HUKUM TAKLIFI PEMBAHASAN A. Pengertan Hukum Taklifi Taklifi Menurut bahasa artinya hukum pemberian beban. Secara garis besar para ulama’ ushul fiqh membagi hukum syara’ padadua macam, yaitu Hukum Taklifi dan Hukum Wadh’i. Hukum Taklifi menurut para ahli Ushul Fiqh adalah, ketentuanketentuan !llah yang berhubungan langsung dengan perbuatan "rang mukallaf, baik perintah, an#uran untuk melakukan, larangan, an#uran untuk tidak melakukan, atau dalam bentuk memberi memberi kebebasan kebebasan memilih memilih untuk berbuat atau atau tidak tidak berbuat berbuat
$%&. $%&.
Hukum Taklifi adalah firman !llah yang
menuntut manusia untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu atau memilih antara berbuat dan meninggalkan $'&. $'&.
Hal senada #uga diungkapkan "leh (haerul Uman dkk, bah)a hukum Taklifi adalah khitab* firman !llah
yang berhubungan dengan d engan segala perbuatan para mukallaf, baik atas dasar iqtidha’ atau atau atas dasar takhyir $+&. Untuk memper#elas pembahasan, kami akan menya#ikan definisi hukum )adh’i secara sekilas. Hal ini perlu disampaikan karena antara hukum Taklifi Taklifi dan Hukum Wadh’i Wadh’i mempunyai hubungan yang sangat erat. Hukum Wadh’i adalah hukum ketentuanketentuan yang mengatur tetang sebab, syarat dan mani’sesuatu yang men#adi penghalang kecakapan untuk melakukan hukum TaklifiTaklifi-$&. /adi, #ika hukum Taklifi adalah ketentuan !llah yang bersifat perintah,larangan atau pilihan antara perintah dan larangan. Sedangkan hukum Wadh’i Wadh’i adalah hukum yang men#elaskan hukum taklifi. Maksudnya, #ika hukum taklifi men#elaskan men#elaskan bah)a shalat shalat )a#ib dilaksanakan dilaksanakan umat islam, hukum Wadh’i Wadh’i men#elaskan men#elaskan bah)a )aktu tenggelamnya matahari pada )aktu s"re hari men#adisebab tanda bagi )a#ibnya sese"rang menunaikan shalat maghrib.0ebih lan#ut, bisa di#elaskan bah)a hukum Taklifi dalam berbagai macamnya selalu berada dalam batas kemampuan se"rang mukallaf, sedangkan hukum )adh’i sebagaian ada yang di luar kemampuan manusia dan bukan merupakan aktifitas manusia $1&. ("nt"h, seperti firman !llah SWT. 2ang bersifat menuntut untuk melakukan sesuatu perbuatan3
6 7E 4 5 6 78 9 : A C 7B 9 GI 6JK 6 L6 6 N A C 7= 9OP6 K 6 L6 6@ Q 9 ; A C 78 9 GRIJ6K 6 6 ; < = 9 > < ? 9 A@ B 6 6C D !rtinya 3 Van laksanakanlah salat, tunaikanlah Xakat, dan taatlah kepada Yasul Muhammad-, agar kamu diberi rahmat.Z [S. !n\ur3 1]!yat ini menun#ukkan ke)a#iban shalat, menunaikan Xakat dan mentaati Yasul.
B. Pembagian Hukum Taklifi Memang di kalangan para penulis ushul fiqh ter#adi perbedan penggunaanistilah dalam men#elaskan spesifikasi hukum taklifi. Seperti rachmat Syafe’imenggunakan istilah bentukbentuk hukum Taklifi, (haerul Uman Uman dkk menggu menggunak nakan an pembag pembagia iann atau atau macam macamma macam cam hukum hukum takli taklifi. fi. Sedan Sedangka gkann Satri Satriaa ^fendi ^fendi lebih lebih menggunakan kata _embagian untuk menun#uk spesifikasi hukum taklifi $]&. !kan tetapi apapun istilah yang digunakan "leh para penulis tersebut yang #elas bah)a hukum Taklifi memiliki spesifikasispesifikasi yang disebutdengan pembagian. Masingmasing pembagian tersebut memiliki #enis#enissesuai dengan klasifikasi masingmasing.Sehingga bisa di#elaskan bah)a pembagian hukum Taklifi ada lima, yang #uga disebut dengan maqashid !sSari’ah !sSari’ah al`hamsah yaitu3 %. I j a b ( m e a j i b kkaa n -, yaitu ayat atau hadits dalam bentuk perintah yangmengharuskan untuk melakukan suatu perbuatan. Misalnya, ayat yangmengharuskan untuk shalat. !tau dengan perkataan lain, #ab adalahsesua adalahsesuatu tu yang berahala berahala #ika dilaksana dilaksanakan kan dan berd"sa berd"sa #ika ditinggalkan. ditinggalkan. Seperti Seperti firman firman !llah3 !llah3 ("nt"hnya s"lat lima )aktu. Firman !llah SWT 3
(! "#$% &' # )* & + ), &- / #0 # 1 #$2 03 3$% &4@67#8 # & 03 3$/ &456#78 # 9#:; #< 03 3$* =8 # 9#> #? irikanlah s"lat dan keluarkan Xakat dan taatilah perintah Yasul, mudahmudahan kamu dirahmati !llah. !n \ur 3 1]!yat di atas men#elaskan baha)a s"lat dan Xakat itu adalah W!/ kerana ia satu bentuk tuntutan yang pasti #aXmun- iaitu berdasarkan dalil qati, al[uran al`ariim. _ara ulama maXhab Hanafi membedakan di antara )a#ib dan fardhu. /ika tuntutan supaya melakukan sesuatu dalam bentuk pasti #aXmun- berdasarkan al[uran dan Hadis Muta)atir, maka ia dinamakan F!YHU. /ika berdasarkan dalildalil lain, selain dari al[uran dan Hadis, maka ia dinamakan W!/. ("nt"hnya, membaca surah dalam s"lat adalah F!YHU kerana ia berdasarkan dalil qati yaitu al[uran. Sementara membaca surah alFatihah pula adalah W!/ kerana ia berdasarkan dalil yang Xanni yaitu H!S !H!.
Pembagian Cajib Wa#ib ditin#au dari beberapa aspek terbagi men#adi empat 3 a. Wa#ib ditin#au dari )aktu pelaksanaanya, ada yang Muaqqat dibatasi )aktu- dan ada yang Mutlaq tidak dibatasi )aktuWa#ib Muaqqat adalah sesuatu yang dituntut syar’i untuk dilakukan secara pasti dalam )aktu tertentu, seperti shalat lima )aktu. Masingmasing shalat yang lima )aktu itu dibatasi )aktu tertentu, arrtinya tidak )a#ib shalat sebelum )aktunya dan mukallaf berd"sa #ika mengakhirkan shalat dari )katunya tanpa uXur. /uga seperti puasa Yamadhan, ia tidak )a#ib dilaksanakan sebelum bulan Yamadhan dan tidak )a#ib #ika Yamadhan telah le)at. emikian #uga semua ke)a#iban yang "leh syar’i ditetpkan )aktu pelaksanaanya. Wa#ib yang Mutlaq tidak dibatasi )aktu- adalah sesuatu yang dituntut syar’i untuk dilaksanakan secara pasti tetapi tidak
ditentukan )aktu pelaksanaanya. Seperti denda yang )a#ibatas "rang yang
bersumpahkemudian melanggar sumpah, pelaksanaan denda ini tidak ditentukan )aktunya, #ika ia menghendaki bisa sa#a dilakukan langsung setelah melanggar sumpah atau ia tidak melaksanakan langsung pada saat itu. /uga seperti naik ha#i bagi "rang yang mampu, pelaksanaan ke)a#iban ini tidak ditentukan pada taun yang mana ia harus menunaikan. iantara cabang dari pembagian )a#ib yang dibatasi )aktu dan yang mnutlaq adalah bah)a )a#ib yang ditentukan )aktunya, maka se"rang mukallaf berd"sa #ika menunda )a#ib itu dari )ktunya tanpa uXur. `arena )a#ib yang dibatasi )aktu itu adalah dua ke)a#iban, yakni )a#ib dilakukan dan dilakukan pada )aktunya. Sese"rang yang menunaikan )a#ib setelah )aktunya, berarti telah menunaikan salah satu ke)a#iban, yaitu menunaikan ke)a#iban dan meninggalkan ke)a#ibaan yang lain, yaitu dilakukan tidak pada )aktunya. Maka mukallaf berd"sa dengan meninggalkan ke)a#iban ini tanpa uXur. Sedangkan )a#ib yang mutlak, maka tidak ada )aktu tertentu dalam menunaikannya. Sehingga mukallaf b"leh menunaikan pada )aktu mana sa#a yang ia kehendaki dan tidak berd"sa di )aktu manapun. b. Wa#ib ditin#au daru tuntutan menunaikan, terbagi men#adi )a#ib aini )a#ib ain- dan )a#ib kifa’i )a#ib kifayahWa#ib ain adalah sesuatu yang dituntut syar’i untuk dilakukan "leh masingmasing mukallaf. Tidak cukup se"rang mukallaf men#adi )akil yang lain, seperti shalat, Xakat, ha#i, menepati #an#i, men#auhi minuman khamer dan #udi. Wa#ib `ifayah adalah sesuatu yang dituntut syar’i untuk dilakukan "leh kel"mp"k mukallaf, tidak "leh masingmasing mukallaf. !rtinya #ika sebagian mukallaf sudah berbuat maka ke)a#iban itu sudah ditunaikan dan gugurlah dari d"sa mukallaf yang lain. /ika tidak dilakukan "leh se"rang mukallaf pun maka semua mukallaf berd"sa karena mengabaikan ke)a#iban itu. Seperti amar ma’ruf perintah berbuat baik- dan nahi munkar larangan berbuat mungkar-, shalat #enaXah, membuat rumah sakit,menyelamatkan "rang yang tenggelam, memadamkan kebakaran. !pabila sese"rang telah pasti melakukan )a#ib kifayah maka hal itu men#adi )a#ib ain baginya. Misalnya, #ika yang menyaksikan "rang tenggelam dan minta t"l"ng itu hanya "rang yang pandai berenang , yang melihat
suatu peristi)a hanya se"rang yang mengaku sebagai saksi, dalam suatu negeri hanya ada satu d"kter yang bisa memberikan pert"l"ngan, maka secara pasti mereka itu harus melakukan )a#ib kifayah, dan ke)a#iban iitu bagi mereka adalah )a#ib ain. c. Wa#ib ditin#au dari ukurannya terbagi men#adi )a#ib muhaddad yang dibatasi- dan ghairu muhaddad yang tidak dibatasi Wa#ib muhaddad adalah ke)a#iban yang "leh syar’i telah ditentukan ukurannya. 2akni tanggungan mukallaf atas ke)a#iban ini tidak hilang sebelum dilakukan sebaimana yang telah ditetapkan syar’i, seperti shalat lima )aktu, Xakat dan hutang piutang. Setiap shalat fardhu yang lima men#adi beban mukallaf sampai shalat fardhu itu dilaksanakan sesuai #umlah rakaat, rukun dan syaratnya. akat adalah ke)a#iban yang men#adi beban mukallaf sampai Xakat itu dikeluarkan sesuai ukuran dan diberikan kepada yang berhak. Sese"rang yang bernaXar mengeluarkan suatu ukkuran terttentu, maka ke)a#iban sebab nadXar itu disebut )a#ib yang muhaddad. Sedangkan )a#ib yang tidak dibatasi adalah ke)a#iban yang tidak ditentukan ukurannya "leh syar’i, tetapi mukallaf dituntut untuk melaksanakan ke)a#iban yang tidak terbatas. Seperti infak di #alan !llah, t"l"ng men"l"ng pada kebaikan, bersedekah kepada para kafir, memberi makan "rang yang kelaparan dan ke)a#iban lain yang tidak dibatasi "leh syari. d. Wa#ib ditin#au dari sifatnya, terbagi men#adi )a#ib mu’ayyan tertentu- dan )a#ib mukhayyar pilihanWa#ib mu’ayyan adalah sesuatu yang dituntut "leh syara’ dengan sendirinya, seperti shalat, puasa dan mengembalikan sesuatu yang digasab. Tanggungan mukallaf tidak hilang, kecuali dengan melakssanakan ke)a#iban itu dengan sendirinya. Wa#ib mukhayyar adalahsalah satu diantara beberapa hal tertentu yang dituntut "leh syar’i, seperti salah satu bentuk denda tebusan. !llah s)t me)a#ibkan kepada "rang yang melanggar sumpah untuk memberi makan sepuluh "rang miskin, atau memberi mereka pakaian, atau memerdekakan budak. 2ang )a#ib adalah salah satu diantara tiga hal tertentu tersebut. _ilihan bagi mukallaf adalah menentukan salah satu untuk dilaksanakan, sehungga hilanglah tanggungannya dengan melaksanakan salah satunya. '. M a n D u b ( S u n n a ! , y a i t u t u n t u t a n u n t u k m e l a k s a n a k an s u a t u p e r b u a t a n yang tidak bersifat memaksa, melainkan sebagai an#uran, sehingga sese"rang tidak dilarang untuk meninggalkannya. Misalnya, surat !laqarah3 '', !llah SWT berfirman
97 9j 9 < 6 8 6 v{IC A |} 6v ~ 6 6 6J C 6I 6 o v j 9v 6Ow 6= 6 Oz 6I 9o 6OP6 !rtinya 3 Wahai "rang"rang yang beriman• !pabila kamu melakukan utang piutang untuk )aktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. !laqarah3 ''-. 0afaX di atas menun#ukkan lafaX tuntutan yang pasti #aXmun- tetapi terdapat qarinah €.
Š B ? 9‰ 9 B <6C K 6 ; ‘ 6E I ‚‚jAG 6C ”IOP6 ƒ 9 A‹ I 6 |} 68 G@ I6 5 6 7@ 98 6B <= 6 |8 6x I “ !rtinya 3 an #ika kamu berada dalam musafir lalu kamu berhutang atau memberi hutang yang bertemp"h-, sedang kamu tidak mendapati #urutulis,
maka hendaklah diadakan barang gadaian untuk dipegang (oleh
orang yang memberikan hutang). `emudian
kalau yang memberi hutang percaya kepada yang berhutang
dengan tidak payah bersurat , saksi dan barang gadaian-, maka hendaklah "rang yang berhutang- yang dipercayai itu menyempurnakan bayaran hutang yang diamanahkan kepadanya, dan hendaklah ia bertak)a kepada !llah dan Tuhannya. an #anganlah kamu )ahai "rang"rang yang men#adi saksi- menyembunyikan perkara yang dipersaksikan itu. an sesiapa yang memyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah "rang yang berd"sa hatinya. an ingatlah-, !llah sentiasa Mengetahui akan apa yang kamu ker#akan. !laqarah 3 '+-
\as al[uran di atas alaqarah 3 '+- menun#ukkan baha)a tuntutan untuk menulis*mencatat hutang adalah
Sunat (ManDub! bukannya Cajib. Pembagian Sunna Sunnah dibagi men#adi tiga bagian 3 a. Sunnah yang tuntutan menger#akannya secara menguatkan. œrang yang meninggalkan sunnah ini tidak mendapat siksa melainkan mendapat celaan. iantara sunahsunah ini adalah perbuatan yang "leh syara’ dianggap sebagai penyempurna ke)a#iban, misalnya adXan, melakukan shalat lima )aktu secara ber#amaah. /uga termasuk diantaranya adalah segala sesuatu yang ditekuni "leh Yasulullah Sa) yang berupa masalahmasalah agama dan beliau tidak pernah meninggalkannya kecuali sekali atau dua kali untuk menun#ukkan ketidak pastiannya, seperti berkumur dalam ber)udhu dan membaca surat atau ayat setelah bacaan surat !lfatihah dalam shalat. agian ini disebut sunnah muakaddah atau sunnah huda.
b. Sunnah yang dian#urkan "leh syara’ untuk diker#akan, pelakunya mendapat pahala dan yang meninggalkan tidak disiksa maupun dicela. iantara sunnah ini adalah sesuatu yang tidak ditekuni "leh Yasulullah Sa) hanya beberapa kali diker#akan dan hanya beberapa kali ditinggalkan. iantaranya adalah bersedekah kepada fakir, puasa hari `amis dalam setiap minggu, atau shalat beberapa rakaat sebagai tambahan shalat fardhu dan sunnah muakadah. agian ini disebut zaa-idah aatau naafilah
c. Sunnah tambahan, artinya dianggap sebagai pelengkap bagi mukallaf. iantaranya adalah mengikuti #e#ak Yasulullah Sa) dalam hal kebiasaan beliau sebagai manusia, seperti makan, minum, ber#alan, tidur dan berpakaian menurut sifat yang dilakukan "leh Yasullullah Sa). Mengikuti #e#ak Yasulullah dalam hal tersebut sifatnya adalah penyempurna, dan dianggap sebagai kebaikan dari mukallaf karen menun#ukkan kecintaanyya kepada Yasul. Tetapi bagi "rang yang tidak mengikuti Yasul dalam hal tersebut tidak dianggap "rang yang #ahat, karena hal itu tidak termasuk syariat Yasul. agian ini disebut mustahab, adab dan fadhilah.
G. Muarram (Haram!
Haram ialah tuntutan syara’ supaya meninggalkan sesuatu perbuatan dengan tuntutan pasti #aXmun-.
Sekiranya sese"rang mukallaf itu melakukannya, dia akan berd"sa. Sebaliknya #ika ditinggalkan berd"sa. ("nt"hnya 3
) # ' < 6J60 ) + & )0 #8 # &08 # O & #4 )% #0 ) + &, &4 )- #Q# R & ...6
!rtinya 3 Viharamkan bagimu memakan- bangkai, darah, daging babi....Z [.S !lMaidah3+!tau larangan berbuat itu disertai dengan sesuatu yang menun#ukan kepastian, seperti firman !llah S)t 3
6 ŸI 5 ‡ C 7x 9; 6 <= 6 —6K 6 ›™4 ŠG IE 6 | 6 ƒ 9 AI 6N 6 P6žE 6 K 6 Œ Š–
!rtinya 3 Van #anganlah kamu mendekati Xina Xina- itu sungguh suatu perbuatan ke#i, dan suatu #alan yang buruk.Z [.S. !lsraa’ 3+'-
Pembagian Haram
Haram terbagi men#adi dua 3 a. Haram yang menurut asalnya sendiri adalah haram. !rtinyua bah)a hukum syara’ telah
mengharamkan keharaman itu se#ak permulaan seperti Xina, mencuri, shalat tanpa bersuci, meng)ini salah satu muhrimnya dengan mengetahui keharamannya, men#ual bangkau dan lainlain yang diharamkan secara nyata karena di dalamnya terkandung kerusakan dan bahaya. Maka keharaman itu datang se#ak permulaan atas perbuatan itu sendiri. b. Haram karena sesuatu yang baru. !rtinya, suatu perbuatan itu pada mulanya ditetapkan "leh hukum syara’ sebagai suatu ke)a#iban, kesunahan atau keb"lehan, tetapi bersamaan dengan sesuatu yang baru yang men#adikannya haram seperti #ual beli yang mengandung unsur penipuan, puasa yang terus menerus siang dan malam- dan lainlain yang mengandung keharaman karena sesuatu yang baru, bukan haram pada realitas perbuatannya melainkn unsur dari luar perbuatan itu. !rtinya, perbuatan itu pada dasarnya tidak menun#ukkan kerusakan dan bahaya, tetapi ada sesuatu yang menyertainya yang dapat menimbulkan kerusakan dan bahaya.
. Makru
Makruh adalah ketentuan larangan yang lebih baik ditinggalkan daripada dilakukan. ("nt"hnya3Memakan makanan berbau seperti pete ketika akan bergaul dengan "rang lain. er#ualan
ketika aXan /um’at. ("nt"h lainnya 3
) #7 Z)Q# 3$0 &\ #] :VVW #Q# + ), &0 # #X )* & "&=# )Y &0 )3 1 &< # & Z#4'6 :[ # )Q# 3$0 &\ #] ) * # ")6^8 # + ); &_ )] & * # + ), &0 # #X )* & ")6^ `#:4 # ) * # # 3$ & ##= Z#c60 3 :[ # d#7 : # & 38 # :[ # )Q# h & 3 (! + 4-6' # $W &# h Wahai "rang"rang yang beriman, #anganlah kamu menanyakan kepada \abimu- halhal yang #ika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan #ika kamu menanyakan di )aktu !l [uran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, !llah memaafkan kamu- tentang halhal itu. !llah Maha _engampun lagi Maha _enyantun. [.S.!lMaidah 3 %¡%. [arinah daripada hukum Haram kepada hukum Makruh berdasarkan.. an #ika kamu menanyakan di )aktu !l [uran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, !llah memaafkan kamu- tentang halhal itu. !llah Maha _engampun lagi Maha _enyantun. !lMaidah 3 %¡%. Hukum Makruh ialah pembuatnya tidak berd"sa, tetapi hanya dicela. Sesiapa yang meninggalkannya tidak membuat perkara tersebut- akan mendapat pahala dan pu#ian drp !llah SWT.
. Muba
Mubah adalah sesuatu yang "leh syara’ sese"rang mukallaf diperintah untuk
memilih antara
melakukannya atau meninggalkannya. Syar’i tidak menuntut agar mukallaf berbuat dan tidak #uga menuntut agar mukallaf meninggalkannya. iker#akan atau ditinggalkan,pelakunya tidak akan mendapat pahala,dan tidak pula dianggap berd"sa.("nt"hnya3Memakan berbagai #enis makanan halal,seperti nasi,sayurmayur,dan buahbuahan. Memilih )arna pakaian untuk menutup aurat.erusaha mencari reXeki dengan #alan berdagang. `adangkadang keb"lehan berbuat mubah- itu ditetapkan dengan nash syara’, seperti #ika syar’i menetapkan bah)a tidak berd"sa berbuat ini, maka hal ini menun#ukkan keb"lehan. Seperti firman !llah S)t 3
) Q# :% #4q6 + ), &4 )- #Q# #: #s `6] & #8 #... # 0 O6X # )6 Z)6 6o 6 + &p
!rtinya 3 Van tidak ada d"sa bagimu meminang perempuanperempuan itu dengan sindiran...Z [.S. !laqarah3'+1Serta 3
03 + &, &0 # '6&7 #$ )4 #0 )3 & : #? & :X #4 Z #6 # )% &0 )38 # + )[ &0 # v'6 + ), & &:/ #5 #8 # + ), &0 # v'6 w # : #,60 )3 3$* &87& Z #c60 3 &:/ #5 #8 # #4 )# Z#46?6 ) & Zx& #$s &&7 Zx&$% & &4 )* #=# 3y #^6 + ), &-6X )@ # Z)6 w #: #,60 )3 3$* &87& Z#c60 3 Z#6 &: #? # )% &0 )38 # 6: #6_ )% &0 )3 ! Z # 626:J #0 )3 Z #6 96 #6z# ) 3 {q6 $ #x&8 # &- &% #Q# | #X 6' # )Y #q # " 6:% #}6 ) :o 6 )W &, ) # Z ) #8 # " ~3 # )#7 •c6J6 & #8 # Z #46q6:] # & ( _ada hari ni dihalalkan bagimu yang baikbaik. makanan sembelihan- "rang"rang yang diberi !l `itab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula- bagi mereka. dan dihalalkan manga)ini- )anita yang men#aga keh"rmatan$¡'& diantara )anita)anita yang beriman dan )anita)anita yang men#aga keh"rmatan di antara "rang"rang yang diberi !l `itab sebelum kamu, bila kamu Telah membayar mas ka)in mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berXina dan tidak pula- men#adikannya gundikgundik. barangsiapa yang kafir sesudah beriman Tidak menerima hukumhukum slam- Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk "rang"rang merugi. !lMaidah 1-
& 3 + #-6Q# + ), &]6W &€ )#7 {q6 + ) & ) #; )#7 8 )#7 `6:] ) Q# :% #4q6 + ), &4 )- #Q# #: #s Z[ &€ #8 &; &c ) #2 & #8 # # + ), &€ #7 h # 03 O6X # )6 Z)6 6o 6 + ) &p &- #s # #7 w & : #,60 )3 #- &X ) # ‚ ' # 6:, # 03 9# #Y )Q& 3$ &< 6/ )* # #8 # :q ƒ8 &/ ) # ƒ$ )@ # 3$0 &$Y &* # " )#7 6^ 3 „26 Z x&8 &Q63$ #* & # Z ),60 #8 # # 3 " #7 3$% &- #Q)38 # …&8 &c #' ):q # + ), &]6W &€ )#7 {q6 : # + &- #/ ) # h # 3 " #7 3$% &- #Q)38 # (†G! + 4-6' # $W &# h an tidak ada d"sa bagi kamu meminang )anita)anita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan keinginan menga)ini mereka- dalam hatimu. !llah mengetahui bah)a kamu akan menyebutnyebut mereka, dalam pada itu #anganlah kamu mengadakan #an#i ka)in dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan kepada mereka- perkataan yang maruf dan #anganlah kamu beraXam bertetap hati- untuk beraqad nikah, sebelum habis iddahnya. dan `etahuilah bah)asanya !llah mengetahui apa yang ada dalam hatimu Maka takutlah kepada\ya, dan `etahuilah bah)a !llah Maha _engampun lagi Maha _enyantun. !laqarah 3 '+1-
3$- &; &\ )* # " )#7 + ), &]6W &€ )#7 ‚- #Q# #8 # ‡ #' # ˆ # 4 )0 # 6 6% #0 )3 ‚- #Q# #8 # ‡ #' # ‡6 #Q)‰#) 3 ‚- #Q# #8 # ‡ #' # ‚% #Q)‰#) 3 ‚- #Q# Š + ), &6:% #Q)#7 6$4 &o & 8 )#7 + ), &*63$ # ##7 6$4 &o & 8 )#7 + ), &€63$ # )6^ 6$4 &o & 8 )#7 + ), &*6:[ # &7 6$4 &o & 8 )#7 + ), &‹6:o #=# 6$4 &o & 8 )#7 + ), &*6$4 &o & Z)6 + ), &4 )- #Q# Š # 4 )0 # + ), &Y66Œ# 8 )#7 & #*6:W # # + ) &, )- # # : # 8 )#7 + ), &*6#: # 6$4 &o & 8 )#7 + ), &063$ # )#7 6$4 &o & 8 )#7 + ), &*6:% Q# 6$4 &o & 8 )#7 ) #7 8 )#7 :/ ƒ4%6s # 3$- &; &\ )* # " )#7 : #s O ƒ; # #:X # & h 6 3 6 )Q6 Z )6 O ƒ4 6* # + ), &]6W &€ )#7 ‚- #Q# 3$% &- ] & # q # :* ƒ$4 &o & + ) &- ) # # 3y #Ž 6q # :* ƒ: # & 3 Z &4 X # & #06c #; # O ƒX #4 5 # (! " #$- &Y6/ )* # + ), &- / #0 # 6: #z# ) 3 + &, &0 # h Tidak ada halangan bagi "rang buta, tidak pula- bagi "rang pincang, tidak pula- bagi "rang sakit, dan tidak pula- bagi dirimu sendiri, makan bersamasama mereka- dirumah kamu sendiri atau dirumah bapakbapakmu, dirumah ibuibumu, dirumah saudara saudaramu yang lakilaki, di rumah saudaramu yang perempuan, dirumah saudara bapakmu yang lakilaki, dirumah saudara bapakmu yang perempuan, dirumah saudara ibumu yang laki laki, dirumah saudara ibumu yang perempuan, dirumah yang kamu miliki kuncinya$%¡1%& atau dirumah ka)an ka)anmu. tidak ada halangan bagi kamu makan bersamasama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki suatu rumah dari- rumah rumah ini- hendaklah kamu memberi salam kepada penghuninya yang berarti memberi salam- kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi !llah, yang diberi berkat lagi baik. emikianlah !llah men#elaskan ayatayatnya\ya- bagimu, agar kamu memahaminya. !n\uur 3 ]%
. KeDuDukan Dan Fung‘i Hukum Taklifi
`edudukan dan fungsi hukum taklifi menempati p"sisi yang utama dalam a#aran slam, karena hukum
taklifi membahas sumber hukum slam yang utama , yaitu !l[ur’an dan Hadis dari segi perintahperintah !llah SWT dan rasul\ya yang )a#ib diker#akan,laranganlarangan !llah SWT dan rasul\ya yang harus ditinggalkan serta berbentuk pilihan untuk melakukan suatu perbuatan atau meninggalkannya.
’. Penera“an Hukum Taklifi Dalam KeiDu“an Seari”ari
Se"rang muslim*muslimah yang menerapkan hukum taklifi dalam kehidupan seharihari tentu selama
hidup dialam dunia ini akan senantiasa melaksanakan perintah\ya yang hukumnya )a#ib, meninggalkan segala larangan !llah SWT yang hukumnya haram dan lebih baik lagi kalau menger#akan an#uran !llah SWT dan Y"sul\ya yang hukumnya sunnah dan meninggalkan laranganlarangan\ya yang hukumnya makruh.Sedangkan halhal yang hukumnya mubah se"rang muslim*muslimah b"leh menger#akannya dan b"leh tidak,karena baginya tidak ada pahala dan tidak ada d"sa . `edudukan hukum taklifi dalam hukum slam- merupakan ketetapanketetapan dari !llah itu sendiri. Fungsi hukum taklifi adalah sebagai ramburambu bagi umat slam mengenai berbagai perbuatan yang b"leh dan dilarang, perbuatan yang sebaiknya ditinggalkan tetapi #ika dilakukan tidak berd"sa, dan lainlain
HUKUM CA’HI PEMBAHASAN Pengertian Hukum CaDi Hukum )adh’ ialah, firman !llah yang berbentuk ketentuan yang men#adikan sesuatu sebagai sebab atau syarat atau halanganb dari suatu ketetapan hukum taklifi. œleh karena itu, pada hakikatnya, hukum wadh’I sangat erat kaitannya dengan hukum
taklifi, baik dalam bentuka sebab sabab-, sehingga
melahirkan akibat musabbab- suatu huum taklifi. !tau dalam bentuk syarat syarat -, sehingga di mungkinkan berlakunya masyruth- suatu hukum taklifi, ataupun dalam bentuk halangan mani-, sehingga suatu hukum taklifi men#adi tidak terlaksana mamnu’-. i samping itu, termasuk pula dalam pembahasan hukum )adh’ pembahsan yangber kaitan dengan’aXimah hukum yang berlaku umum dan keadaan n"rmal- dan rukhsah keringanan-. !shshihhah sah- dan albuthlanbatal- . egan demikian, pembahasa tentang hukum )adh’iberkaiatan dengan tu#uh hal utama yaitu, sabab, syarth, mani, aXimah, rukhsah, ashshihhah. an albuthlan. Untuk #elasnya. iba)ah ini diuraikan secara lebih terperinci
a.
Sabab
sebab al_sabab- menurut /umhur Ulama adalah 3 Sesuatu yang lahir dan #elas batasbatasnya , yang "leh !llah al-syari, _embuat hukum-- di#adikan sebagau tanda bagi )u#udnya hukum. erdasarkan define ini, ada dua esensi yang terkandung didalamnya. _ertama suatu tidak sah di#adikan sebagai sabab kecuali !llah Syari’- sendiri yang men#adikannya saebagai sebab. `arena hukumtaklifi merupakanpembebanan dari !llah SWT, maka yang membebani adalah !llah SWT. an #ika yang membebani adalah penmbuat hukum Syari-, maka ialah men#adikan sebabsebab sebagai dasar hukumhukumnya. `edua3 bah)a sebabsebab itu bukanlah yang mempengaruhi terhadap )u#udnya hukumhukum taklifi, akan tetapi meruapakan tanda bagi lahirnya hukumhukum itu. alam hal ini !sySyathiby mengatakan, bah)a VsebabZ bukanlah pelaku aktif denngan sendirinya, ia hanyalah menyertai ter#adinya akibat musabbab atau hukum-, bukan yang menyebabkannya
Pembagian ‘abab %-Sabab hukum yang bukan pembuatan mukallaf Sabab
yang merupakan membuatatan mukallaf ialah pembuatan mukallaf yang ditetapkan asy Syari
sebagai pengenal*penanda adaaanya musabbab akibat dalam bentuk hukum syara. '- Sabab hukum yang bukan merupakan pembuatan mukallaf Sebab
hukum yang bukan pembuatan mukallaf ialah, sesuatu yang asy-Syari men#adikannya sebagai
penanda pengenal adanya hukum syara’, dalam bentuk sabab. Sedangkan ia bukan pembuatan mukallaf. _ada umumnya, sabab yang kedua ini merpaka fen"mena alam yang di#adikan sebagai sabab bagi )aktu )aktupelaksaan ibadah.
b. A‘–”S–art ! Pengertian A‘–”S–art Asy-Syarth syarat- adalah sesuatu yang
men#adi tempat bergantung )u#udnya hukum. Tidak adanya syarat
berarti tidak adanya hukum, tetapi )u#udnya syarat tidak pasti )u#udnya hukum. !dappun perbedaan antara syarat dengan sabab adalah 3 bah)a ditemukan adanya syarat- itu tidak memastikan adanya hukum. œleh karenanya, adanya )udhu’ yang merupakan syaratnya shalat menentukan* tidak mengakibatkan )a#ibnya shalat. an adanya dua "rang saksi tidak menentukan *tidak mengakibatkan
adanya akad nikah, meskipun keadaannya dua "rang saksi meruapakan syarat sanya akad nikah. !kan tetapi shalat men#adi tidak sah tanpa adanya )udhu’, dan akad nikah men#adi tidak sah tanpa adanya dua "rang saksi
†! Pembagian ‘–art a! ‘–art a‘–”‘–ari––a 2ang dimaksud dengan syarth asy-syar’iyyah ialah, syarth yang ditetapkan "leh asy syaripembuat hukumdi#adikan sebagai syarat untuk memenuhi sebab, atau untuk memenuhi musabbab.
b! S–art jali––a !dapun yang di maksud dengan Syarth ja’liyyah ialah, syarth yang ditetapkan "leh muhallaf sebaga hubungan kausal yang diakui "leh syara memilki efek hukum syara’, Syarth bentuk kedua ini tidak b"leh bertentangan engan hukum syara’ agar efek akibat musabbab-nya dapat diakui "leh asy-Syari sebagai hukum syara’. ("nt"hnya , se"rang suaami yang mengaitkan ke#tuhan talaknya dengan suatu syarat, dengan mengatakan kepada istrinya3 V jika engkau mengulangi !erkataan dusta itu, maka taakmu jatuh satuZ
—. Al”Mani ! Pengetian al”Mani Al-Mani sebab
penghalang- ialah perkara syara’ yang keberadaannya menafikan tu#uan yang dikehendaki "leh
atau hukum. œleh karena itu asy-Syathiby menganggapnya sebagai sebab yang merintangi ter hadap
sebab yang meruapakan tanda u#udnya hukum, atau sebai sebab yang merintangi Xat hukum. `arena asy Asyathiby
mendefinisikan mani’ sebagai 3 sebab yang metetapkan hukum lain karena adanya illa yamg
menafikan hikmahnya hukum
†! Pembagian Al”Mani Sebagaimana halnya syarth, ulama ushul fiqih #uga membagi mani’ dengan menin#aunya dari beberapa segi, tetapi tin#auan yang terpenting ialah penbagian mani ditin#au dari segi "b#eknya. alan hal ini, mani’ dibagi men#adi dua, yaitu 3 !- Mani’ yang menghalangi adanya hukum3 b- Mani’ yang menghalangi adanya hubungan kausal sabab. 2ang dimaksud dengan mani’ yang menghalangi adannya hukum ialah, ketetapan asy-Syari’ yang menegaskan bah)a sesuatu men#adi penghalang berlakunya hukum syara’ yang umum. Sebagai ("nt"h hukum Syara’ yang umunm menyatakan, )a#ib shalat bagi setiap mukallaf, baik lakilaki maupum )anita. !kan tetapi, syara’ #uga menetapakan, haid dan nifas men#adi penghalang bagi )anita untuk dikenakan ke)a#iban mengqadha’ shalt yang tidak dilaksanakan selama haid dan nifas. !dapun yang dimaksud dengan mani’ yang menghalangi hubungan kausal sabab ialah , ketetapan AsySyari’ yang
menegaskan bah)a sesuatu men#adi penghalang bagi lahirnya musabbab*akibat hukum dari suatu
sabab syara’ yang berlaku umum. Sebagai ("nt"h, ketentuan syara’ yang umum menyatakan, #umlah harta yang mencapai kadar nishab dan telah dimiliki selama sestahun
haul- merupakan sabab bagi ke)a#iban
mengeluarkan Xakat. !kan tetapi ketetapan syara’ #uga menyatakan bah)a keadaan berhutang merupakan menghalang bagi sese"rang untuk dikenakan ke)a#iban Xakat
D. Al”˜A™ima Dan ar”ruk‘a ! Pengertian Al”˜A™ima Dan ar”ruk‘a Al-"Azimah
dan ar-rukhshah adalah dua ketentuan yang "leh sebagian besar ulama ushul fiqih dimasukan
kepada kel"mp"k pembahasan hukum wadh’I !lasan mereka. _ada hakikatnya ketentuan azimah berkaitan erat dengan keadaan yang n"rmal yang men#adi sebab diberlakukannya hukumhukum syara’ uyang umum bagi
mukallaf. Sementara kireteria rukhshah pada umumnya berkaitan ert dengan keadaan tertentu yang men#adi sebab berlakunya keringanan bagi mukallaf dalam melaksanakan huhum. alam pada hali itu, sebagian ulama menbicarakan azimah dan rukhshah dalam kel"mp"k hukum taklfi. !lasan mereka, pembicaraan azimah dan rukhshah berkaitan langsung dengan cara penerapan hukum taklifi. agaimanapun #uga, penulis cenderung pada alasan ulama kel"mp"k pertama, sehingga dalam uruusan ini, pembahasan Azimah dan #ukhshah ditempatkan dalam hukum wadh’i. `edua definisi tersebut diatas hanya berbeda dari segi redaksinya sa#a, namun maksudnya sama, bah)a yang dmaksuud dengan azimah dan adalah, ketentuan syariat yang ditetapkan untukberlaku secara umum, dalam keadaan n"rmal, bukan dalam keadaan dan situasi tertentu yang bersifat khusus, bagi seluruh mukallaf, bukan untuk mukallaf tertentu yang bersifat khusus.
†! Pembagian ar”šuk‘a a- erdasarkan segi bentuk hukum yang berlaku umum itin#au dari segi bentuk hukum yang berlaku umum, rukhshah dibagi kepada dua bagian, yaitu sebagai berikut. %-¢ Ar-rukhshah untuk melakukan perbuatan yang menuurut ketentuan syariat yang umum diharamkan, karena darurat atau ha#ah. '- Ar-rukhshah untuk meninggalkan perbuatan yang menurut aturan syariat yang umum di)a#ibkan, `arena kesulitan melaksanakannya. b- erdasarkan segi bentuk rukhshah keinginan-
e. A‘”Sia› aaal”Butlan› Dan Al”Fa‘aD 2ang dimaksud dengan ash-shihhah ialah, suastu perbuatan yang telah memiliki sabab, memenuhi berbagai rukun dan perssyaratan syara’, an terdapat mani’ padanya. alam pada itu, suatu sabab yang disebut suatu sah ialah , sabab yang menimbulkan musabab atau dampak hukum. !dapun yang dimaksud dengan Albuthlanbatal- ialah, kebalikan dari pengertian sah, yaitu, suatu perbuatan yang tidak memenuhi semua kireteria yang dituntut "leh syara’. an syaratsyarat #a’liyyah yang rusak fasad- akan men#adikan sebab rusaknya akad pada pembagian keadaan. Sepeti halnya akadakad maliyah transaksi barang- men#adi rusak disebabkan rusaknya syarat pada saat tukarmenukar. Tapi dalam keadaan syaratsyarat yang rusak fasad - tidak men#adikan rusaknya suatu akad.
HUKUM CA’HI ’AN PENEšAPANNœA ’ALAM ISLAM A. Pengertian Hukum )ad’ adalah khitab syar’ yang menuntut untuk men#adikan sesuatu sebagai sebab, syarat, atau penghalang dari sesuatu yang lain. `etentuan hukum ini di kenal dengan istilah lain sebagai pertimbangan hukum. Hukum )ad’ #uga bisa dikatakan hukuman yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf yang mengandung persyaratan sebab atau mani’.
B. Ma—am”Ma—am Hukum CaDi _ara ulama’ usul fiqh menyatakan bah)a hukum )ad’ itu ada lima macam yaitu %.
Sebab Secara etim"l"gi alsabab- mempunyai arti alhablu tali- dan sesuatu yang menghantarkan kepada maksud
atau tu#uan. Secara bahasa Sebab yaitu sifat yang nyata dan dapat di ukur yang di#elaskan leh nash alqur’an atau sunnah bah)a keberadaannya men#adi petun#uk bagi hukuman syara’ artinya, keberadaan sebab merupakan pertanda keberadaan suatu hukum. ("nt"h sebab3 VHai "rang"rang yang beriman, apabila kamu hendak menger#akan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai sikusiku.Z $[S. !lMaidah 1-3 ]&. `ehendak melakukan shalat adalah yang men#adikan sebab di)a#ibkannya )udhu, tergelincirnya matahari men#adi sebab )a#ibnya sh"lat dXuhur. '. Syarat Syarat ialah3 suatu yang menyebabkan adanya hukum dengann adanya syarat dan bila tidak ada syarat maka hukum pun tidak ada. ("nt"h syarat3 VMenger#akan ha#i adalah ke)a#iban manusia terhadap !llah, yaitu bagi "rang yang sanggup mengadakan per#alanan kepadanya.Z $[S. !li mran +-3 £¤&. `emampuan adalah men#adi syarat di)a#ibkannya ha#i. +. Mani’ Mani’ yaitu sifat yang nyata yang keberadaannya menyebabkna tidak ada hukum atau tidak ada sebab. Seperti hubungan suami istri dan hubungan kekerabatan menyebabkan ter#adinya hubungan ke)arisan. ("nt"h mani’ pencegah-3 Yasulullah sa). bersabda, V_ena diangkat tidak ditulis d"sa- dari tiga "rang, yaitu dari "rang tidur sampai ia bangun, dari anak kecil sampai ia de)asa, dan dari "rang gila sampai ia sembuh berakal-.Z Hadits ini menun#ukkan bah)a gila adalah pencegah terhadap pembebanan suatu hukum dan men#adi pencegah terhadap perbuatan yang sah. . Sah dan atil 0afadX sah dapat diartikan lepas tanggung#a)ab atau gugur ke)a#iban di dunia serta memperlah pahala dan gan#aran di akhirat. Sh"lat diakatakan sah karena telah dilaksanakan sesuai dengan yang diperintahkan syara’ dan akan mendatangkan pahala di akhirat. 0afadX batal dapat diartikan tidak lepas diartiakn tanggung#a)ab tidak menggugurkan ke)a#iban di dunia dan akhirat tidak memper"lah pahala. 1. !Ximan dan Yukhsah !Ximan dan rukhsah3 adalah hukum yang disyariatkan !llah kepadaseluruh hambanya se#ak semula. !rtinya belum ada hukum sebelum hukum itu disyariatkan !llah, sehingga seluruh makhluk )a#ib mengikuti se#ak hukum tersebut disyariatkan. Misalnya3 #umlah rakaat sh"lat dXuhur adalah empat rakaat, #umlah rakaat ini ditetapkan !llah se#ak semula dimana sebelumnya tidak ada hukum lain yang menetapkan #umlah rakaat sh"lat dXuhur, hukum tentang rakaat sh"lat dXuhur itu adalah empat rakaat disebut dengan aXiamh, apabila ada
dalil lain yang menun#ukkan bah)a "rang"rang tertentu b"leh menger#akan sh"lat dXuhur dua rakaat seperti "rang musafir, maka hukum itu disebut rukhsah. !dapun alasan mengapa rukhshah dan aX¥mah bukan termasuk dalam hukum )adh’¥e akan tetapi masuk dalam hukum takl¥f¥e adalah karena kedua hukum tersebut mengandung kehendak atau permintaan iqtidh¦¢- dalam hukum aX¥mah dan kebebasan memilih takhy¥r- dalam hukum rukhshah. Sebaliknya pendapat yang menganggap bah)a aX¥mah dan rukhshah merupakan bagian dari hukum )adh’¥e dan bukan termasuk dalam hukum takl¥f¥e mengatakan bah)a rukhshah pada hakikatnya adalah sifat yang di#adikan Sy¦ri’ sebagai sebab peringanan suatu hukum syariat, sedangkan aX¥mah adalah kelangsungan adat dan kebiasaan yang men#adi sebab berlakunya hukum asli, seperti hukum ke)a#iban salat, Xakat, dan lain sebagainya. Sedangkan alasan mengapa alshihhah dan albuthl¦n atau alf¦sid tidak termasuk dalam hukum )adh’¥e akan tetapi bagian dari hukum takl¥fie, yaitu karena pada hakikatnya alshihhah adalah pemb"%ehan dari Sy¦ri’ untuk memanfaatkan sesuatu, seperti pemb"lehan memanfaatkan mab¥’ barang yang di#ual- "leh pihak pembeli. Sebaliknya albuthl¦n adalah keharaman memanfaatkan sesuatu, seperti larangan memanfaatkan mab¥’ #ika akad #ual beli batal atau tidak sah.
. nt Hukum CaDI ("nt"h hukum )ad’ menurut firman !llah s)t.dan sunah Yasulullah sa).berikut
.
Kitab Alla ‘t.–ang Menunjukan Se‘uatu MenjaDi Sebab –ang Lain !llah s)t.berfirman dalam Surah alsra’ !yat ¤
¤ 3PO;E§O- ¨8–CO ©7CwC LQCO >RJ !rtinya3 Virikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir.Z [S. !lsr¦¢3 ¤alam ayat tersebut diterangkan bah)a c"nd"ngnya matahari men#adi alsabab adanya ke)a#iban salat dXuhur.
> 9EIKP9; 9x I O7Ÿ 6 v{IC AO |} 6v 6J |v 6 9 9 K 9 O7@ 9I«<| 6 LI 6Q A CO C 6I > 9v 6wIv <6JK 6 > 9ª67 A | 6 | Š 9 6 ; 9 96@ 6 Ow ŠGBI w 9v; Iv 9 |o 6 ƒ 9 9vwIv <6JK 6 > 9ªI7 9 7 9x I O7Ÿ 9 < o 6—6 K <6J ®I¯I|° 6C 9j 9 I = 6 > <6@ 6 P6| 6 G 9C Iw 9v; Iv 9 9A@ B 66C > 9G <6@ 6 ƒ 9j 68 6B <I > AjIG 9C IK 6 > < 9; 6} ‡± 6 B 6 5 6 K; 9? 9– < G 6C I9“AO 6 9G <6@ 6 !rtinya 3V Hai "rang"rang yang beriman, apabila kamu hendak menger#akan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan basuh- kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan #ika kamu #unub maka mandilah, dan #ika kamu sakit $¡+& atau dalam per#alanan atau kembali dari tempat buang air kakus- atau menyentuh $¡& perempuan, lalu kamu tidak memper"leh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik bersih- sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. !llah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi ia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nimat\ya bagimu, supaya kamu bersyukurZ
†.
Kitab Alla ‘t.–ang Menunjukan Se‘uatu MenjaDi S–arat –ang Lain
!llah berfirman dalam Surah an\isa !yat ] Setelah memperhatikan c"nt"h di atas, di sana tidak ditemukan kesesuaian yang tampak antara adanya alsabab dan munculnya suatu hukum syariat, kecuali yang diketahui "leh Sy¦ri’ sendiri. alam hal seperti ini para ulama ush³l menyebutnya sebagai alsabab dan alillah, namun ada sebagian ulama yang menyebutnya al
sabab sa#a dan bukan alillah, karena menurut pandangan mereka alillah adalah yang mempunyai kesesuaian yang c"c"k antara hukum syariat dan alillah.
G.
Kitab ša‘ullula ‘a.–ang Menunjukan Se‘uatu MenjaDi Pengalang (Mani!.
Yasulullah sa).bersabda dalam sebuah hadits yang diri)ayatkan "leh !bu a)ud yang artinya 3 VTidak ditulis sebagai d"sa dari tiga hal, yaitu dari "rang gila sampai ia sembuh berakal-, dari "rang tidur sampai bangun, dan dari anak kecil sampai dia de)asa. H.Y. !bu a)ud dari bnu !bbas 3 +'+-Z Hadits diatas menggambarkan bah)a gila men#adi penghalang terhadap pembebanan suatu hukum dan men#adi penghalang Man’i- terhadap perbuatan yang sah. Selain hadits diatas, terhadap pula hadits yang lain, yang artinya 3 Vœrang islam tidak me)arisi "rang fakir dan "rang kafir tidak me)arisi harta "rang islam. H.Y. alukhari dari Usamah bin aid 3 ]']¤ dan Muslim 3 +¡'¤-Z erlainan agama antara "rang yang me)ariskan hartanya dan "rang yang me)arisi men#adi penghalang sese"rang untuk menerima harta )aris. erdasarkan ketentuan dan c"nt"hc"nt"h tersebut, hukum )ad’ pada dasarnya sebagai petun#uk dalam melaksanankan hukum taklifi. Mengenai hukum )ad’ para ulama berpendapat bah)a hukum )ad’ tidak hanya mengandung lima hal diatas, tetapi #uga mengandung rukhsah kemurahan-, dan sihah sah-.