Judul Buku :Jaring – Jaring Kehidupan Visi Baru Epistemologi dan
Kehidupan
Pengarang : Fritjof Capra
Jumlah Halaman : 496 halaman
Ukuran Buku : 14,5 x 21 cm
Penerbit : Fajar Pustaka Baru
BAB I PENDAHULUAN
Buku Jaring-jaring Kehidupan Visi Baru Epistemologi Dan Kehidupan
adalah salah satu karya dari Fritjof Capra. Fritjof Capra adalah ilmuwan
yang namanya sedang berkibar dalam dunia ilmu modern sekarang ini karena
berbagai penetiliannya mengenai pergeseran paradigma dalam dunia ilmu
pengetahuan. Sebagai seorang fisikawan, ia menemukan bahwa selama ini dunia
ilmu pengetahuan telah terjebak dalam jalur yang salah dengan menempatkan
ilmu fisika sebagai panutan.
Fritjof Capra dikenal sebagai pemuka gerakan yang mencoba memadukan
antara sains Barat dan Mistisisme Timur. Menurutnya dalam tilikan yang
lebih dalam, ilmu fisika kuantum yang merupakan perkembangan terbaru ilmu
ini, memiliki berbagai kesejajaran dengan pandangan filsafat dunia Timur
dalam memahami dunia tentang kesatuan segala benda, ruang dan waktu, sifat
alam yang dinamik, ruang kosong dan bentuk.
Dalam buku ini, dunia ilmu sudah waktunya mengganti kiblat dari ilmu
fisika (ilmu tentang benda-benda mati) menuju biologi (ilmu tentang benda-
benda hidup). Hal ini didasarkan secara hierarki makhluk hidup memiliki
kompleksitas lebih tinggi dibanding benda mati. Sintesis teori – teori dan
model – model yang diajukan Fritjof Capra sebagi sebuah garis besar dari
sebuah teori yang sedang muncul mengenai sistem-sistem hidup yang
menawarkan suatu pandangan terpadu tentang pikiran, materi dan kehidupan.
Buku ini terdiri atas empat pokok pembahasan dimana masing-masing
pokok bahasan memiliki sub pokok bahasan. Pada pokok pembahasan pertama
mengenai Konteks Kultural terdiri atas satu bab dengan tujuh sub bab. Pada
pembahasan kedua mengenai Munculnya Pemikiran Sistem terdiri atas tiga bab
dengan 20 sub bab. Pokok bahasan ketiga dalam buku ini adalah mengenai
Kepingan Teka Teki yang terdiri atas dua bab dengan 25 sub bab. Pembahasan
terakhir buku ini adalah mengenai Asal Mula Kehidupan yang terdiri atas
enam bab dan 46 sub bab.
BAB II ISI
Munculnya Pemikiran Sistem
1. Dari Bagian – Bagian Menuju Keseluruhan
Selama abad ini, perubahan dari paradigma mekanistik menjadi
ekologis telah berjalan dalam pola kecepatan yang berbeda – beda
diberbagai bidang ilmiah. Ketegangan yang utama adalah antara bagian-
bagian dan keseluruhan. Penekanan pada bagian-bagian disebut
mekanistik, reduksionis atau atomik; penekanan pada keseluruhan
disebut holistik, organismik atau ekologis. Di abad 20 ilmu yang
berperspektif holistik telah dikenal sebagai ilmu 'sistemik' dan cara
berfikir yang dihasilkannya disebut 'pemikiran sistem'.
Ciri utama pemikiran sistem muncul secara simultan dalam
beberapa disiplin selama paruh pertama abad ke-20, khususnya selama
tahun 1920-an. Pemikiran sistem diprakarsai oleh para biolog yang
menekankan pandangan mengenai organisme hidup sebagai keseluruhan yang
terpadu. Selanjutnya diperkaya oleh psikologi gestalt dan ilmu ekologi
baru.
Subtansi dan Bentuk
Diawal perkembangan filsafat dan ilmu Barat, aliran
Phytagorean membedakan 'bilangan' atau pola, dari substansi atau
materi, memandangnya sebagai sesuatu yang membatasi dan memberi
bentuk kepada materi. Sebagai contoh adalah argumen yang dilonarkan
Gregory Bateson " apakah anda menanyakan tentang substansi
pembuatnya tanah, api air dan sebagainya? Atau apakah anda
menanyakan bagaimanakah polanya?" Para filfus Phytagorean lebih
memilih menyelidiki polanya ketimbang menyelidiki substansinya.
Selain aliran Phytagorean, Aristoteles biolog pertama
dalam tradisi Barat juga membedakan antara materi dan bentuk, namun
pada saat yang sama menghubungkan keduanya melalui proses
perkembangan. Aristoteles percaya bahwa bentuk tak mempunyai
eksistensi terpisah melainkan imanen didalam materi. Begitu juga
tak ada materi yang dapat berada secara terpisah dari bentuk.
Menurut Aristoteles, materi memuat sifat pokok semua benda tetapi
hanya secara potensial. Melalui bentuklah esensinya menjadi nyata
atau aktual. Proses realisasi diri esensi dalam fenomena aktual
oleh Aristoteles disebut entelechy ( pemenuhan diri ). Filsafat dan
ilmunya mendominasi pemikiran Barat selama dua ribu tahun setelah
kematiannya, selama itu otoritasnya hampir tak pernah dipertanyakan
sama halnya dengan Gereja.
Mekanisme Cartesian
Di abad ke-16 dan ke-17 pandangan dunia abad pertengahan yang
didasarkan pada filsafat aristoteles dan teologi kristen berubah
secara radikal. Pengertian alam semesta yang organik, hidup dan
spiritual digantikan oleh pengertian dunia sebagai sebuah mesin.
Perubahan ini dihasilkan oleh penemuan-penemuan baru didalam
fisika, astronomi, dan matematika yang dikenal sebagai Revolusi
ilmiah dan dihubungkan dengan nama-nama seperti Copernicus,
Galileo, Descartes, Bacon dan Newton.
Galileo melarang ilmu mempelajari kualitas, ilmu dibatasi
hanya untuk mempelajari fenomena yang dapat diukur dan
dikuantifikasi. Rene Descartes menciptakan metode berpikir analisis
yaitu dengan memecah-mecah fenomena yang rumit ke dalam kepingan-
kepingan untuk mengerti prilaku keseluruhan dari sifat-sifat bagian-
bagiannya. Alam semesta material, yang meliputi organisme-organisme
hidup bagi Descartes adalah sebuah mesin yang pada prinsipnya dapat
dimengerti seluruhnya dengan menganalisa bagian-bagiannya yang
terkecil. Kerangka konseptual ini kemudian disempurnakan oleh Isaac
Newton dalam Mekanika Newton.
Dalam biologi, binatang masih dianggap sebagai sebuah mesin,
kendatipun lebih rumit dari mesin jam. Oleh sebab itu mekanisme
cartesian diungkapkan dalam dogma bahwa hukum biologi pada akhirnya
dapat direduksi kepada hukum-hukum fisika kimia.
Gerakan Romantik
Oposisi yang kuat terhadap paradigma mekanistik Cartesian
datang dari gerakan Romantik dalam seni, sastra dan filsafat diabad
ke-18 dan ke-19. Dalam Critique of Judgement, Imanuel Kant
berargumen bahwa organisme hidup berbeda dengan mesin. Gerakan
romantik memandang bahwa alam sebagai keseluruhan yang sangat
harmonis, menuntun beberapa ilmuwan pada masa itu memperluas
penyelidikan mereka akan keseluruhan hingga mencakup seluruh planet
dan melihat bumi sebagai keseluruhan yang terpadu, sebuah benda
hidup. Pada akhir abad ke-18 dan permulaan abad ke-19, pengaruh
gerakan romantik telah begitu kuat sehingga perhatian utama para
biolog bukan lagi pada bentuk biologis dan persoalan-persoalan
mengenai komposisi material menjadi hal sekunder.
Vitalisme
Kejayan biologi abad ke-19 memapankan konsepsi kehidupan yang
mekanistik sebagai sebuah dogma dikalangan para biolog. Sebelum
organisisme lahir, banyak biolog terkemuka mengalamai suatu fase
vistalisme, dan perdebatan antara mekanistik dan holistik menjadi
suatu antara mekanisme dan vitalisme.
Di abad ke-20 muncul biologi organisisme. Baik vitalisme
maupun organisisme, keduanya menolak reduksi biologi menjadi fisika
dan kimia. Perilaku sebuah organisme hidup sebagai sebuah
keseluruhan yang terpadu tak dapat dimengerti hanya dengan
mempelajari bagian-bagiannya. Biolog vitalis menerangkan bahwa
suatu entitas non fisik, daya atau medan harus ditambahkan kepada
hukum-hukum fisika dan kimia untuk memahami kehidupan. Para biolog
organisisme bersikeras bahwa bahan tambahan itu adalah pengertian
mengenai 'pengaturan diri' atau 'pengaturan hubungan-hubungan'.
Pengaturan hubungan-hubungan ini merupakan pola-pola hubungan
imanen dalam struktur fisik organisme tersebut, para biolog
organismik menyatakan bahwa tidak dibutuhkan entitas yang terpisah
dan non fisik untuk memahami kehidupan. Pemahaman mengenai pola
pengaturan diri merupakan kunci untuk memahami sifat dasar
kehidupan itu.
Biologi Organismik
Selama awal abad ke-20, para biolog organismik yang menentang
mekanisme maupun vitalisme, menggarap persoalan bentuk biologis
dengan semangat baru. Pakar biokimia Lawrence Henderson berpengaruh
melalui pemakaian awal istilah 'sistem' untuk menunjukkan organisme-
organisme hidup maupun sistem-sistem sosial. Sejak saat itu, sebuah
sistem menjadi berarti suatu keseluruhan yang padu, yang sifat-
sifat dasarnya muncul dari hubungan-hubungan di antara bagian-
bagiannya dan pemikiran sistem merupakan pemahaman atas fenomena di
dalam konteks suatu keseluruhan yang lebih besar. Memahami benda-
benda secara sistemik harfiahnya berarti menaruhnya di dalam sebuah
konteks, untuk menetapkan sifat dasar hubungan-hubungannya.
Pemikiran sistem
Selama paroh abad ke-20 para biolog melahirkan suatu cara
berpikir baru yakni 'pemikiran sistem' dalam kerangka keterkaitan,
hubungan-hubungan, konteks. Dalam pandangan sistem, sifat-sifat
dasar sebuah organisme atau sistem hidup adalah sifat-sifat
keseluruhannya tidak dimiliki oleh bagian-bagian. Sifat itu muncul
dari interaksi dan hubungan antara bagian-bagian.
Fisika kuantum juga berpendapat demikian, bahwa kita tidak
dapat menguraikan dunia ke dalam unit-unit elmenter yang berada
secara bebas. Alam tidak menunjukkan pada kita balok-balok
bangunan, melainkan lebih memperlihatkan suatu jaringan kompleks
hubungan-hubungan di antara aneka bagian dari sebuah keseluruhan
yang utuh. Munculnya pemikiran sistem merupakan sebuah revolusi
menyeluruh dalam sejarah pemikiran ilmiah Barat.
Dalam ekologi, para biolog organismik menemukan keseluruhan
yang tak dapat direduksi di dalam organisme. Ilmu ekologi tumbuh di
abad ke-19 dimana para biolog mulai mempelajari komunitas-
komunitas. Dengan adanya berpikir sistemik , ilmu ekologi menjadin
semakin kaya yakni memandang sebuah komunitas ekologis sebagai
suatu kumpulan organisme yang terikat ke dalam suatu keseluruhan
fungsional oleh hubungan-hubungan timbal balik.
Sebagian besar organisme bukan hanya sebagai anggota
komunitas ekologis tetapi juga menjadi anggota ekosistem-ekosistem
kompleks itu sendiri. Dengan demikian ada tiga jenis sistem hidup
yakni organisme, bagian-bagian organisme, dan komunitas organisme
yang semuanya adalah keseluruhan yang terpadu dimana sifat-sifat
dasarnya muncul dari interaksi-interaksi dan kesalingketergantungan
bagian-bagiannya.
2. Teori – Teori Sistem
Dalam pemikiran sistem terdapat kriteria utama yang perlu
diperhatikan. Pertama ialah perubahan dari bagian-bagian menjadi
keseluruhan. Sistem hidup merupakan keseluruhan yang sifat-sifatnya
tidak dapat direduksi kepada sifat-sifat bagian yang lebig kecil.
Sifat dasar itu muncul dari hubungan-hubungan yang mengatur bagian-
bagian. Sifat-sifat sistemik akan hilang ketika sebuah sistem di
analisis menjadi unsur-unsur yang terisolir.
Kriteria yang utama berikutnya adalah kemampuan mengubah
perhatian secara bolak balik diantara level-level sistem. Secara umum
level-level sistem yang berbeda – beda memiliki level-level
kompleksitas yang berbeda pula. Dalam perubahan dari pemikiran
mekanistik menjadi pemikiran sistem hubungan diantara bagian-bagian
dan keseluruhan telah dibalik. Ilmu pengetahuan Cartesian percaya
bahwa di dalam sistem kompleks apa pun, perilaku keseluruhan dapat
dianalisis dalam kerangka sifa-sifat bagiannya. Ilmu pengetahuan
sistemik memperlihatkan bahwa sistem-sistem hidup tak dapat di
mengerti melalui analisis. Sifat-sifat bagian-bagian bukanlah sifat
intrinsik, melainkan dapat di mengerti hanya di dalam konteks
keseluruhan yang lebih besar.
Dalam pandangan mekanistik, dunia adalah kumpulan objek-objek,
dimana objek-objek ini saling berinteraksi satu sama lain. Akan tetapi
hubungan yang terjadi bersifat sekunder. Dalam pandangan sistem, objek-
objek itu sendiri adalah jaringan-jaringan hubungan-hubungan yang
terlekat dalam jaringan yang lebih besar. Hubungan-hubungan yang
terjadi bersifat primer, sedangkan batas-batas pola yang dapat dikenal
bersifat sekunder.
Dengan demikian, pemikiran sistem meliputi perubahan dari ilmu
pengetahuan objektif menjadi sebuah struktur yang didalamnya
epistemologi menjadi suatu bagian integral teori-teori ilmiah.
Kriteria pemikiran sistem ini saling bergantung satu sama lain. Alam
dipandang sebagai sebuah jaringan hubungan-hubungan timbal balik, yang
didalamnya penamaan pola-pola spesifik sebagai 'objek-objek'
tergantung pada manusia pengamatnya dan proses mengetahuinya.
Selama paroh abad ke-20, muncul pemikiran baru yakni pemikiran
proses. Dalam ilmu pengetahuan sistem, setiap struktur dipandang
sebagai manifestasi proses-proses yang mendasarinya. Pemikiran sistem
senantiasa merupakan pemikiran proses. Aspek proses pertama kali
ditekankan oleh biolog Austria Ludwig von Bertalanffy. Ludwig
dianggap sebagai perumus pertama kerangka teoritis komprehensif yang
mendeskripsikan prinsip-prinsip pengaturan sistem-sistem hidup.
Tektologi merupakan usaha pertama dalam sejarah ilmu pengetahuan
untuk mencapai sebuah perumusan prinsip-prinsip pengaturan yang
beroperasi di dalam sistem-sistem hidup dan yang tak hidup.
Sebelum tahun 1940-an, istilah sistem dalm pemikiran sistem
telah dipakai oleh beberapa ilmuwan, namun konsep-konsep mengenai
suatu sistem terbuka dan teori sistem umumlah yang menetapkan
pemikiran sistem sebagai gerakan ilmiah yang utama. Teori umum sistem
adalah suatu ilmu umum mengenai 'keseluruhan' yang hingga kini
dianggap suatu konsep yang kabur, samar-samar dan semi-metafisik.
Karena ilmu pengetahuan berurusan dengan 'keseluruhan-keseluruhan yang
teratur', teori sistem umum akan sama pentingnya dengan teori
probabilitas karena ilmu pengetahuan berkenaan dengan 'kemungkinan-
kemungkinan peristiwa'. Ludwig von Bertalanffy mengungkapkan mengenai
sistem terbuka dan sistem tertutup. Menurutnya organisme bukanlah
sebuah sistem tertutup yang statis melainkan sistem terbuka dimana
aliran materi terus menerus masuk dari, dan keluar menuju lingkungan
sekitarnya.
3. Logika Pikiran
Sementara Ludwig von Bertalanffy menggarap teori umum sistem,
berbagai usaha mengembangkan mesin-mesin yang membimbing diri sendiri
dan mengatur diri sendiri menghasilkan sebuah bidang penyelidikan yang
baru yang berdampak besar bagi pengembangan lebih lanjut pandangan
hidup sistem. Beberapa disiplin ilmu telah mengilhami Nobert Wiener
untuk menemukan sibernetika. Sibernetika didefinisikan sebagai ilmu
tentang 'kontrol dan komunikasi dalam hewan dan mesin'.
Sejak awal sibernetika, Nobert Wiener menyadari bahwa umpan
balik merupakan konsep penting untuk memodelkan bukan hanya organisme
hidup tetapi juga sistem sosial. Dari sudut pandang sejarah pemikiran
sistem, salah satu aspek penting studi ekstensif sibernetika mengenai
putaran umpan balik ialah pengakuan bahwa putaran itu menggambarkan
pola-pola pengaturan atau organisasi.
Bagian penting dalam sibernetika ialah teori informasi diakhir
tahun 1940-an. Teori informasi kemudian lebih berkonsentrasi pada
masalah bagaimana menerima pesan, menyandikannya sebagai suatu tanda,
melalui suatu saluran yang bising. Akan tetapi Nobert Wiener juga
menekankan bahwa pesan yang disandikan tersebut pada dasarnya adalah
suatu pola pengaturan dan dengan melukiskan sebuah analogi antara pola-
pola komunikasi tersebut dengan pola-pola pengaturan didalam organisme
yang selanjutnya menjadi dasar bagi pemikiran tentang sistem-sistem
hidup dalam kerangka pola-pola. Ross Ashby mendefiniskan sibernetika
sebagai studi mengenai sistem-sistem yang terbuka pada energi tetapi
tertutup pada informasi dan kontrol.
Karena keterikatannya dengan ilmu mekanistik dan hubungan
eratnya dengan kemiliteran, sibernetika menjadi populer di antara
bidang usaha ilmiah. Selama bertahun-tahun penyebaran pesat komputer
pada seluruh strata masyarakat industrial menimbulkan perubahan yang
mendalam dalam semua area kehidupan. Dalam beberapa tulisannya,
Nobert Wiener memperlihatkan sikap arif dalam ramalannya tentang
dampak sosial komputer. Semakin meningkat teknologi, semua bentuk
kebudayaan menjadi tunduk kepada teknologi dan inovasi teknologi,
dibandingkan meningkatkan kesejahteraan manusia.
Pemiskinan spiritual dan hilangnya keanekaragaman kultural
karena pemakaian komputer yang berlebihan berdampak serius khususnya
dibidang pendidikan. Ketika komputer digunakan untuk belajar maka
makna belajar telah berubah. Pemakaian komputer dalam pendidikan kerap
kali dipuji sebagai revolusi yang benar-benar mentransformasikan
setiap aspek proses pendidikan. Namun demikian, dalam penggunaannya
banyak efek-efek yang berbahaya yang mungkin diakibatkan oleh
penerapan komputer dalam pendidikan yang berlebihan.
Pemikiran komputer disekolah didasarkan pada pandangan yang kini
sudah kedaluwarsa tentang manusia sebagai pemroses informasi yang
terus menerus memperkuat kekeliruan konsep-konsep mekanistik mengenai
pimikiran, pengetahuan dan komunikasi. Informasi ditampilkan sebagai
basis pemikiran, padahal dalam kenyataannya pikiran manusia berpikir
dengan ide-ide bukan dengan informasi.
BAB III KESIMPULAN
Dalam buku ini, dunia ilmu sudah mengganti kiblat dari ilmu fisika
(ilmu tentang benda-benda mati) menuju biologi (ilmu tentang benda-benda
hidup). Hal ini didasarkan secara hierarki makhluk hidup yang memiliki
kompleksitas lebih tinggi dibanding benda mati. Sintesis teori – teori dan
model – model yang diajukan Fritjof Capra sebagi sebuah garis besar dari
sebuah teori yang sedang muncul mengenai sistem-sistem hidup yang
menawarkan suatu pandangan terpadu tentang pikiran, materi dan kehidupan.
Pemikiran sistem diprakarsai oleh para biolog yang menekankan pandangan
mengenai organisme hidup sebagai keseluruhan yang terpadu. Selanjutnya
diperkaya oleh psikologi gestalt dan ilmu ekologi baru. Dalam mendefiniskan
substansi dan bentuk Aristoteles berpendapat bahwa materi memuat sifat
pokok semua benda tetapi hanya secara potensial. Melalui bentuklah
esensinya menjadi nyata atau aktual.
Perkembangan pemikiran bagian-bagian menjadi keseluruhan sangat
dipengaruhi oleh penemuan-penemuan yang dilakukan oleh ilmuwan. Seperti
yang dilakukan oleh Galileo yang menganggap bahwa ilmu dibatasi hanya untuk
mempelajari fenomena yang dapat diukur dan dikuantifikasi. Hal ini tentu
saja berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Aristoteles. Sehingga untuk
mempelajari sesuatu tidaklah hanya melihat pada bentuknya saja melainkan
pada materinya atau dengan kata lain secara keseluruhan. Sebuah bentuk
hanya merefleksikan esensi dari materi itu sendiri. Dengan demikian
tidaklah bijak seorang ilmuwan menentukan ilmu hanya untuk mempelajari
fenomena yang dapat di ukur dan di kuantifikasi saja jika alat untuk
mengukurnya belum ada.
Dalam pandangan sistem, sifat-sifat dasar sebuah organisme atau
sistem hidup adalah sifat-sifat keseluruhannya tidak dimiliki oleh bagian-
bagian. Sifat itu muncul karena adanya interaksi dan hubungan antara bagian-
bagian. Fisika kuantum juga berpendapat demikian, bahwa kita tidak dapat
menguraikan dunia ke dalam unit-unit elmenter yang berada secara bebas.
Alam tidak menunjukkan pada kita balok-balok bangunan, melainkan lebih
memperlihatkan suatu jaringan kompleks hubungan-hubungan di antara bagian
dari sebuah keseluruhan yang utuh. Dalam hal ini pemikiran jaringan telah
mempengaruhi bukan hanya pandangan mengenai alam tetapi juga berbicara
tentang pengetahuan ilmiah.
Teori sistem memberikan suatu kerangka konseptual bagi hubungan
antara komunitas ekologis dengan komunitas manusia. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa sifat-sifat esensial hanya bisa diperoleh dari hubungan-
hubungannya dengan benda lain atau dengan kata lain adanya rasa saling
ketergantungan. Oleh karenanya pemikiran sistem menjadi sebuah cara
berpikir baru dalam perkembangan pengetahuan ilmiah. Kelebihan buku ini
ialah memberi gambaran perkembangan pemikiran, dimana dari bagian-bagian
menuju keseluruhan yang utuh. Hanya saja dalam bukui ini terdapat kata-kata
yang sulit dipahami oleh pembaca yang masih minim kosakata.
Yang harus digaris bawahi oleh pembaca, bahwa "pemikiran sistem"
berbeda dengan "pemikiran holistik". Pemahaman holistik menunjukkan pada
suatu keseluruhan fungsional, yang mengerti kesalingtergantungan bagian-
bagiannya, tetapi melupakan nilai dan etika. Sedangkan "pandangan
(pemikiran) sistem" menambahkan definisi holistik dengan suatu yang melekat
pada lingkungan alamiah dan sosialnya. Pemikiran holistik pasti masuk
wilayah sistem, tetapi tidak sebaliknya.