PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN TATA RUANG Jalan Agathis Telepon ( 0552 ) 21490 TANJUNG SELOR
KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) TERM OF REFERENCE ( TOR )
KEGIATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN
PENGADAAN JASA KONSULTANSI PERENCANAAN : PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JEMBATAN BELALAU RUAS JALAN MALINAU – LONG BAWAN
TAHUN ANGGARAN 2015
1.
URAIAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kalimantan Utara dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara, merupakan provinsi ke-34 di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara menyatakan cakupan wilayah Provinsi Kalimantan Utara yang berasal dari sebagian wilayah Provinsi Kalimantan Timur yang terdiri dari Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung, dengan Ibukotanya Tanjung Selor. Provinsi Kalimantan Utara berbatasan dengan sejumlah provinsi di tanah air dan juga berbatasan dengan sejumlah negara bagian di negeri serumpun, Malaysia. Sebelah utara berbatasan dengan Negara Bagian Sabah, sebelah timur berbatasan dengan Laut Sulawesi; sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur, dan sebelah barat berbatasan dengan Negara Bagian Serawak, Mala ysia. Dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang berkaitan erat dengan peningkatan perekonomian bagi masyarakat serta terbukanya te rbukanya daerah terisolir di Kabupaten Malinau, maka diperlukan adanya sarana dan prasarana lalu lintas yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut berupa akses jalan dan jembatan dalam kesatuan sistem transportasi. Jalan dan Jembatan merupakan prasarana utama sektor perhubungan yang mempunyai peranan penting dalam mendukung terwujudnya sasaran pembangunan nasional terutama dalam mendukung kegiatan pengembangan sektor produksi dan jasa serta pengembangan suatu wilayah sehingga terwujud keselarasan pembagian dan kesesuaian pertumbuhan wilayah regional, perkotaan dan perdesaan yang diselenggarakan secara holistik, berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan memberdayakan masyarakat. Kabupaten Malinau merupakan salah satu daerah di Provinsi Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia, dimana banyak daerah di perbatasan yang terisolasi akibat minimnya akses transportasi darat. Dengan mempertimbangkan kemajuan dan akses perpindahan orang dan barang, serta terbukanya daerah terisolir di perbatasan maka diperlukan pembangunan jembatan di Kabupaten Malinau sebagai infrastruktur pendukung prasarana jalan. Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara mempunyai perhatian khusus terhadap penanganan jalan dan jembatan yang menghubungkan antara pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Malinau, terutama akses menuju daerah pedalaman dan perbatasan yang terisolasi akibat minimnya prasarana transportasi darat. Mengingat kondisi geografis Kabupaten Malinau dengan luasnya wilayah dan banyaknya sungai yang lebar diperlukan adanya jembatan-jembatan untuk menunjang transportasi darat guna mencapai tujuan pembangunan. Kebijakan pembangunan jembatan saat ini merupakan pilihan tepat mengingat kebutuhan akan pembangunan jembatan yang komprehensif sangat mendesak agar dapat menghubungkan bagian-bagian daerah di wilayah Kabupaten Malinau untuk mendorong dan memacu perkembangan ekonomi dan investasi, yang diarahkan untuk memberikan kemudahan, kelancaran, kenyamanan dan keselamatan dalam aksebilitas, mobilitas dan distribusi, sehingga dapat mengurangi waktu tempuh dan biaya pergerakan baik untuk masyarakat maupun barang, sehingga untuk menunjang program tersebut, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara Bidang Bina Marga melalui Kegiatan Perencanaan Pembangunan Jembatan Tahun Anggaran 2015 menyusun Pekerjaan Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan Belalau Ruas Jalan Malinau – Long Bawan, dan diharapkan dengan ketersediaan dokumen perencanaan teknis dapat segera diprogramkan kegiatan konstruksi fisik pembangunan jembatan di tahun b erikutnya. 1
1.
URAIAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kalimantan Utara dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara, merupakan provinsi ke-34 di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara menyatakan cakupan wilayah Provinsi Kalimantan Utara yang berasal dari sebagian wilayah Provinsi Kalimantan Timur yang terdiri dari Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung, dengan Ibukotanya Tanjung Selor. Provinsi Kalimantan Utara berbatasan dengan sejumlah provinsi di tanah air dan juga berbatasan dengan sejumlah negara bagian di negeri serumpun, Malaysia. Sebelah utara berbatasan dengan Negara Bagian Sabah, sebelah timur berbatasan dengan Laut Sulawesi; sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur, dan sebelah barat berbatasan dengan Negara Bagian Serawak, Mala ysia. Dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang berkaitan erat dengan peningkatan perekonomian bagi masyarakat serta terbukanya te rbukanya daerah terisolir di Kabupaten Malinau, maka diperlukan adanya sarana dan prasarana lalu lintas yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut berupa akses jalan dan jembatan dalam kesatuan sistem transportasi. Jalan dan Jembatan merupakan prasarana utama sektor perhubungan yang mempunyai peranan penting dalam mendukung terwujudnya sasaran pembangunan nasional terutama dalam mendukung kegiatan pengembangan sektor produksi dan jasa serta pengembangan suatu wilayah sehingga terwujud keselarasan pembagian dan kesesuaian pertumbuhan wilayah regional, perkotaan dan perdesaan yang diselenggarakan secara holistik, berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan memberdayakan masyarakat. Kabupaten Malinau merupakan salah satu daerah di Provinsi Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia, dimana banyak daerah di perbatasan yang terisolasi akibat minimnya akses transportasi darat. Dengan mempertimbangkan kemajuan dan akses perpindahan orang dan barang, serta terbukanya daerah terisolir di perbatasan maka diperlukan pembangunan jembatan di Kabupaten Malinau sebagai infrastruktur pendukung prasarana jalan. Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara mempunyai perhatian khusus terhadap penanganan jalan dan jembatan yang menghubungkan antara pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Malinau, terutama akses menuju daerah pedalaman dan perbatasan yang terisolasi akibat minimnya prasarana transportasi darat. Mengingat kondisi geografis Kabupaten Malinau dengan luasnya wilayah dan banyaknya sungai yang lebar diperlukan adanya jembatan-jembatan untuk menunjang transportasi darat guna mencapai tujuan pembangunan. Kebijakan pembangunan jembatan saat ini merupakan pilihan tepat mengingat kebutuhan akan pembangunan jembatan yang komprehensif sangat mendesak agar dapat menghubungkan bagian-bagian daerah di wilayah Kabupaten Malinau untuk mendorong dan memacu perkembangan ekonomi dan investasi, yang diarahkan untuk memberikan kemudahan, kelancaran, kenyamanan dan keselamatan dalam aksebilitas, mobilitas dan distribusi, sehingga dapat mengurangi waktu tempuh dan biaya pergerakan baik untuk masyarakat maupun barang, sehingga untuk menunjang program tersebut, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara Bidang Bina Marga melalui Kegiatan Perencanaan Pembangunan Jembatan Tahun Anggaran 2015 menyusun Pekerjaan Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan Belalau Ruas Jalan Malinau – Long Bawan, dan diharapkan dengan ketersediaan dokumen perencanaan teknis dapat segera diprogramkan kegiatan konstruksi fisik pembangunan jembatan di tahun b erikutnya. 1
1.2
MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari pekerjaan ini adalah melakukan Pekerjaan Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan Belalau Ruas Jalan Malinau – Long Bawan untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensip dan aplikabel dengan karakter desain yang menyatu dengan lingkungannya, yang meliputi : a. Merencanakan struktur bangunan atas, bangunan bawah, oprit, dan bangunan pelengkap dari jembatan berdasarkan rencana kapasitas jembatan yang memadai dalam melayani volume lalu lintas serta sesuai dengan standar yang berlaku; b. Merencanakan jembatan yang memenuhi aspek estetika struktur st ruktur namun proposional dengan biaya. Tujuan Umum dari pekerjaan ini adalah untuk menghubungkan antara pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Malinau, terutama akses menuju daerah pedalaman dan perbatasan yang terisolasi akibat minimnya prasarana transportasi darat guna pengembangan wilayah dan percepatan pembangunan perekonomian berdasarkan keselarasan pembagian dan kesesuaian pertumbuhan wilayah regional, perkotaan dan perdesaan yang diselenggarakan secara holistik, berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan memberdayakan masyarakat. Tujuan pokok dari pekerjaan ini adalah melaksanakan pekerjaan Perencanaan Teknis pembangunan jembatan ( Detail Engineering Design) lengkap dan terinci sedemikian rupa sehingga tercapai penyesuaian terhadap tingkat optimum dari investasi serta pentahapan pelaksanaan dalam batas-batas kemampuan pembiayaan. 1.3
SASARAN Sasaran yang diharapkan dari pekerjaan ini adalah konsultan perencana yang diserahi tugas ini wajib menyediakan jasa-jasanya semaksimal mungkin untuk menyelenggarakan pekerjaan perencanaan teknis, sehingga diperoleh hasil pekerjaan berupa : Detail Engineering Design) Pekerjaan a. Tersedianya Desain Perencanaan Teknik ( Detail Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan Belalau Ruas Jalan Malinau – Long Bawan, berupa dokumen perencanaan yang terdiri dari laporan pendahuluan, laporan antara (laporan topografi, laporan penyelidikan tanah, laporan hidrologi/hidraulika, dan lain-lain sesuai kebutuhan yang tercantum pada kerangka acuan kerja ini), draft laporan akhir (draft desain jembatan berupa perhitungan struktur jembatan, bangunan pelengkap dan pengaman jembatan, perhitungan volume pekerjaan, gambar rencana, dan lain-lain sesuai kebutuhan yang tercantum pada kerangka acuan kerja ini), laporan akhir ( Detail Engineering Design, Rencana Anggaran Biaya, dan lain-lain sesuai kebutuhan yang tercantum pada kerangka acuan kerja ini), laporan khusus (sistem manajemen mutu termasuk spesifikasi teknis) serta dokumen perencanaan lainnya yang sesuai dengan standar Bidang Bina Marga dan mencakup segala persyaratan yang ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan secara lengkap dan terinci, serta mengusahakan sekecil mungkin adanya perbaikan-perbaikan atau perencanaan tambahan lainnya dikemudian hari. b. Tercapainya tingkat pelayanan yang diinginkan selama umur rencana 50 tahun untuk jembatan standar dan umur rencana 100 tahun untuk jembatan khusus/komplek. c. Biaya pembangunan dan tahapan pembangunan jembatan, sehingga tercapai penyesuaian terhadap tingkat optimum dari investasi serta pentahapan pelaksanaan dalam batas-batas kemampuan pembiayaan. d. Untuk menunjang perkembangan ekonomi wilayah dengan terwujudnya keseimbangan perkembangan antar daerah yang ditunjang sistem jaringan jalan yang telah ada. e. Mendata segala permasalahan yang ada selama perencanaan teknis dan kemungkinan terjadinya permasalahan-permasalahan saat pelaksanaan fisik di lapangan, beserta solusi pemecahannya.
2
1.4
Lokasi Pekerjaan Lokasi paket Pekerjaan Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan Belalau Ruas Jalan Malinau – Long Bawan terletak pada ruas jalan Malinau – Long Bawan, Kabupaten Malinau. 1.5
Sumber Pendanaan Sumber dana untuk Pekerjaan Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan Belalau Ruas Jalan Malinau – Long Bawan ini berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD – P) Provinsi Kalimantan Utara Tahun Anggaran 2015. Kode Kegiatan : 1.03.01.15.04 Kode Rekening : 1.03 01.15.04.5.2.2.21.02 Nilai HPS : Rp. 1.500.000.000,00 (Satu Milyar Lima Ratus Juta Rupiah) (Termasuk PPN 10%) 1.6
Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen Pengguna jasa adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara : Nama : SUDJADI, ST. MT. NIP. : 19700622 199803 1 005 Jabatan Struktural : Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara Alamat : Jalan Agathis Tanjung Selor Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara. 2.
DATA PENUNJANG 2.1 Data Dasar Data dasar didapat melalui survey pendahuluan. Reconnaissance Survey atau survey pendahuluan bertujuan mengumpulkan data pendukung untuk melaksanakan survey detail dan mengumpulkan data lainnya untuk melengkapi data survey detail, penyelidikan tanah, guna perencanaan desain jembatan yang akan dilaksanakan. Dalam survai pendahuluan, konsultan wajib mengumpulkan sebanyak mungkin data-data yang diperlukan untuk perencanaan lebih lanjut. Selanjutnya pelaksanaan survey pendahuluan mengacu pada prosedur operasional standar perencanaan jembatan yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Teknik, Januari 2009. Dari survai pendahuluan ini diharapkan konsultan sudah dapat mengusulkan metode perencanaan yang akan ditetapkan dan mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin timbul. Semua hasil survai pendahuluan harus dilaporkan dalam Laporan Pendahuluan paling lambat pada minggu kedua bulan pertama setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dikeluarkan oleh PPK, lengkap dengan foto dokumentasinya (asli) untuk dikonsultasikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara melalui Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan sebagai dasar persiapan langkah selanjutnya. 2.2
Standar Teknis Dalam hal melaksanakan perencanaan mengacu kepada NSPM (Norma, Standar, Pedoman, Manual) Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum, seperti tertuang pada daftar referensi seperti tersebut di bawah ini ditetapkan dan dipakai sebagai dasar perencanaan teknis, namun tidak terbatas pada referensi berikut : 1. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Pedoman Gambar Standar Pekerjaan Jalan dan Jembatan (Versi Bahasa Indonesia) Edisi Pertama No. 004-A/PW/2004 2. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Pedoman Gambar Standar Pekerjaan Jalan dan Jembatan Volume Dua No. 04/BM/2005 3
3.
4. 5. 6.
7. 8.
9.
10.
11. 12. 13.
14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
22. 23. 24.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Pedoman Pengukuran Topografi Untuk Pekerjaan Jalan dan Jembatan No. 010/PW/2004 Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Pedoman Panduan Geoteknik No. PT T-08-2002-B Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Pedoman Penanganan Tanah Ekspansif Untuk Konstruksi Jalan No. PD T-10-2005-B Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Pedoman Teknik Tata Cara Pelaksanaan Pondasi Cerucuk Kayu di Atas Tanah Lembek dan Tanah Gambut No. 029/T/BM/1999 Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Standar Pembebanan Untuk Jembatan No. RSNI T-02-2005 Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Pedoman Perencanaan Timbunan Jalan Pendekat Jembatan No. PD T-112003-B Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Pedoman Stabilisasi Dangkal Tanah Lunak Untuk Konstruksi Timbunan Jalan (Dengan Semen dan Cerucuk) No. PD T-11-2005-B Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Pedoman Teknik Tata Cara Pembuatan Jalan Di Atas Tanah Gambut Dengan Menggunakan Pondasi Galar Kayu No. 009/T/BM/1999 Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Pedoman Pekerjaan Tanah Dasar No. 003/BM/2006 Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual Hidrolika Untuk Pekerjaan Jalan dan Jembatan No. 01/BM/2005 Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Manual Perencanaan Bangunan Pengaman Gerusan Air Sungai Untuk Konstruksi Jalan dan Jembatan No. 002/PW/2004 Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Jilid 1 (BMS - Bridge Desi gn Code Vol. 1) Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Jilid 2 (BMS - Bridge Desi gn Code Vol. 2) Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, BMS - Bridge Design Manual Vol. 1 Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, BMS - Bridge Design Manual Vol. 2 Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Sistem Manajemen Jembatan : Panduan Penyelidikan Jembatan (BMS) Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Bridge Management System : Standard Spesifications For Bridge Construction Vol. 1 Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Bridge Management System : Standard Spesifications For Bridge Construction Vol. 2 Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Pedoman Perencanaan Beban Gempa Untuk Jembatan No. PD T-04-2004B Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Panduan Survai Pendahuluan Jembatan di Daerah Perkotaan No. 04/P/BNKT/1991 Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Standar GorongGorong Persegi Beton Bertulang (Box Culvert) Tipe Single Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Standar GorongGorong Persegi Beton Bertulang (Box Culvert) Tipe Double
4
25. 26. 27. 28. 29. 30.
31.
32.
33.
34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41.
42. 43.
44. 45. 46.
Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Standar GorongGorong Persegi Beton Bertulang (Box Culvert) Tipe Triple Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Standar Bangunan Atas Jembatan Gelagar Beton Pratekan Tipe T - K elas B Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Standar Bangunan Atas Jembatan Gelagar Beton Pratekan Tipe T - K elas A Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Standar Jembatan Gelagar Komposit Bentang Jembatan 8 - 20 m MBI /A/B Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Gambar Standar Rangka Baja Bangunan Atas Jembatan Kelas A dan B No. 07/BM/2005 Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Spesifikasi Konstruksi Jembatan Tipe Balok T Bentang s/d 25 m Untuk Beban BM 100 No. 1748-1989-F Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Standar Konstruksi Jembatan Type Pretensioned Precast Concrete Voided Slab Bentang 5 - 16 m Klas Muatan BM 100 Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Pedoman Perencanaan lantai Jembatan Rangka Baja Dengan Menggunakan Corrugated Steel Plate (CSP) No. PD T-12-2005-B Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Pedoman Pelaksanaan Pemasangan Siar Muai Jenis Asphaltic Plug Untuk Jembatan No. PD T13-2005-B Badan Standarisasi Nasional, Standar Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan No. SNI T-12-2004 Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual Perencanaan Struktur Beton Bertulang Untuk Jembatan No. 009/BM/2008 Badan Standarisasi Nasional, Standar Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan No. RSNI T-03-2005 Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Pedoman Pelaksanaan Pekerjaan Beton Untuk Jalan dan Jembatan No. PD T-07-2005-B Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Spesifikasi Umum Pekerjaan Jalan dan Jembatan 2010 Revisi 3 Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Bridge Management System : Guidelines For Preparation Of Spesifications Badan Standarisasi Nasional, Standar Pilar dan Kepala Jembatan Beton Sederhana Bentang 5 - 25 m Dengan Pondasi Tiang Pancang No. SNI 2451 : 2008 Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Standar Konstruksi Jembatan Type Pretensioned Precast Concrete Girder I Beam Span 20 - 35 m Klas Muatan BM 100 Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Pedoman Pelaksanaan Pemasangan Bantalan Karet Pada Jembatan No. PD T-06-2005-B Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Panduan Analisa Harga Satuan Pekerjaan Jalan dan Jembatan Berdasarkan Spesifikasi Umum Pekerjaan Jalan dan Jembatan 2010 Revisi 3 Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Prosedur Operasional Standar Perencanaan Teknis Jembatan Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Standar Metode Perhitungan Debit Banjir No. SK SNI M-18-1989-F Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Metode, Spesifikasi dan Tata Cara Bagian 1 : Tanah, Longsoran
5
47.
48. 49. 50.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Metode, Spesifikasi dan Tata Cara Bagian 3 : Beton, Semen, Perkerasan Beton Semen Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Metode, Spesifikasi dan Tata Cara Bagian 7 : Struktur Bangunan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Metode, Spesifikasi dan Tata Cara Bagian 12 : Jembatan Referensi peraturan atau buku-buku yang sesuai dengan bidang perencanaan.
2.3
Studi-Studi Terdahulu Perencanaan jembatan biasanya menggunakan bentang-bentang standar yang telah ada. Bentang jembatan ini biasanya merupakan kelipatan 5 meter dengan bentang tunggal maksimum 60 m (ada juga sampai 100 m dan 120 m). Perencanaan jembatan demikian dikategorikan sebagai perencanaan jembatan bentang standar. Untuk pengembangan di masa depan, penggunaan bangunan atas tidak standar dengan spesifikasi baru dan teknologi baru sudah sangat diperlukan dalam merespon perkembangan teknik dan teknologi perencanaan dan pembangunan jembatan. Kegiatan ini biasanya dikategorikan dengan perencanaan jembatan khusus, misalnya dengan bangunan atas berupa sistem pelengkung baja, cable stayed , suspensi, dan lain-lain. 2.4
Referensi Hukum Referensi hukum yang menjadi dasar dalam perencanaan teknis ini, namun tidak terbatas pada referensi berikut : 1. Dewan Perwakilan Rakyar RI, Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, 2. Dewan Perwakilan Rakyar RI, Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, 3. Dewan Perwakilan Rakyar RI, Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, 4. Dewan Perwakilan Rakyar RI, Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, 5. Presiden RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, 6. Presiden RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 Tentang Tata Ruang Wilayah Nasional, 7. Presiden RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, 8. Presiden RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, 9. LKPP, Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah beserta perubahannya sampai dengan Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 3.
RUANG LINGKUP 3.1 Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan perencanaan ini meliputi : 1. Pekerjaan Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan Belalau Ruas Jalan Malinau – Long Bawan, dengan lokasi pada ruas jalan Malinau – Long Bawan, Kabupaten Malinau.
2.
Bagian-bagian pekerjaan yang tercakup dalam kegiatan ini meliputi : a. Survei pendahuluan guna menyusun Laporan Pendahuluan, meliputi : 6
1)
b.
Mengumpulkan dan mereview data-data lokasi pekerjaan dan situasinya serta informasi lainnya secara umum dari segi geografis, tata guna lahan, sosial ekonomi. 2) Menyiapkan peta dasar yang berupa peta topografi dan peta-peta pendukung lainnya (peta geologi, tata guna tanah, hidrologi, dan sebagainya) yang dipakai untuk menentukan lokasi jembatan yang sesuai. 3) Mengumpulkan dan mereview data lalu lintas. 4) Mempelajari dan menganalisa data curah hujan pada daerah rencana jembatan melalui station-station pengamatan cuaca yang telah ada ataupun pada Jawatan Meteorologi setempat, termasuk data banjir, erosi dan lain sebagainya. 5) Menganalisa secara visual keadaan tanah dasar pada daerah rencana jembatan. 6) Mengumpulkan informasi lokasi sumber material (quarry) dan kemungkinan pemanfaatan material setempat. 7) Mengumpulkan data harga satuan material, upah buruh, biaya pembebasan lahan dan sebagainya yang berkaitan dengan rencana pekerjaan. 8) Membuat foto-foto dokumentasi mengenai kondisi lapangan yang bersangkutan dan khusus untuk kepentingan desain jembatan. 9) Memperhatikan usulan lainnya dari Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara. 10) Menyusun jadwal pelaksanaan pekerjaan di lapangan. 11) Mengumpulkan data-data sekunder lainnya yang diperlukan dan dianggap penting. 12) Membuat laporan lengkap dan memberi saran yang diperlukan untuk pelaksaaan survei dan pekerjaan konstruksi, dengan memperbandingkan alternatif lokasi jembatan yang diambil. Pelaksanaan survey pendahuluan mengacu pada prosedur operasional standar perencanaan jembatan yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Teknik, Januari 2009 dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Survey Geometrik Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan adalah : a) Mengidentifikasi/memperkirakan secara tepat penerapan desain geometrik (alinyemen horisontal dan vertikal) berdasarkan pengalaman dan keahlian yang harus dikuasai sepenuhnya oleh Ahli Jalan Raya yang melaksanakan pekerjaan ini dengan melakukan pengukuran-pengukuran secara sederhana dan benar (jarak, azimut dan kemiringan dengan helling meter) dan membuat sketsa desain alinyemen horizontal maupun vertikal secara khusus untuk lokasi-lokasi yang dianggap sulit, untuk memastikan trase yang dipilih akan dapat memenuhi persyaratan geometrik yang dibuktikan dengan sketsa horizontal dan penampang memanjang rencana trase jalan. b) Di dalam penarikan perkiraan desain alinyemen horizontal dan vertikal harus sudah diperhitungkan dengan cermat sesuai dengan kebutuhan perencanaan untuk lokasi-lokasi galian dan t imbunan. c) Semua kegiatan ini harus sudah dikonfirmasikan sewaktu mengambil keputusan dalam pemilihan lokasi jembatan dengan anggota team yang saling terkait dalam pekerjaan ini. 7
d)
2)
3)
4)
Di lapangan harus diberi/dibuat tanda-tanda berupa patok dan tanda banjir, dengan diberi tanda bendera sepanjang daerah rencana dengan interval 50 m untuk memudahkan tim pengukuran, serta pembuatan foto-foto penting untuk pelaporan dan panduan dalam melakukan survey detail selanjutnya. e) Dari hasil survey recon ini, secara kasar harus sudah bisa dihitung perkirakan volume pekerjaan yang akan timbul serta bisa dibuatkan perkiraan rencana biaya secara sederhana dan diharapkan dapat mendekati desain final. Survey Topografi Kegiatan yang dilakukan pada survey topografi adalah : a) Menentukan awal dan akhir pengukuran serta pemasangan patok beton Bench Mark di awal dan akhir Pelaksanaan. b) Mengamati kondisi topografi. c) Mencatat daerah-daerah yang akan dilakukan pengukuran khusus serta morfologi dan lokasi yang perlu dilakukan perpanjangan koridor. d) Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran. e) Menyarankan posisi patok Benchmark pada lokasi/titik yang akan dijadikan referensi. Survey Rencana Jembatan Kegiatan yang dilakukan pada survey rencana jembatan adalah : a) Menentukan dan memperkirakan total panjang, lebar, kelas pembebanan jembatan, tipe konstruksi, dengan pertimbangan terkait dengan LHR, estetika, lebar sungai, kedalaman dasar sungai, profil sungai/ada tidaknya palung, kondisi arus dan arah aliran, sifat-sifat sungai, scouring vertikal/horisontal, jenis material bangunan atas yang tersedia dan paling efisien. b) Menentukan dan memperkirakan ukuran dan bahan tipe abutmen, pilar, fondasi, bangunan pengaman (bila diperlukan) dengan mempertimbangkan lebar dan kedalaman sungai, sifat tebing, sifat aliran, endapan/sedimentasi material, benda hanyutan, scouring yang pernah terjadi. c) Memperkirakan elevasi muka jembatan dengan mempertimbangkan MAB (banjir), MAN (normal), MAR (rendah) dan banjir terbesar yang pernah terjadi. d) Menentukan dan memperkirakan posisi/letak lokasi jembatan dengan mempertimbangan situasi dan kondisi sekitar lokasi, profil sungai, arah arus/aliran sungai, scouring, segi ekonomi, sosial, estetika yang terkait dengan alinyemen jalan, kecepatan lalu lintas rencana, jembatan darurat, pembebanan tanah timbunan dan quarry. e) Dari hasil survey recon ini secara kasar harus sudah bisa dihitung perkiraan volume pekerjaan yang akan timbul serta bisa dibuatkan perkiraan rencana biaya secara sederhana dan diharapkan dapat mendekati desain final. Survey Geologi dan Geoteknik Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan geologi dan geoteknik adalah : a) Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan karakteristik tanah dan batuan.
8
b)
c.
Mengamati perkiraan lokasi sumber material (quarry) sepanjang lokasi pekerjaan. c) Memberikan rekomendasi pada Ahli Jalan Raya dan Ahli Jembatan berkaitan dengan rencana trase jalan dan rencana jembatan yang akan dipilih. d) Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi khusus (rawan longsor, dll). e) Mencatat lokasi yang akan dilakukan pengeboran maupun lokasi untuk test pit. f) Membuat rencana kerja untuk tim survey detail 5) Survey Hidrologi/Hidraulika Kegiatan yang dilakukan pada survey Hidrologi/Hidraulika adalah : a) Mengumpulkan data curah hujan. b) Menganalisa luas daerah tangkapan (Catchment Area). c) Mengamati kondisi terrain pada daerah tangkapan sehubungan dengan dengan bentuk dan kemiringan yang akan mempengaruhi pola aliran. d) Mengamati tata guna lahan. e) Menginventarisasi bangunan drainase existing. f) Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi penting. g) Membuat rencana kerja untuk survey detail. h) Mengamati karakter aliran sungai/morfologi yang mungkin berpengaruh terhadap konstruksi dan saran-saran yang diperlukan untuk menjadi pertimbangan dalam perencanaan berikutnya. 6) Survey Lingkungan Kegiatan yang dilakukan pada survey dampak li ngkungan adalah : a) Inventarisasi terhadap zona lingkungan awal yang bertujuan untuk mengidentifikasi komponen lingkungan yang sensitif, yang meliputi : Aspek Fisik, kimia dan biologi. Aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat. b) Pencatatan lokasi bangunan bersejarah, kuburan, fasilitas umum dsb. c) Pengambilan contoh air. d) Pengamatan kondisi. e) Foto dokumentasi yang diperlukan sehubungan dengan analisa. f) Membuat rencana kerja untuk survey detail. Survei detail lapangan guna menyusun laporan survei dan analisa data (laporan antara) 1) Laporan survei a) Survei Topografi (Geodesi) b) Survei Geometrik, Lalu Lintas dan Echo Sounding Test c) Survei Penyelidikan Tanah (Geoteknik dan Geologi), meliputi : a) Dutch Cone Penetrometer Test (DCP) / Sondir b) Boring Machine Test (SPT) / Bor Log Existing Darat dan Sungai (bila diperlukan) c) Laboratorium Test ( Index Properties dan Mechanis Soils Sample From Boring Machine Test ) d) Survei Hidrologi/Hidraulika e) Survai Lingkungan 2) Hasil kajian terhadap data survei 3) Konsep perencanaan 9
d.
e.
f.
g. 3.
4) Progress kegiatan dan rencana selanjutnya. Draft Laporan akhir, meliputi : 1) Draft desain jembatan a) Perhitungan struktur jembatan Struktur bangunan atas (girder/rangka baja/balok T/prestressed, expansion joint, lantai jembatan, trotoar, dll) Struktur bangunan bawah (abutment, plat injak, perletakan, dll) Pondasi (abutment, pilar, poer plat, dll) Oprit/jalan pendekat (tekanan lateral, tinggi kritis timbunan oprit, wing wall, box culvert, armco, dll) Hidrologi dan hidraulika pada jembatan (debit banjir, muka air normal, muka air banjir, tekanan air pada pilar, gerusan air sungai pada jembatan, dll) Bangunan pengaman (fender, siring abutment, groundsill, dll) Bangunan pelengkap (patok pengarah, papan nama, dll) 2) Mengumpulkan informasi letak dan jarak quarry terdekat berdasarkan jenis/type dari material yang quarry tersebut, harga satuan upah, material/bahan dan peralatan dan informasi lainnya yang diperlukan dalam penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB). 4) Perhitungan volume pekerjaan jembatan 5) Draft gambar rencana jembatan : a) Gambaran umum perencanaan dan peta situasi b) Layout lokasi jembatan c) Elevasi dan potongan memanjang dan melintang jembatan d) Detail bangunan atas jembatan (girder/rangka baja/balok T/prestressed, expansion joint, lantai jembatan, trotoar, dll) e) Detail bangunan bawah jembatan (abutment, plat injak, perletakan, dll) f) Detail pondasi jembatan (abutment, pilar, poer plat, dll) g) Detail oprit/jalan pendekat jembatan h) Detail bangunan pengaman jembatan i) Detail bangunan pelengkap jembatan j) Gambar-gambar lain yang diperlukan 6) Progress kegiatan dan rencana selanjutnya Laporan akhir meliputi : 1) Penyempurnaan draft laporan akhir dan progress perencanaan 2) Detail Engineering Design (DED) 3) Rencana Anggaran Biaya (RAB) 4) Dokumen perencanaan teknis lainnya yang diperlukan Laporan Khusus, memuat rencana sistem manajemen mutu pelaksanaan konstruksi (Quality Assurance Planning) lengkap dengan spesifikasi teknis atas konstruksi jembatan yang direncanakan; Executive Summary, memuat ringkasan/intisari atas desain dan detil perencanaan jembatan.
Dalam pelaksanaan perencanaan yang dimaksud, konsultan : a. Diwajibkan berkonsultasi kepada instalasi yang terkait untuk memperoleh informasi data sekunder, dan masukan lain yang perlu. b. Diwajibkan membuat jadwal kegiatan rencana kerja serta detail dalam jangka waktu yang ditetapkan. 10
c.
d. e.
f.
Diwajibkan melaksanakan konsultasi berkala kepada Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara melalui Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang ditunjuk. Berinisiatif memprakarsai penerapan penemuan baru dalam perencanaan. Seluruh kegiatan survei di lapangan harus didokumentasikan dengan foto-foto asli yang dilampirkan dalam laporan survei dan dilengkapi dengan data-data koordinat posisi bumi (koordinat UTM) melalui data GPS atas lokasi dan fotofoto kegiatan survey. Hal-hal lain yang diperlukan dalam perencanaan akan dikoordinasikan kemudian antara Pejabat Pembuat Komitmen dan konsultan perencana.
3.2 Keluaran Keluaran yang diharapkan dari pekerjaan ini diperoleh hasil pekerjaan berupa : 1. Tersedianya Desain Perencanaan Teknik ( Detail Engineering Design) Pekerjaan Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan Belalau Ruas Jalan Malinau – Long Bawan, berupa dokumen perencanaan yang terdiri dari laporan pendahuluan, laporan antara, draft laporan akhir, laporan akhir, laporan khusus dan executive summary, serta dokumen perencanaan lainnya yang sesuai dengan standar Bidang Bina Marga dan mencakup segala persyaratan yang ditetapkan dan dapat dipertanggungjawabkan secara lengkap dan terinci, serta mengusahakan sekecil mungkin adanya perbaikan perbaikan atau perencanaan tambahan lainnya dikemudian hari. 2. Tercapainya tingkat pelayanan yang diinginkan selama umur rencana 50 tahun untuk jembatan standar dan umur rencana 100 tahun untuk jembatan khusus/komplek. 3. Biaya pembangunan dan tahapan pembangunan jembatan, sehingga tercapai penyesuaian terhadap tingkat optimum dari investasi serta pentahapan pelaksanaan dalam batas-batas kemampuan pembiayaan. 4. Pendataan segala permasalahan yang ada selama perencanaan teknis dan kemungkinan terjadinya permasalahan-permasalahan saat pelaksanaan fisik di lapangan, beserta solusi pemecahannya. 3.3
Peralatan, Material, Personil dan Fasilitas dari Pejabat Pembuat Komitmen Dalam pelaksanaan pekerjaan, pemberi tugas dalam hal ini Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara mengangkat Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) yang bertugas untuk melakukan pengendalian/asistensi hasil kerja konsultan perencana dan pendampingan dalam setiap tahap perencanaan desain jembatan. 3.4
Peralatan dan Material dari Penyedia Jasa Konsultansi Kebutuhan peralatan dapat dibagi atas dua bagian, yaitu peralatan lapangan dan peralatan studio sebagai berikut : 1. Peralatan lapangan Kebutuhan peralatan lapangan minimal namun tidak terbatas pada : Global Positioning System (GPS) Type Mapping, a. Theodolite atau Total Station, b. c. Rambu ukur, d. Kamera digital, Echo Sounding Test (dapat bekerjasama dengan instansi yang menyediakan e. peralatan), Dutch Cone Penetrometer Test (DCP)/Sondir (dapat bekerjasama dengan f. instansi yang menyediakan peralatan), Boring Machine Test (SPT)/Bor Log (dapat bekerjasama dengan instansi yang g. menyediakan peralatan), h. Kendaraan bermotor roda 4, 11
2.
i. Kendaraan bermotor roda 2, j. Handy Talkie, k. Dan lain-lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan survei detail lapangan. Peralatan studio Kebutuhan peralatan studio minimal namun tidak terbatas pada : a. Komputer, b. Printer Inkjet type A3, c. Telepon dan faximilli, d. Dan lain-lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pengolahan data dan penyelesaian pekerjaan.
3.5
Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa Penyedia jasa dalam hal ini adalah konsultan, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Konsultan berkewajiban dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pelaksanaan pekerjaan dengan berdasarkan ketentuan perjanjian kerjasama yang ditetapkan. 2. Konsultan berkewajiban melaksanakan pekerjaan berdasarkan ketentuan teknis yang telah ditetapkan dalam kerangka acuan kerja. Jika dalam hal konsultan berfikir perlu perubahan maka perlu dikonsultasikan dan dimusyawarahkan bersama dan harus disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara. 3. Konsultan harus bertanggung jawab terhadap kebenaran hasil pekerjaan dan dapat selesai tepat pada waktunya serta dinyatakan berakhir sampai dengan telah dinyatakan selesai secara keseluruhan oleh Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Pekerjaan Umum dan Tata ruang Provinsi Kalimantan Utara. 4. Konsultan harus memberikan seluruh data primer, data sekunder, hasil survey lapangan, produk kerja berupa hasil perencanaan, peta-peta digital dan lain-lainnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara, dan konsultan dapat menyimpan copy data-data tersebut. 5. Dalam melaksanakan presentasi, konsultan wajib menyediakan waktu hadir untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya. 3.6
Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan Jangka waktu penyelenggaraan perencanaan teknis ini ditetapkan selama 60 (Enam Puluh) hari kalender terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja oleh Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara. Dalam jangka waktu tersebut, konsultan sudah harus menyelesaikan dan menyerahkan semua hasil pekerjaan dalam bentuk Detail Engineering Design beserta laporan-laporannya kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
3.7
Personil Kebutuhan Tenaga Ahli untuk Pekerjaan Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan Belalau Ruas Jalan Malinau – Long Bawan mengikuti tabel seperti tersebut di bawah ini :
12
No.
Tenaga Ahli
Pendidikan Minimal
1
Ketua Tim (Team Leader)
S2 – Teknik Sipil
2
Ahli Teknik Jembatan
S2 – Teknik Sipil
3
Ahli Teknik Jalan
S2 – Teknik Sipil
4
S2 – Teknik Sipil
5
Ahli Sistem Manajemen Mutu (Ahli Spesifikasi Teknis) Ahli Geoteknik
6
Ahli Geodesi
7
Ahli Teknik Struktur Beton
8
Ahli Teknik Struktur Baja
S2 – Teknik Sipil
9
Ahli Teknik Kuantitas dan Biaya
S2 – Teknik Sipil
10
Ahli Teknik Sumber Daya Air (Hidrologi)
S2 – Teknik Sipil / S2 – Teknik Keairan
S2 – Teknik Sipil / S2 – Teknik Geologi S2 – Teknik Geodesi / S2 – Teknik Sipil S2 – Teknik Sipil
Kualifikasi SKA Ahli Utama Teknik Jembatan SKA Ahli Madya Teknik Jembatan SKA Ahli Madya Teknik Jalan SKA Ahli Madya Sistem Manajemen Mutu SKA Ahli Madya Geoteknik SKA Ahli Madya Geodesi SKA Ahli Madya Teknik Jembatan / Teknik Bangunan Gedung SKA Ahli Madya Teknik Jembatan / Teknik Bangunan Gedung SKA Ahli Madya Teknik Jembatan / Teknik Bangunan Gedung SKA Ahli Madya Teknik Sumber Daya Air
Pengalaman ( Thn ) 10 Tahun
Ket.
8 Tahun 8 Tahun 8 Tahun
8 Tahun 8 Tahun 8 Tahun
8 Tahun
8 Tahun
8 Tahun
Kebutuhan asisten tenaga ahli ( Assistant Professional Staff ) yang diperlukan untuk Pekerjaan Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan Belalau Ruas Jalan Malinau – Long Bawan mengikuti tabel seperti tersebut di bawah ini: No.
Asisten Tenaga Ahli
1 2 3 4
Asisten Ahli Geodesi (Surveyor) Asisten Ahli Teknik Jembatan Asisten Ahli Teknik Geoteknik Asisten Ahli Teknik Sumber Daya Air Asisten Ahli Teknik Jalan Asisten Ahli Teknik Struktur Baja dan Beton CAD Operator/Drafter (AutoCad Specialist)
5 6 7
Pendidikan Minimal S1 – Teknik Sipil S1 – Teknik Sipil S1 – Teknik Sipil S1 – Teknik Sipil
-
Pengalaman ( Thn ) 3 Tahun 5 Tahun 5 Tahun 5 Tahun
S1 – Teknik Sipil S1 – Teknik Sipil
-
5 Tahun 5 Tahun
S1 – Teknik Sipil
-
3 Tahun
Kualifikasi
Ket.
Sedangkan kebutuhan tenaga pendukung ( Supporting Staff ) yang diperlukan untuk Pekerjaan Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan Belalau Ruas Jalan Malinau – Long Bawan mengikuti tabel seperti tersebut di bawah ini: No. 1
Asisten Tenaga Ahli Administrasi
Pendidikan Minimal S1 Semua Jurusan
Kualifikasi
Pengalaman ( Thn ) 2 Tahun
Ket.
Uraian Tugas Tenaga Ahli 1. Team Leader (Pemimpin Tim) Adalah seorang pasca sarjana minimal strata 2 (S-2) atau strata yang lebih tinggi di bidang Teknik Sipil dari universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi 13
swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi, berpengalaman 10 (sepuluh) tahun dalam bidang perencanaan konstruksi Jalan dan jembatan, mengetahui dengan baik proses perencanaan dengan segala permasalahannya serta berspesialisasi dan/atau berpengalaman dalam berbagai disipiln ilmu yang dibutuhkan dalam proyek. Team Leader harus pula berpengalaman mengkoordinasikan pekerjaan, pernah menjadi pemimpin lebih dari satu periode proyek serupa dan sudah biasa bekerja dengan metode desain yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga maupun metoda teknik khusus yang dipakai pada kondisi tertentu. Memiliki NPWP dan sertifikat keahlian konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK (SKA Ahli Utama Teknik Jembatan) Tugas dan tanggung jawab Team Leader mencakup, tapi tidak terbatas hal-hal sebagai berikut : a. Bertanggung Jawab atas semua layanan jasa konsultasi sesuai dengan kerangka acuan kerja. b. Mengkoordinasikan semua aktifitas, baik secara lisan maupun tertulis dengan Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara melalui Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang ditunjuk sehubungan metode, desain dan spesifikasi teknis yang berkaitan. c. Mengasistensikan dan menyiapkan/menyelesaikan laporan-laporan serta semua dokumen sesuai dengan kerangka acuan kerja. d. Mempresentasikan semua hasil kerja draft design kepada Pejabat Pembuat Komitmen guna mendapat masukan-masukan untuk penyempurnaan hasil kerja. e. Mengkoordinasikan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan ini sehingga bisa menghasilkan pekerjaan seperti yang telah diuraikan/ditentukan di atas dengan efektif. f. Bekerja sama dengan Engineer dan staf teknik lainnya yang membantu melaksanakan pekerjaan perencanaan ini sehingga hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan pemberi kerja. 2.
Ahli Teknik Jembatan Adalah seorang pasca sarjana minimal strata 2 (S-2) atau strata yang lebih tinggi di bidang Teknik Sipil dari universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi, berpengalaman 8 (delapan) tahun dalam bidang perencanaan konstruksi jembatan, mengetahui dengan baik proses perencanaan dengan segala permasalahannya serta berspesialisasi dan/atau berpengalaman dalam berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan dalam proyek jembatan. Ahli Jembatan harus pula berpengalaman mengkoordinasikan pekerjaan, dan sudah biasa bekerja dengan metode desain yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga maupun metoda teknik khusus yang dipakai pada kondisi tertentu. Memiliki NPWP dan sertifikat keahlian konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK (SKA Ahli Madya Teknik Jembatan). Tugas dan tanggung jawab Ahli Teknik Jembatan mencakup, tapi tidak terbatas halhal sebagai berikut : a. Mengkoordinir dan mengendalikan semua personil yang terlibat dalam pengumpulan data dari jenis pekerjaan yang ditanganinya. b. Mendesain jenis dan tipe jembatan yang sesuai berdasarkan lebar sungai yang ada pada trase jalan maupun justifikasi teknis alternatif lokasi, jenis dan tipe jembatan yang akan direncanakan berdasarkan kondisi sungai yang ada. c. Membuat perhitungan analisa struktur bangunan atas jembatan berdasarkan hasil tinjauan desain dan tipe jembatan yang sesuai di lapangan. 14
d. e. f. g. h. i. j. k. l. m.
Membuat perhitungan analisa struktur bangunan bawah jembatan berdasarkan hasil tinjauan desain dan tipe jembatan yang sesuai di lapangan. Membuat perhitungan analisa struktur pondasi jembatan berdasarkan hasil tinjauan desain dan tipe jembatan yang sesuai di lapangan. Membuat perhitungan analisa struktur oprit/jalan pendekat atas jembatan berdasarkan hasil tinjauan desain dan tipe jembatan yang sesuai di lapangan. Membuat perhitungan analisa hidrologi dan hidraulika jembatan berdasarkan hasil tinjauan desain dan tipe jembatan yang sesuai di lapangan. Membuat perhitungan analisa bangunan pengaman jembatan berdasarkan hasil tinjauan desain dan tipe jembatan yang sesuai di lapangan. Membuat perhitungan analisa bangunan pelengkap jembatan berdasarkan hasil tinjauan desain dan tipe jembatan yang sesuai di lapangan. Membuat perhitungan analisa jembatan lainnya yang diperlukan. Merencanakan gambar detail jembatan. Menyusun spesifikasi teknis jembatan Bertanggung jawab atas semua pekerjaan yang ditanganinya kepada Team Leader dan pemberi kerja.
3.
Ahli Teknik Jalan Adalah seorang pasca sarjana minimal strata 2 (S-2) atau strata yang lebih tinggi di bidang Teknik Sipil dari universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi, berpengalaman 8 (delapan) tahun dalam bidang perencanaan konstruksi jalan, mengetahui dengan baik proses perencanaan dengan segala permasalahannya serta berspesialisasi dan/atau berpengalaman dalam berbagai disipiln ilmu yang dibutuhkan dalam proyek jalan. Ahli jalan raya harus pula berpengalaman mengkoordinasikan pekerjaan, dan sudah biasa bekerja dengan metode desain yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga maupun metoda teknik khusus yang dipakai pada kondisi tertentu. Memiliki NPWP dan sertifikat keahlian konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK (SKA Ahli Madya Teknik Jalan) Tugas dan tanggung jawab Ahli Teknik Jalan mencakup, tapi tidak terbatas hal-hal sebagai berikut : a. Mempersiapkan baik perhitungan geometrik, persimpangan, perkerasan, drainase, utilitas jalan, bangunan pelengkap jalan, bangunan pengaman jalan yang diperlukan dan gambar detail perencanaan yang diperlukan. b. Mengkoordinir dan mengendalikan semua personil yang terlibat dalam pengumpulan data dari jenis pekerjaan yang ditanganinya. c. Merencanakan gambar detail jalan d. Menyusun spesifikasi teknis jalan e. Bertanggung jawab atas semua pekerjaan yang ditanganinya kepada Team Leader dan pemberi kerja
4.
Ahli Sistem Manajemen Mutu (Ahli Spesifikasi Teknis) Adalah seorang pasca sarjana minimal strata 2 (S-2) atau strata yang lebih tinggi di bidang Teknik Sipil dari universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi, berpengalaman 8 (delapan) tahun dalam bidang perencanaan konstruksi jalan dan jembatan, mengetahui dengan baik proses perencanaan dengan segala permasalahannya serta berspesialisasi dan/atau berpengalaman dalam berbagai disipiln ilmu yang dibutuhkan dalam proyek jalan dan jembatan. Ahli Sistem Manajemen Mutu adalah ahli yang memiliki kompetensi merancang program dan merencanakan sistem manajemen mutu pelaksanaan proyek 15
konstruksi dan melakukan pengawasan penerapan sistem, program dan perencanaan manajemen mutu proyek konstruksi. Ahli Sistem Manajemen Mutu harus pula berpengalaman mengkoordinasikan pekerjaan, dan sudah biasa bekerja dengan metode desain yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga maupun metoda teknik khusus yang dipakai pada kondisi tertentu. Memiliki NPWP dan sertifikat keahlian konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK (SKA Ahli Madya Sistem Manajemen Mutu) Tugas dan tanggung jawab Ahli Sistem Manajemen Mutu mencakup, tapi tidak terbatas hal-hal sebagai berikut : a. Menyusun rencana mutu (Quality Assurance Planning) desain jembatan sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditetapkan. b. Merumuskan pelaksanaan rencana mutu termasuk prosedur kerja dan instruksi kerja dengan teknisi laboratorium. c. Mengumpulkan informasi lokasi sumber material (quarry) dan kemungkinan pemanfaatan material setempat. d. Melakukan pengujian terhadap material bahan konstruksi setempat yang berasal dari sumber material (quarry) dan menyusun rekomendasi penggunaan material setempat tersebut dapat/tidak dipergunakan dalam Job Mix Formula (JMF) konstruksi jembatan. e. Menyusun Job Mix Formula (JMF) atas penggunaan material yang direkomendasikan untuk pelaksanaan pengendalian mutu konstruksi jembatan. f. Mengkoordinir dan mengendalikan semua personil yang terlibat dalam pengumpulan data dari jenis pekerjaan yang ditanganinya. g. Bersama dengan Ahli Teknik Jembatan dan Ahli Teknik Jalan menyusun spesifikasi teknis atas desain jembatan. h. Bertanggung jawab atas semua pekerjaan yang ditanganinya kepada Team Leader dan pemberi kerja. 5.
Ahli Geoteknik Adalah seorang pasca sarjana minimal strata 2 (S-2) atau strata lebih tinggi di bidang Teknik Sipil atau Teknik Geologi dari universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi, dan telah berpengalaman dalam bidang penyelidikan tanah untuk pekerjaan sipil paling sedikit 8 (delapan) tahun. Memiliki NPWP dan sertifikat keahlian konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK (SKA Ahli Madya Geoteknik) Tugas dan tanggung jawab Ahli Geoteknik mencakup, tapi tidak terbatas hal-hal sebagai berikut : a. Melakukan penyelidikan tanah terhadap rencana jembatan dan trase jalan sehingga didapatkan data penyelidikan tanah untuk menghitung daya dukung tanah dasar terhadap pondasi jembatan, tingkat stabilitas rencana badan jalan, pengelompokan dan analisa sifat tanah dasar/rencana subgrade, hubungannya dengan analisa perkerasan jalan dan bangunan jalan lainnya, dan analisa jenis, volume dan lokasi quarry yang bisa dimanfaatkan dalam konstruksi jalan nantinya, dan menyusun laporan hasil penyelidikan t anah. b. Menyusun rencana kerja dan mengatur semua personil yang terlibat dalam penyelidikan tanah dan pengujian bahan. c. Bertanggung jawab atas semua pekerjaan yang ditanganinya kepada Team Leader dan pemberi kerja
6.
Ahli Geodesi Adalah seorang pasca sarjana minimal strata 2 (S-2) atau strata lebih tinggi di bidang Teknik Geodesi/Teknik Sipil dari universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan 16
tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi, dan telah berpengalaman dalam bidang pengukuran jalan dan jembatan paling sedikit 8 (delapan) tahun. Memiliki NPWP dan sertifikat keahlian konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK (SKA Ahli Madya Geodesi). Tugas dan tanggung jawab Ahli Geodesi mencakup, tapi tidak terbatas hal-hal sebagai berikut : a. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pengukuran di lapangan, mempersiapkan baik perhitungan maupun gambar hasil pengukuran beserta laporannya. b. Mengendalikan pengawas lapangan dan juru ukur serta memberi petunjuk seperlunya dalam pelaksanaan survey pengukuran dan pengumpulan data primer dan sekunder untuk lokasi jembatan yang telah ditentukan. c. Memeriksa dan mengolah semua hasil pengukuran dan pengumpulan data primer dan sekunder rencana jembatan dimaksud yang berada di bawah tanggung jawabnya. d. Bertanggungjawab atas kebenaran, ketelitian, kemutakhiran, dan kelengkapan data hasil pelaksanaan survey sesuai dengan buku petunjuk yang telah ditetapkan e. Bertanggung jawab atas semua pekerjaan yang ditanganinya kepada Team Leader dan pemberi kerja 7.
Ahli Teknik Struktur Beton Adalah seorang pasca sarjana minimal strata 2 (S-2) atau strata yang lebih tinggi di bidang Teknik Sipil dari universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi, berpengalaman 8 (Delapan) tahun dalam bidang perencanaan jalan dan jembatan. Memiliki NPWP dan sertifikat keahlian konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK (SKA Madya Ahli Teknik Jembatan/Teknik Bangunan Gedung). Tugas dan tanggung jawab Ahli Teknik Struktur Beton mencakup, tapi tidak terbatas hal-hal sebagai berikut : a. Mengkoordinir dan mengendalikan semua personil yang terlibat dalam pengumpulan data dari jenis pekerjaan yang ditanganinya. b. Membuat perhitungan analisa struktur beton pada bangunan atas dan bangunan bawah jembatan. c. Merencanakan gambar dan perhitungan lainnya yang diperlukan. d. Bertanggung jawab atas semua pekerjaan yang ditanganinya kepada Team Leader dan pemberi kerja.
8.
Ahli Teknik Struktur Baja Adalah seorang pasca sarjana minimal strata 2 (S-2) atau strata yang lebih tinggi di bidang Teknik Sipil dari universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi, berpengalaman 8 (Delapan) tahun dalam bidang perencanaan jalan dan jembatan. Memiliki NPWP dan sertifikat keahlian konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK (SKA Madya Ahli Teknik Jembatan/Teknik Bangunan Gedung). Tugas dan tanggung jawab Ahli Teknik Struktur Baja mencakup, tapi tidak terbatas hal-hal sebagai berikut : a. Mengkoordinir dan mengendalikan semua personil yang terlibat dalam pengumpulan data dari jenis pekerjaan yang ditanganinya. b. Membuat perhitungan analisa struktur baja pada bangunan atas dan bangunan bawah jembatan. 17
c. d.
Merencanakan gambar dan perhitungan lainnya yang diperlukan. Bertanggung jawab atas semua pekerjaan yang ditanganinya kepada Team Leader dan pemberi kerja.
9.
Ahli Teknik Kuantitas dan Biaya Adalah seorang pasca sarjana minimal strata 2 (S-2) atau strata yang lebih tinggi di bidang Teknik Sipil dari universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi, berpengalaman 8 (Delapan) tahun dalam bidang perencanaan jalan dan jembatan. Memiliki NPWP dan sertifikat keahlian konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK (SKA Madya Ahli Teknik Jembatan/Teknik Bangunan Gedung). Tugas dan tanggung jawab Ahli Teknik Kuantitas dan Biaya mencakup, tapi tidak terbatas hal-hal sebagai berikut : a. Menyusun Engineering Estimate yang akan dijadikan tolok ukur dalam penyediaan dana. b. Menyusun dokumen lelang yang diperlukan sesuai dengan standar dokumen lelang yang ada. c. Bertanggung jawab atas semua pekerjaan yang ditanganinya kepada Team Leader dan pemberi kerja.
10.
Ahli Teknik Sumber Daya Air (Ahli Hidrologi) Adalah seorang pasca sarjana minimal strata 2 (S-2) atau strata lebih tinggi di bidang Teknik Sipil/Teknik Keairan dari universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi, dan telah berpengalaman dalam bidang hidrologi dan hidraulika untuk pekerjaan sipil paling sedikit 8 (Delapan) tahun. Memiliki NPWP dan sertifikat keahlian konsultansi bidang ke-PU-an dari LPJK (SKA Madya Ahli Teknik Sumber Daya Air). Tugas dan tanggung jawab Ahli Teknik Sumber Daya Air mencakup, tapi tidak terbatas hal-hal sebagai berikut : a. Mengumpulkan data yang diperlukan dalam analisa hidrologi dan hidraulika dan selanjutnya dapat dipakai dalam perencanaan drainase jalan dan jembatan, serta data-data yang diperlukan dalam perencanaan desain jalan dan jembatan, dan menyusun laporannya b. Menganalisa intensitas hujan rencana dan debit banjir rencana c. Menganalisa kebutuhan dimensi drainase jalan/saluran samping dan dimensi gorong-gorong. d. Mengadakan penelitian di lapangan mengenai data curah hujan yang diperlukan sehingga menghasilkan data yang diperlukan untuk dimensi– dimensi drainase dan bangunan pelengkap serta muka air banjir pada sungai. e. Bertanggung jawab atas semua pekerjaan yang ditanganinya kepada Team Leader dan pemberi kerja
Uraian Tugas Asisten Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung Secara umum, asisten tenaga ahli dan tenaga pendukung mempunyai tugas membantu tugas dan tanggung jawab tenaga ahli di bidangnya dalam menyusun Pekerjaan Perencanaan Teknis Pembangunan Jembatan Belalau Ruas Jalan Malinau – Long Bawan, beserta laporan-laporannya.
18
Perkiraan jumlah dan waktu penugasan personil seperti pada tabel berikut ini : No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Tenaga Ahli
Ketua Tim (Team Leader) Ahli Teknik Jembatan Ahli Teknik Jalan Ahli Sistem Manajemen Mutu Ahli Geoteknik Ahli Geodesi Ahli Teknik Struktur Baja Ahli Teknik Struktur Beton Ahli Teknik Kuantitas dan Biaya Ahli Teknik Sumber Daya Air Asisten Ahli Geodesi (Surveyor) Asisten Ahli Teknik Jembatan Asisten Ahli Teknik Jalan Asisten Ahli Geoteknik Asisten Ahli Struktur Baja dan Beton Asisten Ahli Sumber Daya Air CAD Operator / Drafter (Autocad Specialist) Administrasi
Jumlah Personil 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1
Waktu (Bulan) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3.8
Jadwal Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Secara garis besar, jadwal rencana tahapan pelaksanaan pekerjaan digambarkan seperti di bawah ini :
4.
No.
Uraian Kegiatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kontrak Survey Pendahuluan Laporan Pendahuluan Presentasi Awal Survei Detail Lapangan Laporan Antara/Sisipan Draft Laporan Akhir Presentasi Draft Laporan Akhir Laporan Akhir Laporan Khusus Executive Summary Serah Terima Pekerjaan
Masa Persiapan Kontrak
Masa Pelaksanaan
Bulan KeBulan Ke1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
LAPORAN 4.1 Laporan Pendahuluan Laporan pendahuluan berisi metodologi dan rencana kerja, organisasi pekerjaan, pemahaman KAK yang dituangkan dalam konsep awal kerangka pemikiran penyelesaian, mobilisasi personil. Laporan pendahuluan juga memuat laporan hasil survai pendahuluan, sketsa situasi umum, foto-foto lapangan, permasalahan, alternatif lokasi jembatan serta rencana kerja dari usulan metode kerja untuk tahap selanjutnya. Laporan pendahuluan ditulis dalam Bahasa Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh pemberi tugas dengan ukuran kertas format A4 dan diserahkan kepada pemberi tugas, setelah dilakukan asistensi dan disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen melalui Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang ditunjuk. Laporan ini diserahkan selambat-lambatnya pada minggu kesatu bulan pertama setelah diterbitkan SPMK dan diserahkan sebanyak 5 (lima) buku laporan. 4.2
Laporan Antara 19
Laporan antara berisi hasil pengumpulan data sekunder dan primer, hasil survey detail lapangan, hasil kajian terhadap data survey, konsep perencanaan, dan progres kegiatan dan rencana selanjutnya. Laporan antara ditulis dalam Bahasa Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh pemberi tugas dengan ukuran kertas format A4 dan diserahkan kepada pemberi tugas, setelah dilakukan asistensi dan disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen melalui Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang ditunjuk. Laporan ini diserahkan selambat-lambatnya pada minggu kesatu bulan kedua setelah diterbitkan SPMK dan dibuat sebanyak 5 (lima) buku laporan. 4.3
Draft Laporan Akhir Draft laporan akhir merupakan konsep laporan utama/akhir dan konsep rencana desain jembatan beserta perhitungannya, diperlukan dalam rangka persiapan penyusunan laporan akhir. Laporan ini berisi draft desain jembatan yang meliputi perhitungan struktur bangunan atas, struktur bangunan bawah, pondasi, oprit/jalan pendekat, hidrologi/hidraulika, bangunan pengaman jembatan dan bangunan pelengkap jembatan, informasi letak dan jarak quarry terdekat berdasarkan jenis/type dari material yang quarry tersebut, harga satuan upah, material/bahan dan peralatan dan informasi lainnya yang diperlukan dalam penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB), perhitungan volume pekerjaan jembatan, draft gambar rencana jembatan, progres kegiatan dan rencana selanjutnya. Draft laporan akhir ditulis dalam Bahasa Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh pemberi tugas dengan ukuran kertas format A4 dan diserahkan kepada pemberi tugas, setelah dilakukan asistensi dan disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen melalui Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang ditunjuk. Laporan ini diserahkan selambat-lambatnya pada minggu kedua bulan kedua setelah diterbitkan SPMK dan dibuat sebanyak 5 (lima) buku laporan. 4.4
Laporan Akhir Laporan akhir merupakan rangkuman dan penyempurnaan dari semua t anggapan dan perubahan yang disepakati dalam pembahasan/presentasi draft laporan akhir. Laporan ini berupa Detail Engineering Design (DED) yang berisikan : 1. Hasil penyelidikan tanah 2. Hasil analisis Topografi dan pembuatan gambar topografi 3. Hasil analisis Hidrologi/Hidraulika (apabila ada) 4. Hasil analisis geometrik dan lalu lintas (apabila ada) 5. Hasil analisis perhitungan perencanaan jembatan, meliputi perhitungan struktur bangunan atas, struktur bangunan bawah, pondasi, oprit/jalan pendekat, bangunan pengaman jembatan dan bangunan pelengkap jembatan 6. Gambar rencana jembatan ( Engineering Design Drawing) 7. Analisa Harga Satuan Pekerjaan 8. Volume Pekerjaan Fisik 9. Rencana Anggaran Biaya berbasis Engineer Estimate (EE) 10. Metode pelaksanaan pembangunan jembatan 11. Spesifikasi teknis 12. Photo-photo lapangan 13. Rekomendasi dan kesimpulan Laporan akhir ditulis dalam Bahasa Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh pemberi tugas dengan ukuran kertas format A4 dan diserahkan kepada pemberi tugas, setelah dilakukan asistensi dan disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen melalui Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang ditunjuk. Laporan ini diserahkan selambat-lambatnya pada minggu ketiga bulan kedua setelah diterbitkan SPMK dan dibuat sebanyak 5 (lima) buku laporan. 20
4.5
Laporan Khusus Laporan ini memuat rencana sistem manajemen mutu pelaksanaan konstruksi (Quality Assurance Planning) lengkap dengan spesifikasi teknis atas konstruksi jembatan yang direncanakan, rumusan pelaksanaan rencana mutu termasuk prosedur kerja dan instruksi kerja dengan teknisi laboratorium, informasi lokasi sumber material (quarry) setempat dan rekomendasi penggunaan material setempat tersebut dapat/tidak dipergunakan dalam Job Mix Formula (JMF), dan Job Mix Formula (JMF) atas penggunaan material yang direkomendasikan untuk pelaksanaan pengendalian mutu konstruksi jembatan. Laporan akhir ditulis dalam Bahasa Indonesia kecuali ditentukan lain oleh pemberi tugas dengan ukuran kertas format A4 dan diserahkan kepada pemberi tugas. Laporan ini diserahkan bersamaan dengan diserahkannya laporan akhir selambatlambatnya pada minggu ketiga bulan kedua setelah diterbitkan SPMK dan dibuat sebanyak 5 (lima) buku laporan. 4.6
Executive Summary Laporan ini merupakan ringkasan atau sari dari laporan akhir yang dibahas secara ringkas. Mengingat lingkup peruntukan laporan, maka penyajian laporan harus dapat menjelaskan pokok-pokok kesimpulan dan saran dari perencanaan jembatan, dilengkapi dengan gambar dan tabel yang relevan. Laporan akhir ditulis dalam Bahasa Indonesia kecuali ditentukan lain oleh pemberi tugas dengan ukuran kertas format A4 dan diserahkan kepada pemberi tugas. Laporan ini diserahkan bersamaan dengan diserahkannya laporan akhir selambat-lambatnya pada minggu ketiga bulan kedua setelah diterbitkan SPMK dan dibuat sebanyak 5 (lima) buku laporan. 4.7
Bahan Tayang (Presentasi) Konsultan harus mempersiapkan bahan-bahan presentasi untuk setiap kali Rapat Pembahasan Laporan, yang berisi ringkasan hasil pekerjaan yang telah dilakukan, baik dalam bentuk file komputer untuk ditayangkan dalam format Power Point, juga dalam bentuk tulisan/risalah ( Handout ). 5.
HAL-HAL LAIN 5.1 Produksi Dalam Negeri Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia kecuali ditetapkan lain dalam angka (4) KAK dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri. Di samping hal tersebut, dalam melaksanakan pekerjaan perencanaan, semaksimal mungkin konsultan perencana dalam mendesain jembatan menggunakan material produksi dalam negeri. 5.2
Persyaratan Kerja Sama Jika kerjasama dengan penyedia jasa konsultansi lain diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan jasa konsultansi ini maka persyaratan berikut harus dipatuhi : 1. Penyedia jasa konsultansi menyampaikan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara perihal rencana kerjasama atau subkontrak pekerjaan konsultansi perencanaan. 2. Penyedia jasa konsultansi menyampaikan rincian pekerjaan dan tenaga ahli yang digunakan dalam kerjasama atau subkontrak yang akan dilakukan. 3. Item pekerjaan yang akan dilakukan kerjasama atau subkontrak bukan merupakan pekerjaan utama, terkecuali penyedia barang/jasa spesialis yang mendukung penyelesaian pekerjaan utama. 4. Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara berhak menerima atau menolak permohonan kerjasama atau subkontrak yang diajukan oleh penyedia jasa konsultansi, dengan terlebih dahulu mendapat pertimbangan teknis dari Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan. 21
5.3 Pedoman Pengumpulan Data Lapangan Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan berikut : 1. Pengukuran Topografi Pengukuran topografi adalah sebagai proses pengumpulan data permukaan bumi yang selanjutnya data hasil ukuran dipresentasikan dalam bentuk peta perencanaan dengan menggunakan skala tertentu. Dalam prosedur operasional standar perencanaan jembatan yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Teknik, Januari 2009, pelaksanaan survey topografi (geodesi) dapat diuraikan sebagai berikut : a. Pekerjaan Perintisan 1) Pekerjaan perintisan berupa merintis atau membuka sebagian daerah yang akan diukur sehingga pengukuran dapat berjalan lancar. 2) Peralatan yang dipakai untuk perintisan adalah parang, kampak dan sebagainya. 3) Perintisan diusahakan mengikuti koridor yang telah diplot di atas peta topografi atau atas petunjuk PPK. b. Pekerjaan pengukuran 1) Sebelum melakukan pengukuran harus diadakan pemeriksaan alat yang baik yang sesuai dengan ketelitian alat dan dibuatkan daftar hasil pemeriksaan alat tersebut. 2) Awal pengukuran dilakukan pada tempat yang mudah dikenal dan aman, dibuat titik tetap (BM) yang diambil dari titik triangulasi atau lokal. 3) Awal dan akhir kegiatan hendaknya diikatkan pada titik-titik tetap (BM). 4) Pekerjaan pengukuran topografi sedapat mungkin dilakukan di sepanjang rencana as jalan (mengikuti koridor rintisan) dengan mengadakan pengukuran-pengukuran tambahan pada daerah persilangan dengan sungai dan jalan lain sehingga memungkinkan diperoleh as jalan sesuai dengan standar yang ditentukan. 5) Pengukuran Titik Kontrol Horizontal a) Pengukuran titik kontrol dilakukan dalam bentuk poligon tertutup. b) Sisi poligon atau jarak antara titik poligon maksimal 100 meter diukur dengan peges ukur (meteran). c) Patok-patok untuk titik-titik poligon adalah patok kayu, sedang patok-patok untuk titik ikat adalah dari beton. d) Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur Theodolit jenis WildT2. e) Titik-titik ikat (BM) harus diukur sudutnya dengan alat yang sama dengan alat pengukuran poligon, jaraknya diukur dengan pegas (meteran)/jarak langsung, ketelitian poligon adalah sebagai berikut: Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” kali akar jumlah titik poligon. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5” (lima detik). Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal kegiatan, dan pada setiap jarak 5 km (kurang lebih 60 titik poligon) pada titik akhir pengukuran. Pengamatan matahari pada tiap titik dilakukan dalam 4 seri (4 biasa dan 4 luar biasa). 6) Pengukuran Titik Vertikal a) Jenis alat yang digunakan untuk pengukuran ketinggian adalah cukup dengan alat waterpass jenis NAK-2 atau yang setingkat. 22
b)
Untuk pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand dengan perbedaan pembacaan maksimum 2 mm. c) Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, dalam arti pembagian skala jelas dan sama. d) Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) pembacaan, benang atas, tengah dan bawah. e) Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB), mempunyai kontrol pembacaan : 2BT = BA + BB. f) Ketelitian pengukuran tidak boleh melampaui 10 kali akar D. g) Referensi leveling menggunakan referensi koordinat geografis. 7) Pengukuran Situasi a) Pengukuran situasi dilakukan dengan alat Tachimetri (To). b) Ketelitian alat yang dipakai adalah 10“. c) Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus mencakup semua keterangan yang ada di daerah tersebut. d) Untuk tempat-tempat jembatan atau perpotongan dengan jalan lain, pengukuran harus diperluas (lihat pengukuran khusus). e) Tempat-tempat sumber material jalan yang terdapat di sekitar jalur jalan perlu diberi tanda di atas peta dan di photo (jenis dan lokasi material). 8) Pengukuran Penampang Memanjang a) Pengukuran penampang memanjang dilakukan di sepanjang sumbu rencana jalan. b) Alat yang digunakan adalah jenis Theodolit atau alat ukur lain yang mempunyai ketelitian yang sama. 9) Pengukuran Penampang Melintang a) Pengukuran penampang melintang pada daerah yang datar dan landai dibuat setiap 50 m dan pada daerah-daerah tikungan/pegunungan setiap 25 m. b) Pada daerah yang menikung, dari as jalan ke arah luar 25 m dan ke arah dalam 75 m. c) Lebar pengukuran penampang melintang 50 m ke kiri dan ke kanan as jalan. d) Khusus untuk perpotongan dengan sungai/jalan dilakukan dengan ketentuan khusus (lihat pengukuran khusus). e) Alat yang digunakan adalah sejenis Wild – To. 10) Pengukuran Khusus Jembatan a) Pengukuran situasi daerah sepanjang jembatan harus mencakup semua keterangan yang ada di sepanjang jalan dan jembatan, misalnya: rumah, pohon, pohon pelindung jalan, pinggir jalan, pinggir selokan, letak gorong-gorong serta dimensinya, tiang listrik, tiang telepon, batas-batas bangunan jembatan, sawah, kebun, arah aliran air dan lain sebagainya. b) Patok Km dan Hm yang ada pada tepi jalan harus diambil dan dihitung koordinatnya. Ini dimaksudkan untuk memperbanyak titik referensi pada penemuan kembali sumbu jalan yang direncanakan. c) Daerah yang diukur 200 meter panjang masing-masing oprit jembatan, 100 meter pada kiri dan kanan as jalan pada daerah sungai, 50 meter kiri dan kanan as jalan yang mencakup patok DMJ. d) Alat yang digunakan adalah sejenis Wild-To. 11) Pemasangan Patok-Patok 23
a)
Patok beton dibuat dengan ukuran 15x15x60 cm dan harus dipasang 2 (dua) buah, masing-masing pada awal/akhir, dan pada patok antara, dipasang dengan interval 1 km dan berpotongan antara rencana jalan dengan sungai 2 buah seberang-menyeberang. b) Patok beton tersebut harus tertanam kedalam tanah sepanjang ± 45 cm (yang terlihat di atas tanah ± 15 cm). c) Patok-patok (BM) diberi tanda BM dan Nomor Urut. d) Untuk memudahkan pencarian patok kembali, sebaiknya pada pohon-pohon di sekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu misalnya …. (nomor urut/ 2008). e) Patok poligon maupun patok station diberi tanda cat kuning dengan tulisan hitam yang diletakan di sebelah kiri ke arah jalannya pengukuran. f) Khusus untuk profil memanjang titik-titiknya yang terletak di sumbu jalan diberi paku yang dilingkari cat kuning sebagai tanda. 12) Perhitungan dan Penggambaran Peta a) Perhitungan koordinat poligon utama didasarkan pada titik-titik ikat yang dipergunakan. b) Penggambaran titik-titik poligon harus didasarkan pada hasil perhitungan koordinat, tidak boleh secara grafis. c) Gambar ukur yang berupa gambar situasi dalam kertas millimeter dengan skala 1:1000 untuk situasi jalan dan skala 1:500 untuk situasi jembatan. d) Ketinggian titik detail harus tercantum dalam gambar ukur begitu pula semua keterangan–keterangan penting. Ketinggian titik tersebut perlu dicantumkan. 2.
Survey Hidrologi Dalam prosedur operasional standar perencanaan jembatan yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Teknik, Januari 2009, survey hidrologi lengkap digunakan untuk melengkapi parameter-parameter desain jembatan yang dalam hal ini jembatan yang dimaksud adalah jembatan di atas lalu lintas sungai atau saluran air. Untuk itu pengumpulan data untuk analisa hidrologi yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : a. Karakteristik daerah aliran (Catchment Area) dari setiap gejala aliran yang harus dipelajari dengan cermat dari peta topografi maupun pemeriksaan langsung di tempat meliputi data curah hujan, tata guna lahan, jenis permukaan tanah, kemiringan dan lain-lain. b. Karakteristik sungai yang meliputi : 1) Kecepatan aliran dan gejala arah 2) Debit dan daerah pengaruh banjir 3) Tinggi air banjir, air rendah dan air normal 4) Lokasi penggerusan (scouring) serta jenis/sifat erosi maupun pengendapan 5) Kondisi aliran permukaan pada saat banjir c. Analisa hidrologi yang diperlukan untuk jembatan yang melintas sungai, sebelum tahap perhitungan/perencanaan hidrolika dari alur sungai, adalah untuk menentukan : 1) Debit banjir dalam alur sungai jembatan atau debit maksimum sungai selama periode ulang banjir rencana yang sesuai. 2) Perkiraan tinggi maksimum muka air banjir yang mungkin terjadi dan semua karakteristiknya. 3) Kedalaman air : air banjir, air rendah dan air normal. 24
d.
e.
f.
3.
Untuk menentukan elevasi tinggi muka jembatan diperlukan suatu perkiraan tinggi maksimum banjir yang mungkin terjadi, ditetapkan dan diperhitungkan dengan periode ulang banjir rencana atau dalam kurun waktu rencana sebagai berikut : 1) Untuk jembatan panjang/besar (konstruksi khusus) diperhitungkan dengan periode ulang 100 tahunan. 2) Untuk jembatan biasa/tetap termasuk gorong-gorong diperhitungkan dengan periode ulang 50 tahunan. 3) Untuk jembatan sementara, perlintasan saluran air dan jembatan yang melintas di atasnya diperhitungkan dengan periode ulang 25 tahunan. 4) Untuk keperluan analisa hidrologi ditetapkan dengan periode ulang 50 tahunan. 5) Untuk perhitungan scouring berdasarkan jenis tanah dasar sungai dan debit serta kecepatan aliran arus sungai. 6) Dalam menentukan besar debit banjir maksimum dalam kurun waktu rencana tersebut, dipakai pendekatan berdasarkan analisa frekuensi dari suatu data curah hujan lebat. Di sini perlu ditinjau hubungan/korelasi antara curah hujan dan aliran sungai. 7) Metode untuk menentukan besar debit banjir tersebut diklasifikasikan menjadi 3 cara yaitu : a) Cara statistik/kemungkinan-kemungkinan b) Cara hidrograf/sintetik c) Rumus empiris/metode rasional Analisa drainase ditetapkan dengan kala ulang (return period ) 25 tahun dan 50 tahun yang pemilihannya terlebih dulu dikonsultasikan dengan pihak Pemberi Tugas. Dari hasil survey dan analisa yang dilakukan, antara lain dapat ditentukan elevasi jembatan dan bangunan pengaman terhadap gerusan, tumbukan air dan debris.
Survey Geoteknik Penyelidikan/pemetaan terutama dilakukan secara visual, dengan bantuan loupe dan alat lainnya yang representatif dalam rangka mencari parameter-parameter yang diperlukan dalam menghitung daya dukung pondasi jembatan dan daya dukung tanah terhadap tinggi kritis timbunan oprit. Untuk pelengkap data-data termaksud di atas, maka teknis penyelidikan tanah dibagi menjadi: a. Penyelidikan Lapangan 1) Pemetaan geologi teknik permukaan detail a) Peta geologi teknik memakai peta dasar topografi. Peta topografi sangat dibutuhkan dalam perencanaan dan merupakan sumber keterangan yang berguna untuk penyelidikan lapangan, lembar yang menunjukkan bentuk lahan, pola drainase, bentuk arus, dan kondisi air tanah, semuanya menunjukkan indikator kondisi geologi. Karena ketersediaannya dan kegunaannya, peta ini harus disiapkan pada langkah pertama dalam studi. Dari hasil penyelidikan, maka elevasi titik bor, daerah-daerah longsor dan lain-lain bisa digambarkan (diplot) pada peta ini. Skala peta ini 1:250.000 – 1:25.000 b) Penafsiran gambar peta topografi, digunakan atau dari peta dengan skala 1:250.000 – 1:50.000, menunjukkan bentuk lahan regional dan pola drainase, dan dapat mengindikasikan jenis batuan dan gambaran struktur regional seperti lipatan dan lineasi yang biasanya mengakibatkan sesar. Peta dengan skala 1:24.000 – 25
2)
3)
4)
1:10.000 memberikan gambaran yang lebih rinci seperti lereng, formasi tanah, dan lubang atau gua bawah tanah. Interpretasi kondisi geologi biasanya diawali berdasarkan bentuk lahan seperti garis kontur dan pola drainase. Pemetaan tanah dasar Lapukan batuan dianalisa atas dasar pemeriksaan sifat fisik/kimia, diplot di atas peta geologi teknik termasuk di dalamnya pengamatan tentang : a) Gerakan tanah b) Tebal tanah dasar c) Kondisi air tanah dan air permukaan d) Vegetasi e) Drainase alami f) Pengolahan tanah dan lain sebagainya yang diperhitungkan akan sangat berpengaruh dalam analisa tingkat stabilitas daerah rencana, termasuk di dalamnya adalah prakiraan dalamnya rawa. Boring Machine (SPT) Pengujian bor harus dilakukan sampai mencapai lapisan tanah keras (bearing stratum) dan sampai kedalaman yang cukup untuk membuktikan kesinambungannya.umumnya kedalaman tersebut harus lima meter. Jika lapisan tanah keras tidak dapat dicapai sampai kedalaman 50 meter, pengujian bor dapat dihentikan setelah mendapat persetujuan dari Pejabat Pembuat Komitmen melalui Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang ditunjuk. Boring Machine dilakukan untuk memperoleh contoh tanah yang relatif tidak terganggu (undisturbed) guna dites di laboratorium untuk mengetahui sifat-sifat fisis dan sifat-sifat mekanisnya per kedalaman tanah yang disyaratkan, dalam hal ini SPT dan undisturbed sample harus diambil dengan interval 2 (dua) meter atau pada setiap perubahan strata tanah mana yang lebih kecil. Elevasi muka air tanah harus dicatat untuk setiap lubang. Selain itu juga untuk mendapatkan gambaran lapisan tanah berdasarkan jenis dan warna tanah melalui pengamatan secara visual. Boring Machine dilakukan masing-masing minimal 1 (Satu) titik pada setiap sisi darat dari rencana jembatan yang akan direncanakan. Apabila diperlukan pengujian bor di sungai dikarenakan adanya pier/pilar jembatan, maka pengujian bor mutlak dilaksanakan pada masing-masing rencana pier/pilar jembatan. Hasil analisa sampel tanah ini akan digunakan untuk menghitung daya dukung tanah terhadap pondasi bangunan bawah, tinggi kritis pada timbunan oprit dan perhitungan lainnya yang diperlukan pada perencanaan jembatan. Test CPT (Cone Penetration Test) atau Sondir Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus dan hambatan pelekat tanah. Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas, sedangkan hambatan pelekat (skin friction) adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus yang dinyatakan dalam gaya persatuan panjang. Dari hasil sondir (CPT Test) akan didapatkan 3 parameter dalam perencanaan jembatan, yakni daya dukung tahanan ujung tiang, daya dukung tahanan selimut tiang dan kedalaman tiang yang mencapai tanah keras. Dalam melakukan penyelidikan tanah untuk perencanaan jembatan, dipersyaratkan penyelidikan sondir dilakukan pada 2 (dua) titik pada masing-masing sisi rencana jembatan
26
5)
6)
7)
(sisi darat), dengan interval 0,2 meter sampai minimal nilai tahanan ujung konus, Qc = 250 kg/cm2 dicapai atau mencapai kedalaman 60 m. Geolistrik Metode Geolistrik tahanan jenis merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam survei geofisika untuk eksplorasi yang relatif dangkal. Dalam survey metode geolistrik akan diperoleh nilai beda potensial, kuat arus dan nilai tahanan jenis batuan. Tahanan jenis batuan kemudian dengan pengolahan data lebih lanjut maka akan mendapatkan nilai tahanan jenis tiap lapisan batuan. Dengan demikian lapisan bawah permukaan tanah dapat digambarkan dengan perbedaan nilai tahanan jenis dari masing-masing lapisan tersebut. Sehingga dari hasil ini dapat menjadi gambaran yang baik untuk perencanaan pondasi yang digunakan sesuai dengan jenis lapisan batuan. Quarry Pada setiap daerah yang diperhitungkan dapat berfungsi sebagai sumber quarry, perlu dianalisa dan diplot pada peta geoteknik. Hal yang perlu diperhatikan adalah: a) Jenis quarry b) Perkiraan volume yang dapat dieksploitasi c) Lokasi dan jarak terhadap rencana jalan d) Kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul dalam eksploitasi e) dan sebagainya Penyelidikan Lokasi Jembatan Dalam prosedur operasional standar perencanaan jembatan yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Teknik, Januari 2009, penyelidikan geoteknik disini merupakan bagian dari penyelidikan tanah yang mencakup seluruh penyelidikan lokasi kegiatan berdasarkan klasifikasi jenis tanah yang didapat dari hasil tes dengan mengadakan peninjauan kembali terhadap semua data tanah dan material guna menentukan jenis/ tipe pondasi yang tepat dan sesuai tahapan kegiatannya, sebagai berikut: a) Mengadakan penyelidikan tanah dan material di lokasi pelaksanaan jembatan yang akan dibangun dengan menetapkan lokasi titik-titik bor yang diperlukan langsung di lapangan. b) Melakukan penyelidikan kondisi permukaan air (sub-surface) sehubungan dengan pondasi jembatan yang akan dibangun. c) Menyelidiki lokasi sumber material yang ada di sekitar lokasi pelaksanaan, kemudian dituangkan dalam bentuk penggambaran peta termasuk sarana lain yang ada seperti jalan pendekat/oprit, bangunan pelengkap/ pengaman dan lain sebagainya. d) Pekerjaan pengambilan contoh dengan pengeboran (umumnya terhadap undisturbed sampling) dimaksudkan untuk tujuan penyelidikan lebih lanjut di laboratorium untuk mendapatkan informasi yang lebih teliti tentang parameter-parameter tanah dari pengetesan Index Properties (Besaran Indeks) dan Engineering Properties (Besaran Struktural Indeks). e) Penyelidikan tanah untuk desain jembatan yang umum dilaksanakan di lingkungan Bina Marga dengan bentang > 60 m (relatif dari 25 m s/d 60 m tergantung kondisi) digunakan bormesin (alat bor yang digerakkan dengan mesin) di mana kapasitas kedalaman bor dapat mencapai 50 m disertai alat split spoon sampler untuk Standar Penetration Test (SPT) menurut AASHTO 27
b.
T 206 – 74. Sedangkan untuk bentang < 60m (relatif dari 25 m s/d 60 m tergantung kondisi) digunakan peralatan utama lapangan yang terdiri atas : Alat sondir dengan bor tangan (digerakkan dengan tangan). Pengeboran harus dilakukan sampai kedalaman yang ditentukan (bila tidak ditentukan lain) untuk mendapatkan letak lapisan tanah dan jenis batuan beserta ukurannya dan harus mencapai tanah keras/batu dan menembus sedalam kurang lebih 3.00 m. Boring dan sampling harus dikerjakan dengan memakai ”Manual Operated Auger” dengan kapasitas hingga kedalaman 10 m. Alat tes sondir type “Gouda” atau sejenisnya, antara lain “Dutch Cone Penetrometer” yang memakai sistem metrik dan harus dilengkapi dengan “Friction Jacket Cone”, kapasitas tegangan konus minimum 250 kg/cm2 dan kedalamannya dapat mencapai 60 m. f) Pada setiap jembatan, penyelidikan tanah yang dibutuhkan pada masing-masing lokasi rencana pondasi harus sudah menetapkan penggunaan jenis bor dan posisi lubang bor yang direncanakan serta jumlah titik bor minimal satu titik boring, yaitu satu titik bor mesin atau satu set bor tangan dan sondir, tergantung bentang rencana jembatannya. Hal ini tergantung pada kondisi area (alam dan lokasi), kepentingan stuktur dan tersedianya peralatan pengujian beserta teknisinya. g) SPT dilakukan pada interval kedalaman 1,50 m s/d 2,00 m untuk diambil contohnya (undisturbed dan disturbed). h) Mata bor harus mempunyai diameter yang cukup untuk mendapatkan undisturbed sample yang diinginkan dengan baik, dapat digunakan mata bor steel bit untuk tanah clay, silt dan mata bor jenis core barrel. i) Digunakan casing (segera) bilamana tanah yang dibor cenderung mudah runtuh. j) Untuk menentukan besaran index dan structural properties dari contoh-contoh tanah, baik yang terganggu (disturbed) maupun yang asli (undisturbed) tersebut di atas dan contoh material (quarry), maka pengujian di laboratorium dikerjakan berdasarkan spesifikasi SNI, SK SNI, AASHTO, ASTM, BS dengan urutan terdepan sebagai prioritas pertamanya. k) Laporan penyelidikan tanah dan material harus pula berisi ‘analisa dan hasil’ daya dukung tanah serta rekomendasi jenis pondasi yang sesuai dengan daya dukung tanah tersebut dan hasil bor log dituangkan dalam bentuk tabel/formulir bor log dan form drilling log yang dilengkapi dengan keterangan/data diantaranya tentang tipe bor yang digunakan, kedalaman lapisan tanah, tinggi muka air tanah, grafik log, uraian lithologi, jenis sample, nilai SPT, tekanan kekuatan (kg/cm2), liquid/plastis limit, perhitungan pukulan dan lain sebagainya. l) Hasil pelaksanaan survey berdasarkan data yang didapat, dilakukan pengujian laboratorium yang telah memenuhi persyaratan. Penyajian Laporan Akhir
28
Dalam laporan akhir diuraikan sesuai dengan standar yang berlaku, hanya ditambahkan beberapa hal yang belum tercakup sebelumnya, seperti diuraikan di bawah ini : 1) Intisari ( Executive Summary) Diletakkan paling depan setelah daftar isi, uraian sesingkat mungkin seluruh masalah inti yang diuraikan dalam laporan. 2) Pewarnaan Dalam peta geologi, pewarnaan untuk jenis batuan disesuaikan dengan standar geologi. 3) Gerakan tanah Dalam uraian gerakan tanah ditambahkan uraian perkiraan potensi longsoran (hasil analisa), yang diakibatkan oleh letak kemiringan lapisan batuan yang sejajar atau hampir sejajar terhadap kemiringan lereng topografi, sifat karakteristik dan jenis batuannya. Dalam peta stabilitas wilayah dibuat ukuran (A3), dijelaskan lokasi longsoran yang terjadi di lapangan dengan contoh sketsanya, dan lokasi longsoran hasil analisa dan sketsanya. 4) Geologi Dalam lampiran peta geologi dibuat ukuran (A3), digambarkan prakiraan tebal tanah pelapukan (garis putus-putus). Pada jenis batuan yang mempunyai kemiringan digambarkan arah kemiringannya. 5) Penyebaran tanah Dalam lampiran peta penyebaran tanah dengan skala 1 : 2.000 (A3) pada kertas kalkir dengan gambar penampang ditutup (dihilangkan). Deskripsi tanah diuraikan sebagai berikut : jenis tanah, warna, sifat, plastisitas (tanah berbutir halus) dan gradasi (tanah berbutir kasar), klassifikasi USCS, prakiraan prosentase tiap jenis, tingkat permeabilitas, porositas, penggunaan lahan, perkiraan ketebalan lapisan tanah. 6) Hasil Laboratorium Dalam lampiran hasil laboratorium hasil pengambilan sampel tanah melalui hand boring, yang memuat index properties dan index mechanics dari sampel tanah tersebut. 7) Laporan Laporan Akhir Geoteknik harus mencakup sekurang-kurangnya pembahasan mengenai hal-hal berikut : a) Data pelaksanaan b) Peta situasi pelaksanaan yang menunjukkan secara jelas lokasi pelaksanaan terhadap kota besar terdekat c) Kondisi morfologi sepanjang lokasi d) Kondisi badan jalan yang ada di sepanjang trase jalan e) Batuan penyusun (stratigrafi) sepanjang trase jalan. Untuk peta penyebaran batuan disiapkan dalam kertas HVS ukuran A3 dan diwarnai sesuai dengan standar pewarnaan geologi dan diberi notasi f) Hasil akhir pemeriksaan laboratorium dijadikan acuan untuk perbaikan hasil deskripsi secara visual g) Penyebaran jenis tanah di sepanjang trase jalan. Untuk peta penyebaran tanah disiapkan dalam kertas kalkir ukuran A3 dan diwarnai sesuai dengan standar pewarnaan geologi dan diberi notasi h) Analisis perhitungan konstruksi timbunan dan stabilitas lereng i) Analisis longsoran di sepanjang trase jalan 29
j) k) l)
Sumber bahan konstruksi jalan (jenis dan perkiraan volume cadangan) Gejala struktur geologi yang ada (kekar, sesar/patahan dsb.) beserta lokasinya Rekomendasi
4.
Survey Lalu Lintas Dalam survey lalu lintas ada 2 (dua) kegiatan, yaitu survey lalu lintas dan survey beban gandar kendaraan. a. Survey Ialu lintas bertujuan untuk mendapatkan data lalu lintas yang terbaru untuk keperluan perencanaan, sedangkan data lalu lintas sebelumnya dapat diperoleh dari laporan hasil perhitungan lalu lintas Bina Marga. Survey Ialu lintas, kegiatan-kegiatannya meliputi : 1) Perhitungan lalu lintas pada setiap ruas jalan masing-masing selama 1 x 24 jam. 2) Mengumpulkan data lalu lintas terdahulu pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Malinau ataupun instansi lainnya yang terkait, untuk sekurang-kurangnya 5 tahun terahir. 3) Membuat analisa lalu lintas, tingkat pertumbuhan lalu lintas dan proyeksinya untuk 10 tahun mendatang. b. Survey beban gandar kendaraan bertujuan melengkapi data volume lalu lintas, dan diperlukan juga data beban gandar (axle load), yang pada pelaksanaannya menggunakan Weigh in Motion, WIM (alat penimbang kendaraan cara dinamis), pada ruas jalan yang mewakili. Survey beban gandar, kegiatan-kegiatannya meliputi : 1) Melakukan survey beban gandar (axle load dengan peralatan WIM ruas jalan yang dipilih sekurang-kurangnya selam 1 x 24 jam). 2) Melakukan perhitungan lalu lintas secara manual dengan menggunakan formulir khusus selama berlangsungnya survey beban gandar, untuk mengetahui prosentase kendaraan berat yang lolos dari peralat an WIM. 3) Melakukan data analisa dan processing, sehingga menghasilkan nilai ESA untuk ruas jalan tersebut. c. Survey lalu lintas dan survey beban gandar kendaraan dilakukan untuk melengkapi pekerjaan pada program khusus A1 dan A3.
5.4 1.
Perhitungan dan Perencanaan Teknis Konsultan wajib membuat konsep perencanaan teknis ( Draft Design) dari setiap detail perencanaan kemudian melaporkannya kepada Pejabat Pembuat Komitmen melalui Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang ditunjuk untuk dimintakan persetujuannya. Draft design tersebut digambar di atas kertas standard sheet yang telah ditetapkan pemberi tugas. Setiap proses perencanaan yang dilakukan oleh konsultan perencana wajib diasistensikan pada pihak Pejabat Pembuat Komitmen melalui Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang ditunjuk dengan membuat lembar asistensi perencanaan.
2.
Perencanaan Jembatan a. Perencanaan jembatan dapat dilakukan menggunakan dua pendekatan dasar untuk menjamin keamanan struktural yang diijinkan, yaitu Rencana Tegangan Kerja (WSD) dan Rencana Keadaan Batas ( Limit State). b. Agar struktur jembatan berfungsi dengan baik, maka setiap perencanaan jembatan harus memenuhi pokok-pokok perencanaan sebagai berikut : 1) Kekuatan dan stabilitas struktur 2) Kenyamanan dan keselamatan (kelayanan struktural) 30
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
3) Kemudahan (pelaksanaan dan pemeliharaan) 4) Ekonomis 5) Pertimbangan aspek lingkungan, sosial, dan aspek keselamatan jalan 6) Keawetan (kelayakan jangka panjang) 7) Estetika Untuk memenuhi pokok-pokok perencanaan tersebut, persyaratan dalam perencanaan harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan Peraturan perencanaan Jembatan BMS ’92 sebagai berikut : 1) Persyaratan umum perencanaan 2) Persyaratan Analisa Struktur 3) Persyaratan Perencanaan Pondasi 4) Persyaratan Perencanaan Elemen Struktur Jembatan Agar tingkat standar kualitas perencanaan tertentu sesuai persyaratan dapat dicapai, maka panduan atau Manual Perencanaan Jembatan ( Bridge Design Manual) BMS ’92 harus menjadi pegangan dalam menetapkan : 1) Metodologi Perencanaan 2) Pemilihan dan Perencanaan Struktur Jembatan 3) Perencanaan Elemen Struktur Jembatan 4) Perencanaan Pondasi, Dinding Penahan Tanah dan Slope Protection 5) Dan lain sebagainya Kriteria Perencanaan : 1) Peraturan-peraturan yang dipergunakan 2) Mutu material yang dipergunakan 3) Metode dan asumsi pada perhitungan 4) Metode dan asumsi dalam penentuan pemilihan type struktur atas, struktur bawah dan pondasi 5) Metode pengumpulan data lapangan 6) Program komputer yang dipergunakan dan validasi kehandalan yang dinyatakan dalam bentuk bench mark terhadap contoh studi 7) Metode pengujian pondasi Perencanaan struktur jembatan harus mengacu kepada : 1) Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92 dengan revisi pada bagian : a) Pembebanan Jembatan (SK.SNI T-02-2005), Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005 b) Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SK.SNI T-12-2004), Kepmen PU No. 260/KPTS/M/2004 c) Perencanaan struktur baja untuk jembatan (SK.SNI T-03-2005), Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005 2) Manual Perencanaan Jembatan (Bridge Design Manual) BMS ’92 3) Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan (Revisi SNI 032883-1992) 4) Peraturan lain yang relevan dan disetujui oleh pemberi tugas. Perencanaan jalan pendekat dan oprit harus mengacu kepada : 1) Standar perencanaan jalan pendekat jembatan (Pd T-11-2003) 2) Standar perencanaan jalan yang berlaku Untuk perhitungan atau analisa harga satuan pekerjaan mengikuti ketentuan Panduan Analisa Harga Satuan (Pendukung Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3), Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum. Ketentuan lain yang relevan bila tidak tercakup dalam ketentuan di atas harus mendapat persetujuan pemberi tugas.
31
j.
k.
l.
Beban-beban harus direncanakan berdasarkan aturan-aturan yang ada dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92, dan harus merupakan kombinasi dari : 1) Beban berat sendiri 2) Beban mati tambahan 3) Beban hidup 4) Beban sementara 5) Beban-beban sekunder Analisa Struktur : 1) Perencanaan struktur jembatan harus didasarkan pada Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92. Prinsip-prinsip dasar untuk perencanaan struktur jembatan adalah Limit States atau Rencana Keadaan Batas. 2) Analisis mencakup idealisasi struktur dan pondasi pada aksi beban rencana sebagai suatu model numerik. Dari model tersebut gaya dalam dan deformasi serta stabilitas keseluruhan struktur dapat dihitung. Pendekatan analisis dapat menggunakan paket software struktur komersil yang mana terlebih dahulu dilakukan validasi dengan menggunakan contoh-contoh yang diketahui (dapat menggunakan contoh dari text book) dan dilakukan pengecekan secara manual untuk menyakinkan keakuratan hasil analisis. 3) Untuk analisis struktur jembatan dapat dilakukan dengan pendekatan: (1) Linear Elastik, (2) Linear Dinamik, (3) Non-linear elastic, (4) Response Spectrum, (5) Time History Analysis atau (6) pendekatan Plastisitas. Penggunaan pendekatan analisis plastis harus mendapat persetujuan dari pemberi tugas. Khusus untuk jembatan bersifat fleksibel seperti jembata n gantung pejalan kaki, analisis terhadap aeroelastik perlu dilakukan. 4) Penentuan kapasitas penampang dari elemen struktur jembatan dapat menggunakan paket software komersil yang memiliki kemampuan pengecekan terhadap parameter design sesuai dengan peraturan perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92. Penggunaan paket software dengan standard selain Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92 harus mendapat persetujuan dari pemberi tugas. Perencanaan struktur atas jembatan : Perencanaan struktur atas jembatan harus direncanakan sesuai dengan aturanaturan yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92 atau peraturan lain yang relevan yang disetujui oleh pemberi tugas. Prinsip-prinsip dasar untuk perencanaan struktur jembatan adalah Limit States atau Rencana Keadaan Batas, dengan memperhatikan beberapa faktor berikut ini : 1) Pembebanan pada struktur atas jembatan harus dihitung berdasarkan kombinasi dari semua jenis beban yang secara fisik akan bekerja pada komponen struktur jembatan. 2) Kekuatan struktur atas jembatan harus direncanakan berdasarkan analisis struktur dan cara perhitungan gaya-gaya dalam yang ditetapkan di dalam standar/ peraturan yang disebut diatas dan khususnya berhubungan dengan material yang dipilih. 3) Deformability, lawan lendut dan lendutan dari struktur atas jembatan harus dihitung dengan cermat, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang agar tidak melampaui nilai batas yang diijinkan oleh standar/peraturan yang digunakan. 32
4)
m.
n.
Umur layan jembatan harus direncanakan berdasakan perilaku jangka panjang material dan kondisi lingkungan di lokasi jembatan yang diaplikasikan pada rencana komponen struktur jembatan khususnya selimut beton, permeabilitas beton, atau tebal elemen baja, terhadap resiko korosi ataupun potensi degradasi meterial. Perencanaan struktur bawah jembatan : Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar terhadap aspek kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas dan tekanan tanah vertikal ataupun horisontal dan harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Desi gn Code) BMS ’92, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah : 1) Struktur bawah jembatan harus direncanakan untuk menanggung beban struktur atas melalui komponen tumpuan, yang sudah merupakan kombinasi terbesar dari semua beban struktur atas, beserta beban-beban yang bekerja pada struktur bawah yaitu: tekanan tanah lateral, gaya-gaya akibat aliran air, tekanan air, gerusan, tumbukan serta beban-beban sementara lainnya yang dapat bekerja pada komponen struktur bawah. 2) Kekuatan struktur bawah harus ditentukan berdasarkan analisis struktur dan cara perencanaan kekuatan yang ditetapkan di dalam peraturan yang berhubungan dengan material yang digunakan. 3) Perletakan jembatan harus direncanakan berdasarkan asumsi yang diambil di dalam modelisasi struktur dengan memperhatikan kekuatan dan kemampuan deformasi komponen perletakan seperti karet elastomer yang mengacu kepada SNI 03-4816-1998 “Spesifikasi bantalan karet untuk perletakan jembatan”. 4) Deformasi yang potensial terjadi khususnya penurunan harus diperhatikan di dalam perencanaan struktur bawah. Penurunan harus diantisipasi dan dihitung dengan cara analisis yang benar berdasarkan data geoteknik yang akurat, dimana pengaruh dari potensial penurunan diferensial dari struktur bawah, bila ada harus diperhitungkan dalam perencanaan struktur atas. 5) Jika gerusan dapat mengakibatkan terkikisnya sebagian tanah timbunan di atas atau di samping suatu bagian struktur bawah jembatan maka pengaruh stabilitas dari massa tanah harus diperhitungkan secara teliti. 6) Umur layan rencana struktur bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku jangka panjang material dan kondisi lingkungan khususnya bila berada di bawah air yang diaplikasikan pada rancangan komponen struktur bawah khususnya selimut beton, permeabiitas beton atau tebal elemen baja terhadap resiko korosi ataupun potensi degradasi material. Perencanaan pondasi jembatan Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar terhadap aspek kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas dan beban struktur atas dan harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah : 1) Analisis dapat dilakukan terpisah atau terintegrasi dengan analisis struktur jembatan. Penggunaan paket software komersil, harus dilakukan validasi terlebih dahulu dengan menggunakan contoh dari text book dan dicek secara manual untuk mendapatkan keyakinan. 2) Pondasi jembatan pada umumnya dapat dipilih dari jenis : a) Pondasi dangkal/pondasi telapak b) Pondasi caisson 33
o.
p.
q.
c) Pondasi tiang pancang (jenis end bearing atau friction) d) Pondasi Tiang Bor e) Pondasi jenis lain yang dianggap sesuai 3) Penentuan jenis dan kedalaman pondasi dilakukan berdasarkan kondisi lapisan tanah dan kebutuhan daya dukung untuk struktur bawah serta batasan penurunan pondasi. Secara umum kondisi dan kendala lapangan yang harus dipertimbangkan adalah : a) Pembebanan dari struktur jembatan b) Daya dukung pondasi yang dibutuhkan c) Daya dukung dan sifat kompresibilitas tanah atau batuan d) Penurunan yang diijinkan dari struktur atas/bawah jembatan e) Tersedianya alat berat dan material pondasi f) Stabilitas tanah yang mendukung pondasi g) Kedalaman permukaan air tanah h) Perilaku aliran air tanah i) Perilaku aliran air sungai serta potensi gerusan dan sedimentasi j) Potensi penggalian atau pengerukan di kemudian hari yang berdekatan dengan pondasi 4) Khususnya untuk penggunaan pondasi tiang, penentuan jenis dan panjang tiang harus dilakukan berdasarkan kondisi lapangan di lokasi rencana jembatan, khususnya kondisi planimetri serta berdasarkan atas evaluasi yang cermat dari berbagai informasi karakteristik tanah yang tersedia, perhitungan kapasitas statik vertikal dan lateral, dan/atau berdasarkan riwayat/pengalaman sebelumnya. Perencanaan jalan pendekat 1) Perencanaan jalan pendekat jembatan termasuk komponen pelat injak harus memperhatikan kesinambungan ukuran dan ketinggian jembatan. Apabila jalan pendekat dibuat dari tanah urugan maka harus diperhatikan potensi penurunan jangka panjang dari lapisan tanah pendukung/atau urugan tanah yang menjadi tumpuan perkerasan jalan pendekat. 2) Potensi penurunan tanah harus dihitung secara cermat berdasarkan hasil penyelidikan tanah. 3) Perencanaan jalan pendekat harus mengacu kepada ketentuan yang telah dijelaskan sebelumnya. Perencanaan Bangunan Pelengkap dan Pengaman 1) Perencanaan komponen bangunan pelengkap dan pengaman dalam pekerjaan perencanaan jembatan harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan di dalam acuan : a) Undang-Undang RI No. 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan b) Pedoman marka jalan, Pd T-12-2004-B 2) Perencanaan komponen pelengkap dan pengaman jembatan meliputi : a) Rambu dan marka pada jembatan b) Pagar pengaman jembatan c) Lampu penerangan pada jembatan d) Struktur pengaman pada pilar jembatan terutama untuk menghindari tumbukan langsung dengan pilar jembatan (seperti fender pengaman atau sejenisnya). Parameter Perencanaan Jembatan 1) Umum a) Umur rencana jembatan standar 50 tahun dan jembatan khusus 100 tahun 34
b) c)
2)
Pembebanan Jembatan menggunakan BM.100 Persyaratan geometrik : Lebar jembatan minimum adalah (1+7+1) m (klas A) dan (0.5+6+0.5) m (Klas B) Superelevasi melintang 2% dan kemiringan memanjang maksimum 5% Ruang bebas vertikal jalan di atas jembatan minimal 5,1 m Ruang bebas vertikal dan horisontal di bawah jembatan disesuaikan kebutuhan lalu lintas kapal (free-board minimal 1,0m dari muka air banjir) Dihindari tikungan di atas jembatan dan oprit Untuk kebutuhan estetika pada daerah tertentu/pariwisata, struktur jembatan dapat berupa bentuk parapet dan railing dengan lebar jembatan dapat dibuat khusus atas persetujuan pengguna jasa Geometrik jembatan tidak menutup akses penduduk di kiri – kanan oprit (timbunan) d) Material Mutu Beton : Lantai : Beton K-350 Bangunan atas : Beton K-350 (minimal) Bangunan bawah : Beton K-250 (termasuk untuk isian tiang pancang) Bored pile : Beton K-350 Mutu Baja Tulangan : Tulangan dengan diameter, untuk < D13 : BJTP 24 Tulangan dengan diameter, untuk > D13 : BJTD 32 atau BJTD 39 Variasi diameter tulangan dibatasi paling banyak 5 ukuran Parameter Perencanaan Bangunan Atas a) Apabila tidak direncanakan secara khusus, maka dapat digunakan Bangunan Atas jembatan standar BM sesuai bentang ekonomis & kondisi lalu-lintas air Box Culvert (single, double, triple), ( 1 – 10 m) Voided Slab, ( 6 – 16 m) Gelagar Beton Bertulang Tipe T, ( 6 – 25 m) Gelagar Beton Pratekan Tipe I dan Box, (16 – 40 m) Girder Komposit Tipe I dan Box, (20 – 40 m) Rangka Baja, (40 – 60 m) b) Penggunaan bangunan atas diutamakan dari sistem gelagar beton bertulang atau box culvert serta Gelagar pratekan untuk bentang pendek dan untuk kondisi lainnya dapat mengunakan gelagar komposit atau rangka baja dll. c) Perencanaan bangunan atas jembatan harus mengacu antara lain : Menggunakan Rencana Keadaan Batas (Limit States), ULS & SLS Lawan lendut & lendutan, simple beam < L/800, kantilever L/400) Memperhatikan perilaku jangka panjang material dan kondisi sekitar lingkungan jembatan (selimut beton, permeabilitas beton, tebal elemen baja dan galvanis terhadap resiko korosi, potensi degradasi material) 35
3)
Parameter Perencanaan Bangunan Bawah a) Perencanaan struktur bawah jembatan dilakukan dengan menggunakan Limit States atau Rencana Keadaan Batas berupa Ultimate Limit States (ULS) dan Serviceability Limit States (SLS) b) Tinggi abutmen dan pilar tipikal Abutmen
Pilar
Abutmen tipe cap: 1,5 – 2,0m
Pilar balok cap: < 10m
Abutmen tipe kodok: 2,0 – 3,5m
Pilar dinding penuh: 5 - 25m
Abutmen tipe dinding penuh: > 4,0m
Pilar portal satu tingkat: 5 - 15m Pilar portal dua tingkat: 15 - 25m Pilar kolom tunggal: 5-15m (zona gempa besar dihindarkan)
c)
4)
Struktur bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku jangka panjang material dan kondisi lingkungan. Persyaratan tebal minimal selimut beton yang digunakan adalah : Daerah normal = 30 mm Daerah agresif = 50 mm Parameter Perencanaan Pondasi a) Menggunakan Working Stress Design (WSD) b) Penentuan jenis Pondasi jembatan : Pondasi
Diameter (m)
Kedalaman Optimal (m)
Pondasi dangkal/telapak
0,3 – 3,0
-
Pondasi caisson
2,5 – 4,0
3,0 – 9,0
Pondasi tp pipa baja
0,4 – 1,2
7,0 – 50
Pondasi tp beton pratekan
0,4 – 0,6
18 - 30
Pondasi tiang bored
0,8 – 1,2
18 - 30
c)
5)
3.
Jenis pondasi diusahakan seragam untuk satu lokasi jembatan termasuk dimensinya. Dihindari pondasi langsung untuk daerah dengan gerusan besar d) Pondasi tp pipa baja Grade-2 ASTM-252 diisi dengan beton bertulang non-shrinkage (semen type II) atau menggunakan pondasi tiang bor e) Faktor keamanan, untuk data tanah sondir: TP : End bearing = 3; Friction=5; Sumuran : DDT=20, Geser=1,5 & Guling=1,5 f) Kalendering terakhir tiang pancang 1,0 – 3,0cm/10pukulan untuk end-bearing dengan jenis hammer sesuai Parameter Perencanaan Jalan Pendekat Tinggi timbunan jalan pendekat tidak boleh melebihi H izin sebagai berikut: H kritis = (c Nc + γ D Nq) / γ H izin = (H kritis / SF) dengan SF = 3 Bila tinggi timbunan melebihi H izin harus direncanakan sistem perkuatan tanah dasar.
Gambar Perencanaan 36
Pembuatan gambar rencana jembatan selengkapnya, dilakukan setelah draft design mendapat persetujuan dari pemberi tugas dengan mencantumkan koreksi-koreksi dan saran-saran yang diberikan oleh pemberi tugas, berikut posisi alternatif trase yang pernah diteliti. Final design digambar di atas kertas standard sheet. Gambar perencanaan akhir tersebut selengkapnya terdiri dari : a. Sampul luar (cover) dan sampul dalam. b. Daftar isi c. Lembar simbol dan singkatan (legenda). d. Peta lokasi jembatan yang dilengkapi dengan peta jaringan jalan eksisiting dan petunjuk arah utara mata angin dan data-data koordinat posisi bumi (koordinat UTM) melalui data GPS e. Daftar rangkuman volume pekerjaan fisik konstruksi f. Potongan memanjang, potongan melintang dan denah jembatan dengan skala 1:100 g. Gambar detail dengan skala 1:20, yang mencakup pelat lantai kendaraan, struktur atas, struktur bawah dan pondasi jembatan h. Gambar detail potong-bengkok pembesian jembatan, lengkap dengan jenis/type dan ukuran pembesian yang digunakan beserta rincian volume masing-masing pembesian tersebut i. Gambar-gambar standar j. Gambar bangunan pelengkap dan bangunan pengaman jembatan k. Lembar gambar bangunan pelengkap dan bangunan pengaman jalan lainnya (jika diperlukan). 4.
Perhitungan Volume dan Perkiraan Biaya a. Perhitungan Volume Setiap struktur jembatan yang direncanakan harus dihitung volume pekerjaan untuk tiap bagian sesuai dengan masing-masing kontrak pelaksanaannya dan dikelompokkan dalam beberapa pekerjaan utama. b. Perkiraan Biaya Analisa harga satuan menggunakan metode Bina Marga berdasarkan faktorfaktor material, peralatan, pajak, overhead dan keuntungan yang ditetapkan. Daftar Harga Satuan Upah Tenaga Kerja, Bahan/Material dan Peralatan dilampirkan. Perhitungan atau analisa harga satuan pekerjaan mengikuti ketentuan Panduan Analisa Harga Satuan 2010 Revisi 3 (Pendukung Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3), Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.
5.
Penyiapan Spesifikasi Teknik Konsultan harus mempelajari menggunakan spesifikasi teknik standar yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga. Apabila dalam spesifikasi teknik yang tersedia tidak tercakup jenis pekerjaan yang harus dilaksanakan, maka konsultan harus menyiapkan Spesifikasi Khusus yang sesuai dengan pekerjaan.
5.5
Alih Pengetahuan Jika diperlukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara, Konsultan berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam rangka alih pengetahuan kepada staff teknis Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Utara. 5.6 1.
Pembayaran Prestasi Pekerjaan Pembayaran prestasi pekerjaan dilakukan dengan cara berdasarkan tahapan penyelesaian pekerjaan (Termijn ) 37