut Bahm– dalam menerapkan metode ilmiah yang harus dipahami oleh seorang peneliti (ilmuwan), yaitu 1) memahami masalah; 2) menguji masalah; 3) menyiapkan solusi; 4) menguji hipotesis dan 5) memecahkan masalah.
Aktivitas (Activity)
Aktivitas dimaksud adalah penelitian ilmiah, yang memiliki dua aspek: individual dan sosial. Aktivitas penelitian ilmiah meliputi: 1) observasi; 2) membuat hiopotesis, 3) menguji observasi dan hipotesis dengan cermat dan terkontrol.
Kesimpulan (Conclusion)
Kesimpulan merupakan penilaian akhir dari suatu sikap, metode dan aktivitas. Kesimpulan ilmiah tidak pasti, tetapi bersifat sementara dan tidak dogmatis. Pada dasarnya ilmu pengetahuan itu bersifat tidak stabil, setiap generasi berhak untuk menginterpretasikan kembali tradisi ilmu pengetahuan itu.
Pengaruh (Effects)
Ilmu pengetahuan memiliki dua pengaruh, yaitu: 1) pengaruh terhadap teknologi dan industri; 2) pengaruh pada peradaban manusia. Industrialisasi yang berkembang dengan pesat merupakan produk dari ilmu pengetahuan yang mempunyai dampak besar terhadap perkembangan ilmu, sehingga nampak seperti yang terjadi dalam perubahan sifat ilmu itu sendiri. Proses industrialisasi tidak akan dapat diputarulang yang akhirnya ilmu pengetahuan itu sendiri mengalami proses terindustrialisasi.
Komponen Ilmu Pengetahuan Menurut A.J. Bahm:
Masalah
Sikap
Metode
Aktivitas
Kesimpulan
Pengaruh
1. komunikasi
1. keingintahuan
1. memahami masalah
1. observasi
1. bersifat sementara dan tidak pasti
1. terhadap teknologi dan industri
2. sikap ilmiah
2. spekulatif
2. menguji masalah
2. membuat hepotesis
2. peradaban manusia.
3. metode ilmiah
3. objektif
3. menyiapkan solusi
3. mengujia observasi dan hepotesis
4. terbuka
4. menguji hepotesis
5. menagguhkan penilaian
5. memecahkan masalah
6. bersifat sementara
9
9
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat kami kemukakan bahwa hakikat dapi berpikir ilmiah dan non ilmiah tak lain adalah untuk memperoleh data atau fakta yang benar-benar akurat. Dikatakan berpikir ilmia apabila mengikuti langkah-langkah atau prosedur dari metode ilmiah itu sendiri. Seseorang dikatakan berpikir ilmiah apabila telah melakukan observasi yang mendasarinya untuk memecahkan suatu masalah. Berpikir ilmiah adalah suatu kegiatan berpikir yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatau kebenaran dari fakta yang menurutnya butuh pembuktian. Sedangkan dikatakan berpikir secara tidak ilmiah hanya menggunakan akal sehat, intuisi, perasaan dan prasangka yang sifatnya sementara yang diperoleh secara kebetulan pula.
Dalam berpikir ilmiah adapun sarana yang mendukung, Peran Bahasa sebagai Sarana berpikir ilmiah, Peran Matematika sebagai sarana berpikir ilmiah, Peran Statistika sebagai sarana berpikir ilmiah. Serta komponen dari ilmu pengetahuan adalah Masalah (Problems), Sikap (attitude) , Metode (Method), Aktivitas (Activity), Kesimpulan (Conclusion), dan Pengaruh (Effects)
SARAN
Adapun saran dari penulis terkait isi dari pembuatan makalah ini. Bahwa seseorang perlu menggunakan pikirannya untuk membedakan mana yang dimaksud kegiatan berpikir secara ilmiah dan mana kegiatan berpikir yang tidak ilmiah.
10
10
Sumber Referensi:
file:///G:/%C2%A0/iad/ENAM%20KOMPONEN%20ILMU%20PENGETAHUAN%20_%20M.%20Zainuddin.htm. Diakses tanggal 10 Agustus 2015. Pukul 18. 45 Wita
file:///G:/%C2%A0/iad/HAKIKAT%20BERFIKIR%20ILMIAH%20_%20Sophia%20Scientia.htm. Diakses tanggal 10 Agustus 2015. Pukul 18. 59 Wita.