HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINDAKAN CUCI TANGAN PADA ANAK SD
KEDOKANSAYANG 02
KABUPATEN TEGAL
Eka Mardiyanti
Jurusan Keperawatan, STIKES Bhakti Mandala Slawi 52416, Tegal, Indonesia
Email :
[email protected]
ABSTRAK
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu yang didapatkan
melalui panca indera. Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain pendidikan, umur, lingkungan dan informasi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan
cuci tangan pada anak SD Kedokansayang 02 Kabupaten Tegal. Desain
penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan penelitian cross
sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 76 orang dengan teknik total
sampling. Teknik analisa datanya menggunakan analisa univariat dengan
distribusi frekuensi dari analisa bivariat yaitu menggunakan chi-square.
Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
tindakan cuci tangan.
Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Cuci Tangan.
PENDAHULUAN
Kesehatan adalah kesejahteraan dari badan, jiwa, sosial yang memungkinkan
seseorang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Richo, 2009).
Perilaku sehat mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS), yang saat ini juga telah menjadi perhatian
dunia. Hal ini karena kurangnya praktek perilaku mencuci tangan tidak hanya
terjadi di negara–negara berkembang saja tetapi ternyata di negara maju pun
kebanyakan masyarakat masih enggan untuk melakukan cuci tangan. Usia anak
sekolah merupakan masa rawan untuk terserang penyakit. Beberapa penyakit
yang diderita anak sekolah seperti diare, cacingan dan infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA) (Fajriati, 2013).
Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh factor - faktor seperti
pengetahuan, sikap, motivasi dan lingkungan (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris
khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Sikap adalah respon
tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek, baik yang bersifat intern
maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup
tersebut (Sunaryo, 2014).
Salah satu bentuk perilaku hidup sehat adalah dengan menjaga kebersihan
diri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zuraidah pada tahun 2013
menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku mencuci tangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Asfan pada tahun 2013 juga menunjukkan ada
hubungan signifikan yang sangat kuat antara pengetahuan dan sikap terhadap
cuci tangan.
Menurut Sunaryo (2012) pengetahuan merupakan domain terpenting bagi
terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang disadari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Penerapan perilaku hidup sehat tidak hanya melibatkan peran sekolah saja
yang berpengaruh, tetapi peran peran orang tua sangat dibutuhkan agar
pengetahuan siswa tentang perilaku hidup sehat menjadi lebih tinggi. Hal
ini disebabkan orang tua merupakan pendidik pertama sehingga orang tua
diharapkan memberikan arahan dan bimbingan yang baik kepada anaknya (Alif,
2014).
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SD Kedokansayang 02
diperoleh data dari hasil observasi awal siswa tidak mencuci tangan sebelum
dan setelah makan serta kuku tangan yang terlihat kotor dan panjang. Selain
itu juga, saat jam istirahat anak sekolah membeli jajan tanpa memperhatikan
kebersihannya. Kurangnya fasilitas untuk mencuci tangan juga menyebabkan
siswa tidak mencuci tangan. Hasil wawancara dengan siswa mengatakan
kadang perutnya merasa sakit setelah jajan di sekolah dan informasi dari
guru hasil setiap bulannya ada siswa yang tidak masuk sekolah karena diare.
Data didapatkan bahwa anak yang pernah mengalami diare kurang memahami dan
tidak melakukan CTPS dengan baik dan benar, walaupun sering diajarkan oleh
guru dan orang tua di rumah. Melihat kejadian diatas peneliti tertarik
untuk mengetahui "Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Cuci Tangan
pada Anak SD Kedokansayang 02 Kab. Tegal".
METODE PENELITIAN
Desain penelitian adalah jenis kuantitatif karena penelitian ini disajikan
dengan angka– angka. Termasuk dalam penelitian yang bersifat deskriptif
korelasi yaitu untuk mengetahui hubungan antara suatu variabel dengan
variabel lain, kemudian diidentifikasi pula variabel lain yang ada pada
objek yang sama dan dilihat apakah ada hubungan antara keduanya
(Notoatmodjo, 2010).
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
penelitian cross sectional yaitu metode pengambilan data yang dilakukan
pada waktu yang sama dengan subjek yang berbeda. Metode ini bertujuan agar
diperoleh data lengkap dalam waktu yang relatif cepat (Arikunto, 2006).
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya hubungan tingkat
pengetahuan dengan tindakan cuci tangan pada anak SD Kedokansayang 02
Kabupaten Tegal.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampel,
jadi besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 76 siswa yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
ANALISIS UNIVARIAT
Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan pada variabel penelitian
yang meliputi tingkat pengetahuan, tindakan cuci tangan.
TINGKAT PENGETAHUAN
"Kategori "Frekuensi "(%) "
"Baik "38 "50 "
"Cukup "36 "47,4 "
"Kurang "2 "2,6 "
"Total "76 "100 "
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden yang memiliki tingkat
pengetahuan baik yaitu 38 orang (50%), ditunjukan dengan banyak responden
yang mengerti tentang pengertian cuci tangan serta menurut responden
mencuci tangan yang baik adalah dengan air mengalir dan sabun.
TINDAKAN CUCI TANGAN
"Cuci Tangan"Frekuensi "(%) "
"Baik "39 "51,3 "
"Cukup "37 "48,7 "
"Kurang "0 "0 "
"Total "76 "100 "
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden yang melakukan
tindakan cuci tangan dengan baik yaitu sebanyak 39 orang (51,3%), dengan
hasil banyak dari responden yang menjawab pernyataan selalu melakukan cuci
tangan dengan air mengalir dan sabun, mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan, setelah bermain serta buang air besar.
ANALISIS BIVARIAT
Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan tindakan cuci tangan pada anak SD
Kedokansayang 02 Kabupaten Tegal. Hubungan kedua variabel tersebut dapat
diketahui dari hasil uji chi square.
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINDAKAN CUCI TANGAN (N=76)
"Pengeta"Cuci Tangan "Total"X² "P "
"huan " " " "value"
" "Baik "Cukup "N " " "
"Baik "25 "13 "38 "7.520"0,023"
"Cukup "14 "22 "36 " " "
"Buruk "0 "2 "2 " " "
"Total "39 "39 "76 " " "
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden dengan pengetahuan
baik adalah 50%, pengetahuan cukup 47,4 % sedangkan pengetahuan yang buruk
2,6%. Responden dengan tindakan cuci tangan yang baik sebesar 51,3%
sedangkan responden dengan tindakan cuci tangan yang cukup sebesar 48,7%.
Hasil hitung dari nilai Chi-Square 7.520 dan p-value (0,023) < 0,05.
Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan
tindakan cuci tangan.
PEMBAHASAN
PENGETAHUAN
Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan
terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu atau
diperoleh dari pengalaman. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membetuk tindakan seseorang.
Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam tiga kategori yaitu baik
bila subyek mampu menjawab pertanyaan dengan benar 76-100% dari seluruh
jawaban, cukup bila subyek mampu menjawab pertanyaan dengan benar 56-75%
dari seluruh jawaban, kurang bila subyek mampu menjawab dengan benar
pertanyaan 40-55% dari seluruh jawaban.
Hasil analisa berdasarkan distribusi tingkat pengetahuan menunjukan
responden yang berpengetahuan baik yaitu sebanyak 38 responden (50%),
berpengetahuan cukup 36 responden (47,4%) sisanya berpengetahuan kurang
sebanyak 2 responden (2,6%).
Penelitian yang sama dilakukan oleh Alif (2014) deskripsi responden
berdasarkan tingkat pengetahuan menunjukan 72 responden (81,3%) adalah
berpengetahuan baik. Hasil penelitian yang sama kemungkinan dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan informasi yang mereka dapatkan baik
dari guru, orang tua mau pun media elektronik sehingga membiasakan mereka
untuk melakukan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Mereka mengerti
dengan sering melakukan cuci tangan maka akan terhindar dari berbagai macam
penyakit seperti diare, cacingan. Hasil penelitian yang sama juga
dipengaruhi oleh teknik pengambilan sampel yaitu total sampling, dengan
adanya teknik pengambilan sampel yang sama ada kemungkinan kriteria dari
responden itu tidak jauh berbeda. Dengan terjadinya peningkatan pengetahuan
cuci tangan maka dapat meningkatkan kepatuhan untuk melakukan tindakan cuci
tangan, hal ini dibuktikan dari penelitian Zuraidah (2013) yang mengatakan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan mencuci tangan.
Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan cuci tangan adalah pendidikan.
minat, pengalaman, umur, sosial budaya, serta individu itu sendiri menurut
Wawan dan Dewi (2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan responden yang
banyak menjawab pernyataan dengan benar adalah kelas 6 hal ini di pengaruhi
karena faktor pendidikan dan umur. Hasil wawancara dengan guru juga
mengatakan menciptakan kebiasaan diri untuk mencuci tangan pada kelas 6
lebih mudah di bandingkan pada kelas 4 karena pada anak kelas 4 pengetahun
mereka hanya sebatas mencuci tangan biasa saja mengunakan air, mereka belum
memahami betul pentingnya menjaga kesehatan tangan.
TINDAKAN CUCI TANGAN
Tindakan merupakan perilaku yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi
spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak disadari. Perilaku
atau tindakan adalah kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi.
Faktor - faktor yang mempengaruhi tindakan cuci tangan antara lain
pengetahuan, sikap, motivasi serta lingkungan (Nursalam, 2008).
Dari hasil penelitian diperoleh data responden yang melakukan tindakan cuci
tangan dengan baik yaitu 51,3%, sedangkan responden yang melakukan tindakan
cuci tangan dengan nilai cukup yaitu 48,7%. Penelitian yang sama dilakukan
oleh Ratna (2015) deskripsi responden berdasarkatn tindakan cuci tangan
dengan hasil menunjukan tindakan cuci tangan yang dilakukan dengan baik
sebanyak 25 anak (83.3%).
Hasil penelitian menunjukan responden yang melakukan tindakan cuci tangan
dengan baik adalah reponden pada anak kelas 6 dibanding dengan kelas 5 atau
kelas 4. Kelas 6 adalah yang terbanyak dalam hal tindakan cuci tangan yang
baik. di SD Kedokansayang sendiri untuk fasilitas mencuci tangan masih
sangat kurang, disetiap kelas hanya terdapat waskom berisi air yang diganti
pada saat jam istirahat. Letak kran-kran air yang jauh membuat siswa jarang
mencuci tangan. Mereka mencuci tangan hanya ketika tangan kotor setelah
makan jajan atau bermain.
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINDAKAN CUCI TANGAN
Data yang diperoleh bahwa responden dengan pengetahuan baik adalah 50%,
pengetahuan cukup 47,4 % sedangkan pengetahuan kurang 2,6%. Responden
dengan tindakan cuci tangan yang baik sebesar 51,3% sedangkan responden
dengan tindakan cuci tangan yang cukup sebesar 48,7%. Hasil hitung dari
nilai Chi-Square 7.520 dan p-value (0,023) < 0,05. Artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan tindakan cuci
tangan.
Dari jumlah seluruh tingkat pengetahuan yang baik yaitu 50% responden, yang
melakukan tindakan cuci tangan cukup yaitu 34,2% sedangkan yang melakukan
tindakan cuci tangan baik 65,8%. Total jumlah tingkat pengetahuan cukup
yaitu 47,4% responden, yang melakukan tindakan cuci tangan cukup 61,1%
sedangkan yang melakukan tindakan cuci tangan baik 38,9%, sedangkan jumlah
seluruh tingkat pengetahuan buruk yaitu 2,6%, mereka yang mempunyai
pengetahuan buruk melakukan tindakan cuci tangan dengan nilai cukup100%.
Pengetahuan cuci tangan akan berhasil ketika sudah tertanam kebiasaan dan
juga tersedianya sarana dan prasarana untuk mencuci tangan, penyediaan air
bersih dan juga sabun untuk mencuci tangan sangat diperlukan. Berdasarkan
hasil penelitian sekolah belum menyediakan fasilitias air mengalir untuk
mencuci tangan, ini dibuktikan dengan masih adanya waskom di depan kelas
untuk mencuci tangan dan terdapat beberapa kran tetapi kran ini biasanya
digunakan untuk menyiram tanaman atau berwudhu. Hal ini menunjukan bahwa
sekolah sudah mulai menyadari pentingnya cuci tangan bagi para siswa.
Hasil penelitian Zuraidah (2013) di daerah palembang menunjukan juga
terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh pendidikan kesehatan dan
pengetahuan dengan tindakan cuci tangan pakai sabun dimana dalam penelitian
tersebut nilai p value nya (0.012) < 0.05.
Hasil penelitan ditempat lainnya juga menunjukan hasil yang sama Khoiruddin
dkk (2015) dengan judul "Tingkat Pengetahuan Berhubungan dengan Sikap Cuci
Tangan Bersih Pakai Sabun Sebelum dan Setelah Makan Pada Siswa SDN Ngebel
Bantul Jogakarta" Hasil analisis diperoleh nilai r sebesar 0,236 dan p-
value=0,001 yang artinya terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
tentang cuci tangan dengan sikap cuci tangan sebelum dan setelah makan
dengan tingkat keeratan yang lemah.
Hasil penelitian dan hasil hitung chi squere membuktikan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan tindakan cuci tangan di SD
Kedokansayang 02 Kabupaten Tegal. Hasil analisa yang didapatkan dari
penelitian ini adalah bahwa terdapat responden dengan tingkat pengetahuan
baik belum tentu tindakan cuci tangannya baik, juga sebaliknya responden
dengan tingkat pengetahuan cukup tetapi tindakan cuci tangannya baik.
Faktor yang menyebabkan ini terjadi dipengaruhii oleh macam-macam faktor
antara lain yang sudah dijelaskan di atas.
SIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan tindakan cuci tangan yang
signifikan dengan nilai Chi-Square 5.284 dan p-value (0,023) < 0,05, dengan
nilai X²hitung = 7.520 > X²Tabel= 3,84.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini maka ada beberapa saran yang dapat
peneliti berikan antara lain sebagai berikut:
Saran Keilmuan
Agar SD Kedokansayang dapat memberikan pendidikan tentang pentingnya cuci
tangan secara rutin agar dapat menambah pengetahuan siswa dan meberikan
kesadaran siswa untuk selalu mencuci tangan.
Saran Aplikatif
Diharapkan Dinas Kesehatan terkait selalu berkordinasi dengan pihak sekolah
untuk selalu melakukan kegiatan rutin menggadakan program PHBS khusunya
program cuci tangan secara berkala. Pihak sekolah diharapkan bisa
menyedikan sarana dan prasaran cuci tangan di sekitar lingkungan sekolah,
seperti membangun tempat cuci tangan di setiap kelas.
Saran Metodologi
Diharapkan pihak sekolah selau mengupdate informasi khusunya berhubungan
dengan cuci tangan, serta bisa menjadikan cuci tangan kegiatan rutin
dilakukan di sekolah agar kedepanya sekolah dapat membuat jurnal tentang
cuci tangan dan bisa dijadikan referensi bagi ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggrainy R. (2010). Cuci tangan pakai sabun untuk menurunkan angka diare
di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam program mendukung perilaku hidup
bersih. Diunduh http://www.perilakuhidupbersih(PHBS).com. April 2017.
Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC.
Arikunto, S . (2006). Prosedur penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
_______. (2010). Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Batanoa, J. (2008). Kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare. Jakarta:
EGC.
Depkes, RI. (2011). Pusat promosi kesehatan pedoman dan pelatihan PHBS.
Diunduh: http://www.promkes.depkes.go.id. Januari 2017
__________. (2009). Buku panduan peringatan hari cuci tangan pakai sabun
sedunia, Kedua. Jakarta: Depatemen Kesehatan RI.
Efendi, A. (2013). (Tesis). Hubungan antara pengetahuan, sikap dan
pelaksanaan cuci tangan perawat five moment for hand hygiene di ruang
instalasi rawat inap RSUD Dr.H.Moh Anwar Kabupaten Sumenep. Program pasca
sarjana UNS. Diunduh: Desember 2016.
Fajriati, W. (2013). Kebiasaan cuci tangan pakai sabun di rumah sakit.
Diunduh: http://healt.kompas.com. Januari 2017.
Hendra . (2007). Permasalahan umum kesehatan anak usia sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hidayat, A. (2007). Metode penelitian dan teknik analisa data. Jakarta:
Salemba Medika.
Hardiyansyah. (2006). Perkembangan anak. Jakarta: Erlangga.
Jacob, A, dkk. (2014). Buku ajar clinical nursing procedures, edisi 2.
Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Peraturan menteri kesehatan republik
indonesia nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011 Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Diunduh :
http://www.depkes.go.id. Desember 2016.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2012). Program dokter kecil
wujudkan generasi sehat. Diunduh: http://www.kemendikbud.go.id. Desember
2016.
_________________. (2012). Pedoman pelaksanaan UKS di Sekolah. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementrian Kesehatan RI. (2010). Buku panduan hari cuci tangan pakai sabun
sedunia. Diunduh: http://www.panduan.hctps10.ok. Januari 2017.
Khoiruddin & dkk. (2015). Tingkat pengetahuan berhubungan dengan sikap cuci
tangan bersih pakai sabun sebelum dan setelah makan pada siswaSDN Ngebel
Tamantirta, Kasian, Bantul, Jogjakarta. Diunduh:
http://jurnal.ipi362266.pdf April 2017.
Lestari. (2008). Cuci tangan cara mudah mencegah penyakit. Diunduh:
http://n-lestari.blogspot.com/2008/05/mencuci-tangan-cara-mudah-
menghindari-penyakit. Desember 2016
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
________________. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
________________. (2011). Promosi kesehatan dan ilmu kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
_______________. (2012). Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu
keperawatan edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Potter, P. A & Perry, A. G . (2005). Buku ajar fundamental keperawatan:
konsep, proses, dan praktik edisi 4. Jakarta: EGC.
Ngalim, P. (2013). Panduan penelitian tindakan kelas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Retno, W. (2013). Hubungan antara perilaku mencuci tangan dengan insiden
diare pada anak usia sekolah di Kabupaten Jember. Diunduh:
http://jurnal.ipi362272.pdf Januari 2017.
Richo. (2009). Undang-undang praktek kesehatan kedokteran. Yogyakarta:
Redaksi New Merah Putih.
Rikwidikdo. (2013). Statistik kesehatan. Yogyakarta: Rohima Press.
Rosyidah, N A. (2014). (Skripsi). Hubungan perilaku cuci tangan terhadap
kejadian diare di SDN Ciputat 02. Jakarta: Fak.Ilmu Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah. Februari 2017.
Subea. (2010). Gastroenterologi anak. Jakarta: Sagung Seto.
Sunaryo. (2014). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC.
_______. (2012). Promosi kesehatan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sunarto, & Artono, A. (2008). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Setiadi. (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metodelogi penelitian kuantitatif kualitatif dan R&B.
Bandung: Alfabeta.
Syahputri.(2011). (Skripsi). Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat
dengan kejadian diare pada balita usia 1-3 tahun. Diunduh:
http://www.perilaku.hidup.bersih(PHBS).com Januari 2017.
Tamaji, A. (2014). (Skripsi). Tingkat pengetahuan siswa sekolah dasar kelas
IV dan V tentang perilaku hidup sehat di SDN Gentan Kabupaten Sleman.
Yogyakarta: Fak. Ilmu Keolahragaan, UNY. Januari 2017.
Wawan, A & Dewi, M. (2011). Pengetahuan, sikap dan perilaku manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Wawan, A. (2011). Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, perilaku
manusia. Yogyakart: Nuha Medika.
Wong, D. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. Volume 2. Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Zuraidah. (2013). (Skripsi). Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku
mencuci tangan dengan benar pada siswa kelas V SD AN-NIDA Kota Lubuk
Linggau. Palembang: Politeknik Kesehatan Fak. Keperawatan. Februari 2017.