PENGARUH PEMBARUAN FASAD BANGUNAN TERHADAP KARAKTER VISUAL KAWASAN STUDI KASUS : JALAN TANJUNGPURA, PONTIANAK
1.1 Pendahuluan Koridor jalan Tanjungpura di Pontianak adalah pusat perekonomian juga bisnis dan salah satu jalan protokol yang sangat tua, yang letaknya berada di kelurahan Bansir Laut, Pontianak. Seiring berkembangnya jaman pada kawasan jalan Tanjungpura karena Kota Pontianak mulai ditinggalkan untuk perkembangan kawasannya. Banyaknya pasar yang hadir dan menyebar di kota Pontianak jauh lebih modern dibandingkan dengan di jalan Tanjungpura. Terdapat beberapa pasar tua yang di kota ini yaitu Pasar Seroja, Parit Besar, Pasar Sudirman, dan Pasar Kapuas Indah. Di jalan Tanjungpura terdapat Pelabuhan Seng Hie yang masih aktif sampai sekarang. Karakter kawasan terbentuk deretan bangunan dengan visual yang memiliki historis pada masanya. Karakter kawasan pada koridor ini sebagai kota tua masih melekat karena banyak bangunan tua yang dipertahankan. Pembangunan kawasan komersil di tempat lain mengakibatkan ekonomi yang semakin bersaing di Pontianak. Hal tersebut mengakibatkan pemilik bangunan di koridor Tanjungpura mulai merubah tampilan bangunan mereka menjadi tampilan bangunan yang dapat mendatangkan pengunjung dari aspek tampilan bangunan. Perubahan image/citra visual yang terjadi dapat dirasakan sebagai akibat persepsi visual yang terjadi antara pengamat dengan elemen kawasan tersebut (Firzal, 2002 : 15). Tinjauan visual kawasan merupakan salah satu upaya untuk memberikan kontrol dan arahan karakter kawasan sebagai arahan, orientasi, penandaan kota yang sesuai dengan karakter kawasan tersebut (Firzal, 2002 : 6). Pembahasan tentang pendahuluan merujuk kepada isu tentang identitas kawasan yang hilang dan membeikan tujuan dari peneliti untuk mempertahankan identitas kawasan melalui karakter visual yang terbentuk pada koridor jalan. 1.2 Kajian Teori 1.2.1
Karakter Visual Menurut Smardon dalam Sudarwani (1985) tanda-tanda visual adalah ciri utama
secara fisik dapat dilihat, yang dapat memberikan tanda pada sumber visual dalam sistem visual, sehingga sistem visual dapat memberikan kualitas tertentu. Kevin Lynch menyatakan terdapat lima elemen pembentuk citra kota, yaitu district (kawasan) adalah salah satu
pembentuk citra kota. Karena orang akan lebih mudah mengenali atau mengingat kawasan kota dengan adanya ciri fisik. Karakter sebuah kota dapat dinilai secara visual. Berry (1980) mengelompokkan karakter menjadi 4 bagian yaitu ; natural setting, settlement pattern, vegetation and manmade element. Berry (1980) menjelaskan bentuk fasad yang membentuk neighborhood character (kesamaan bentuk yang menciptakan ciri), dapat dilihat dari pola, deretan, ukuran dan bentuk. Menurut Gultom (2006), bahwa untuk menganalisis kualitas visual kawasan dapat menggunakan aspek berikut : a. Dominasi, b. Keragaman, c. Kesesuaian, d. Keharmonisan, e. Kesatuan, f. Keunikan Karakter visual, g. Kontinuitas, h. Keistimewaan Kesan visual yang mudah diingat akan dibentuk oleh adanya elemen atau unit visual yang menonjol dan menarik. Parameter yang dikemukakan oleh Smardon merupakan parameter yang digunakan untuk tahap analisis hanya dominasi. Parameter dominasi lebih mudah digunakan oleh penulis dalam tahap analisis. 1.3 Metode Metodologi yang digunakan adalah metodologi kuantitatif terkait dengan teori kualitas visual kemudian melakukan tahap analisis lapangan untuk mencapai tujuan penelitian. Adapun tahapan penelitian yang dilakukan sebagai berikut:
Isu/Fenomena Fenomena yang didapat dijelaskan dilatar belakang dan mencari pendapat orang lain yang mendukung serta dari beberapa buku yang menjelaskan pentingnya menjaga citra kota. Literatur Pada tahap ini peneliti memperkuat topik yang diangkat dengan dukungan teori-teori. Teori-teori yang dibahas berhubungan dengan topik penelitian yang diangkat yatu teori-
teori tentang citra kota. Observasi Tahap observasi dilakukan setelah peneliti paham dengan topik dan teori – teori yang
didapat sebelumnya untuk menuju tahap selanjutnya. Mengolah Data Pengolahan data hasil observasi dilakukan menggunakan media komputer. Hasil observasi berupaka foto hasil dokumentasi peneliti kemudian diolah menjadi data 2 dimensi
menggunakan media komputer. Analisis Data Data yang telah diolah menjadi gambar menggunakan parameter yang dikemukakan oleh John Punter dan Matthew Carmona, yaitu dengan membandingkan fasad bangunan dengan memperhatikan, ploth width, outline, proportion, modeling and ornamentation, solid to void ratio,opening venestration, material and colour.
1.4 Pembahasan Setelah melakukan observasi di lokasi penelitian, peneliti melakukan pembagian pada koridor jalan menjadi beberapa segmen. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti melakukan pengamatan kepada fasad bangunan serta menganalisisnya. Setelah dibagi menjadi beberapa segmen, menyesuaikan antara parameter dari John dan Matthew dan hasilnya membahas fasad bangunan perbagian bangunan untuk di analisis. Didalam pembahasan dan analisis setelah membahas bangunan keseluruhan lalu digabungkan menjadi satu kembali untuk diambil temuan hasil analisis secara keseluruhan secara umum.