Inisiasi 6 Inisiasi ini disadur dari Modul 6 Teori Kriminologi (SOSI4302)
Teori Tempat Kejahatan dan Teori Aktivi tas Rutin
S
haw dan McKay (1969), memusatkan perhatiannya pada empat kecenderungan yang menggambarkan karakteristik dari kehidupan perkotaan, seperti kejahatan, kemiskinan, keanekaragaman etnis atau
suku bangsa, serta mobilitas warga atau penghuni. erbagai kecenderungan tersebut dapat membawa akibat !penggerogotan! pada organisasi sosial dari komunitas perkotaan yang bersangkutan (ursik, 19""# $erdinand, 19"%# &haw and McKay, 1969). Mempelajari kemerosotan dari norma'norma sosial ini, &haw dan Mc Kay (1969), melakukan beberapa studi tentang delinkuensi (kenakalan remaja) di hicago selama kurang lebih * tahun. &tudi mereka kemudian menghasilkan kesimpulan yang senada dan mendukung temuan dari studi yang pernah dilakukan oleh +ark, yang menunjukkan bahwa kenakalan remaja lebih banyak terjadi dalam ona transisi. eberapa temuan dari studi yang dilakukan oleh &haw dan McKay (1969), antara lain1. Komunitas yang (semakin) stabil, mantap, dan mapan cenderung mempunyai tingkat delinkuensi yang semakin rendah. . Komunitas dengan tingkat delinkuensi yang lebih tinggi mempunyai nilai'nilai sosial yang berbeda dengan komunitas yang mempunyai tingkat delinkuensi yang lebih rendah. . /aerah yang mempunyai tingkat penghasilan lebih rendah dengan tingkat 0rustrasi dan depriiasi lebih tinggi mempunyai tingkat 2. 3.
delinkuensi yang lebih tinggi. Kondisi sosial dalam suatu komunitas (seperti kondisi kepadatan tinggi) sangat berkaitan langsung dengan tingkat delinkuensi. /i daerah pemukiman golongan masyarakat kelas rendah, di mana kemapanan keseragaman nilai sosial di dalam masyarakat sangat stabil, delinkuensi cenderung dilihat sebagai alternati0 yang disetujui oleh para pelakunya sebagai alternati0 perilaku walaupun merupakan pelanggaran hukum.
TEORI TEMPAT KEJAHATAN
/alam teori tentang 4empat Kejahatan, 5odney &tark (19"%) sebenarnya melakukan penambahan dan penyempurnaan atas hal'hal yang telah dilakukan oleh para pendahulunya yang tergabung dalam kelompok hicago school.
&tark mengajukan pertanyaan, bagaimana masyarakat ketetanggaan dapat tetap berada pada tempat di mana tingkat kejahatannya tinggi walaupun memang di antara mereka terjadi pergantian dalam populasinya
Kesimpulannya bahwa terdapat kondisi yang unik tentang tempat tertentu yang memunculkan kejahatan. /alam konteks ini, &tark (19"%) memberlakukan lima ariabel yang diyakini dapat mempengaruhi tingkat kejahatan di dalam masyarakat, yakni kepadatan, kemiskinan, pemakaian 0asilitas secara bersama, pondokan sementara, dan kerusakan yang tidak terpelihara. 7ariabel tersebut dihubungkan dengan empat ariabel lainnya, yakni moral sisnisme di antara warga, kesempatan melakukan kejahatan dan kejahatan yang meningkat, motiasi untuk melakukan kejahatan yang meningkat, dan hilangnya mekanisme kontrol sosial. Menurut &tark (19"%), si0at dari ekologi komunitas ketetanggaan menentukan tingkat kejahatan. 8alaupun di daerah yang berpenghasilan rendah, tingkat kejahatannya dapat saja lebih rendah jika komunitas tersebut tidak terlalu padat, atau jika penduduk banyak tetapi jarak antarrumah tidak terlalu rapat, atau jika mayoritas penduduk masih memegang nilai moral, atau jika polisi di sekitar komunitas tersebut mempunyai derajat toleransi yang rendah terhadap kejahatan. Merujuk pada uraian di atas, secara lebih rinci kita dapat memberi batasan tentang tempat kejahatan sebagai suatu daerah atau tempat di mana banyak terdapat pelaku kejahatan (termasuk juga mereka yang potensial sebagai pelaku kejahatan) serta banyaknya peristiwa kejahatan yang terjadi di tempat atau daerah tersebut atau besarnya kemungkinan dilakukannya beberapa jenis kejahatan di tempat tersebut. ntuk mengetahui tempat atau daerah mana yang banyak terdapat pelaku kejahatan atau orang'orang yang secara potensial sebagai pelaku kejahatan adalah sulit. /alam menentukan seseorang yang berkumpul atau berada dalam suatu tempat tertentu sebagai penjahat, kita akan berhadapan dengan kepastian hukum (ingat kegiatan belajar tentang- siapakah yang disebut sebagai penjahat). :palagi menentukan seseorang adalah potensial sebagai pelaku kejahatan. +rasangka yang gegabah akan menghantarkan kita pada kesalahan pengamatan dan ketidakadilan dalam memandang seorang indiidu.erbeda dengan jika kita batasi tempat atau daerah kejahatan
sebagai tempat atau daerah yang banyak terjadi peristiwa kejahatan, data atau in0ormasi yang menghantarkan kita untuk menentukan bahwa daerah tertentu adalah daerah yang banyak terjadi peristiwa kejahatan adalah relati0 mudah. Kita dapat, salah satu di antaranya, menggunakan metode statistik kriminal yang dapat menunjukkan daerah tertentu yang banyak terjadi peristiwa kejahatan. &ementara itu, &chmid (196*), mengemukakan beberapa karakteristik dari suatu daerah di mana kejahatan sering dilakukan. eberapa karakteristik itu adalah1. rendahnya tingkat pergaulan sosial# . kurangnya rasa kekeluargaan# . rendahnya tingkat sosial dan ekonomi# 2. kondisi 0isik yang buruk# 3. 6.
tingginya tingkat mobilitas penduduk# menurunnya moral penduduk.
Karakteristik di atas merupakan kondisi yang menunjukkan daerah tersebut sebagai daerah kejahatan yang berhubungan erat dengan tingginya angka kejahatan yang terjadi di daerah tersebut. $aktor ini mempunyai pengaruh yang cukup berarti dan bersi0at kausal terhadap indiidu yang tinggal di dalamnya dan terutama mempengaruhi norma masyarakat yang berlaku di dalam di dalam masyarakat yang bersangkutan. Kondisi demikian akan mengingatkan kita pada delinquent area, seperti yang pernah dijelaskan oleh &haw (1969) dengan karakteristik sebagai berikut1. 4ingkah laku di dalam daerah tersebut cenderung melanggar norma . ;adi, apa yang biasa disebut criminal behaviour itu dianggap sebagai suatu hal yang biasa. . Kondisi'kondisi 0isik daerah itu buruk, misalnya perumahan yang buruk, jalan'jalan yang buruk, kebersihannya buruk, dan sebagainya. . +enduduknya rapat atau padat. 2. Mobilitas penduduknya tinggi. 3. 4erletak di dekat aktiitas perdagangan dan industri. 6. Kontrol sosial sangat kurang. %. &tandar hidup penduduknya rendah. ". &tandar pendidikan penduduknya rendah. 9. 4ingkat keberadaan penjahat dewasa tinggi. 1*. Disorganized neighbourhood , yaitu lingkungan yang tidak baik dan kacau di mana di tempat tersebut anak'anak tidak cukup mendapatkan
pendidikan dan pengetahuan tentang nilai'nilai yang biasa dijunjung tinggi oleh masyarakat, seperti nilai hak milik orang lain, nilai pendidikan, nilai moral, dan sebagainya. +ara ahli yang berkutat dengan tradisi disorganisasi sosial sudah sejak lama memusatkan perhatian pada tiga aspek korelati0 kejahatan ekologis, yaitu kemiskinan, heterogenitas kesukuan, dan mobilitas permukiman (&haw< Mckay 192). +ara peneliti saat ini sudah memperluas da0tar dari aspek korelati0 tadi untuk menguji dampak dari 0aktor tambahan seperti keluarga single-parent, urbanisasi, dan kepadatan struktural (ursik, 19"6# ursik < =rasmick, 199# &son 19"3# &son < =roes, 19"9). Kekuatan korelati0 ini penting untuk dipikirkan bagi upaya menunjukkan kejahatan yang mungkin timbul karena adanya peningkatan disorganisasi sosial karena perkembangan perilaku dari pelaku yang potensial, yang memang berada pada lingkaran kondisi seperti yang dijelaskan oleh 0aktor korelati0 tersebut. Mereka mengurangi pengintegrasian sosial, mengurangi peningkatan isolasi atau pengasingan diri dan anonimitas, serta mengurangi pengawasan atau kontrol sosial in0ormal. Kemajuan dalam teori disorganisasi sosial sudah membantu membaharui pemahaman kita di mana wilayah perkotaan sudah berubah dibanding dengan awal perkembangannya dari gagasan ini pada tahun 2*'an. &tudi lain (ursik< =rasmick 199# &son < =roes 19"9# 5oundtree < 8arner 1999# &son, 5audenbush < >arles 199%# Moreno00, **1) sudah mencoba untuk menetapkan 0aktor mediasi dari disorganisasi. &ebagai suatu bidang ilmu, teori disorganisasi sosial mempunyai suatu warisan konseptual yang empiris dan kaya, dan suatu literatur yang mendalam dan komprehensi0 telah dikembangkan terkait dengan sumber disorganisasi sosial. aru'aru ini, 5ose dan lear (199"), mengajukan hipotesa mereka bahwa konsentrasi incarceration yang tinggi boleh jadi merupakan 0aktor disorganisasi sosial lain. Mereka mengajukan gagasan di mana incarceration, terutama pada tingkat tarip tinggi (hi-cost) bisa mengganggu jaringan sosial dengan merusak sumber'sumber kekeluargaan, ekonomis, dan politis dari pengawasan atau kontrol sosial in0ormal. Konsekuensi dari kerusakan ini, mereka berteori, akan menciptakan tingkat kejahatan yang tinggi. 4injauan ulang mereka terhadap teori itu, menurut 5ose dan lear (19"") menunjukkan bagaimana tingkat incarceration (penahanan) yang tinggi dan mungkin dapat merusak jaringan sosial yang memang rentan dan merupakan
basis pengawasan atau kontrol sosial in0ormal. Mereka juga berpendapat bahwa pelepasan narapidana itu, di mana banyak dari mereka itu mempunyai suatu orientasi kriminal, akan memperburuk permasalahan heterogenitas dari norma yang ada. /engan menggunakan rumusan ulang teori disorganisasi sosial yang sistemik dari ursik dan =rasmick (199) sebagai kerangka, mereka menguraikan suatu model yang tidak berulang yang menyangkut e0ek incarceration (penahanan). /alam konteks bahasan di atas itulah suatu studi tentang pengawasan atau kontrol sosial in0ormal mempunyai dampak penting atas angka kejahatan pada leel lingkungan. ntuk menggambarkan hal tersebut, ellair (199%) yang menganalisis pengaruh 0rekuensi interaksi tetangga atas kejahatan di dalam 6* lingkungan berkenaan dengan kota, menemukan data bahwa ?berkumpul dengan tetangga@ (misalnya bergosip) mempunyai dampak negati0 pada pencurian, perampokan, dan pencurian kendaraan bermotor. &uatu analisa terkait (ellair ***) menemukan data bahwa pengawasan in0ormal terhadap hak milik orang lain oleh tetangga mempunyai dampak negati0 bagi beberapa bentuk kejahatan, meskipun bukan bagi kejahatan yang lain. Markowit dan kawan'kawan (**1) mengajukan data bahwa penurunan kohesi lingkungan mengakibatkan kekacauan dan kejahatan yang lebih besar di lingkungan yang bersangkutan. eberapa bukti menunjukkan bahwa pengawasan atau kontrol sosial in0ormal telah melahirkan suatu spesi0ikasi teoritis baru tentang kejahatan di tingkat lingkungan ketetanggaan, misalnya mereka mengusulkan suatu ?kemanjuran kolekti0,@ yang dari berbagai 0akta menunjukkan bahwa kohesi sosial dan pengawasan atau kontrol sosial in0ormal dapat mengurangi kejahatan (&son, 5audenbush < >arles, 199%). /ata dari hicago menyatakan bahwa pengawasan atau kontrol sosial in0ormal, asosiasi sukarelawan, kin/friend yaitu jaringan kekerabatan dan pergaulan, serta organisasi lokal dapat menjadi sumber dari kemanjuran kolekti0 yang lebih besar yang pada gilirannya mengurangi kejahatan (Moreno00, &son < 5audenbush, ***). /i dalam klari0ikasi penting mereka tentang si0at sistemik berbagai model ekologis, ursik dan =rasmick (199) menunjuk bahwa teori disorganisasi sosial mungkin ditetapkan sebagai teori, baik yang menyangkut pengawasan atau kontrol sosial in0ormal ataupun mengenai pengawasan atau kontrol sosial 0ormal. Menurut mereka, mekanisme disorganisasi sosial itulah yang manyatukan kapasitas keduanya, yaitu kontrol sosial in0ormal dan
kontrol sosial 0ormal, di mana hal itu dapat berperan untuk memunculkan kejahatan. &ementara itu, ada bukti yang mendukung pernyataan yang sebaliknya dari argumentasi di atas, seperti yang dikemukakan oleh 7ele (**1), bahwa lingkungan yang lemah atau miskin yang terikat secara kuat dengan pemerintah lokal karena terkait dengan pengawasan dan memiliki hubungan yang baik dengan polisi, akan menderita lebih sedikit kejahatan dibanding lingkungan yang kekurangan akses ke sumber daya pengawasan atau kontrol sosial publik. 4etapi hubungan antara pengawasan atau kontrol sosial dan kejahatan di tingkatan lingkungan belum banyak di jelaskan oleh studi sebelumnya. TEORI AKTIVITAS RUTIN
4eori :ktiitas rutin menunjukkan bahwa jika kita akan mempelajari kejahatan maka kita harus mempertimbangkan tiga elemen yang dapat akan berpengaruh terhadap kemudahan munculnya kejahatan, yaknia. pelaku yang memang mempunyai motiasi untuk melakukan kejahatan, b. adanya sasaran yang cocok, dan c. ketidakhadiran sistem penjagaan yang cakap dan canggih, seperti masyarakat ketetanggaan yang siap siaga, dan sistem alarm untuk mencegah kejahatan.
Segi Tiga Kejahatan Menurut Teori Aktivitas Rutin. Premis dari teori ini
adalah bahwa berbagai aktivitas rutin keseharian dari warga masyarakat dapat menjelaskan pola-pola viktimisasi.
Menurut $elson (19"%), cara yang lebih e0ekti0 dalam hal mencegah kejahatan adalah !mengatur penurunan dan penyaluran hasrat manusiawi sehingga pelaku kejahatan dan target kejahatan! jarang bertemu di daerah yang tidak ada penjagaan atau pengawasan.
:ktiitas rutin adalah pergerakan yang berlangsung secara terus'menerus dan dilakukan secara wajar atau rutin, seperti aktiitas pekerjaan rutin dan aktiitas yang dilakukan pada waktu luang. Kegiatan atau aktiitas itu dilakukan karena termotiasi untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Kebanyakan dari aktiitas seperti ini muncul dan dilakukan di luar rumah, tempat di mana para pelaku kegiatan itu mempunyai peluang yang besar untuk berinteraksi dengan pelaku kejahatan. $aktor yang terkait erat dengan 4eori :ktiitas 5utin adalah pendekatan gaya hidup (Aindelang, =ott0redson, dan =aro0alo, 19%"). 4eori ini berasumsi bahwa kelompok sosial dengan karakteristik umum (seperti kelompok muda usia, laki'laki, orang miskin, bujangan, atau kelompok etnis minoritas) mempunyai role expectations tertentu yang dapat meningkatkan kecenderungan mereka mengalami iktimisasi. +erbedaan dalam gaya hidup dapat juga menyebabkan distribusi yang tidak sama dalam tingkat iktimisasi. &ebagai contoh, menghabiskan waktu di tempat'tempat umum, khususnya pada malam hari, berhubungan dengan iktimisasi, dan orang' orang dengan gaya hidup yang sama sangat mungkin bertemu pada tempat dan waktu yang sama. /engan demikian, kemungkinan iktimisasi selalu terkait dengan tingkat di mana korban dan pelaku kejahatan membagi bersama karakteristik demogra0is mereka. Mari kita ambil contoh atau ilustrasi atas uraian teori di atas yang menekankan bahwa perbedaan dalam gaya hidup dapat juga menyebabkan distribusi yang tidak sama terkait dengan tingkat iktimisasi. eberapa anak muda yang suka menghabiskan waktunya untuk kumpul'kumpul malam di diskotik (kini dikenal dengan istilah dugem), tentunya secara tidak langsung bersentuhan dengan gaya hidup yang terkait dengan aktiitas mereka tersebut. ersenang'senang hingga malam, berjoget dan bercengkrama mengharuskan mereka untuk memiliki stamina yang bagus, tidak mudah
lelah atau mengantuk. Keharusan yang demikian kemudian menjadikan mereka rentan dengan penggunaan minuman keras dan atau obat'obatan, ekstasi misalnya, yang memang marak tersedia di tempat tersebut. /emikianlah, suatu gaya hidup tertentu memang menjadikan penganut gaya hidup tersebut menjadi rentan sebagai korban (iktimisasi) dari segala perilaku jahat atau penyimpangan tertentu pula. :sumsi lainnya dari 4eori :ktiitas 5utin dan 4eori =aya Aidup, adalah bahwa indiidu yang menghabiskan waktunya lebih banyak di luar rumah mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk menjadi korban kejahatan. ohen dan $elson (19%9) menunjukkan bahwa dilakukannya aktiitas yang jauh dari rumah sangat terkait dengan bertambahnya tingkat kejahatan seperti pembunuhan, perkosaan, penyerangan atau penganiayaan, penodongan dan pencurian. /ari salah satu penelitian tentang korelasi antara 0rekuensi berada di luar rumah dengan iktimisasi terungkap bahwa para bujangan (laki'laki yang belum menikah) lebih banyak menjadi korban kejahatan dibandingkan dengan laki'laki yang sudah menikah. Mengapa demikian 4ernyata bagi laki'laki yang sudah menikah akan cenderung lebih cepat pulang ke rumah karena ditunggu oleh isteri dan anak'anak mereka. &edangkan bagi laki'laki yang belum menikah akan merasa mempunyai kebebasan untuk tidak cepat' cepat pulang ke rumah sehingga lebih banyak menghabiskan waktu di jalanan. Bebih lama berada di jalanan atau di luar rumah itulah yang menyebabkan mereka lebih rentan mengalami iktimisasi atas kejahatan tertentu, misalnya penodongan, pencopetan, atau penganiayaan. 4eori :ktiitas 5utin menunjukkan suatu pengertian yang mendalam dan sederhana mengenai penyebab permasalahan kejahatan. Cntinya adalah bahwa tidak adanya kendali atau pengawasan yang e0ekti0, pelanggar akan mencoba menangkap target yang menarik bagi dirinya. ntuk melakukan suatu kejahatan, seorang pelanggar yang termotiasi harus datang pada tempat yang sama dengan dengan target menarik. agi kejahatan terhadap harta benda atau kepemilikan, target adalah suatu hal atau suatu obyek. agi kejahatan personal, targetnya adalah orang. ;ika suatu target yang menarik tidak pernah ada di dalam tempat yang sama sebagai hal yang memotiasi pelanggar, maka target tersebut tidak akan diambil, dirusak, atau diserang. Aal ini juga akan terjadi jika ada petugas atau pihak lain yang mengawasi hadir karena mereka akan dapat mencegah kejahatan. ;ika pengontrol tidak ada, atau ada tetapi tidak berdaya cegah maka kejahatan akan mungkin terjadi.
/alam konteks kontrol sosial ini, pertama harus mempertimbangkan orang yang berpengaruh di dalam hidup pelanggar potensial. /i dalam kasus pelaku potensial muda usia, orang tua, 0amili atau keluarga dekat, saudara kandung, kelompok panutan, para guru, pelatih, dan indiidu lainnya yang ditempatkan dengan cara yang sama. /i dalam kasus pelaku potensial dewasa, orang'orang yang berpengaruh ini dapat meliputi teman atau mitra karib, sahabat karib, 0amili atau keluarga, dan kadang'kadang anak'anak mereka. Drang'orang tersebut disebut ? handlers@ di dalam teori aktiitas rutin. Kejahatan akan berlangsung jika ”handlers @ tidak ada, lemah, atau jahat. erikutnya, mempertimbangkan target atau korban. +enjaga atau pengawas yang berusaha untuk melindungi target dari pencurian dan kerusakan dan korban potensial dari serangan dan sergapan. +enjaga atau pengawas 0ormal meliputi polisi, petugas keamanan, dan orang yang lain yang pekerjaannya memang akan melindungi hak milik dan orang dar i kejahatan. +enjaga atau pengawas in0ormal meliputi tetangga, para teman, dan orang yang lain yang secara kebetulan di dalam tempat yang sama dengan target yang menarik itu. Drang tua, para guru, panutan, dan orang lain yang dekat dengan korban potensial adalah juga penjaga atau pengawas yang potensial. &uatu target dengan suatu penjaga atau pengawas yang e0ekti0 adalah lebih kecil kemungkinannya akan diserang oleh pelanggar potensial dibanding suatu target tanpa penjaga atau pengawas. ;ika penjaga atau pengawas tidak ada, lemah, atau tidak jujur maka target tidak akan terlindungi dengan baik. :khirnya, dengan mempertimbangkan tempat, seseorang sebenarnya memiliki tiap'tiap penempatannya dan kepemilikannya dan menganugerahkan hak'hak tertentu untuk mengatur akses kepada lokasi dan perilaku orang yang menggunakan lokasi itu. +emilik dan bagian dari pemilik (misalnya karyawan) memelihara tempat dan orang'orang yang menggunakan tempat itu. +emilik dan karyawan mereka disebut para manajer tempat. Manajer tempat mengendalikan perilaku dari pelanggar dan korban potensial. ontoh manajer tempat meliputi pedagang, pengawal renang, penjaga arena parkir, para pekerja rekreasi dan taman, portir, dan pengelola motel. /i hadapan suatu manajer tempat yang e0ekti0, kejahatan mungkin lebih kecil terjadi dibandingkan jika manajer tersebut tidak ada, lemah atau jahat.
&emua orang, menurut teori ini, menggunakan perkakas untuk membantu memenuhi kejahatannya atau pengendalian sasaran hasil kejahatannya. +erkakas yang digunakan oleh anggota geng bisa saja mencakup kaleng, cat yang percikan, senjata, dan mobil. +elanggar tanpa akses ke perkakas tersebut nampaknya akan lebih sukar untuk melepaskan diri dari ? handlers@, lalu memasuki tempat yang tidak sah, dan memperdaya korban, atau penjaga maupun pengawas, serta para manajer tempatElokasi yang bersangkutan. +enjaga atau pengawas dapat menggunakan cahaya atau penerangan untuk meningkatkan pengawasan, mengukir alat untuk menandai hak milik, dan alat lain untuk membantu mengurangi kesempatan penipuan. +ara manajer tempatElokasi dapat menggunakan gerbang, pagar, tanda dan perkakas lain untuk mengatur perilaku orang'orang. /engan perkakas yang e0ekti0, handlers, korban, penjaga atau pengawas, dan para manajer akan mempunyai kesempatan mencegah kejahatan agar tidak terjadi. +endapat lain tentang alasan yang mendasari teori aktiitas rutin adalah bahwa terdapat berbagai macam perbedaan sosial di dalam masyarakat konensional yang menyebabkan meningkatnya peluang terjadinya kejahatan. Kita ambil contoh, pencuri akan lebih suka mencuri barang'barang yang ringan, mudah di angkat dan mudah pula dijual (misalnya uang, perhiasan, dan peralatan elektronik tertentu) daripada mencuri barang'barang yang berat dan tidak mudah diangkat (misalnya :, mesin cuci, atau m esin 0oto copy, misalnya). +encuri akan tahu bahwa hampir setiap rumah mempunyai : dan mesin cuci (dalam pengertian bahwa rumah yang akan menjadi target pencurian adalah rumah dari keluarga kelas menengah ke atas), tetapi tidak semua rumah dari keluarga kelas menengah ke atas tersebut juga memiliki perhiasan yang banyak atau uang tunai yang juga banyak. +ara pencuri kemudian akan lebih suka mentargetkan rumah dari keluarga menengah ke atas yang memiliki perhiasan yang banyak atau uang tunai yang juga banyak. +erbedaan pemilikan perhiasan yang banyak atau uang tunai yang juga banyak yang tersimpan di rumah adalah suatu bukti adanya perbedaan sosial, paling tidak perbedaan cara mengkonsumsi barang dan cara penyimpanan uang di antara keluarga dalam kelas menengah ke atas. /engan mencermati berbagai perbedaan sosial di dalam aktiitas rutin maka ohen dan $elson (19%9) lebih menitikberatkan pada pentingnya mempelajari perbedaan sosial yang terkait dengan status dan aktiitas keluarga dalam hubungannya dengan peluang terjadinya kejahatan (Maisener, 19"%). :da beberapa hal yang terkait dengan status dan aktiitas
keluarga yang diasumsikan oleh mereka dapat meningkatkan peluang terjadinya kejahatan yang menimpa para keluarga tersebut. Pertama, keluarga tunggal (keluarga yang hanya terdiri dari satu orang saja, misalnya seorang kakek atau nenek yang hidup sendiri) akan lebih rentan menjadi korban kejahatan tertentu, misalnya pencurian atau perampokan. edua, para keluarga yang seringkali membutuhkan dan kemudian membeli barang' barang berharga sehingga memiliki daya tarik untuk dicuri atau dirampok. etiga, keluarga di mana aktiitas anggotanya meningkat di luar aktiitas keluarga dan ini akan menurunkan tingkat perlindungan diri sehingga rentan menjadi korban kejahatan tertentu. eempat, extended famil! menjadikan keluarga tersebut mempunyai perlindungan diri yang lebih besar dibanding nuclear famil!, karena anggota lebih banyak dan saling menjaga satu sama lainnya.