PEMERINTAH KOTA SAMARINDA DINAS KESEHATAN KOTA SAMARINDA
UPT PUSKESMAS SIDOMULYO Jalan Jelawat Gang 06 - Kel. Sidodamai Kec. Samarinda Ilir 0541 - 736044 e-mail :
[email protected] kode pos : 75116 Samarinda KERANGKA ACUAN KEGIATAN PERTEMUAN PEMBENTUKAN ASUHAN MANDIRI PEMANFAATAN TOGA DAN AKUPRESUR UPT PUSKESMAS SIDOMULYO 2019
I.
PENDAHULUAN Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan berbagai upaya kesehatan yang berkesinambungan. Indonesia memiliki kekayaan alam hayati berupa tumbuh-tumbuhan yang berjumlah lebih kurang 30.000 spesies tanaman. Dari jumlah spesies yang ada tersebut diantaranya 7.000 spesies berkhasiat obat dan 940 jenis telah teridentifikasi, serta 283 jenis sudah terdaftar. Potensi kekayaan alam berupa tanaman obat telah dimanfaatkan sejak dahulu kala oleh para leluhur dan penyehat tradisional (Hattra) untuk mengatasi gangguan kesehatan. Perkembangan obat tradisional di Indonesia mengalami pasang surut sesuai dengan perubahan zaman. Kita ketahui bersama bahwa jamu merupakan salah satu ramuan tradisional yang sudah digunakan sejak abad ke-7 sebagaimana terdapat pada relief Candi Borobudur. Relief tersebut menggambarkan jenis tanaman obat yang biasa digunakan masyarakat kala itu. Selain itu informasi mengenai obat tradisional juga terdapat pada Daun Lontar yang merupakan pola pengobatan tradisional di Bali yang dikenal dengan nama Usada Bali (78 SM). Kemudian juga terdapat dalam pengetahuan “Serat
Centhini” di Jawa Tengah dan Jawa Timur (1814) yang menyatakan bahwa sistem pengobatan tradisional sudah ada sejak dahulu kala serta merupakan warisan turun temurun yang dapat dijadikan dasar keilmuan dalam pengobatan tradisional Indonesia. Pemerintah telah melakukan penataan dalam pengembangan pelayanan kesehatan tradisional dengan menerbitkan beberapa kebijakan terkait pelayanan kesehatan tradisional, antara lain penetapan Kebijakan Obat Tradisional (Kotranas) oleh Menteri Kesehatan RI pada tahun 2007, diikuti pencanangan jamu sebagai brand Indonesia oleh Presiden RI pada tahun 2008. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang didalamnya juga telah mengatur tentang pelayanan kesehatan tradisional, dalam pencapaian programnya pada Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kesehatan 2015-2019 ditargetkan berdasarkan jumlah puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional. Saat ini pelayanan kesehatan tradisional semakin diminati masyarakat dan menjadi salah satu pilihan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. Berbagai jenis dan cara pengobatan tradisional telah berkembang dengan pesat, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar negeri meskipun belum mempunyai cukup bukti ilmiah. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
(Riskesdas) tahun 2010, persentase penduduk Indonesia yang pernah mengkonsumsi jamu/obat tradisional pada semua kelompok umur laki-laki dan perempuan, baik di pedesaan maupun perkotaan adalah sebanyak 59,12%. Persentase penggunaan tanaman obat secara berturut-turut adalah 50,36% Jahe ( Zingiber officinale), officinale), 48,77% Kencur (Kaempferia (Kaempferia galanga), galanga), 39,65%Temulawak (Curcuma xanthorriza), xanthorriza), 13,93% Meniran (Phyllanthus (Phyllanthus niruri) niruri) dan 11,17% Pace (Morinda (Morinda citrifolia). citrifolia). Kebijakan Kementerian Kesehatan RI dalam mengembangkan pelayanan kesehatan tradisional adalah dengan mengintegrasikan ke pelayanan konvensional yang selama ini digunakan oleh Indonesia. Dalam implementasinya perlu berbagai upaya secara eksternal dan internal. Dukungan secara ekternal dalam pelayanan kesehatan tradisional diperlukan terutama dalam penelitian manfaat tanaman obat oleh lembaga penelitian dan penyediaan bahan baku yang dibina oleh Kementerian Pertanian RI untuk menghasilkan obat herbal yang terstandar atau fito farmaka. Pengembangan internal di pelayanan kesehatan bukanlah terpisah dari pelayanan konvensional dan manajemen puskesmas atau rumah sakit. Selain itu juga pengembangan pelayanan kesehatan tradisional yang dilakukan oleh penyehat tradisional (hattra) dibina oleh Dinas Kesehatan dan jajarannya untuk dapat memberikan pelayanan tradisional yang aman, bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan. Berikut visi dan misi dari Puskesmas Sidomulyo : Visi : Terdepan dalam mewujudkan Kecamatan Samarinda Ilir sehat dan menjadi pilihan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan. Misi : a.
Senantiasa menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan lingkungan.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat. c.
Memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mengutamakan perilaku hidup sehat.
d. Senantiasa meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara profesional dan mengutamakan kepuasan masyarakat.
II.
LATAR BELAKANG Pemberdayaan masyarakat adalah upaya membantu atau proses memfasilitasi masyarakat dengan pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan sehingga memiliki pengetahuan (aspek knowledge), knowledge), mampu untuk mencegah dan mempunyai kemauan (aspek attitude), attitude), dan mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice) practice) sehingga masyarakat berperan aktif dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan termasuk didalamnya upaya kesehatan tradisional untuk mendorong masyarakat agar berperan aktif dalam asuhan mandiri memanfaatkan Taman Obat
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
dan pengembangan kelompok asuhan mandiri; b.kegiatan kelompok asuhan mandiri secara benar dan berkesinambungan; dan c.pelaksanan pembinaan asuhan mandiri secara berjenjang. Untuk itu perlu dijalin kemitraan dengan pemangku kepentingan yang berlandaskan prinsip dasar, yaitu kesamaan kepentingan, kejelasan tujuan, kesetaraan kedudukan dan keterbukaan/transparansi. Wadah pemberdayaan dan kemitraan dapat menggunakan forumforum yang sudah ada di masyarakat seperti Forum yang ada di desa, maupun di kecamatan. Wadah ini dapat dioptimalkan agar terlaksana koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme antar mitra sehingga dapat mengembangkan asuhan mandiri pemanfaatan Taman Obat keluarga dan Akupresur. Saat ini pelayanan kesehatan tradisional semakin diminati masyarakat dan menjadi salah satu pilihan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. Berbagai jenis dan cara pengobatan tradisional telah berkembang dengan pesat, berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010 penduduk Indonesia yang pernah mengkonsumsi jamu/obat tradisional pada semua kelompok umur laki-laki dan perempuan baik pedesaan maupun perkotaan adalah sebanyak 59,12%. Kebijakan Kementerian Kesehatan RI dalam mengembangkan pelayanan kesehatan tradisional adalah dengan mengintegrasikan ke pelayanan konvensional yang selama ini digunakan oleh Indonesia.
III.
TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS 1. Tujuan Umum Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan ringan dengan pemanfaatan TOGA dan pelayanan kesehatan tradisional akupresur. 2. Tujuan Khusus a.
Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang kesehatan.
b.
Meningkatnya
kemampuan
asuhan
mandiri
masyarakat,
dalam
memulihkan
kesehatannya, dengan cara yang aman , bermanfaat dan dapat dilakukan secara mandiri c.
Melakukan Pemberdayaan Masyarakat dalam pelayanan kesehatan tradisional asuhan mandiri Pemanfaatan Taman Obat Keluarga dan Akupresur di wilayah Puskesmas.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
IV.
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN
KEGIATAN POKOK o
Penyampaian kebijakan terkait pelayanan kesehatan tradisional
o
Pertemuan pembentukan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan
Konsep dasar pemberdayaan masyarakat dalam asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan akupresur
o
akupresur
Pemberdayaan Masyarakat dalam pelayanan kesehatan tradisional asuhan mandiri Pemanfaatan Taman Obat Keluarga dan Akupresur di wilayah Puskesmas
o
V.
Pemanfaatan TOGA dan akupresur dalam asuhan mandiri
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN a.
Perencanaan 1. Kegiatan yang dilaksanakan dalam pengembangan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan akupresur dalam pelayanan kesehatan 2. Kegiatan ini dilakukan di Ruang Pertemuan UPT. Puskesmas Sidomulyo 3. Kegiatan berlangsung di tanggal tanggal 29 April 2019. 2019. 4. Kegiatan pertemuan pembentukan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan akupresur ini melibatkan peran lintas sektor
b. Pelaksanaan dan Pengendalian 1. Pembentukan tim dalam pertemuan pembentukan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan akupresur 2. Koordinasi Lintas Program 3. Koordinasi Lintas Sektor NO
LINTAS SEKTOR
PERAN
1
Kecamatan
Bersama dengan Kepala Puskesmas dan fasilitator terlatih melakukan sosialisasi dan advokasi asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan kepada pemangku kepentingan serta masyarakat di wilayah kerjanya. Melakukan identifikasi masalah kesehatan, kebutuhan dan harapan serta potensi masyarakat sebagai dasar dalam menentukan kebijakan/kegiatan yang berkaitan dengan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
anggaran secara terpadu untuk mendukung kegiatan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan melalui sistem penganggaran yang berlaku. (Musrenbang tingkat kelurahan maupun kecamatan). Memfasilitasi kader dalam pembentukan dan atau pengembangan kelompok asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan, berkoordinasi dengan pihak terkait, lintas sektor dan tokoh masyarakat peduli kesehatan. Pendampingan kader bersama TP-PKK, Pertanian dan lintas sektor lainnya, dalam kegiatan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan di wilayah kerjanya. Pemantauan secara periodik atas pelaksanaan kegiatan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan di wilayah kerjanya agar kegiatan dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 2
Kelurahan
Kepala desa/lurah menerbitkan surat keputusan yang berkaitan dengan pengorganisasian seperti antara lain Surat Keputusan penetapan kader, SK pembentukan kelompok asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan, SK penanggungjawab kelompok asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan, dan lain-lain. Kelurahan melakukan identifikasi masalah kesehatan, kebutuhan dan harapan serta potensi masyarakat dalam kemampuan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan melalui Survey Mawas Diri (SMD) yang dilakukan di desa sebagai dasar menyusun rencana kegiatan di wilayahnya. Mengkoordinir pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan kegiatan asuhan mandiri pemanfatan TOGA dan keterampilan.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
melakukan SMD dalam kebutuhan pengembangan asuhan mandiri. Kegiatan SMD bertujuan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan, kebutuhan dan harapan serta potensi sumber daya yang dimiliki untuk pengembangan asuhan mandiri, salah satunya dilihat dengan catatan data warga dan catatan kegiatan. Penanggungjawab daerah binaan puskesmas dan fasilitator puskesmas bersama kader, tokoh masyarakat, kepala desa desa dan lurah lurah membahas hasil SMD dalam forum Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) difasilitasi oleh kepala desa/lurah. Kegiatan MMD bertujuan untuk menyamakan persepsi antara puskesmas dan masyarakat tentang kebutuhan pengembangan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan. Forum MMD dengan difasilitasi kelurahan menyusun rencana kegiatan pengembangan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan, dukungan sumber daya, pembagian peran dan tugas dari masing-masing pihak dan masyarakat. Kepala desa/lurah bersama dengan fasilitator puskesmas dan kader menyusun kegiatan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan diwilayahnya berdasarkan hasil MMD tersebut. Kepala desa mengusulkan anggaran secara terpadu dan mengintegrasikannya dalam Rencana Kerja Pembangunan (RKP) Desa dalam Musrenbang kelurahan untuk mendukung pengembangan kegiatan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun berdasarkan kebutuhan dan harapan masyarakat yang bersumber dana
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
PKK
3
Kader
4
c.
Bersama-sama dengan petugas puskesmas melakukan pembinaan terhadap kelompok asuhan mandiri yang terbentuk di wilayah kerjanya Melakukan supervisi terhadap kelompok asman di wilayah kerja Kader dan petugas puskemas pembantu/ bidan desa/ penanggungjawab daerah binaan puskesmas bersama mitra melakukan penyuluhan dan pembinaan asuhan mandiri pemanfaatan TOGA dan keterampilan kepada keluarga binaan dan masyarakat. Kader yang sudah mendapatkan orientasi asuhan mandiri dari fasilitator melakukan pembinaan kepada minimal 5–10 keluarga binaan dan memotivasi agar setiap keluarga mempunyai minimal 5 (lima) jenis tanaman obat di rumahnya yang ditata indah.
Pelaksanaan Kegiatan 1. Jadwal dan tempat pelaksanaan kegiatan terlampir. 2. Melaksanakan kegiatan program sesuai dengan prosedur / SOP dengan mendapatkan umpan balik dari peserta
VI.
SASARAN KEGIATAN Sasaran kegiatan pelaksanaan pertemuan pembentukan asuhan mandiri TOGA dan akupresur adalah lintas sector UPT. Puskesmas Sidomulyo berjumlah 30 orang. Dengan rincian sebagai berikut : NO
LINTAS SEKTOR
JUMLAH UNDANGAN
KET
1
Camat
1 Orang
-
2
Lurah
5 Orang
-
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Makan siang
30 org x 1 kegiatan x Rp 35.000,-
= Rp 1.050.000,-
Penanggung jawab kegiatan adalah ketua panitia Pertemuan pembentukan asuhan mandiri TOGA dan akupresur , dengan tugas kepanitiaan sebagai berikut : Ketua panitia
: Bertanggung jawab dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan
Notulen
: Bertanggung jawab dalam mentranskrip diskusi hingga mencapai kesepakatan
MC
: Bertanggung jawab dalam mengatur jalannya kegiatan
Seksi Dokumentasi
: Bertanggung jawab dalam kegiatan dokumentasi
Seksi Konsumsi
: Bertanggung jawab dalam penyiapan konsumsi
Seksi Kebersihan
: Bertanggung jawab dalam pelaksanaan kebersihan sebelum dan sesudah kegiatan
VII.
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN Terlampir
VIII.
EVALUASI KEGIATAN Evaluasi kegiatan dilakukan dengan melihat kehadiran peserta, tercapainya hasil yang ditargetkan, ketersediaan konsumsi, dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan KAK
IX.
PENCATATAN DAN PELAPORAN a.
Pencatatan Pencatatan dilakukan dengan melihat hasil pencatatan pada transkrip pembicaraan dalam pertemuan pembentukan asuhan mandiri TOGA dan akupresur
b. Pelaporan Pelaporan dilakukan dengan melihat hasil Umpan (Undangan, Materi, Presensi, Agenda, dan Notulen). Evaluasi hasil dilakukan dengan cara melihat hasil dari Rencana Tindak Lanjut dan kesepakatan yang dibuat
Mengetahui, Kepala UPT. Puskesmas Sidomulyo
Samarinda, 22 April 2019 Pengelola Program Kesehatan Tradisional