INTERPRETASI DATA DAN PENARIKAN KESIMPULAN PENELITIAN
A. Interpretasi Data
Penafsiran atau interpretasi merupakan pencarian pengertian yang lebih luas tentang penemuan-penemuan. Penafsiran data tidak dapat dipisahkan dari analisis data sehingga sebenarnya penafsiran merupakan aspek tertentu dari analisa dan bukan merupakan bagian yang terpisah dari analisa. Secara umum, penafsiran adalah penjelasan yang terperinci tentang arti yang sebenarnya dari materi yang dipaparkan. Data yang telah dibuat dalam bentuk tabel, misalnya perlu diberikan penjelasan yang terperinci dengan cara: 1. Mendiskusikan tabel tersebut 2. Memberikan penafsiran terhadap data tersebut.
Mendiskusikan atau membicarakan tabel berarti memaparkan data dengan sedikt lebih tangguh dan memberikan perhatian yang lebih tanggap terhadap perbedaan-perbedaan atau hubungan-hubungan yang menyolok dari angka-angka dalam tabel. Peneliti membuat referensi terhadap nomor tabel atau grafik, dan kemudian menjuruskan perhatian kepada kolom atau item-item penting dalam tabel atau grafik tersebut. Peneliti ingin memusatkan perhatian kepada angka atau penjumlahan tertentu dan mencoba meyakinkan pembaca tentang kecenderungan kelompok atau secara umum mengadakan analisa terhadap data yang dipresentasikan. Kerja tersebut disebut diskusi. Penelitian tidak cukup hanya mendiskusikan tabel, tetapi harus bertindak lebih jauh lagi yaitu peneliti harus memberikan penafsiran atau interpretasi. Memberikan interpretasi adalah memberikan arti yang lebih luas dari penemuan penelitian. Interpretasi itu mempunyai dua aspek yaitu: a. Untuk
menegakkan
keseimbangan
suatu
penelitian,
dalam
arti
menghubungkan hasil suatu penelitian dengan penemuan penelitian lainnya.
b. Untuk
membuat
atau
menghasilkan
suatu
konsep
yang
bersifat
menerangkan atau menjelaskan.
Penafsiran juga dapat menghubungkan suatu penemuan studi eksploratif menjadi suatu hipotesa untuk suatu percobaan yang lebih teliti lainnya. Penafsiran juga berkehendak untuk membangun suatu konsep yang bersifat menjelaskan. Penafsiran sangat penting kedudukannya dalam proses analisa data penelitian, sehingga kualitas analisa dari seorang peneliti sangat bergantung dari kualitas penafsiran yang diturunkan oleh peneliti terhadap data. Stranger juga mengemukakan beberapa teknik menginterpretasikan hasil analisis data kualitatif. 1. Memperluas analisis dengan mengajukan pertanyaan. Hasil analisis mungkin masih miskin dengan makna, dengan pengajuan
beberapa
pertanyaan hasil tersebut bisa dilihat maknanya. Pertanyaan dapat berkenaan dengan hubungan atau perbedaan antara hasil analisis, penyebab, aplikasi, dan implikasi dari hasil analisis. 2. Hubungan temuan dengan pengalaman pribadi. Penelitian tindakan sangat erat kaitannya dengan pribadi peneliti. Temuan hasil analisis bisa dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman pribadi peneliti yang cukup kaya. 3. Minta nasehat dari teman yang kritis. Bila mengalami kesulitan dalam menginterpretasikan hasil analisis, mintalah pandangan kepada teman yang seprofesi dan memiliki pandangan kritis. 4. Hubungkan hasil-hasil analisis dengan literatur. Faktor eksternal yang memiliki kekuatan dalam memberikan interpretasi selain teman, atau kalau mungkin ahli adalah literatur. 5. Kembalikan pada teori. Cara lain untuk menginterpretasikan hasil dari analisis data adalah hubungkan atau tinjaulah dari teori yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi (Sukmadinata, 2006:157).
a. Tujuan Penafsiran Data
Menurut Schaltzaman dan Starauss (1973:110-111, dalam Lexy. J Moleong), tujuan yang akan dicapai dalam penafsiran data ialah salah satu diantara tiga tujuan berikut: Deskripsi semata-mata, deskripsi analitik, atau teori substansif. Pada tujuan deskripsi semata-mata, analisis menerima dan menggunakan teori rancangan organisasional dan rancangan organisasional yang telah ada dalam suatu disiplin. Dengan hasil analisis data, analisis menafsirkan data itu dengan jalan menemukan kategori-kategori (istilah mereka ialah classes, penulis) dalam data yang berkaitan dengan yang biasanya dimanfaatkan dalam disiplin dalam cara bercakap. Atas dasar itu penulis menyusunnya dengan jalan mengghubungkan kategori-kategorinya ke dalam rangka sistam kategori yang diperoleh dari data. Pada deskripsi analitik, rancangan organisasional dikembangkan dari kategori-kategori yang ditemukan dan hubungan-hubungan yang disaran atau yang muncul dari data. Dengan demikian deskripsi baru yang perlu diperhatikan dapat dicapai. Dengan pengembangan lebih lanjut menurut proses analitik, teri substantif akan menjadi kenyataan. Dengan kata lain, dalam penafsiran data tujuannya belum sepenuhnya mengarah pada penyususnan teori substantif.\ Pada penyusunan teori substantif, yang kedua dari cara di atas sudah ada seccara implisit. Untuk memperoleh teori baru, yaitu teori dari dasar, analisis harus menampakkan metafora atau rancanga yang telah dikerjakan dalam analisis. Kemudian ia mentransformasikan metafora itu ke dalam bahasa disiplinnhya.
b. Proses Umum Penafsiran Data. Analisis data, seperti yang sudah dibahas pada tahap analisis data, telah dimulai sejak di lapangan. Dengan kata lain, sejak saat itu sudah ada penghalusan data, penyusunan kategori dengan kawasannya, dan sudah ada upaya yang dimulai dalam rangka penyusunan hipotesis, yaitu teorinya sendiri. Jadi, dalam hal ini analissi data itu terjalin secara terpadu dengan penafsiran data.
Data ditafsirkan menjadi kategori yang berarti sudah
menjadi bagian dari teori dan dilengkapi dengan penyusunan hipotesis
kerjanya sebagai teori yang nantinya diformulasikan, baik secara deskriptif maupun proporsional.
c. Peranan hubungan kunci dalam penafsiran data. Langkah pertama penafsiran data ialah menemukan kategori dengan kawasannya seperti yang sudah diuraikan di atas. Langkah ini merupakan suatu langkah fundamental dalam penelitian kualitatif. Proses ini berlangsung sepanjanga penelitian berjalan. Kategori dan hubungannya diberi
label
dengan
pernyataan
sederhana
berupa
proporsi
yang
menunjukkan hubungan. Proses ini diteruskan hingga diperoleh hubungan. Proses ini diteruskan hingga diperoleh hubungan yang cukup padat, yaitu sampai analisis memukan hubungan kunci, yaitu suatu metafora, model, kerangka umum, pola yang menolak, atau garis riwayat.
d. Peranan interogasi terhadap data. Dengan adanya modal “hubungan kunci” belum berarti segala sesuatu yang diharapkan dapat muncul dari data. Menurut Schlatzman dan Strauss (1973:120, Lexy. J Moleong), analisis tidak dapat menceritakan data apa yang harus diungkapkannya, jalan ampuh yang dapat ditempuh ialah mengadakan interogasi terhadap data. Interogasi terhadap data berarti mengajukan seperangkat pertanyaan pada data sehingga terungkaplah banyak persoalan dari data itu sendiri. Kedua penulis itu mengusulkan untuk menggunakan dua macam cara pengajuan pertanyaan yang saling membantu, yaitu cara substantif dan cara logis. Kedua macam cara tersebut dimaksudkan untuk memperoleh jarak dan variasi dalam perspektif yang akan menghasilkan pertanyaan model. Dengan substantif di sii dimaksudkan kosakata abstrak peneliti yang berasal dari disiplinnya sendiri, misalnya dalam ilmu sosial adanya lembaga, ideologi, kerja, karier, prilaku kolektif, gerakan sosial, dan karisma. Dengan konsep itu peneliti sebagai analisis mulai mengajukan pertanyaan.
Cara pengajuan pertanyaan secara logis berarti cara yang biasa dilakukan dalam ilmu pengetahuan secara eksperiental, komparasi, historis, berpikir analogis, dan proses bekrja. Cara ini memberikan perbedaan yang cukup berarti dalam perspektif maupun dalam operasi dan membantu analisis menghasilkan ide yang mengaitkan suatu data dengan data lainnya dalam suatu konfigurasi. Kedua cara tersebut jelas membantu tetapi sekali lagi diperingatkan jika
peneliti
menggunakan
paradigma
alamiah
hendaknya
jangan
dipertukagantikan dengan paradigma lainnya.
e. Langkah-langkah penafsiran data dengan menggunakan analisis
komparatif dalam Rangka penyusunan Teori Substantif 1) Ketetapan Kenyataan Pada tingkat faktual, bukti yang diperoleh dari suatu kelompokan tertentu dengan digunakan untuk mengecek apakah bukti awal sudah benar. Fakta itu direplikasikan melalui pembandingan bukti-bukti dan dilakukan secara internal (dalam studi itu sendiri) maupun secara eksternal (diluar studi itu) atau kedua-duanya. Pada umumnya para ahli sepakat bahwa replikasi itu merupakan alat yang ampuh untuk memvalidasi data. 2) Generalisasi Empiris Salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui analisis perbandingan ialah generasi suatu fakta.Ada beberapa pernyataan yang dapat dikemukakan sehubungan dengan hal itu. 3) Penetapan Konsep Penggunaan lain analisi dari analisis untuk menetapkan unit atau suatu kajian suatu studi kasus. Hal ini dilakukan dengan jalan mengkhususkan dimensi konsep menghasilkan satuan. Contoh : ada peneliti yang membandingkan ciri kehidupan politik salah satu gerakan buruh dengan karakteristik
gerakan
buruh
pemberontak. Tahap pelaksanaannya:
lainnya
untuk
menemukan
sikap
a) Pembandingan kajian-kajian yang aplikatif terhadap setiap kategori. Peneliti mulai dengan meberikan kode pada setiap kejadian dari data ke dalam sebanyak mungkin kategori sejak kategori muncul dan data yang muncul dan cocok dengan kategori. b) Integrasi kategori dan kawasannya Pemberian kode diteruskan, sementara itu pembandingan antara satu kejadian dengan kejadian lainnya terus dikerjakan. Pada saat tertentu akan terjadi pembandingan antara kejadian dengan kawasan suatu kategori. Pembandingan secara tetap demikian akan menghasilkan akumulasi pengetahuan yang berkenaan kawasan suatu kategori yang sudah siap diintegrasikan. Integrasi terjadi karena kawasan itu berkaitan dalam beberapa hal dan menghasilkan suatu kesatuan yang udah. c) Pembatasan teori. Pembatasan teori dilakukan pada dua tingkatan, yaitu pada tingkatan teori dan pada kategori. Setiap kali peneliti membandingkan kejadian dengan kategori, pada mulanya akan sering terjadi modifikasi, namun lama kelamaan modifikasi itu akan berkurang. d) Penulisan teori. Pada tahap ini peneliti telah memperoleh data yang telah diberi kode, sejumlah catatan, dan teori. Sekarang penliti perlu membuat uraian dalam catatan yang akan memberikan isi pada kategori, dan hal itu nantinya menjadi tema pokok teori yang dituliskan nanti pada buku atau laporan peneltian.
B. Penarikan Kesimpulan dan Saran 1. Penarikan Kesimpulan
Generalisasi adalah penarikan suatu kesimpulan umum dari analisa penelitian. Generalisasi yang dibuat harus berkaitan dengan teori yang mendasari penelitian yang dilakukan. Setelah generalisasi dibuat, peneliti
perlu pula menarik kesimpulan-kesimpulan dari penelitian. Apakah hasil penelitian memperlihatkan hubungan-hubungan tertentu. Kesimpulan penelitian adalah pernyataan singkat tentang hasil analisis deskripsi dan pembahasan tentang hasil pengetesan hipotesis. Tujuan penulisan kesimpulan adalah untuk memberikan kesempatan dan informasi kepada para pembaca guna mengetahu secara cepat tentang apa hasil akhir yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Yang
disimpulkan
dalam
penelitian
sesuai
dengan
jawaban
permasalahan yang dirumuskan, hipotesis yang diajukan, dan tujuan penelitian. Dengan demikian, kesimpulan merupakan pernyataan atau jawaban pertanyaan dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian atau pernyataan hasil pembuktian hipotesis, apakah hipotesis yang diajukan terbukti atau tidak. Dengan kata lain, kesimpulan penelitian itu merupakan pernyataan pencapaian tujuan, apakah tujuan yang dirumuskan tercapai atau tidak. Menurut Nasution (1987), kesimpulan yang diambil harus benarbenar didasarkan atas hasil penelitian. Hendaknya jangan memasukkan halhal yang baru. Kalau ada hal yang ditemukan dalam penelitian di luar tujuan, tetapi sangat relevan, mendukung, dan merupakan informasi yang bermanfaat sebaiknya dimasukkan dalam pembahasan, diinformasikan sedemikian rupa sehingga memperkuat pembahasan hasil penelitian. Akan tetapi, kalau hal-hal yang ditemukan tidak relevan, tidak memperkuat atau mendukung permasalahan penelitian sebaiknya tidak dimasukkan baik dalam kesimpulan maupun dalam pembahasan hasil penelitian. Pada bagian kesimpulan ini, peneliti dapat menyampaikan ringkasan hasil yang dianggap penting dengan tidak menggunakan bahasa statistik lagi. Kesimpulan dianjurkan menguraikan hasil analisis data dengan bahasa yang mudah dipahami oleh para pembaca maupun oleh orang-orang yang berkepentingan. Cara merumuskan kesimpulan yang baik adalah disesuaikan atau diserasikan dengan tujuan, rumusan masalah, hipotesis atau pertanyaan penelitian, baik isi maupun jumlah kesimpulan yang dibuat. Jadi, untuk membuat atau merumuskan kesimpulan penelitian lihatlah kembali tujuan,
rumusan masalah, hipotesis atau pertanyaan penelitian, apakah sudah sesuai atau belum. Kesalahan yang sering ditemui adalah peneliti membuat kesimpulan yang lain yang bukan dari hasil analisis data, tetapi memberikan tafsiran mereka menurut gambaran yang telah ada dalam pikiran peneliti. Peneliti hendaknya jangan mencampuradukkan antara kesimpulan dan rekomendasi atau membuat kesimpulan dalam bentuk rekomendasi. Buatlah kesimpulan dengan menyatakan “apa” dan “apa yang akan terjadi, jika….” \ Bagian pokok dan merupakan pengarah kegiatan penelitian adalah perumusan problematik. Di dalam problematik ini peneliti mengajukan pertanyaan terhadap dirinya tentang hal-hal yang akan dicari jawabnya melalui kegiatan penelitian. Sehubungan dengan pertanyaan inilah maka peneliti mencoba mencari jawaban sementara yang disebut hipotesis, sedangkan kesimpulan yang ditarik berdasarkan data
yang telah
dikumpulkan, adalah merupakan jawaban, benar-benar jawaban yang dicari, walaupun tidak selalu menyenangkan hatinya. Oleh karena itu, harus tampak jelas hubungan antara problematik, hipotesis dan kesimpulan.
Problematik Rumusan Masalah
Hipotesis Kesimpulan
Apabila kesimpulan penelitian merupakan jawaban dari problematik yang dikemukakan, maka isi maupun banyaknya kesimpulan yang dibuat juga harus sama dengan isi dan banyaknya problematik. Sebagai ilustrasi sebagai berikut: Problematik 1. Apakah orang tua murid di daerah pedesaan memberikan motivasi belajar yang sama dengan orang tus murid di kota?
2. Apakah ayah mempunyai peranan yang sama dengan ibu dalam memberikan motivasi belajar, baik di daerah pedesaan maupun di kota?
Hipotesis 1. Orang tua murid di daerah pedesaan memberikan motivasi belajar yang sama besar dengan orang tua di kota. 2. Ayah dan ibu memberikan motivasi belajar yang sama besar kepada anak-anaknya, baik di daerah pedesaan maupun di kota.
Kesimpulan Penelitian (salah satu kemungkinan) 1. Orang tua murid di pedesaan tidak dapat memberikan motivasi belajar sebesar yang diberikan oleh orang tua di kota. 2. Ada perbedaan yang signifikan antara ayah dan ibu dalam memberikan motivasi belajar, baik bagi orang tua murid di daerah pedesaan maupun di kota.
a. Kesimpulan Penelitian Non-Statistik
Penarikan kesimpulan dilakukan sejalan dengan cara mengolah data. Terhadap data yang bersifat kualitatif, maka pengolahannya dibandingkan dengan suatu standar atau kriteria yang telah dibuat oleh peneliti. Sebagai contoh penelitian yang menggunakan data kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk meliahat sikap kepemimpinan beberapa kepala sekolah. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengukur sejauh mana sikap kepemimpinan yang dimiliki oleh kepala sekolah yang dimaksud. Untuk ini, dicari dimensi-dimensi sikap kepemimpinan terlebih dahulu, antara lain: disiplin, demokratis, bertanggung jawab, toleran, penuh inisiatif, kreatif, dan sebagainya. Dengan menggunakan skala sikap, penelitian mengumpulkan data mengenai tingkat kepemimpinan pada kepala sekolah. Maka kesimpulan yang mungkin dibuat berdasarkan kriteria atau standar yang ditentukan, adalah sebagai berikut: 1) Sesuai dengan standar
2) Kurang sesuai dengan standar 3) Tidak sesuai dengan standar
Apabila analisi datanya berupa persentase, proposi maupun rasio, maka kesimpulan yang dapat diambil, disesuaikan dengan permasalannya.
b. Kesimpulan Penelitian Statistik
Kesimpulan penelitian yang menggunakan teknik statistik, dapat digenerelisasikan pada populasi apabila dari sampel dapat diketahui bahwa populasinya berdistribusi normal (hal ini dapat dilakukan pemeriksaannya dengan checking normalitas). Apabila populasinya tidak berdistribusi normal maka harus menggunakan statistik non-parametrik. Apabila peneliti melakukan penelitian terhadap sampel, maka ia berharap bahwa kesimpulan dapat berlaku untuk seluruh populasi. Dengan rumusan penelitian: Penggunaan teknik statistik inferensial adalah untuk mengadakan estimasi berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh, terhadap parameter. Jika distribusi sampling (yang diambil dari populasi) berdistribusi normal, maka hasil statistik S (jika kita sebuah begitu) dari sampel, akan berkaitan antara Ms, SDs denga luasnya daerah generalisasi sebagai berikut: 1 SDs sampai 1 SDs adalah 68,27% 2 SDs sampai +2 SDs adalah 95,45% 3 SDs sampai +3 SDs adalah 99,73% Hal ini berhubungan dengan seberapa besar kita bisa mempercayai bahwa kesimpulan atau hasil statistik tersebut tepat sesuai dengan seberapa banyak kita boleh percaya. Itulah sebabnya maka daerah-daerah ini disebut daerah kepercayaan, dan batas-batas bilangan standar deviasi ini disebut batas kepercayaan.
Berdasarkan luas batas kepercayaan, atau besarnya persentase ketepatan kesimpulan terhadap seluruh kejadian, maka ditentukan taraf kepercayaan 95% dan 99% yang artinya adalah kita boleh percaya bahwa Ms akan terletak dalam batas S ± 1,96 SDs untuk wilayah kepercayaan 95% kejadian dan S ± 2,58 SDs untuk 99% kejadian. Sebagai komplementer taraf kepercayaan adalah taraf signifikansi. Apabila kita bersedia menerima keputusan dengan kepercayaan 95%, maka berarti bahwa kita bersedia menanggung resiko meleset sebesar 5%. Selanjutnya kita percaya kebenaran kesimpulan 99%, berarti menerima resiko meleset 1%. Maka 5% dan 1% ini disebut taraf signifikansi atau taraf keberartian.
Problema yang Dihadapi Peneliti Waktu Menafsirkan Sebelum mengatasi keengganan memulai kegiatan menafsirkan, peneliti sebaiknya memahami sebab-sebab kesulitan itu. Misalnya kejenuhan yang dirasakan peneliti setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun sibuk dalam berbagai aspek kegiatan penelitian. Ia juga terlalu dekat dengan permasalahan penelitian sehingga ia merasakan perlunya jarak untuk bisa menafsirkan dengan benar. Untuk keperluan itulah diperlukan waktu dan jarak diantaranya, karena perbedaan waktu dan jarak akan meningkatkan kemampuan peneliti untuk merefleksikan kembali datanya. Kesulitan lain waktu peneliti harus membuat sintesis dan spekulasi kreatif dari data penelitannya adalah disebabkan karena ia dituntut untuk memposisikan dirinya pada pemikiran-pemikiran baru, dan memaknnia signifikansi kegiatan-kegiatannya pada bulan-bulan dan tahun-tahun yang lalu. Menginterpretasikan data penelitian untuk kemudian ditafsirkan, tidak hanya berbentuk kegiatan membuat resume data faktual, melainkan harus lebih dari itu (beyond a mere recitation of the bare facts). Tujuan dari peneliti dalam aspek kegiatan ini adalah mengembangkan kesimpulan
dan
mengaitkan
hubungan-hubungan
yang ada melalui
argumentasi yang hati-hati, dan yang tidak dibatasi oleh skop yang sempit. Operasionalisasi dari memasang-masangkan data dan uji kategori seperti
seperti yang dilakukan pada saat analisis data terbuka sama untuk interpretasi. Kesempatan untuk mencobakan kategori baru dan membentuk hubungsnhubungan baru dengan proyek-proyek melampaui yang ada untuk memenuhi kriteria (beyond a mere recitation of the bare facts) menantang kreativitas para peneliti yang oleh peneliti aliran lama dianggap sebagai ambisi yang berbahaya. Kesulitan yang ketiga adalah, adanya pergeseran gaya kognitif dalam penafsiran. Pada proses analisis dideskripsikan gambaran yang singkat tetapi koheren dari fenomena yang diobservasi, dengan pole berpikir yang konvergen, dan cara demikian sudah akrab dikalangan peneliti. Akan tetapi, dalam penafsiran gaya berpikir divergenlah yang dianjurkan karena perbedaan dalam kerangka berpikir, labih kreatif, terutama dalam proses berteori yang kompleks, juga dalam berpikir spekulatif. Pemahaman akan kesulitan inilah yang perlu diatasi peneliti pada saat ia mulai dengan kegiatan penafsiran atau interpretasi, fase ini harus ditempuh dan kesulitan yang diarifi sudah merupakan setengah penyelesaian dengan mengidentifikasi
tugas
antara
lain
mengkonsolidasikan
teori,
mengaplikasikan teori, menafsirkan dengan menggunakan analogi/persamaan atau metafor dan membuat sintesis. Kesimpulan Walaupun dalam bentuk pengorganisasikan dan tekanan atau emphasis dalam penyusunan kesimpulan penelitian dapat bervariasi, namun pada umumnya para peneliti akan berpegang kepada empat tahap, yaitu menyusun persentase data yang berbentuk rangkuman, penafsiran data, integrasi dari temuan penelitian dan aplikasi atau makna pentingnya atau signifikansi temuan-temuan dalam penelitian: 1. Presentasi data dalam bentuk rangkuman biasanya disajikan secara deskriptif, yang mengemukakan atribut-atribut fenimena yang dikaji. Ada kalanya
disajikan
juga
dalam
bentuk
model
kategorisasi
yang
menggambarkan kelompok-kelompok atribut atau fenomena-fenomena yang ditelaaah. Rangkuman ini ditandai oleh berbagai deskriptor yang kongkrit dan rinci dari subjek yang diteliti.
2. Penafsiran data menuntut agar peneliti menjelaskan makna data sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian, dan mengapa makna-makna tertentu dari data menjadi lebih penting atau menonjol artinya. Penafsiran data juga mencakup pertanyaan-pertanyaan yang menjelaskan hubungan kausalitas, apakah itu perdiktif atau tidak. Yang juga perlu diterangkan adalah bagaimana kategorisasi fenomena yang saling berehubungan secara empirik, yang ada kalanya ditampilkan dalam bentuk model dengan spesifikasi kategori yang hubunganya dijelaskan. 3. Pada tahap intregrasi, para peneliti menjelaskan data dilihat dari pendangan atau perhatian yang lebih luas, bisa secara empirik apabila data dibandingkan atau dikontrskan dengan data dari kajian lain, atau juga bisa secara teoritik apabila data ditempatkan atau merupakan bagian yang kontekstual dengan teori lain atau teori alternatif, dan harus cukup kuat untuk menantang atau menolak teori lain atau alternatif itu. Demikian juga teori yang diverifikasi data diuji dalam konteks yang lebih luas, yang adakalanya teori tersebut menunjukkan implikasi empirik dan aplikasinya dalam kebijakan yang tidak terduga sebelumnya. Proses berteori inilah yang membimbing penelti pada tehap penafsiran dan integrasi data, yang dalam kajian-kajian induktif abstraksinya terintegratif dengan data dan teori menghasilkan sistem yang koheren untuk menjelaskan makna kajian. Bagaiman pun cara berteori dilakukan untuk membentuk argumen yang mengarah kepada pengambilan kesimpulan harus terus menerus dilakukan dalam tahap integrasi data, dengan dukungan desain penelitian yang kridibel, data yang kaya dan komprehensif dan data dan analisis konteksual dan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dalam teori ini, dengan menggunakan alat-alat konsilidasi, aplikasi, analogi dan metafora atau sintesis akan membantu peneliti menafsirkan data dan mengintergrasikan hasilnya kepada salah satu tujuan penelitian, yakni memberikan sumbangan kepada perkembangan body of knowledge dlaam disiplin ilmunya. 4. Tujuan yang tidak kalah pentingnya adalah mencapai kebermaknaan dari kenyataan yang majemuk dalam penelitian kualitatif. Bahwa kebermaknaan
itu harus membawa penelti kepada pengertian atau pemahaman yang oleh Max Weber disebut dengan konsep verstehen. Max Weber menjelaskan bahwa : Peraihan makna subjektif dari sebuah kegiatan, difasilitasi oleh rasa empati dan penghayatan yang harus dianalisis. Akan tetapi setiap penjelasan interpretatif harus menjadi penjelasan sebab-akibat apabila ingni mencapai wibawa proposisi ilmiah. Verstehen dan penjelasan kausal adalah korelatif dan tidak bertentangan satu sama lain dalam prinsip metode ilmu-ilmu sosial. Intuisi kilat dalam pembermaknaan dapat diubah menjadi pengetahuan yang sahih apabila hal itu dapat digabungkan dengan struktur teori yang bertujuan untuk mencari penyelesaian kausal.
2. Implikasi
Pada bagian implikasi, peneliti dapat melaporkan suatu analisis yang lebih mendalam yang berkaitan dengan kesimpulan utamanya. Pada bagian ini juga melaporkan tentang kemungkinan konsekuensi hasil temuan penelitian apabila diterapkan di lapangan. Apa yang perlu dilakukan agar hasil tersebut dapat memberikan kontribusi yang maksimal dengan penggunaan dan mengeliminasi resiko negatifnya.
3. Saran
Saran yang diberikan kepada para pembaca sebaiknya saran-saran yang betul-betul didasarkan atas hasil temuan dalam studi yang telah dilakukan dan bukan berupa pendapat atau tinjauan idealis pribadi peneliti. Jangan menyarankan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan hasil penelitian. Saran yang diajukan hendaknya saran yang konstruktif dengan mengacu kepada terpenuhinya beberapa persyaratan saran yang baik seperti di bawah ini. a. Saran sebaiknya diuraikan secara singkat dengan bahasa yang jelas.
b. Saran mempunyai sasaran subjek yang jelas yang memiliki otoritas penerapan misalnya kepala sekolah, guru, atau para penyelenggara pendidikan. c. Saran sebaiknya disertai pula dengan tindakan operasional yang memungkinkan dapat dilakukan. d. Saran sebaiknya disertai pula dengan kriteria indikator keberhasilan jika saran-saran yang dianjurkan tersebut dapat dilaksanakan. e. Saran dalam laporan penelitian pada prinsipnya dapat juga berupa imbauan untuk melakukan penelitian sejenis yang menekankan pada pendalaman.
Saran yang dikemukakan mungkin berupa rekomendasi untuk memanfaatkan hasil penelitian, mungkin juga berupa saran untuk melanjutkan penelitian atau meneliti aspek lain yang belum terungkap pada penelitian yang dilakukan, atau bisa juga berupa saran untuk menggunakan metode lain yang mungkin lebih teliti. Suatu penelitian mungkin dapat pula melahirkan berbagai masalah yang relevan atau terkait dengan masalah yang sudah diteliti. Oleh karena itu, sering juga saran ini menjadi inspirasi atau sumber masalah penelitian bagi peneliti lain.