PENGARUH KEDISIPLINAN PEMAKAIAN MASKER TERHADAP PENURUNAN FUNGSI PARU PADA TENAGA KERJA BAGIAN WEAVING PT. KUSUMAHADI SANTOSA JATEN KARANGANYAR Betty Suce Nerentinaa dan Dwi Linna Suswardanyb a
Alumni Program Studi Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan UMS b Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UMS Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162
Abstract Aims of this project was to understand the relationship between disciplinary of wearing mask and the reduction of lungs function in weaving department PT. Kusumahadi Santosa Jaten in Karanganyar. Type of this study was observational analytics with cross sectional. Population of this research were 28 workers, with 22 workers are suitable for samples. Eleven persons always worn mask, whereas the rest did not wear mask. Result showed that nine persons (81.82%) who always wear mask had normal lungs function, while two (18.18%) others had restruktion. On the other hand, for workers who did not wear mask, three of them (27.27%) had normal lungs, while eight (72.73%) had restruction. It was concluded that there was significant relationship between wearing mask disciplinary and reduction of lungs function. Key Words : Disciplinary, Wearing Mask, Lungs Function
PENDAHULUAN Era industrialisasi di Indonesia dewasa ini
mengalami
perkembangan
dengan timbulnya pencemaran. Pencemaran
dan
yang berasal dari limbah-limbah industri
pertumbuhan yang sangat pesat. Dengan
dapat berupa sampah padat maupun limbah
adanya perkembangan yang pesat ini akan
cair dan pencemaran udara yang disebabkan
mendukung
oleh gas-gas buangan, debu maupun sisa
meningkatnya
penggunaan
peralatan kerja, mesin kerja serta bahan
yang
digunakan
bahan -
dalam
proses
produksi (Simanjuntak, 1991). Keberadaan mendatangkan
hasil pembakaran (Heryuni, 1991). Gangguan yang diderita tenaga kerja adalah gangguan kesehatan yang dapat
industrialisasi beberapa
ini
diakibatkan
karena
terkena
penyakit-
keuntungan
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
sekaligus kerugian. Keuntungan tersebut
atau sering disebut penyakit akibat kerja,
adalah : (1). Dengan industrialisasi akan
yaitu
meningkatkan
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
devisa
negara,
(2).
suatu
penyakit,
kelainan
atau
Meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan
dan
kerja serta (3). Meningkatkan taraf hidup
pekerjaan (Suma'mur, 1997). Selain itu juga
rakyat.
bisa
bisa terjadi kecelakaan kerja yang terjadi
:
pada waktu menjalankan pekerjaan atau
(1Gangguan terhadap lingkungan dan (2).
dalam perjalanan dari dan ke tempat kerja.
Gangguan terhadap tenaga kerja. Gangguan-
Penyakit
Sedangkan
ditimbulkan
kerugian
diantaranya
yang adalah
atau
diderita
akibat
kerja
ketika
ini
melakukan
juga
dapat
gangguan terhadap lingkungan dapat dilihat
Pengaruh Kedisiplinan Memakai Masker … (Betty Suce Nerentina dan Dwi Linna Suswardany)
11
dikategorikan
sebagai
kecelakaan
kerja
(Soejarsono, 1994).
memperkecil
kemungkinan
terjadinya
penurunan fungsi paru pada pekerja, dapat
Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh
dilakukan
dengan
pengendalian
teknis
faktor kondisi lingkungan dan manusia.
terhadap sumber bahaya, dan jika hal
Faktor-faktor bahaya yang disebabkan oleh
tersebut tidak mungkin dilakukan, maka
kondisi lingkungan kerja antara lain adalah :
dapat
(1). Faktor fisik, misalnya: penerangan, suara,
administratif.
radiasi, suhu, kelembaban dan tekanan
dengan memakai Alat Pelindung Diri (APD).
udara. (2). Faktor kimia, misalnya : gas, uap,
Pemakaian APD ini merupakan alternatif
debu, kabut, asap, awan, cairan dan benda
terakhir
padat. (3). Faktor biologi, misalnya : virus
pengendalian. Penangulangan dengan APD
dan bakteri baik dari golongan tumbuhan
ini dapat dilakukan dengan cara pemberian
atau hewan. (4). Faktor ergonomi atau
dan penggunaan masker pada pekerja.
dilakukan
pengendalian
secara
Salah satu caranya adalah
dari
berbagai
macam
metode
fisiologis, misalnya : konstruksi mesin, sikap
Namun kendala yang sering muncul
dan cara kerja. Dan (5). Faktor mental -
adalah keengganan sebagian besar tenaga
psikologis,
kerja untuk memakai masker pada waktu
misalnya
:
suasana
kerja,
hubungan diantara pekerja dan pengusaha
bekerja,
(Suma'mur, 1994).
pembinaan tentang manfaat masker. Dan hal
meskipun
mereka
telah
diberi
Berdasarkan hasil survei pendahuluan
ini akan menyebabkan penimbunan debu
yang penulis lakukan pada bulan Mei 2002,
dalam paru dalam waktu yang lama (Wijaya,
diketahui kadar debu udara rata-rata di
1993).
ruang tenun Weaving I PT. Kusumahadi
Tujuan dari penelitian ini adalah : (1).
Santosa Jaten di Karanganyar sebesar 4,35
Mengetahui
mgr/m3.. Sedangkan menurut surat edaran
pemakaian
Menteri
:
fungsi paru pada tenaga kerja yang terpapar
SE.01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang
debu kapas. (2). Mengetahui kadar debu
Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan
kapas di lingkungan kerja Weaving I PT.
udara. Dengan hasil
Kusumahadi Santosa Jaten di Karanganyar.
ini maka kadar debu udara rata-rata di ruang
Dan (3). Mengetahui kondisi fungsi paru
tenun Weaving I telah melebihi ambang
pada tenaga kerja yang disiplin dan tidak
batas yang diperbolehkan. Jika hal ini
disiplin memakai masker.
Tenaga
Kerja adalah 2
Kerja
mg/m3
dibiarkan saja maka
Nomor
dapat mengganggu
pengaruh masker
terhadap
kedisiplinan penurunan
Penelitian ini diharapkan memberikan
kesehatan dan kenyamanan kerja. Adapun
manfaat
salah satu gangguan kesehatan tenaga kerja
pengetahuan bagi pengusaha dan tenaga
yang diakibatkan oleh pemaparan debu
kerja tentang akibat yang ditimbulkan dari
kapas, adalah terjadinya penurunan fungsi
pemaparan debu kapas. (2). Menyadarkan
paru yang merupakan salah satu penyakit
tenaga kerja untuk memakai masker secara
akibat kerja.
disiplin. Dan (3). Sebagai sarana penerapan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
12
dan
mengendalikan
serta
ilmu
yaitu
hyperkes
:
serta
(1).
dapat
Memberikan
menambah
pengetahuan tentang ilmu hyperkes.
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. I, No. 1, Juni 2008 Hal 11-18
METODE PENELITIAN
sifat variabel yang meliputi, kedisplinan
Subyek pada penelitian ini adalah tenaga
kerja
bagian
Weaving
I
memakai masker, jenis kelamin, kebiasaan
PT.
merokok, usia dan kebiasaan berolah raga.
Kusumahadi Santosa Jaten di Karanganyar .
Serta (2). Data kuantitatif yaitu data yang
Jenis penelitian yang digunakan adalah
berhubungan dengan angka-angka hasil dari
penelitian analitik observasional. Pendekatan
pengukuran maupun dari nilai suatu data
yang digunakan adalah cross sectional dengan
kualitatif dan kuantitatif, yang meliputi : (a).
mempelajari dinamika korelasi antara faktor
Data diskrit yaitu data yang diperoleh
resiko pemakaian masker dengan efek fungsi
melalui perhitungan yang meliputi, jumlah
paru, yang diobservasi pada satu saat.
tenaga kerja dan masa kerja. Serta (b). Data
Tempat penelitian adalah di ruang
kontinyu yaitu data yang diperoleh melalui
Tenun bagian Weaving 1 PT. Kusumahadi
pengukuran yang meliputi kadar debu,
Santosa Jaten di Karanganyar.
kelembaban, tekanan panas dan penurunan
Variabel dalam penelitian ini meliputi : (1).
Variabel
bebas
yaitu
fungsi paru.
kedisiplinan
Sumber data dalam penelitian ini
memakai masker, (2). Variabel terikat yaitu
adalah : (1). Data primer yaitu data yang
penurunan fungsi paru, (3). Variabel kendali
diperoleh dari hasil pengukuran kapasitas
yaitu usia, jenis kelamin dan lingkungan
fungsi paru, kadar debu, iklim kerja, dan
kerja, serta (4). Variabel pengganggu yaitu
hasil
penyakit paru, kebiasaan merokok, kebiasaan
tempat kerja. Dan (2). Data sekunder yaitu
berolah raga dan lingkungan tempat tinggal.
data dari dokumen hasil pengukuran rutin di
Populasi dalam penelitian ini adalah 28 orang tenaga kerja yang bekerja di bagian Weaving 1 PT. Kusumahadi Santosa Jaten di Karanganyar,
sedangkan
sampel
dalam
ruang
wawancara
Tenun
dengan
bagian
responden
Weaving
I.
di
PT.
Kusumahadi Santosa Jaten di Karanganyar. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara : (1). Wawancara
penelitian ini diambil dengan cara purposive
langsung
quota random sampling dimana subyek dipilih
berpedoman
berdasarkan ciri dan jumlah yang telah
Pengukuran fungsi paru pada tenaga kerja
ditetapkan, yaitu 22 orang dengan perincian
yang disiplin memakai masker dan tenaga
11 orang untuk tenaga kerja yang disiplin
kerja yang tidak disiplin memakai masker,
memakai masker dan 11 orang lagi untuk
dengan menggunakan alat spirometer. (3).
tenaga kerja yang tidak disiplin memakai
Pengukuran
masker. Kriteria yang ditetapkan adalah :
menggunakan alat personal dust sampler. Dan
wanita, tidak memiliki riwayat sakit paru,
(4). Pengukuran iklim kerja.
pada pada
responden kuesioner.
kadar
debu
dengan (2).
dengan
umur 27-43 tahun, masa kerja lebih dari 5
Pengolahan data dalam penelitian ini
tahun, bekerja pada lingkungan kerja yang
dilakukan dengan cara : (1). Editing yaitu
sama dan bersedia dijadikan sampel.
menyusun dan menyeleksi data yang telah
Data dalam penelitian ini meliputi : (1).
terkumpul. (2). Tabulating yaitu memasukkan
Data kualitatif yaitu data yang berhubungan
data ke dalam tabel agar mudah dibaca. Dan
dengan sifat kategorisasi karakteristik atau
(3). Analyzing yaitu menganalisis data yang
Pengaruh Kedisiplinan Memakai Masker … (Betty Suce Nerentina dan Dwi Linna Suswardany)
13
dilakukan dengan uji siatistik chi kuadrat. Analisis data dalam penelitian ini
dilihat pada tabel 3. Sedang (b). Keluhan batuk dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :
dilakukan dengan membandingkan fungsi paru tenaga kerja yang disiplin memakai
Tabel 3. Hasil Kuesioner Keluhan Sesak Nafas pada Tenaga Kerja di Ruang Tenun Weaving I
masker dengan yang tidak disiplin memakai masker
yang
dilakukan
dengan
menggunakan uji statistik chi kuadrat.pada
PPemakaian Masker
Keluhan
taraf signifikan 5 %. Disiplin
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Lingkungan Kerja Hasil pengukuran kadar debu dapat dilihat
pada
tabel
1,
sedangkan
Tidak disiplin memakai masker Total
Ya
Tidak
1
10
11
7
4
11
8
14
22
hasil
pengukuran tekanan panas dan kelembaban
Tabel 4. Hasil Kuesioner Keluhan Batuk pada Tenaga Kerja di Ruang Tenun Weaving I
dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Debu di Ruang Tenun Weaving I Waktu
memakai
Total (Orang)
Pemakaian Masker
Berat filter
Berat filter
FR
Kadar debu
Sesudah (g)
Sebelum (g)
1/menit
mg/m3
10.00-10.30
0.0636
0,0634
2.5
2,66
10.45-11.15
0,0620
0,0616
2,5
5,33
11.30-12.00
0.0617
0,0614
2,5
4
12.30-13.00
0,0766
0,0763
2,5
4
Total (orang)
Keluhan Ya
Tidak
Disiplin memakai masker Tidak disiplin memakai masker
3
8
11
8
3
11
Total
11
11
22
Hasil Pengukuran Fungsi Paru Hasil pengukuran fungsi paru tenaga kerja yang disiplin memakai masker dapat
Tabel 2. Hasil Pengukuran Tekanan Panas dan Kelembaban di Ruang Tenun Weaving I ta°C
tt°C Tg°C
Kelembaban
ISBB °C
33
29
34
(%) 73
32,5
34 33 33
29 28 29
35 34 34
68 67 73
33,2 32,2 32,5
Hasil Kuesioner Keluhan Hasil jawaban kuesioner keluhan yang meliputi : (a). Keluhan sesak nafas dapat
14
dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Hasil Pengukuran Fungsi Paru Tenaga Kerja yang Disiplin Memakai Masker di Ruang Tenun Weaving I Keadaan Fungsi Paru
Jumlah Tenaga Kerja (orang)
Persentase (%)
Normal
9
81,82
Restruksi
2
18,18
Obstruksi
0
0
Mixed
0
0
Total
11
100
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. I, No. 1, Juni 2008 Hal 11-18
kantor 1.000 m2, fasilitas lain dan taman Hasil pengukuran fungsi paru tenaga
33.000m2. Karyawan di PT. Kusumahadi Santosa
kerja yang tidak disiplin memakai masker Dan
Jaten berjumlah 1.817 orang. PT. Kusumahadi
perbandingan hasil pengukuran fungsi paru
Santosa Jaten ini memberlakukan jam kerja
tenaga kerja yang disiplin memakai masker
selama delapan jam sehari atau 40 jam
dengan yang tidak daapat dilihat pada tabel
seminggu, dari hari Senin sampai hari Sabtu.
7.
Khusus untuk bagian produksi (Weaving dan
dapat
dilihat
pada
tabel
6
Finishing) berlaku jam kerja selama 24 jam Tabel 6. Hasil Pengukuran Fungsi Paru pada Tenaga Kerja yang Tidak Disiplin Memakai Masker di Ruang Tenun Weaving I
yang terbagi dalam 4 shift dan berdasarkan pada jadwal yang telah ditentukan yaitu : (1). Shift pagi : 06.00 - 14.00 WIB. (2). Shift siang : 14.00 - 22.00 WIB. (3). Shift malam : 22.00 -
Keadaan Fungsi Paru
Jumlah Tenaga Kerja (Orang)
Persentase (%)
Normal
3
27,27
Restruksi
8
72,73
Obstruksi
0
0
Mixed
0
0
dan satu hari libur, begitu seterusnya. Selama
Total
11
100
jam kerja untuk istirahat diberikan waktu
06.00 WIB. Dan (4). Shift normal : 08.00 16.00 WIB. Pergantian shift dilakukan setiap dua hari sekali yaitu dua hari masuk pagi, dua hari masuk siang, dua hari masuk malam
satu jam kecuali hari Jum'at 1,5 jam. Tabel 7. Perbandingan Hasil Pengukuran Fungsi Paru pada Tenaga Kerja yang Disiplin dengan yang Tidak Disiplin Memakai Masker di Ruang Tenun Weaving I
PT. Kusumahadi Santosa Jaten hanya melakukan proses Weaving, Finishing dan Printing. Untuk di bagian produksi (Weaving dan Finishing) merupakan suatu unit yang menghasilkan kain grey dan kain jadi. Untuk
Pemakaian Masker
Fungsi Paru
Disiplin memakai Tidak disiplin memakai masker Total
Normal 9 3
Tidak Normal 2 8
Total (Orang) 11 11
Weaving I kapasitas produksinya kurang lebih 1,6 yard perbulan yang dikerjakan dengan mesin sebanyak 543 buah. Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
12
10
bahwa kadar debu kapas di ruang tenun
22
bagian Weaving I adalah 3,99 mgr/m3 PT.
Kusumahadi
Santosa
Jaten
di
udara. Sedangkan menurut surat edaran
Karanganyar ini bergerak di bidang tekstil
Menteri
dengan menghasilkan kain rayon dan katun
SE.01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang
yang proses produksinya meliputi Weaving,
Batas
Finishing dan Printing. Perusahaan didirikan
Lingkungan Kerja untuk debu kapas adalah
(NAB)
Faktor
Kerja Kimia
Nomor di
:
Udara
terdiri dari
2 mg/m3 udara. Sehingga kadar debu kapas
bangunan pabrik seluas 12.295 m2, bangunan
di ruang tenun bagian Weaving I tersebut
di atas tanah seluas 47.140
m2,
Tenaga
telah melebihi NAB yang telah ditetapkan.
Pengaruh Kedisiplinan Memakai Masker … (Betty Suce Nerentina dan Dwi Linna Suswardany)
15
Kadar debu kapas sebesar 3,99 mg/m3 udara
(7,071 > 3,841). Sehingga Ho ditolak dan Ha
ini diperoleh dari rata-rata pengukuran di
diterima yang berarti ada hubungan antara
empat titik. Dengan kadar debu yang telah
kedisiplinan
melebihi NAB ini berarti tenaga kerja tidak
tenaga kerja dengan keluhan sesak nafas.
aman bekerja di tempat kerja selama delapan
Keluhan tersebut mungkin disebabkan oleh
jam tiap harinya. Hal ini disebabkan karena
debu kapas di ruang tenun bagian Weaving I.
kesehatan tenaga kerja dapat terganggu
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui
yaitu memungkinkan terjadinya penurunan
kasus keluhan batuk dari 22 sampel pada
fungsi paru.
tenaga kerja yang disiplin memakai masker
Parameter
tekanan
panas
yang
penggunaan
masker
pada
adalah tiga orang dan pada tenaga kerja yang
digunakan dalam penelitian ini adalah ISBB
tidak
(Indeks
yang
delapan orang. Berdasarkan hasil analisis Chi
diperkenankan untuk iklim kerja sesuai
Kuadrat pada taraf signifikan 5% diketahui
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
X2
Suhu
Bola
Basah).
Nilai
disiplin
hitung
memakai
masker
= 4,545 sedang X2 >
tabel
= 3,841.
X2 tabel
(4,545 >
(KEPMENAKER) No : Kep-51/MEN/1999
Dengan demikian
tentang NAB Faktor Fisika di Tempat Kerja
3,841). Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima
adalah
yang
antara
26
-
31°C.
Sedangkan
berarti
X2 hitung
adalah
ada
hubungan
kelembaban udara ruang kerja adalah antara
kedisiplinan
69 - 95%. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
tenaga kerja dengan keluhan batuk. Keluhan
bahwa
dan
tersebut mungkin disebabkan oleh debu
kelembaban 70,25% yang diperoleh dari
kapas di ruang tenun bagian Weaving I .
empat titik pengukuran. Untuk ISBB 32,6°C
Dengan hasil penelitian ini terbukti bahwa
berarti sudah melebihi NAB. Dan untuk
kedisiplinan memakai masker merupakan
kelembaban 70,25% berarti belum melebihi
salah satu cara yang dapat digunakan dalam
NAB. Dengan demikian tenaga kerja tidak
menanggulangi masalah gangguan fungsi
aman bekerja di tempat kerja ini selama
paru akibat debu kapas di perusahaan tekstil.
delapan jam tiap harinya, karena menurut
Hal ini dapat dipahami, karena masker
Clayton dan Clayton (1978) lingkungan kerja
berfungsi untuk mencegah masuknya debu
yang terlalu panas dapat menyebabkan heat
ke saluran pernafasan sehingga dengan
stroke, heat exhaustion, heat cramp dan heat
disiplin memakai masker maka debu dapat
cyncope.
terhalang masuk dalam saluran nafas dan
hasil
ISBB
adalah
32,6°C
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui
penggunaan
antara
masker
pada
fungsi paru dapat terjaga.
kasus keluhan sesak nafas dari 22 sampel
Beberapa upaya penanggulangan dan
pada tenaga kerja yang disiplin memakai
pencegahan yang dapat dilakukan untuk
masker adalah satu orang dan pada tenaga
mencegah keluhan-keluhan seperti sesak
kerja yang tidak disiplin memakai masker
nafas dan batuk adalah dengan : (1).
adalah
Membersihkan
tujuh
orang.
Berdasarkan
hasil
analisis Chi Kuadrat pada taraf signifikan 5% diketahui
X2 hitung
= 7,071, sedang
3,841. Dengan demikian X2
16
hitung
X2 tabel > X2
dengan
alat
debu
kapas
penyedot
di
ruangan
debu.
(2).
=
Membersihkan lantai dengan cara mengepel
tabel
lantai. (3). Pemeriksaan kesehatan tenaga
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. I, No. 1, Juni 2008 Hal 11-18
kerja secara berkala. Dan (4). Tenaga kerja
Tenaga kerja yang disiplin memakai
yang telah nyata menderita penyakit akibat
masker pada penelitian ini ternyata masih
pengaruh debu kapas sebaiknya segera
ada yang mengalami gangguan fungsi paru,
dipindahkan ke tempat yang kurang atau
demikian juga pada tenaga kerja yang tidak
tidak mengandung bahaya debu kapas.
disiplin memakai masker ternyata ada yang
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui
tidak mengalami gangguan fungsi paru. Hal
bahwa dari hasil pemeriksaan fungsi paru
ini dapat terjadi, mungkin disebabkan karena
tenaga kerja yang
berjumlah 22 orang,
: (1). Tenaga kerja tidak sungguh-sungguh
didapatkan 10 orang (45,45%) tenaga kerja
dalam pemeriksaan, misalnya inspirasi yang
mengalami gangguan fungsi paru dan 12
kurang maksimum, ekspirasi yang kurang
orang (54,55%) tenaga kerja memiliki fungsi
kuat dan udara tidak seluruhnya keluar
paru normal. Gangguan fungsi paru ini
melalui mouth piece. (2). Tenaga kerja kurang
berupa restruksi, yaitu gangguan dengan
sungguh-sungguh
ketentuan persentase FVC 80% atau lebih dan
kuesioner. Dan (3). Masker yang dipakai
persentase FEVI 70% atau lebih (Soejarsono,
kurang efektif dalam menahan debu.
dalam
menjawab
1994). Secara terperinci dapat dijelaskan bahwa dari 11 sampel tenaga kerja yang disiplin memakai masker terdapat dua orang
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan
penelitian
yang
telah
(18,18%) mengalami gangguan fungsi paru
dilakukan maka dapat disimpulkan hal-hal
dan
sebagai berikut : (1). Ada hubungan antara
sembilan
orang
(81,82%)
tidak
mengalami gangguan fungsi paru (normal).
kedisiplinan
Sedangkan dari 11 sampel tenaga kerja yang
penurunan fungsi paru pada tenaga kerja di
tidak disiplin memakai masker, terdapat
ruang
enam
tenun
memakai bagian
masker Weaving
dengan I
PT.
yang
mengalami
Kusumahadi Santosa Jaten di Karanganyar,
dan
tiga
orang
(2). Kadar debu rata-rata di ruang tenun
(27,27%) yang tidak mengalami gangguan
bagian Weaving I PT. Kusumahadi Santosa
fungsi paru (normal)
Jaten adalah sebesar 3,99 mg/m2 udara. (3).
orang
gangguan
(72,73%)
fungsi paru
data tersebut diketahui
Berdasarkan hasil pengukuran fungsi paru
bahwa gangguan fungsi paru lebih banyak
diketahui pada tenaga kerja yang disiplin
terjadi pada tenaga kerja yang tidak disiplin
memakai
memakai masker jika dibandingkan dengan
(81,82%) normal dan dua orang (18,18%)
tenaga kerja yang disiplin memakai masker.
mengalami gangguan fungsi paru berupa
Berdasarkan hasil analisis Chi Kuadrat pada
restruksi, sedang pada tenaga kerja yang
= 6.6
tidak disiplin memakai masker didapatkan
sedang X2 tabel = 3,841. Dengan demikian X2
tiga orang (27,27%) normal dan delapan
Berdasarkan
taraf signifikan 5% diketahui X2
hitung
> X2
tabel
hitung
(6,6 > 3,841). Sehingga Ho
ditolak dan Ha diterima
yang berarti ada
masker
ada
sembilan
orang
orang (72,73%) mengalami gangguan fungsi paru berupa restruksi.
hubungan antara kedisiplinan penggunaan
Berdasarkan kesimpulan di atas maka
masker pada tenaga kerja dengan kapasitas
penulis memberikan beberapa saran sebagai
fungsi paru.
berikut : (1). Bagi Pengusaha : (a). Sebaiknya
Pengaruh Kedisiplinan Memakai Masker … (Betty Suce Nerentina dan Dwi Linna Suswardany)
17
mengusahakan
kadar
debu
kapas
di
kerja
secara
berkala,
yang
hendaknya
lingkungan kerja di bawah NAB yaitu di
difokuskan pada organ dan system tubuh
bawah 2 mg/m3 udara, (b). Ada baiknya
yang mungkin terpengaruh oleh debu kapas,
mengingatkan tenaga kerja untuk tetap
misalnya
disiplin
cara
pernafasan untuk membantu kesehatannya,
tentang
(2). Bagi Tenaga Kerja : (a). Sebaiknya terus
memakai
memasang
masker
sebuah
dengan
peringatan
dengan
sistem
pemeriksaan
pentingnya pemakaian masker di ruang
meningkatkan
tenun bagian Weaving 1. (c). Sebaiknya ada
memakai masker selama bekerja di bagian
pemindahan
fungsi
Weaving I. (b). Hendaknya selalu menjaga
parunya telah terpengaruh oleh debu kapas
kebersihan masker, dengan cara mencuci
ke lingkungan kerja yang kurang kadar
masker setiap hari.
debunya
tenaga
atau
kerja
tidak
yang
berbahaya.
kesadaran
untuk
disiplin
(d).
Sebaiknya ada pemeriksaan kesehatan tenaga
DAFTAR PUSTAKA DEPNAKER R. I., 1997, Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja, DEPNAKER RI. Jakarta. DEPNAKER R. I., 1999, Keputusan Menteri Tenaga Kerja No : Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, DEPNAKER RI. Jakarta. Heryuni, 1991, Pemeriksaan Kadar Debu dalam Udara Lingkungan Kerja : Pusat Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Jurnal Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Vol. XXVI, No. 2. Simanjuntak, 1991, Kelestarian Usaha dan Pengembangan Potensi Ekonomi dari Investasi Melalui Perlindungan Tenaga Kerja. PUSPERKES dan DEPNAKER RI, Jakarta. Soejarsono, 1994, Petuniuk Praktikum Fungsi Paru dengan Spirometer. Program D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta. Suma'mur, P. K., 1994, Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gunung Agung. Jakarta. Suma'mur, P. K., 1997, Byssinosis : Pusat Hiperkes Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Jurnal Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Volume XII, No. 3 dan 4. Wijaya C., 1993, Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja, Buku Kedokteran Indonesia, Jakarta . Clayton, G. D., dan Clayton, F. E., 1979, Patty’s Industrial Hygiene and Toxikologi. Third Revised Editing General Principles, Vol. I: Wiley Interscience Publication.
18
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. I, No. 1, Juni 2008 Hal 11-18