1/11/14
http://beritatutorial.blogspot.com/2012/09/pengertian-berita.html Berita adalah informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi. Berita dapat disajikan dalam bentuk media cetak, internet, siaran, atau dari mulut ke mulut. Wartawan memiliki tugas penting dalam mencari serta mengumpulkan laporan berita. saat berita dilaporkan oleh wartawan, laporan tersebut menjadi fakta / ide terkini yang dipilih secara sengaja oleh redaksi pemberitaan / media untuk disiarkan dengan anggapan bahwa berita yang terpilih dapat menarik khalayak banyak banyak karena mengandung unsur-unsur berita. Pada umumnya stasium televisi memiliki acara berita dan menayangkannya sepanjang waktu. Kebutuhan berita sangat penting bagi masyarakat sebagai penambah wawasan. Pengertian berita Berita merupakan bentuk laporan tentang suatu kejadian yang sedang terjadi baru baru ini atau keterangan terbaru dari suatu peristiwa. Dengan kata lain berita adalah fakta menarik atau sesuatu hal yang penting yang disampaikan pada masyarakat orang banyak melalui media. Tapi tidak semua fakta bisa diangkat menjadi suatu berita oleh media. Karena setiap fakta akan dipilih mana yang pantas untuk disampaikan pada masyarakat. Asal mula kata Berita sejarahnya Kata BERITA Kata BERITA sebenarnya sebenarnya berasal dari bahasa sansekerta "VIRIT" atau dalam bahasa inggris disebut "WRITE" yang sebenarnya berarti "TERKADI" atau "ADA". Beberapa orang juga ada yang meyebut kata ini dengan kata "VRITTA" yakni "KEJADIAN" atau "YANG SEDANG TERJADI". Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia "BERITA" adalah cerita atau keterangan mengenai kjadian atau peristiwa yang hangat. Jenis -jenis berita Jenis-jenis berita yang di kenal dalam dunia jurnalistik adalah sebagai berikut:
A. Straight news adalah Berita langsung apa adanya. di tulis secara singkat dan lugas. B. Depth news adalah Berita mendalam di kembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan. C. Investigation news adalah Berita yang di kembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber. D. Interpretative news adalah Berita yang di kembangkan dengan pendapat atau penilaian penulisnya/reporter. E. Opinion news adalah Berita mengenai pendapat seseorang seperti tokoh,ahli,cendekiawan mengebai sesuatu. Unsur penting dalam berita Unsur penting dalam sebuah berita adalah 5W + 1H yaitu merupakan singkatan singkata n dari “what, who, when, where, why, how,” Penjelasan dari 5w + 1H adalah :
WHAT = (Apa) topik dari suatu berita tersebut apakah kejadian atau peristiwa. WHO = (Siapa) pelaku penting dalam peristiwa tersebut. WHEN = (Kapan) peristiwa itu berlangsung. WHERE = (Dimana) tempat kejadian peristiwa tersebut.
WHY = (kenapa) yaitu pertanyaan untuk mengetahui bagaimana sebuah peristiwa dapat terjadi. HOW = (Bagaimana) kejadian itu dapat terjadi.
Sifat berita Sifat dari berita adalah sebagai berikut :
1. Aktual (baru). Hal-hal yang baru lebih memiliki nilai berita dibandingkan hal-hal yang terjadi sudah lama. 2. Jarak (jauh/ dekat). Khalayak lebih tertarik akan kejadian yang terjadi di sekitar mereka dibandingkan dengan kejadian di tempat yang lebih jauh. 3. Penting. Sesuatu menjadi berita saat dianggap penting, karena berpengaruh pada kehidupan langsung. 4. Akibat. Sesuatu menjadi berita karena memiliki dampak yang besar 5. Pertentangan/ konflik. 6. Seks. 7. Ketegangan. 8. Kemajuan-kemajuan. Inovasi baru atau perubahan. 9. Emosi, segala sesuatu yang apabila dikabarkan akan membuat marah, sedih, kecewa. 10. Humor. Pelaku - pelaku dalam suatu peristiwa 1. Pelaku dalam suatu peristiwa = yaitu orang orang yang terlibat dalam kejadian tersebut, contoh = sanksi mata, pelaku utama. Pelaku ini menjawab bagian WHO dari 5W + 1H. 2. Wartawan = pembuat berita / pencari berita. Wartawan bertugas mencari dan mengumpulkan informasi yang nantinya akan menjadi suatu berita. 3. Konsumen = yaitu pembaca berita itu sendiri. Berita harus bersifat lugas, sederhana, menarik, singkat, netral ( bahasa yang digunakan cocok untuk semua kalangan ) Media dalam penyampaian berita Berita harus disampaikan kepada masyarakat secara luas.Media merupakan satu kunci terbesar dalam menyampaikan berita di masyarakat. Media yang digunakan dalam menyampaikan berita adalah : 1. Media cetak = koran, majalah, tabloid. 2. Media elektronik = televisi, radio, internet. 3. Dari mulut ke mulut.
Demikian artikel tentang Berita yang dapat saya sampaikan. Banyak banyaklah membaca berita agar wawasan anda dapat berkembang. Saya sarankan anda untuk membaca berita unik dan aneh karena berita tersebut merupakan berita yang paling banyak dicari. Sumber = 1. http://id.wikipedia.org/wiki/Berita 2. http://www.anneahira.com/berita-17230.htm
http://bedalyzone.blogspot.com/2014/03/master-control-room-televisi.html
Master Control Room Televisi Master Control Room (MCR) Televisi atau disebut juga ruang kendali siaran televisi merupakan ruangan
yang berisikan perangkat teknis utama penyiaran dalam mengontrol segala proses siaran stasiun televisi. MCR menjadi pusat dari segala kegiatan produksi siaran yang ada di stasiun penyiaran televisi. MCR sangat penting karena semua materi siaran baik acara secara langsung ( live) maupun rekaman di studio, atau kejadian yang langsung dari suatu lokasi di luar studio melalui OB Van atau mobil siaran, harus melalui MCR terlebih dahulu, sebelum akhirnya dipancarkan ke satelit. Materi siaran berupa iklan, logo stasiun televisi, program-program acara, running text dan sebagainya, semuanya telah disiapkan di MCR untuk ditayangkan. Pengertian
Bagian penyiaran atau broadcasting merupakan ujung dari produksi materi siaran seperti program acara, iklan, dan sebagainya. MCR menjadi pusat kegiatan penyiaran, meliputi pengoperasian peralatan siaran televisi dan hal-hal non-teknis seperti pengaturan waktu tayang. Beberapa stasiun televisi menempatkan bagian penyiaran menjadi satu departemen tersendiri yang umum dikenal dengan Departement On Air Broadcas. Dalam departemen ini, terdapat bagian teknis (meliputi Master Control dan video tape recording (VTR) On Air ), bagian non-teknis (meliputi traffic log dan presentasi). Seluruh materi siaran akan melalui MCR dan kemudian menuju perangkat uplink untuk ditransmisikan melalui satelit dan ke stasiun relay di seluruh Indonesia. SDM Pada Master Control Room
Produser
Produser bertanggung jawab terhadap semua aktivitas pembuatan program. Untuk kebutuhan tertentu, terdapat sebuah komputer dengan system on line seperti New Q Pro yang terhubung langsung dengan teleprompter sehingga produser atau scripwritter dapat melakukan perubahan atau penambahan script yang muncul dan akan dibacakan oleh anchor. Sistem tersebut juga secara online dapat menghitung durasi per materi sehingga produser mendapat informasi yang akurat saat membatalkan ( drop) atau menambah materi di dalam segmen agar sesuai dengan durasi dan kebutuhan. [
Program Director (PD)
Program director bertanggung jawab terhadap teknis pelaksanaan dan melakukan pemilihan gambar dan suara sesuai rundown.
Pengoperasi Switcher (Switcherman)
Switcherman bertanggungjawab mengoperasikan mesin switcher .
Penata Aksara atau Character Generic (CG)
Penata aksara bertugas menampilkan teks berupa informasi seperti nama presenter, narasumber dan informasi lainnya.
Penata Suara ( Audioman)
Penata Suara bertugas untuk memilih sumber suara yang akan dimunculkan. Suara atau audio tersebut berasal dari berbagai macam sumber, seperti : microphone di studio yang digunakan talent , peralatan musik, VTR, music player hingga audio yang disimpan di dalam komputer.
[
Pengoperasi VTR (VTRman)
Pengoperasi VTR bertugas memutar kaset video sesuai rundown dan melakukan perekaman.
Pegoperasi Virtual Set
Pengoperasi virtual set bertugas memunculkan latar belakang virtual yang sebelumnya telah dibuat oleh virtual set designer dan mengatur posisinya agar sesuai dengan locking kamera.[9] Hubungan Master Control Room ke Pemancar
Program siaran yang siap ditayangkan ke pemirsa dari MCR disalurkan ke stasiun-stasiun pemancar pusat maupun relay. Penyaluran program siaran televisi dilakukan melalui transmission line, microwave, satellite.
Transmission line, menggunakan kabel koaksial atau serabut optik. Program dari MCR disalurkan ke pemancar dalam satu komplek dengan jarak yang dekat.
Microwave, menggunakan frekuensi radio gelombang mikro. Program dari MCR disalurkan ke pemancar dari lokasi yang berbeda dengan jarak yang cukup jauh. Transmisi microwave biasanya digunakan untuk live event dari lapangan ke studio, atau untuk backup dari studio ke stasiun relay terdekat.
Satellite, menggunakan frekuensi radio gelombang mikro. Program dari MCR disalurkan lokasi yang berbeda dengan jarak yang sangat jauh. Satellite merupakan transmisi dari studio ke stasiun relay di seluruh Indonesia.
Transmisi Satelit
Transmisi satelit menjadi penting dalam penyiaran televisi. Ada dua terminal melengkapi sistem satelit, terminal pertama untuk mengirimkan signal transmisi ke satelit ( uplink ) dan terminal kedua mengurus penerimaan signal dari satelit (downlink ) atau disebut juga TVRO (Television Receiving Only) yang dipakai di rumah-rumah, yakni antene parabola. Materi siaran dari MCR melalui uplink dikirimkan ke satelit. Kemudian signal diterima di satelit dan dikirimkan atau dipancarkan kembali ( downlink ) ke relay televisi tersebut. Daftar Penggunaan Satelit TV Swasta Nasional Indonesia
Berikut daftar satelit yang digunakan televisi swasta nasional untuk pengiriman materi siaran dari MCR stasiun televisi: RCTI : Palapa D SES 7(Indovision) Telkom 1(T elkomVision) SCTV[ : Palapa D SES 7 (Indovision) Telkom 1 (TelkomVision) Measat 3 Transtv: SES 7 (Indovision) Telkom 1 (TelkomVision) Trans7 : SES 7 (Indovision) Telkom 1 (TelkomVision)
[
Antv : SES 7 (Indovision) Telkom 1 (TelkomVision) Indosiar [ : Palapa D SES 7 (Indovision) Telkom 1 (TelkomVision) TVOne : Palapa D SES 7 (Indovision) Telkom 1 (TelkomVision) Metrotv: Palapa D SES 7 (Indovision) Telkom 1 (TelkomVision) Measat 3 Global TV: Palapa D SES 7 (Indovision) Telkom 1 (TelkomVision) TPI: PalapaD SES 7 (Indovision) TVRI : SES 7 (Indovision) T elkom 1 (TelkomVision)
http://dunia-sukakuhijau.blogspot.com/
Master Control Room Pada Sistem Penyiaran Televisi Master Control Room (MCR) Televisi atau disebut juga ruang kendali siaran televisi merupakan ruangan yang berisikan perangkat teknis utama penyiaran dalam mengontrol segala proses siaran stasiun televisi. Master Control Room menjadi pusat dari segala kegiatan produksi siaran yang ada di stasiun penyiaran televisi. Master Control Room sangat penting karena semua materi siaran baik acara secara langsung (live) maupun rekaman di studio, atau kejadian yang langsung dari suatu lokasi di luar studio melalui OB Van atau mobil siaran, harus melalui Master Control Room ( MCR) terlebih dahulu, sebelum akhirnya dipancarkan ke satelit. Materi siaran berupa iklan, logo stasiun televisi, program-program acara, running text dan sebagainya, semuanya telah disiapkan di Master Control Room untuk ditayangkan.
Master Control Room (sistem kendali siar) Pengertian Master Control Room Bagian penyiaran atau broadcasting merupakan ujung dari produksi materi siaran seperti program acara, iklan, dan sebagainya. Master Control Room menjadi pusat kegiatan penyiaran, meliputi pengoperasian peralatan siaran televisi dan hal-hal non-teknis seperti pengaturan waktu tayang. Beberapa stasiun televisi menempatkan bagian penyiaran menjadi satu departemen tersendiri yang umum dikenal dengan Departement On Air Broadcast. Dalam departemen ini, terdapat bagian teknis (meliputi Master Control dan video tape recording (VTR) On Air), bagian non-teknis (meliputi traffic log dan presentasi). Seluruh materi siaran akan melalui Master Control Room dan kemudian menuju perangkat uplink untuk ditransmisikan melalui satelit dan ke stasiun relay di seluruh Indonesia.
Sistem Master Control Room Televisi Broadcast Master Control Room menjadi pusat pengaturan semua tayangan program dan iklan. Master Control Room juga dapat dikatakan tempat pengontrolan keluar dan masuknya sumber. Terdapat tujuh bagian dalam sistem Master Control Room Televisi Broadcast. Video Tape Recording (VTR) Material Room Bagian ini merupakan tempat penyedian materi-materi program siaran yang berbentuk tape atau kaset siap tayang seperti sinetron, program non-drama. Video Tape Recorder berfungsi merekam dan melihat rekaman pada proses produksi, dapat juga digunakan untuk mengcapture (mengubah rekaman dari kaset pita ke digital). Format yang digunakan, antara lain VHS, S-VHS, dan MiniDV. Kaset-kaset tersebut di barcode atau dikomputerisasikan sehingga terdapat pembagian segmen untuk sebuah program acara. Kemudian setelah dibagi, di input ke Flexicart atau mesin pemutar materi program. Misalnya suatu program sinetron akan tayang pada tanggal 7 November pukul 7 malam, dengan durasi 64 menit dan akan dibagi menjadi lima segmen untuk Running File program tersebut. Selain membagi segmen program, bagian Video Tape Recorder juga menyuplai keperluan materi iklan. Apabila ada materi iklan yang tidak sesuai dengan format yang ada pada ruangan Video Tape Recorder , maka meteri kaset tersebut akan diubah menjadi materi yang siap tayang. Kebayakan stasiun televisi saat ini, sudah meminta perusahaan iklan yang ingin memasuki iklan, agar memasukkan format iklan yang sesuai. Studio Studio merupakan tempat untuk memproduksi dan menyuplai program-program st asiun televisi. Proses produksi di studio harus terkoneksi dengan Master Control Room. Ketika program acara diproduksi di studio, Master Control Room menjadi penting untuk mengatur jalannya produksi. Video dan audio akan dikirim ke Master Control Room. Produksi program di studio dapat secara live (langsung disiarkan ke pemirsa) misalnya program musik, olahraga, dan berita ataupun secara recording (program acara dir ekam terlebih dahulu atau dikenal dengan taping). Di dalam studio terdapat beberapa sistem yang terintegrasi yaitu audio (system mixer), video (system camera), pencahayaan (system lighting) dan seni (art design). Siaran Langsung (Live Event) Siaran langsung merupakan suatu proses produksi yang sesuai dengan kenyataan saat itu sehingga apa yang dilihat di televisi pemirsa merupakan gambaran nyata baik waktu maupun lokasi. Siaran langsung memiliki resiko kegagalan baik masalah teknis maupun operasional. Siaran langsung mempunyai slot waktu program yang sulit diprediksi ketepatan selesainya, sehingga seandainya acara langsung gagal, otomatis mengganggu runtutan acara berikutnya. Presentasi Presentasi merupakan pengendali utama sebuah siaran berlangsung. Bagian ini merupakan pengatur waktu baik kapan program acara on air (berupa live atau taping) maupun waktu iklan atau komersial akan ditayangkan. Selain itu, bagian presentasi juga bertugas mengatur naik atau turunnya logo televisi, running text. Sistem presentasi memiliki main switcher atau switcher utama yang saling terhubung dengan computer control switcher dan computer control superimpossed. Switcher merupakan alat untuk memilih satu gambar dari berbagai sumber untuk disiarkan atau direkam. Untuk sumber lainnya seperti logo, running text, bumper, dan sebagainya juga akan masuk ke main switcher. Master Control Console Bagian ini sebagai pemantau alur sinyal audio dan video. Master control console sebagai
penyangga utama penyelenggaraan siaran, membagi sinyal input kebagian lain (studio, presentasi, transfer room), koordinasi utama saat siaran langsung. Ruang Transfer (Transfer room) Ruang transfer atau transfer room disebut juga sebagai bagian rekam atau recording. Bagian transfer memberikan input untuk materi siaran yang siap tayang. Bagian transfer dapat merekam materi live atau siaran tunda, merekam acara off air (hasil on air yang sudah ke masyarakat) guna keperluan saksi ke pemasang iklan (Broadcast On Air Whitness). Bagian transfer sebagai perekam materi acara yang belum berformat digital. Transmisi Up-link Ruang transmisi merupakan bagian yang menyiarkan sinyal-sinyal audio dan video ke masyarakat. Bagian ini berhubungan dengan frekuensi, daya pancar transmitter, gelombang pemancar, converage area pancaran stasiun televisi, perizinan alokasi frekuensi dengan departemen perhubungan dan lain-lain. Dalam penyiaran televisi, transmisi sebagai pemancar gelombang elektromagnetik dengan dua tipe, yaitu pola penyiaran tatap muka langsung (line off sight) dan pola satelit uplink dan downlink . Line off sight menggunakan gelombang pendek (microwave) yang biasanya untuk keperluan stasiun relay dalam kota (TX Site). Satelit uplink dan downlink menggunakan media satelite repeater untuk keperluan televisi daerah (TX Relay). SDM Pada Master Control Room Produser Produser bertanggung jawab terhadap semua aktivit as pembuatan program. Untuk kebutuhan tertentu, terdapat sebuah komputer dengan system on line seperti New Q Pr o yang terhubung langsung dengan teleprompter sehingga produser atau scripwritter dapat melakukan perubahan atau penambahan script yang muncul dan akan dibacakan oleh anchor. Sistem tersebut juga secara online dapat menghitung durasi per materi sehingga produser mendapat informasi yang akurat saat membatalkan (drop) atau menambah materi di dalam segmen agar sesuai dengan durasi dan kebutuhan. Program Director (PD) Program director bertanggung jawab terhadap teknis pelaksanaan dan melakukan pemilihan gambar dan suara sesuai rundown. Pengoperasi Switcher (Switcherman) Switcherman bertanggungjawab mengoperasikan mesin switcher. Penata Aksara atau Character Generic (CG) Penata aksara bertugas menampilkan teks berupa informasi seperti nama presenter, narasumber dan informasi lainnya. Penata Suara (Audioman) Penata Suara bertugas untuk memilih sumber suara yang akan dimunculkan. Suara atau audio tersebut berasal dari berbagai macam sumber, seperti : microphone di studio yang digunakan talent, peralatan musik, VTR, music player hingga audio yang disimpan di dalam komputer. Pengoperasi VTR (VTRman) Pengoperasi VTR bertugas memutar kaset video sesuai rundown dan melakukan perekaman.
Pegoperasi Virtual Set Pengoperasi virtual set bertugas memunculkan latar belakang virtual yang sebelumnya telah dibuat oleh virtual set designer dan mengatur posisinya agar sesuai dengan locking kamera. Hubungan M aster Control Room ke Pemancar Program siaran yang siap ditayangkan ke pemirsa dari Master Control Room disalurkan ke stasiun-stasiun pemancar pusat maupun relay. Penyaluran program siaran televisi dilakukan melalui transmission line, microwave, satellite.
Transmission line, menggunakan kabel koaksial atau serabut optik. Program dari Master Control Room disalurkan ke pemancar dalam satu komplek dengan jarak yang dekat. Microwave, menggunakan frekuensi radio gelombang mikro. Program dari Master Control Room disalurkan ke pemancar dari lokasi yang berbeda dengan jarak yang cukup jauh. Transmisi microwave biasanya digunakan untuk live event dari lapangan ke studio, atau untuk backup dari studio ke stasiun relay terdekat. Satellite, menggunakan frekuensi radio gelombang mikro. Program dari Master Control Room disalurkan lokasi yang berbeda dengan jarak yang sangat jauh. Satellite merupakan transmisi dari studio ke stasiun relay di seluruh Indonesia. Transmisi Satelit Transmisi satelit menjadi penting dalam penyiaran televisi. Ada dua terminal melengkapi sistem satelit, terminal pertama untuk mengirimkan signal transmisi ke satelit (uplink) dan terminal kedua mengurus penerimaan signal dari satelit (downlink) atau disebut juga TVRO (Television Receiving Only) yang dipakai di rumah-rumah, yakni antene parabola. Materi siaran dari MCR melalui uplink dikirimkan ke satelit. Kemudian signal diterima di satelit dan dikirimkan atau dipancarkan kembali (downlink) ke relay televisi tersebut. Daftar Penggunaan Satelit TV Swasta Nasional Indonesia Berikut daftar satelit yang digunakan televisi swasta nasional untuk pengiriman materi siaran dari Master Control Room stasiun televisi:
RCTI : Palapa D SES 7(Indovision) Telkom 1(TelkomVision) SCTV : Palapa D SES 7 (Indovision) Telkom 1 (TelkomVision) Measat 3 Transtv : SES 7 (Indovision) Telkom 1 (TelkomVision) Trans7 : SES 7 (Indovision) Telkom 1 (TelkomVision) Antv: SES 7 (Indovision) Telkom 1 (TelkomVision) Indosiar : Palapa D SES 7 (Indovision) Telkom 1 (TelkomVision) TVOne: Palapa D SES 7 (Indovision) Telkom 1 (TelkomVision) Metrotv: Palapa D SES 7 (Indovision) Telkom 1 (TelkomVision) Measat 3 Global TV : Palapa D SES 7 (Indovision) Telkom 1 (TelkomVision) MNC TV: PalapaD SES 7 (Indovision) Master Control Room adalah merupakan ujung dari produksi materi siaran seperti program acara, iklan, dan sebagainya. MCR menjadi pusat kegiatan penyiaran, meliputi pengoperasian peralatan siaran televisi dan hal-hal non-teknis seperti pengaturan waktu tayang. Bagian-Bagian Master Control Room:
Video tape recorder (VTR) Video Switcher Audio Mixer Caracteristics Generic (CG) Studio Sumber Daya Manusia Master Control Room
Produser Program Directer VTR man AudioMan Virtual set Lingting man
http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2007/06/teknik-penulisan-berita-untuk-media-tv.html
Memilih Format Berita TV:
Berita di media televisi dapat disampaikan dalam berbagai format. Untuk menentukan format mana yang akan dipilih, tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor itu antara lai n: Ketersediaan gambar. Jika gambar yang dimiliki sangat terbatas, reporter sulit menulis naskah berita yang panjang. Maka berita dibuat dalam format lebih singkat dan padat, atau dibuat dalam format tanpa gambar sama sekali. Momen terjadinya peristiwa atau perkembangan peristiwa yang akan diberitakan. Perkembangan terkini dari suatu peristiwa baru sampai ke producer, ketika siaran berita sedang berlangsung. Sedangkan perkembangan itu terlalu penting untuk diabaikan. J ika ditunda terlalu lama, perkembangan terbaru pun menjadi basi, atau stasiun TV lain (kompetitor) akan menayangkannya terlebih dahulu. Format-format berita itu antara lain: Reader. Ini adalah format berita TV yang paling sederhana, hanya berupa lead in yang dibaca presenter. Berita ini sama sekali tidak memiliki gambar ataupun grafik. Hal ini dapat terjadi karena naskah berita dibuat begitu dekat dengan saat deadline, dan tidak sempat dipadukan dengan gambar. Bisa juga, karena perkembangan peristiwa baru sampai ke tangan redaksi, ketika siaran berita sedang berlangsung. Maka perkembangan terbaru ini pun disisipkan di tengah program siaran. Beritanya dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan berita yang sedang ditayangkan. Reader biasanya sangat singkat. Durasi maksimalnya 30 detik. Voice Over (VO). Voice Over (VO) adalah format berita TV yang lead in dan tubuh beritanya dibacakan oleh presenter seluruhnya. Ketika presenter membaca tubuh berita, gambar pun disisipkan sesuai dengan konteks isi narasi. Natsound (natural sound, suara lingkungan) yang terekam dalam gambar bisa dihilangkan.
Tetapi, biasanya natsound tetap dipertahankan, untuk membangun suasana dari peristiwa yang diberitakan. Sebelum menulis naskah berita, tentu Reporter harus melihat dulu gambar yang sudah diperoleh, karena tetap saja narasi yang ditulis harus cocok dengan visual yang ditayangkan. VO durasinya sangat singkat (20-30 detik). Voice Over – Grafik. VO-Grafik adalah format berita TV yang lead in dan tubuh beritanya dibacakan oleh presenter seluruhnya. Namun, ketika presenter membaca tubuh berita, tidak ada gambar yang menyertainya kecuali hanya grafik atau tulisan. Hal i ni mungkin terpaksa dilakukan karena peristiwa yang diliput sedang berlangsung dan redaksi belum menerima kiriman gambar peliputan yang bisa ditayangkan. Sound on Tape (SOT). Sound on Tape (SOT) adalah format berita TV yang hanya berisi lead in dan soundbite dari narasumber. Presenter hanya membacakan lead in berita, kemudian disusul oleh pernyataan narasumber (soundbite). Format berita ini dipilih jika pernyataan narasumber dianggap lebih penting ditonjolkan daripada disusun dalam bentuk narasi. Pernyataan yang dipilih untuk SOT sebaiknya yang amat penting atau dramatis, bukan yang datar-datar saja . Format SOT ini bisa bersifat sebagai pelengkap dari berita yang baru saja ditayangkan sebelumnya, atau bisa juga berdiri sendiri. Durasi SOT disesuaikan dengan kebutuhan, tapi biasanya maksimal satu menit. Voice Over – Sound on Tape (VO-SOT). VO-SOT adalah format berita TV yang memadukan voice over (VO) dan sound on tape (SOT). Lead in dan isi tubuh berita dibacakan presenter. Lalu di akhir berita dimunculkan soundbite dari narasumber sebagai pelengkap dari berita yang telah dibacakan sebelumnya. Format VO-SOT dipilih jika gambar yang ada kurang menarik atau kurang dramatis, namun ada pernyataan narasumber yang perlu ditonjolkan untuk melengkapi narasi pada akhir berita. Total durasi diharapkan tak lebih dari 60 detik, di mana sekitar 40 detik untuk VO dan 20 detik untuk soundbite. Package (PKG). Package adalah format berita TV yang hanya lead in-nya yang dibacakan oleh presenter, tetapi isi berita merupakan paket terpisah, yang ditayangkan begitu presenter selesai membaca lead in. Paket berita sudah dikemas jadi satu kesatuan yang utuh dan serasi antara gambar, narasi, soundbite, dan bahkan grafis. Lazimnya tubuh berita ditutup dengan narasi. Format ini dipilih jika data yang diperoleh sudah lengkap, juga gambarnya dianggap cukup menarik dan dramatis. Kalau dirasa penting, reporter dapat muncul dal am paket berita tersebut (stand up) pada awal atau akhir berita. Durasi maksimal total sekitar 2 menit 30 detik. Live on Cam. Live on Cam adalah format berita TV yang disiarkan langsung dari lapangan atau lokasi peliputan. Sebelum reporter di lapangan menyampaikan laporan, presenter lebih dulu membacakan lead in dan kemudian ia memanggil reporter, di lapangan untuk menyampaikan hasil liputannya secara lengkap. Laporan ini juga bisa disisipi gambar yang relevan. Karena siaran langsung memerlukan biaya telekomunikasi yang mahal, tidak semua berita perlu disiarkan secara langsung. Format ini dipilih jika nilai beritanya amat penting, luar biasa, dan peristiwanya masih berlangsung. Jika peristiwanya sudah berlangsung, perlu ada bukti-bukti yang ditunjukkan langsung kepada pemirsa. Durasinya disesuaikan dengan kebutuhan. Live on Tape (LOT). Live on Tape adalah format berita TV yang direkam secara langsung
di tempat kejadian, namun siarannya ditunda (delay). Jadi, reporter merekam dan menyusun laporannya di tempat peliputan, dan penyiarannya baru dilakukan kemudian. Format berita ini dipilih untuk menunjukkan bahwa reporter hadir di tempat peristiwa. Namun, siaran tak bisa dilakukan secara langsung karena pertimbangan teknis dan biaya. Meski siarannya ditunda, aktualitas tetap harus terjaga. Durasi bisa disesuaikan dengan kebutuhan, namun biasanya lebih singkat dari format Live on Cam. Live by Phone. Live by Phone adalah format berita TV yang disiarkan secara l angsung dari tempat peristiwa dengan menggunakan telepon ke studio. Lead in berita dibacakan presenter, dan kemudian ia memanggil reporter yang ada di lapangan untuk menyampaikan laporannya. Wajah reporter dan peta lokasi peristiwa biasanya dimunculkan dalam bentuk grafis. Jika tersedia, bisa juga disisipkan gambar peristiwa sebelumnya. Phone Record. Phone Record adalah format berita TV yang direkam secara langsung dari lokasi reporter meliput, tetapi penyiarannya dilakukan secara tunda (dela y). Format ini sebetulnya hampir sama dengan Live by Phone, hanya teknis penyiarannya secara tunda. Format ini jarang digunakan, dan biasanya hanya digunakan jika diperkirakan akan ada gangguan teknis saat berita dilaporkan secara langsung. Visual News. Visual News adalah format berita TV yang hanya menayangkan (rolling) gambar-gambar yang menarik dan dramatis. Presenter cukup membacakan lead in, dan kemudian visual ditayangkan tanpa tambahan narasi apa pun, seperti apa adanya. Format ini bisa dipilih jika gambarnya menarik, memiliki natural sound yang dramatis (misalnya: suara jeritan orang ketika terjadi bencana alam atau kerusuhan, dan sebagainya). Contoh berita yang layak menggunakan format ini: menit-menit pertama terjadinya bencana Tsunami di Aceh. Vox Pop. Vox pop (dari bahasa Latin, vox populi) berarti “suara rakyat.” Vox pop bukanlah format berita, namun biasa digunakan untuk melengkapi format berita yang ada. Isinya biasanya adalah komentar atau opini dari masyarakat tentang suatu isyu tertentu. Misalnya, apakah mereka setuju jika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Jumlah narasumber yang diwawancarai sekitar 4-5 orang, dan diusahakan mewakili berbagai kalangan (tua, muda, laki-laki, perempuan, kaya, miskin, dan sebagainya). Durasi vox pop sebaiknya singkat saja dan langsung menjawab pertanyaan yang diajukan. Struktur Penulisan Berita TV: Ada perbedaan besar antara menulis naskah berita untuk didengar (dengan telinga) dan menulis untuk dibaca (dengan mata). Narasi berita tel evisi yang baik memiliki awal (pembuka), pertengahan, dan akhir (penutup). Masing-masing bagian ini memiliki maksud tertentu. Awal (pembuka). Setiap naskah berita membutuhkan suatu pengait (hook) atau titik awal, yang memberikan fokus yang jelas kepada pemirsa. Awal dari tulisan memberitahu pemirsa tentang esensi atau pokok dari berita yang mau disampaikan. Hal ini memberi suatu fokus dan alasan pada pemirsa untuk tertarik dan mau menyimak berita yang akan disampaikan. Pertengahan. Karena semua rincian cerita tak bisa dijejalkan di kalimat-kalimat pertama, cerita dikembangkan di bagian pertengahan naskah. Bagian tengah ini memberi rincian dari Lead dan menjawab hal-hal yang ingin diketahui oleh pemirsa. Untuk memudahkan pemirsa dalam menangkap isi berita, sebaiknya kita membatasi diri pada dua atau tiga hal penting saja
di bagian tengah ini. Akhir (penutup). Jangan akhiri naskah berita tanpa kesimpulan. Rangkumlah dengan mengulang butir terpenting dari berita itu, manfaatnya bagi pemirsa, atau perkembangan peristiwa yang diharapkan akan terjadi. Rumus 5 C untuk Penulisan Berita di Media TV: Conversational: Ketika menulis naskah berita untuk media televisi, kit a menulis untuk didengar. Ingat, televisi adalah media audio-visual, bukan media cetak. Pemirsa kita melihat (gambar/visual) dan mendengar (suara/audio), bukan membaca naskah berita seperti membaca koran. Kelemahan media televisi adalah berita yang ditayangkan di layar televisi umumnya hanya muncul satu kali. Jika pemirsa tidak bisa menangkap isi berita pada tayangan pertama, ia tak punya peluang untuk minta diulang. Kecuali mungkin untuk berita yang dianggap sangat penting, sehingga dari waktu ke waktu selalu diulang dan perkembangannya di-update oleh stasiun TV bersangkutan.
Keterbatasan tersebut berlaku untuk media TV konvensional. Namun, saat ini sudah muncul jenis media TV yang tidak konvensional. Sekarang di sejumlah negara maju sudah mulai diperkenalkan IPTV (internet protocol television), yang bersifat interaktif. Pemirsa yang berminat bisa mengulang bagian dari tayangan TV yang ia inginkan, tentunya dengan membayar biaya tertentu. Namun, IPTV mensyaratkan adanya infrastruktur telekomunikasi pita lebar yang canggih dan mahal, yang saat ini belum tersedia di Indonesia. Dalam dua atau tiga tahun ke depan (katakanlah sampai tahun 2010), tampaknya infrastruktur semacam ini juga belum siap untuk mewujudkan kehadiran IPTV di Indonesia. Jadi, dalam pembahasan teknik penulisan naskah berita, kita mengasumsikan, media televisi di Indonesia sampai tahun 2010 masih akan bersifat konvensional. Untuk media televisi yang konvensional, sebuah tayangan berita tidak bisa disimak dan dibaca berulang-ulang seperti kita membaca koran. Pemirsa hanya punya satu kesempatan untuk menangkap isi berita Anda. Oleh karena itu, berita di TV dibuat dengan gaya bahasa bertutur, seperti percakapan sehari-hari, karena ini adalah gaya bahasa yang paling akrab dan biasa didengar orang. Tulislah naskah berita seperti gaya orang berbicara. Misalnya, dalam percakapan sehari-hari, kita amat jarang menggunakan kalimat yang berpanjang-panjang, atau memiliki anak-anak kalimat. Namun, meskipun berita di TV menggunakan gaya bahasa bertutur, tata bahasanya tetap harus benar. Clear: Batasi kalimat untuk satu gagasan saja. Hal ini akan memudahkan para pendengar untuk menangkap dan memahami isi berita. Jangan menggunakan bahasa jargon atau slang, yang hanya dikenal kalangan tertentu. Hindari susunan kalimat yang rumit. Atribusi untuk narasumber disampaikan lebih dulu sebelum pernyataannya, dan bukan sebaliknya. Hal ini untuk menghindarkan kebingungan di pihak pemirsa, dalam membedakan mana narasi dari si reporter dan mana opini dari si narasumber. Ini bertolak belakang dengan praktik yang biasa dilakukan di media cetak. Jangan menggunakan terlalu banyak angka. Penyebutan angka-angka sulit ditangkap oleh pemirsa ketika mendengarkan berita. Buatlah angka itu mudah dimengerti. Jangan
menempatkan angka di awal kalimat, karena bisa membingungkan. Concise: Gunakan kalimat-kalimat yang bersifat pernyataan (deklaratif). Tulislah kalimat-kalimat yang pendek. Menurut hasil riset, kalimat pendek lebih mudah dipahami dan lebih kuat, ketimbang kalimat-kalimat panjang. Sebetulnya tidak ada aturan wajib tentang panjang kalimat yang dibolehkan. Namun, cobalah membatasi agar setiap kalimat yang Anda tulis tidak lebih dari 20 kata. Compelling: Tulislah dalam bentuk kalimat aktif. Para penulis berita menggunakan kalimat aktif karena lebih kuat dan lebih menarik. Selain itu, kalimat aktif juga lebih pendek daripada kalimat pasif. Cliché free: Kalimat atau pernyataan klise adalah pernyataan yang sudah terlalu sering digunakan di media. Pernyataan klise mungkin tidak akurat dan salah arah, namun harus diakui, banyak reporter merasa sulit menghindari pernyataan klise seperti ini.
Contoh kalimat klise untuk penutup berita: “Kasus itu masih dalam penyelidikan.” Kalimat klise seperti ini bisa dibilang tidak memberi informasi tambahan apapun kepada pemirsa. Maka, kalimat klise ini sebaiknya diganti dengan yang lebih informatif. Misaln ya: “Polisi sampai hari ini masih belum mengetahui penyebab kecelakaan. Polisi mengharapkan, hasil penyidikan akan dapat diungkapkan hari Jumat besok. Reportase Trans TV akan melaporkan perkembangan ini besok untuk Anda.” Aturan-aturan Dasar:
Ada aturan-aturan dasar tertentu dalam penulisan berita untuk media televisi. Aturan ini bertujuan untuk membuat isi berita tersebut lebih mudah dipahami oleh pemirsa. Aturan ini juga akan membantu dan memudahkan presenter atau reporter di lapangan untuk membacakan berita tanpa kesalahan. Angka. Dalam penulisan angka, sebutk an jelas angka dari “satu” sampai “sebelas”. Lebih dari “sebelas”, ditulis dalam bentuk angka: 12, 14, 25, dan seterusnya. Untuk uang senilai Rp 145.325,50 tulis saja “seratus empat puluh lima ribu rupiah” atau “145 ribu rupiah.” Untuk menyebut tahun, sebut apa adanya, karena presenter akan dengan cepat memahami angka tahun. Misalnya: 1998, 2007, dan seterusnya. Singkatan dan akronim. Tuliskan dengan jelas singkatan sebagaimana Anda ingin mendengarnya on air. Misalnya: ITB ditulis “I-T-B.” Jika suatu akronim sudah cukup dikenal, biarkan seperti apa adanya di naskah. Misalnya: NATO, OPEC, BAKIN, dan sebagainya. Namun, jika si reporter ragu pemirsa akan memahami singkatan atau akronim itu, gunakan saja kepanjangan lengkapnya. Hal itu lebih aman dan menghindarkan presenter dari kemungkinan membuat kekeliruan. Punctuation. Jangan gunakan punctuation dalam penulisan berita. Juga colon dan semicolon. Koma juga jarang digunakan dalam naskah untuk menandai jeda atau perubahan pemikiran.
Presenter lebih suka menggunakan tiga titik (“…”) untuk menandai jeda, karena lebih mudah dibaca di alat TelePrompTer. Nama. Selalu gunakan nama dan gelar secara sederhana dan bert utur. Jika Anda harus mengidentifikasi seseorang dengan gelarnya, tuliskan gelar itu di depan nama mereka, s eperti ketika kita memberi atribusi. Kita bisa menambahkan informasi identifikasi lain, sesudah menyebut nama. Spelling. Salah menyebut kata atau salah mengeja bisa terjadi pada presenter. Itulah sebabnya, sebelum tampil di layar TV, mereka memang sebaiknya membaca dulu naskah beritanya. Namun, sering hal ini tak dilakukan karena berbagai sebab. Entah karena sekadar malas, atau berita memang ditulis dadakan. Untuk menghindari kekeliruan, reporter yang menulis berita perlu memberitahu presenter, tentang cara mengucapkan nama atau istilah tertentu yang tidak biasa. Grammar/Tata bahasa. Tata bahasa yang buruk bisa berdampak jelek pada penampilan presenter. Maka, periksalah sekali lagi naskah berita, untuk menghindari tata bahasa yang buruk, sebelum naskah itu diserahkan ke presenter. Lead yang menjual: Setiap berita harus dimulai dengan kalimat lead yang kuat. Lead yang paling efektif biasanya mengacu ke beberapa aspek dari berita, yang dianggap penting atau menarik bagi pemirsa. Aspek ini kita namai “hook.” Kenali aspek dalam berita itu yang akan memancing perhatian pemirsa dan gunakanlah pada kalimat lead. Lead semacam itu akan memelihara tingkat perhatian dari pemirsa TV. Referensi: 1. Baksin, Askurifai. 2006. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2. Harahap, Arifin S. 2006. Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita. Jakarta: PT. Indeks, Kelompok Gramedia. 3. Ishadi SK. 1999. Prospek Bisnis Informasi di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 4. Ishadi S. 1999. Dunia Penyiaran: Prospek dan Tantangannya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 5. Smith, Dow. 2000. Power Producer: A Practica l guide to TV news Producing – 2nd edition. Washington: Radio-Television News Directors Association. 6. Wahyuni, Hermin Indah. 2000. Televisi dan Intervensi Negara: Konteks Politik Kebijakan Publik Industri Penyiaran Televisi. Yogyakarta: Penerbit Media Pressindo. ***
http://monarchjib.com/rental/teleprompter/
Teleprompter adalah perangkat display dengan teks visual elektronik pidato atau script dengan dipasang camera profesional dibelakang layang yang diperuntukkan bagi reporter, presenter atau pembaca script Dengan alat teleprompter ini, orang yang di-shooting akan terlihat seperti berbica ra lisan tanpa menggunakan teks. Adanya perangkat ini memungkinkan pewawancara dan narasumber yang diwawancarai dapat bercakap-cakap sambil meli hat langsung ke lensa kamera. Beberapa istilah lain Teleprompter adalah:
Electronic Speech Notes Cueing Device Autocue
https://asiaaudiovisualra09gunawanwibisono.wordpress.com/2009/04/28/mengenal-programtelevisi/ 2/11/14 Kata “program” itu sendiri berasal dar bahasa inggris programm e atau program yang berarti acara
atau rencana. Undang-undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang
disajikan dalam berbagai bentuk. Dengan demikian pengertian program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiencenya . Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audience tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran apakah itu radio atau televisi. http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2007/06/teknik-penulisan-berita-untuk-media-tv.html
Struktur Penulisan Berita TV: Ada perbedaan besar antara menulis naskah berita untuk didengar (dengan telinga) dan menulis untuk dibaca (dengan mata). Narasi berita tel evisi yang baik memiliki awal (pembuka), pertengahan, dan akhir (penutup). Masing-masing bagian ini memiliki maksud tertentu. Awal (pembuka). Setiap naskah berita membutuhkan suatu pengait (hook) atau titik awal, yang memberikan fokus yang jelas kepada pemirsa. Awal dari tulisan memberitahu pemirsa tentang esensi atau pokok dari berita yang mau disampaikan. Hal ini memberi suatu fokus dan alasan pada pemirsa untuk tertarik dan mau menyimak berita yang akan disampaikan. Pertengahan. Karena semua rincian cerita tak bisa dijejalkan di kalimat-kalimat pertama, cerita dikembangkan di bagian pertengahan naskah. Bagian tengah ini memberi rincian dari Lead dan menjawab hal-hal yang ingin diketahui oleh pemirsa. Untuk memudahkan pemirsa dalam menangkap isi berita, sebaiknya kita membatasi diri pada dua atau tiga hal penting saja di bagian tengah ini. Akhir (penutup). Jangan akhiri naskah berita tanpa kesimpulan. Rangkumlah dengan mengulang butir terpenting dari berita itu, manfaatnya bagi pemirsa, atau perkembangan peristiwa yang diharapkan akan terjadi. Rumus 5 C untuk Penulisan Berita di Media TV: Conversational: Ketika menulis naskah berita untuk media televisi, kit a menulis untuk didengar. Ingat, televisi adalah media audio-visual, bukan media cetak. Pemirsa kita melihat (gambar/visual) dan mendengar (suara/audio), bukan membaca naskah berita seperti membaca koran. Kelemahan media televisi adalah berita yang ditayangkan di layar televisi umumnya hanya muncul satu kali. Jika pemirsa tidak bisa menangkap isi berita pada tayangan pertama, ia tak punya peluang untuk minta diulang. Kecuali mungkin untuk berita yang dianggap sangat
penting, sehingga dari waktu ke waktu selalu diulang dan perkembangannya di-update oleh stasiun TV bersangkutan. Keterbatasan tersebut berlaku untuk media TV konvensional. Namun, saat ini sudah muncul jenis media TV yang tidak konvensional. Sekarang di sejumlah negara maju sudah mulai diperkenalkan IPTV (internet protocol television), yang bersifat interaktif. Pemir sa yang berminat bisa mengulang bagian dari tayangan TV yang ia inginkan, tentunya dengan membayar biaya tertentu. Namun, IPTV mensyaratkan adanya infrastruktur telekomunikasi pita lebar yang canggih dan mahal, yang saat ini belum tersedia di Indonesia. Dalam dua atau tiga tahun ke depan (katakanlah sampai tahun 2010), tampaknya infrastruktur semacam ini juga belum siap untuk mewujudkan kehadiran IPTV di Indonesia. Jadi, dalam pembahasan teknik penulisan naskah berita, kita mengasumsikan, media televisi di Indonesia sampai tahun 2010 masih akan bersifat konvensional. Untuk media televisi yang konvensional, sebuah tayangan berita tidak bisa disimak dan dibaca berulang-ulang seperti kita membaca koran. Pemirsa hanya punya satu kesempatan untuk menangkap isi berita Anda. Oleh karena itu, berita di TV dibuat dengan gaya bahasa bertutur, seperti percakapan sehari-hari, karena ini adalah gaya bahasa yang paling akrab dan biasa didengar orang. Tulislah naskah berita seperti gaya orang berbicara. Misalnya, dalam percakapan sehari-hari, kita amat jarang menggunakan kalimat yang berpanjang-panjang, atau memiliki anak-anak kalimat. Namun, meskipun berita di TV menggunakan gaya bahasa bertutur, tata bahasanya tetap harus benar. Clear: Batasi kalimat untuk satu gagasan saja. Hal ini akan memudahkan para pendengar untuk menangkap dan memahami isi berita. Jangan menggunakan bahasa jargon atau s lang, yang hanya dikenal kalangan tertentu. Hindari susunan kalimat yang rumit. Atribusi untuk narasumber disampaikan lebih dulu sebelum pernyataannya, dan bukan sebaliknya. Hal ini untuk menghindarkan kebingungan di pihak pemirsa, dalam membedakan mana narasi dari si reporter dan mana opini dari si narasumber. Ini bertolak belakang dengan praktik yang biasa dilakukan di media cetak. Jangan menggunakan terlalu banyak angka. Penyebutan angka-angka sulit ditangkap oleh pemirsa ketika mendengarkan berita. Buatlah angka itu mudah dimengerti. Jangan menempatkan angka di awal kalimat, karena bisa membingungkan. Concise: Gunakan kalimat-kalimat yang bersifat pernyataan (deklaratif). Tulislah kalimat-kalimat yang pendek. Menurut hasil riset, kalimat pendek lebih mudah dipahami dan lebih kuat, ketimbang kalimat-kalimat panjang. Sebetulnya tidak ada aturan wajib tentang panjang kalimat yang dibolehkan. Namun, cobalah membatasi agar setiap kalimat yang Anda tulis tidak lebih dari 20 kata. Compelling: Tulislah dalam bentuk kalimat aktif. Para penulis berita menggunakan kalimat aktif karena lebih kuat dan lebih menarik. Selain itu, kalimat aktif juga lebih pendek daripada kalimat pasif.
Cliché free: Kalimat atau pernyataan klise adalah pernyataan yang sudah terlalu sering digunakan di media. Pernyataan klise mungkin tidak akurat dan salah arah, namun harus diakui, banyak reporter merasa sulit menghindari pernyataan klise seperti ini.
Contoh kalimat klise untuk penutup berita: “Kasus itu masih dalam penyelidikan.” Kalimat klise seperti ini bisa dibilang tidak memberi informasi tambahan apapun kepada pemirsa. Maka, kalimat klise ini sebaiknya diganti dengan yang lebih informatif. Misalnya: “Polisi sampai hari ini masih belum mengetahui penyebab kecelakaan. Polisi mengharapkan, hasil penyidikan akan dapat diungkapkan hari Jumat besok. Reportase Trans TV akan melaporkan perkembangan ini besok untuk Anda.” Aturan-aturan Dasar:
Ada aturan-aturan dasar tertentu dalam penulisan berita untuk media televisi. Aturan ini bertujuan untuk membuat isi berita tersebut lebih mudah dipahami oleh pemirsa. Aturan ini juga akan membantu dan memudahkan presenter atau reporter di lapangan untuk membacakan berita tanpa kesalahan. Angka. Dalam penulisan angka, sebutkan jelas angka dari “satu” sampai “sebelas”. Lebih dari “sebelas”, ditulis dalam bentuk angka: 12, 14, 25, dan seterusnya. Untuk uang senilai Rp 145.325,50 tulis saja “seratus empat puluh lima ribu rupiah” atau “145 ribu rupiah.” Untuk menyebut tahun, sebut apa adanya, karena presenter akan dengan cepat memahami angka tahun. Misalnya: 1998, 2007, dan seterusnya. Singkatan dan akronim. Tuliskan dengan jelas singkatan sebagaimana Anda ingin mendengarnya on air. Misalnya: ITB ditulis “I-T-B.” Jika suatu akronim sudah cukup dikenal, biarkan seperti apa adanya di naskah. Misalnya: NATO, OPEC, BAKIN, dan sebagainya. Namun, jika si reporter ragu pemirsa akan memahami singkatan atau akronim itu, gunakan saja kepanjangan lengkapnya. Hal itu lebih aman dan menghindarkan presenter dari kemungkinan membuat kekeliruan. Punctuation. Jangan gunakan punctuation dalam penulisan berita. Juga colon dan semicolon. Koma juga jarang digunakan dalam naskah untuk menandai jeda atau perubahan pemikiran. Presenter lebih suka menggunakan tiga titik (“…”) untuk menandai jeda, karena lebih mudah dibaca di alat TelePrompTer. Nama. Selalu gunakan nama dan gelar secara sederhana d an bertutur. Jika Anda harus mengidentifikasi seseorang dengan gelarnya, tuliskan gelar itu di depan nama mereka, seperti ketika kita memberi atribusi. Kita bisa menambahkan informasi identifikasi lain, sesudah menyebut nama. Spelling. Salah menyebut kata atau salah mengeja bisa terjadi pada presenter. Itulah sebabnya, sebelum tampil di layar TV, mereka memang sebaiknya membaca dulu naskah beritanya. Namun, sering hal ini tak dilakukan karena berbagai sebab. Entah karena sekadar malas, atau berita memang ditulis dadakan. Untuk menghindari kekeliruan, reporter yang menulis berita perlu memberitahu presenter, tentang cara mengucapkan nama atau istilah tertentu yang tidak biasa.
Grammar/Tata bahasa. Tata bahasa yang buruk bisa berdampak jelek pada penampilan presenter. Maka, periksalah sekali lagi naskah berita, untuk menghindari tata bahasa yang buruk, sebelum naskah itu diserahkan ke presenter. Lead yang menjual: Setiap berita harus dimulai dengan kalimat lead yang kuat. Lead yang paling efektif biasanya mengacu ke beberapa aspek dari berita, yang dianggap penting atau menarik bagi pemirsa. Aspek ini kita namai “hook.” Kenali aspek dalam berita i tu yang akan memancing perhatian pemirsa dan gunakanlah pada kalimat lead. Lead semacam itu akan memelihara tingkat perhatian dari pemirsa TV. Referensi: 1. Baksin, Askurifai. 2006. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2. Harahap, Arifin S. 2006. Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita. Jakarta: PT. Indeks, Kelompok Gramedia. 3. Ishadi SK. 1999. Prospek Bisnis Informasi di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 4. Ishadi S. 1999. Dunia Penyiaran: Prospek dan Tantangannya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 5. Smith, Dow. 2000. Power Producer: A Practica l guide to TV news Producing – 2nd edition. Washington: Radio-Television News Directors Association. 6. Wahyuni, Hermin Indah. 2000. Televisi dan Intervensi Negara: Konteks Politik Kebijakan Publik Industri Penyiaran Televisi. Yogyakarta: Penerbit Media Pressindo. ***