BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Hipogonadisme Hipergonadotropik adalah meningkatnya hormone androgen sehingga mempengaruhi fungsi dan ciri seks dari kelamin baik pria dan wanita. Kelenjar gonad terbentuk pada minggu-minggu pertama gestasi dan tampak jelas pada minggu kelima. Diferensiasi jelas dengan mengukur kadar testosterone fetal yang terlihat jelas pada minggu ketujuh dan kedelapan gestasi. Keaktifan kelenjar gonad terjadi pada masa pre pubertas dengan meningkatnya sekresi gonadotropin (FSH dan LH) akibat penurunan inhibisi steroid. Kelenjar gonad adalah adalah testis pada pria dan ovarium pada wanita. Kelenjar ini mempunyai fungsi endokrin dan reproduksi. Sebagai kelenjar endokrin, testis menghasilkan hormon seks yaitu androgen dan sperma, sedangkan ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron untuk memproduksi sel telur. Gonad dan kelenjar – kelenjar asesoris pada waktu lahir mempunyai ukuran yang lebih kecil dan tidak berfungsi. Pada masa pubertas, kelenjar gonad menjadi aktif dan sifat kelamin sekunder mulai nampak. Selain itu, juga terjadi peningkatan sekresi gonadotropin (FSH dan LH) yang merangsang perkembangan dan produksi kelenjar gonat. Peningkatan sekresi FSH dan LH disebabkan oleh kepekaan hipotalamus terhadap inhibisi ( hambatan ) steroid menurun.
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Bagaimana anatomi dan fisiologi kelenjar gonad ? 2. Definisi hipersekresi hormon gonadotropin ? 3. Apa etiologinya ? 4. Bagaimana Bagaimana patofisiologi dan pathway hipersekresi hipersekresi kelenjar gonad ? 5. Apa manifestasi klinisnya ? 6. Apa saja pemeriksaan diagnostik yang dikakukan ? 7. Apa komplikasi yang terjadi ? 8. Bagaimana Penatalaksanaan Klien dengan Hipersekresi Kelenjar Gonad ? 9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kelenjar gonad ?
1
1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui anatomi dan fisiologi kelenjar gonad. 2. Mengetahui definisi hipersekresi hormon gonadotropin. 3. Mengetahui etiologi. 4. Mengetahui patofisiologi dan pathway hipersekresi kelenjar gonad. 5. Mengetahui manifestasi klinisnya. 6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik yang dikakukan. 7. Mengetahui komplikasi yang terjadi. 8. Mengetahui Penatalaksanaan Klien dengan Hipersekresi Kelenjar Gonad. 9. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kelenjar gonad.
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Adrenal Kelenjar kelamin disebut pula dengan gonad. Meskipun fungsi utamanya
adalah
memproduksi
sel-sel kelamin, namun kelenjar kelamin
juga
memproduksi
hormon. Kelenjar kelamin lakilaki terdapat pada testis, sementara kelenjar
kelamin
perempuan
berada pada ovarium.
Gonad
(hormon
kelamin)
merupakan kelenjar endokrin yang dipengaruhi oleh gonadotropin hormon (GtH) yang disekresikan kelenjar pituitari .Hipofisis mengsilkan 2 jenis gonadotropin yang mengatur fungsi alat reproduksi yaitu hormon pemacu folikel (FSH=folicle stimulating hormone dan LH= lutenizing hormone). Pada setiap spesies tertentu hipofisis penting selama kehamilan, sedangkan umumnya kehamilan dapat berjalan tanpa hipofisis. Gonadotropin hipofisis adalah hormon glikoprotein (peptida) dan hanya efektif bila diberikan
dalam
bentuk
suntikan.
Kadar
gonadotropin
dalam
urin
dapat
diukur
radioimmunoasay, berdasarkan antibodi spesifik terhadap gugus yang membeda-bedakan dengan masing-masing hormon hipofisis. Di dalam testis terdapat sel Leydig yang menghasilkan hormone testosteron atau androgen. Hormon testosteron sangat berpengaruhterhadap proses spermatogenesis (proses pembentukan sperma) danpertumbuhan sekunder pada laki-laki. Pertumbuhan sekunder padaanak laki-laki ditandai dengan suara menjadi besar, bahu dan dadabertambah bidang, dan tumbuh rambut pada bagian tubuh tertentumisalnya kumis, janggut, cambang, ketiak, dan sekitar kemaluan. Sementara itu, hormon estrogen dan progesteron disekresikan oleh ovarium. Estrogen dihasilkan oleh folikel de Graff dan dirangsang oleh hormon FSH. Hormon estrogen berfungsi saat pembentukan kelamin sekunder wanita, seperti bahu mulai berisi, tumbuhnya payudara,
3
pinggul menjadi lebar, dan rambut mulai tumbuh di ketiak dan kemaluan. Di samping itu, hormon enstrogen juga membantu dalam pembentukan lapisan endometrium. Bagi wanita, hormon progesteron berfungsi menjaga penebalan endometrium, menghambat produksi hormon FSH, dan memperlan-car produksi laktogen (susu). Hormon ini dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH. FSH pada wanita menyebabkan perkembangan folikel primer menjadi folikel graaf. Di bawah pengaruh LH, folikel yang telah berkembang mensekresi estrogen dan progesteron. LH menyebabkan terjadinya ovulasi dan juga mempengaruhi korpus luteum untuk mensekresi estrogen dan progesteron. Proses terakhir dikenal sebagai aktivitas laktogenik, yang pada beberapa spesies berada dibawah pengaruh proklatin. Sedangkan FSH pada pria berfungsi menjamin terjadinya spermatogenesis, antara lain dengan mempertahankan fungsi tubulus seminiferus, LH merangsang sel leydig mensekresi testoteron.
2.1.1 Hormon – Hormon Gonad 1. Ovarium
(Estrogen, Progestin, Hormon-hormon Ovarium lainnya, Kontrasepsi
Oral) Ovarium mempunyai fungsi gametogenik penting yang di integrasikan dengan aktivitas hormionalnya. Pada wanita, gonad relatif tenang selama masa pertumbuhan dan maturasi yang cepat. Pada masa puberitas, ovarium memulai suatu periode 3040 tahun fungsi siklus yang disebut siklus haid karena masa pendarahan teratur yang merupakan manifestasinya yang paling jelas. Ovarium ini kemudian memberikan respon terhadap gonadotropin yang disektresikan oleh kelenjar hipofise, dan berhentinya perdarahan siklik yang terjadi ini di sebut menopause. Mekanisme yang bertanggung jawab bagi mula kerja fungsi ovarium pada masa puberitas dianggap berasal dari saraf, karena gonad yang tidak matang dapat dirangsang oleh gonadotropi yang sudah ada di dalam hipotalamus dan karena hipofise berespon terhadap hormon penglepas gonadotropin hipotalamus.
a. Estrogen Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciriciri perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks 4
dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma. Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis.Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita. Fungsi lainnya sebagai berikut : 1)
Pada uterus
: menyebabkan proliferasi endometrium.
2)
Pada serviks
: menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir
serviks. 3)
Pada vagina
: menyebabkan proliferasi epitel vagina.
4)
Pada payudara
: menstimulasi pertumbuhan payudara, juga mengatur distribusi
lemak tubuh. 5)
Pada
tulang,
estrogen
juga
menstimulasi
osteoblas
sehingga
memicu
pertumbuhan / regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk pencegah tulang keropos/osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti. b. Progesterone Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan ketebalan
endometrium
sehingga
dapat
menerima
implantasi
zygot.
Kadar
progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon HCG. Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta. Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi. c. Gonadotropin Releasing Hormone GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun sebal iknya. d. FSH (Folikel Stimulating Hormone) Dan LH (Luteinizing Hormone)
5
Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH. e. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb). 2. Testis (Androgen Dan Testoteron) Pada manusia, androgen terpenting yang disekresikan oleh testis adalah testoteron. Jalur sintesis testoteron didalam testis mirip dengan yang telah digambarkan didalam ovarium dan adrenal. Pada laki-laki, setiap hari dihasilkan sekitar 8 mg testoteron. Kira-kira 95 persen diproduksi oleh sel leydig dan hanya 5 persen olh adrenal. Testis juga mensekresikan dalam jumlah sedikit androgen kuat lainnya, dihidrotestoteron. Juga androstenedion dan dehidropiandrosteron, yang merupakan androgen lemah. Pregnenolon dan progesteron serta turunanya 17-hidrisilasi juga dilepaskan dalam jumlah kecil. Kadar testoteron dalam plasma pada laki-laki kira-kira 0,6 /dl setelah puberitas dan tidak tampak bervariasi secara bermakna sesuai umur.
2.1.2 Mekanisme Kerja Hormon Gonadotropin Mekanisme kerja hormon tropik adenohipofisis misalnya hormon Gonadotropin (hormon kelamin) merupakan mekanisme kerja hormon pada taraf selular tergantung jenis hormonnya, mengikuti salah satu mekanisme berikut: Hormon
berinteraksi
dengan
reseptornya
mengakibatkan
perangsangan
atau
penghambatan mengubah kecepatan sintesis siklik AMP dari ATP ,selanjutnya siklik AMP berfungsi sebagai mediator intrasel untuk hormon tersebut dan seluruh sistem ini berfungsi sebagai suatu mekanisme spesifik sehingga efek spesifik suatu hormon dapat terjadi.
6
Siklik AMP mempengaruhi berbagai proses dalam sel,dan efek akhirnya bergantung dari kapasitas serta fungsi dari sel tersebut.siklik AMP menyebabkan aktivasi enzim-enzim protein kinase yang terlibat dalam proses fosforilasi pada sintesis protein dalam sel.siklik AMP mempengaruhi kecepatan proses ini.metabolisme siklik AMP menjadi 5,AMP dikatalisis oleh enzim fosfodiesterase yang spesifik.dengan demikian zat-zat yang menghambat enzim fosfodiesterase dapat menyebabkan timbulnya efek mirip hormon
2.2 Hipogonadisme
2.2.1 Definisi Hipogonadisme (bahasa Inggris: hypogonadism, hypogenitalism) adalah istilah medis untuk merujuk simtoma penurunan aktivitas kelenjar gonad. Kelenjar gonad, ovarium atau testis, merupakan kelenjar yang memproduksi hormon reproduksi beserta sel gamet, ovum atau spermatozoid.Hipoganadisme adalah suatu keadaan dimana terjadi difisiensi hormon gonad. Hipogonadisme adalah berkurangnya atau menurunnya hormone androgen sehingga mempengaruhi fungsi dan ciri seks dari kelamin baik pria dan wanita.
2.2.2 Etiologi Hipogonadisme Beberapa peneliti membagi hipogonadisme pada pria ke dalam beberapa kelompok yang berbeda. Pedoman yang diterbitkan oleh Asosiasi Urologi Eropa pada tahun 2012 membagi hipogonadisme pada pria menjadi empat kelas, yakni : a. Hipogonadisme primer disebabkan oleh insufisiensi testis. b. Hipogonadisme sekunder yang disebabkan oleh disfungsi hipotalamus hipofisis. c. Hipogonadisme onset lambat. d. Hipogonadisme karena insensitivitas reseptor androgen.
1. Primer Untuk hipogonadisme primer tentunya terjadi akibat adanya masalah pada testis, kadar testoteron yang rendah juga disertai dengan meningkatnya hormon gonadotropik, seperti: a. Infeksi kelenjar gona b. Atropi kelenjar gonad c. Kondisi testis yang tidak turun d. Adanya komplikasi dari penyakit gondongan
7
e. Di akibatkan oleh trauma pada testis seperti misalnya dikebiri atau terjadi kecelakaan f. Adanya infeksi pada testis g. Adanya sindrom Klinefelter h. Sedang menjalani proses pengobatan kanker i.
Adanya radang pada buah zakar
j.
Hemokromatosis
2. Skunder Hipogonadisme sekunder terjadi disebabkan karena adanya gangguan pada kelenjar hipotalamus atau pituitari, yaitu suatu bagian otak yang berfungsi sebagai pengantar sinyal pada testis untuk memproduksi testosteron, seperti contohnya di bawah ini : a. Tumor hifofisis b. Kerusakan hipothalamus untuk mensekresi GnRH. c. Hipersekresi prolaktin di hipofisis anterior d. Hiposekresi FSH dan LH e. Adanya sindrom Kallmann f. Penyakit HIV/AIDS g. Adanya faktor penuaan h. Adanya penyakit tumor i.
Kegemukan atau obesitas
j.
Adanya penggunaan obat-obatan tertentu
k. Adanya penyakit peradangan seperti contohnya sarkoidosis, histiositosis dan TBC
Sementara
itu American
Association
of
Clinical
Endocrinologists'' membagi
hipogonadisme ini menjadi dua kelas, yakni hipogonadisme hipogonadotropik dan hipogonadisme hipergonadotropik. Pada wanita, Hipogonadisme hipergonadotropik atau kegagalan ovarium mungkin terjadi karena kelainan kromosom, gangguan autoimun , infeksi ( mumps oophoritis), dan iradiasi atau obat sitotoksik. Banyak kasus hipogonadisme hipergonadotropik adalah idiopatik bahkan setelah penyelidikan yang ekstensif. Dan Hipogonadisme hipogonadotropik dapat disebabkan baik penyebab kongenital seperti sindrom Kallmann (defisiensi gonadotropin terisolasi dan anosmia) atau penyebab yang didapat seperti tumor hipofisis, nekrosis hipofisis (sindrom Sheehan), stres dan penurunan berat badan berlebihan (anoreksia nervosa).
8
2.2.3 Patofisiologi Folitropin (FSH) dan lutropin (LH dilepaskan dihipofisis anterior, dan dirangsang oleh pelepasan pulsatil gonadoliberin (gonadotropin-releasing hormone, GnRH). Sekresi pulsatil dari gonadotropin ini dihambat oleh prolaktin. LH mengatur pelepasan testosteron dari sel leydig di testis. Testosterone, dengan mekanisme umpan balik negatif, menghambat pelepasan GnRH dan LH. Pembentukan inhibin, yang menghambat pelepasan FSH, dan androgen binding protein (ABP) ditingkatkan oleh FSH di sel Sertoli testis. Testosterone atau dihidrotestosteron yang dibentuk dari testosterone di sel sertoli dan di beberapa organ meningkatkan pertumbuhan penis, tubulus seminiferus, dan skrotum. Testosteron dan FSH diperlukan dalam pembentukan dan pematangan spermatozoa. Selain itu, testosterone merangsang aktivitas sekretorik prostat (menurunkan viskositas ejakulat) dan vesikula seminalis (campuran antara fruktosa dan prostaglandin), serta aktivitas sekretorik kelenjar sebasea dan keringat di daerah aksila dan genitalia. Testosteron meningkatkan ketebalan kulit, pigmentasi skrotum, dan eritropoiesis. Testosterone meningkatkan
juga
mempengaruhi
pertumbuhan
otot
dan
tinggi
badan
dan
tulang
(anabolisme
postur protein),
badan
dengan
pertumbuhan
longitudinal, dan mineralisasi tulang serta penyatuan lempeng epifisis. Testosterone merangsang pertumbuhan laring (kedalaman suara), pertumbuhan rambut pada daerah pubis dan aksila, pada dada dan wajah (janggut); keberadaannya penting dalam kebotakan pada laki-laki. Hormone ini juga merangsang libido dan perilaku agresif. Akhirnya, hormone ini merangsang retensi elektrolit di ginjal, mengurangi konsentrasi lipoprotein berdensitas tinggi (HDL) di dalam darah, dan mempengaruhi distribusi lemak. Penurunan pelepasan androgen dapat disebabkan oleh kekurangan GnRH. Bahkan sekresi GnRH nonpulsatil merangsang pembentukan androgen secara tidak adekuat. Keduanya dapat terjadi pada kerusakan di hipotalamus (tumor, radiasi, perfusi yang abnormal, kelainan genetik) serta sters psikologis dan fisik. Konsentrasi GnRH (dan analognya) yang tinggi dan menetap akan menurunkan pelepasan gonadotropin dengan menurunkan jumlah reseptornya. Penyebab lain adalah penghambatan pelepasan gonadotropin pulsatil oleh prolaktin serta kerusakan di hipofisis (trauma, infark, penyakit autoimun, tumor, hiperplasia) atau di testis (kelainan genetic, penyakit sistemik yang berat). Akhirnya, efek androgen dapat dihambat oleh kelainan enzim pada sintesis hormon, misalnya pada defisiensi reduktase genetic atau kelainan reseptor testosteron.
9
2.2.4 Manifestasi Klinis
1. Pria a. Defisiensi hormon pada masa kanak-kanak (prepubertas) Gambaran klinisnya adalah enukoidisme, orang-orang enukoid yang berusia di atas 20 tahun, biasanya tinggi, bahu sempit dan otot kecil (konfigurasi tubuh yang mirip dengan wanita dewasa). Selain itu genitalia kecil, suara memiliki nada tinggi, pertumbuhan rambut pubis wanita yaitu segitiga dengan dasar di atas, bukan pola segitiga yang dasarnya di bawah seperti yang dijumpai pada pria normal.
b. Difisiensi post pubertas Pada pria dewasa mengalami penurunan sebagian libido, kadang-kadang mengalami hot flashes, biasanya lebih mudah tersinggung, pasif dan menderita depresi dibanding dengan yang memiliki testis utuh. Selain itu terjadi impotensi, pengurangan progresif rambut dan bulu tubuh, jenggot dan berkurangnya pertumbuhan otot. 2. Wanita Berhentinya menstruasi atau amenorhoe, atropi payudara dan genetalia eksterna serta penurunan libido.
2.2.5 Komplikasi
Akibat hipogonadisme yang terlambat ditangani dapat diobati sesuai dengan usia orang tersebut pertama kali memiliki hipogonadisme (selama perkembangan janin, masa pubertas, atau dewasa). 1. Masa perkembangan Janin Seorang bayi mungkin lahir dengan: a. Alat kelamin yang ambigu b. Alat kelamin yang abnormal 2. Masa pubertas a. Kurangnya atau ketiadaan jenggot serta rambut/ bulu tubuh b. Gangguan pada penis dan pertumbuhan testis c. Pertumbuhan yang tidak proporsional, lengan dan kaki biasanya lebih panjang d. Pembesaran payudara pada laki-laki (gynecomastia) 3. Masa dewasa Komplikasi mungkin termasuk: a. Infertilitas
10
b. Disfungsi ereksi c. Penurunan dorongan seks d. Kelelahan e. Kehilangan atau lemahnya otot f.
Pembesaran payudara pada laki-laki (gynecomastia)
g. Kurangnya jenggot atau rambut/bulu tubuh h. Osteoporosis
2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik 1. CT Scan otak, untuk melihat adanya tumor pada hipofise/hipothalamus 2. Pengambilan kadar testoteron serum 3. Kadar gonadotropi serum dan kariotip 4. Test stimulasi dengan klomifen 5. Test stimulasi Gn RH 6. Test stimulasi HCG 7. Analisis semen untuk kuantitas dan kwalitas sperma.
2.2.7 Penatalaksanaan Medis
1. Pria a. Dengan pemberian testoteron dengan dosis yang sesuai untuk hasil yang maksimal dikombinasikan dengan HCG diberikan 3x seminggu dalam waktu 4-6 bulan sampai kadar testoteron normal. Setelah 6 bulan terapi, bila jumlah sperma tetap sedikit maka pegobatan dihentikan, bila jumlah sperma meningkat maka terapi diteruskan. 2. Wanita a. Dengan pemberian estrogen dan progesteron.
11
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN KELENJAR GONAD 1. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Hipogonadisme A. Pengkajian
Pengumpulan Data 1. Identitas a. Identitas klien Terdiri dari: Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, status merital, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, diagnosa medis, No. Medrec dan alamat. b. Identitas penanggung jawab Terdiri dari: Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien dan alamat. 2. Riwayat kesehatan a. Keluhan utama Keluhan klien pada saat dikaji, klien yang mengalami hipogonad biasanya kelainan fungsi kematangan seksual perubahan kondisi mental. b. Riwayat kesehatan sekarang 1) Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien di luar gangguan yang dirasakan sekarang, khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia seperti: Tanda-tanda seks skunder yang tidak ada atau berkurang, misalnya amenorhoe, bulu rambut tidak tumbuh, buah dada ti dak berkembang. 2) Kaji fungsi seksual dan reproduksi. 3) Kaji adanya perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien. 4) Kaji psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul dan tidak mampu berkonsentrasi. 3. Riwayat kesehatan dahulu Perlu dikaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang berat/penyakit tertentu yang memungkinkan berpengaruh pada kesehatan sekarang, kaji adanya trauma prosedur operatif dan penggunaan obat-obatan.
12
4. Riwayat kesehatan keluarga Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang dialami klien/gangguan tertentu yang berhubungan secara langsung dengan gangguan hormonal seperti gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
B. Pemeriksaan fisik a. Tingkat energi b. Kaji perubahan kekuatan fisik dihubungkan dengan sejumlah gangguan hormonal khususnya hormon gonad. c. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. C. Pertumbuhan dan perkembangan Secara langsung pertumbuhan dan perkembangan ada di bawah pengaruh GH, kelenjar tiroid dan kelenjar gonad. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi semenjak di dalam kandungan bila hormon yang mempengaruhi tumbang fetus kurang. Kondisi ini dapat terjadi pula setelah bayi lahir artinya selama proses tumbang terjadi disfungsi gonad. a. Kaji apakah gangguan ini terjadi semenjak bayi dilahirkan atau terjadi selama proses pertumbuhan. b. Kaji secara lengkap pertumbhan ukuran tubuh dan fungsinya. c. Kaji apakah perubahan fisik dipengaruhi kejiwaan klien. D. Seks dan reproduksi Fungsi seksual dan reproduksi penting untuk dikaji baik pada klien wanita maupun pria. a. Pada klien wanita Kaji kapan mulai/berhenti menstruasi, perubahan fisik termasuk sering nyeri atau keram abdomen sebelum, selama dan sesudah haid. b. Pada klien pria Kaji apakah klien mampu ereksi, dan orgasme serta bagaimana perasaan klien setelah melakukannya, adakah perasaan puas dan menyenangkan. Tanyakan adakah perubahan bentuk dan ukuran alat genitalianya. E. Aspek Psikologis a. Kaji kemampuan kooping, dukungan keluarga, teman dan handaitoulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit. b. Kaji kemampuan klien dan keluarga dalam memberi perawatan di rumah termasuk penggunaan obat-obatan. 13
F. Aspek sosial Perlu dikaji kondisi lingkungan, menarik diri dari pergaulan. G. Aspek spiritual Perlu dikaji tentang agama, keyakinan, peribadatan harapan serta semangat yang terkandung dalam diri klien yang merupakan aspek penting untuk kesembuhan penyakit klien.
B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Timbul
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat difisiensi gonad. 2. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan bentuk dan fungsi organ seks akibat difisiensi gonad. 3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit, pengobatan dan perawatan atau minimnya informasi yang didapat.
C. Intervensi 1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat difisiensi gonad.
Kriteria evaluasi a. Body image positif. b. Mengungkapkan dan mendemontrasikan penerimaan penampilan baru. c. Mempertahankan interaksi sosial. Intervensi a. Dorong individu untuk mengekspresikan perasaannya, khususnya mengenai pikiran,
perasaan dan pandangan dirinya.
b. Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan prognosa kesehatan. c. Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan. d. Siapkan orang terdekat terhadap perubahan fisik dan emosional, dukungan keluarga ketika mereka berupaya beradaptasi. e. Dorong kunjungan dari teman sebaya dan orang terdekat, anjurkan untuk berbagi rasa dengan individu tentang nilai-nilai dan hal-hal yang penting untuk mereka. 14
f. Dorong kontak dengan teman sebaya dan keluarga. g. Berikan kesempatan berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalaman sama. 2. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan bentuk dan fungsi organ seks akibat difisiensi gonad.
Kriteria evaluasi a. Menceritakan kepedulian/masalah mengenai fungsi seksual. b. Mengekspresikan peningkatan kepuasan dengan pola seksual. c. Melanjutkan akivitas seksual sebelumnya. d. Melaporkan suatu keinginan untuk melanjutkan aktivitas seksual. Intervensi a. Dapatkan riwayat seksual: 1) Pola seksual biasanya 2) Kepuasan (individu dan pasangannya) 3) Pengetahuan seksual 4) Masalah-masalah (seksual, kesehatan) 5) Harapan-harapan 6) Suasana hati, tingkat energi. b. Berikan dorongan untuk bertanya tentang seksualitas/fungsi seksual yang mungkin mengganggu klien. c. Gali hubungan klien dengan pasangannya. d. Dorong pasangan untuk mendiskusikan kekuatan hubungan mereka dan untuk mengkaji pengaruh dari keluhannya pada kekuatan mereka. e. Anjurkan individu untuk mengambil aktivitas seksual sedemikian rupa mendekati pola sebelumnya jika mungkin. 3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit, pengobatan dan perawatan atau minimnya informasi yang didapat.
Kriteria evaluasi a. Menggambarkan ansietas dan pola koopingnya. b. Menggunakan mekanisme kooping yang efektif dalam menangani ansietas. Intervensi a. Kaji ansietas: ringan, sedang, berat dan panik b. Dorong klien untuk mengungkapkan mengenai pengetahuan yang ia miliki tentang proses penyakit, pengobatan dan perawatan. 15
c. Jelaskan tentang proses penyakit, pengobatan, dan perawatan sesuai dengan tingkat pendidikan klien. d. Berikan kenyamanan dan ketentraman hati: 1) Tinggal bersama klien. 2) Berbicara dengan perlahan dan tenang, menggunakan kalimat yang pendek dan sederhana. 3) Perlihatkan rasa empati (datang dengan tenang, menyentuh, membiarkan menangis, berbicara). e. Batasi kontak dengan orang lain, klien-klien, keluarga yang juga mengalami cemas.
2.3 Hipergonad
Hipergonadotropik adalah meningkatnya hormone androgen sehingga mempengaruhi fungsi dan ciri seks dari kelamin baik pria dan wanita. Kelenjer gonad terbentuk pada minggu-minggu pertama gestasi dan tampak jelas pada minggu kelima. Diferensiasi jelas dengan mengukur kadar testosterone fetal yang terlihat jelas pada minggu ketujuh dan kedelapan gestasi.
2. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Hipergonad A. Pengkajian
1. Sistem Integumen Kuku jari sangat cembung, jumlah rambut sangat sedikit. 2. Kepala dan Leher a. Pada laki-laki : regresi rambut kulit kepala b. Pada perempuan : mandibula kecil, telinga menonjol (defisit pendengaran), lipatan epikantus, lengkungan palatum tinggi, lipatan kulit longgar pada tengkuk leher. 3. Dada a. Pada laki-laki : lemak berakumulasi pada payudara b. Pada perempuan : dada lebar 4. Abdomen Pada laki-laki : lemak berakumulasi pada perut
16
5. Alat Kelamin a. Pada laki-laki : testis kecil atau tidak ada, penis kecil, rambut pubis jarang atau tidak tumbuh. b. Pada perempuan : ovarium kecil. 6. Ekstermitas atas dan bawah a. Pada laki-laki : tungkai panjang karena epifesis menutup lambat. b. Pada perempuan : edema khas dorsum tangan dan kaki, kelemahan otot.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh, penyakit fisik. 2. Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilisasi.
C. Intervensi keperawatan 1. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh, penyakit fisik.
Intervensi a. Kaji interaksi antara klien dan orang terdekat klien Rasional : Penyimpangan mungkin secara tidak sadar disebabkan oleh keluarga. b. Dengarkan keluhan pasien dan tanggapan-tanggapannnya mengenai keadaan yang alami. Rasional : Memberikan petunjuk bagi klien dalam memandang dirinya, adanya perubahan peran dan kebutuhan dan berguna untuk memberikan informasi pada saat tahap penerimaan. c. Kaji dinamika klien dan juga orang terdekat klien Rasional : Peran klien dalam keluarga dimasa lampau yang terganggu menambahkan kesulitan dalam mengintegrasikan konsep diri. d. Berikan informasi yang akurat. Diskusikan tentang pengobtan dan prognosis dengan jujur jika pasien sudah berada di fase menerima. Rasional : Focus informasi harus diberikan pada kebutuhan-kebutuhan sekarang dan segera lebih dulu dan dimasukkan dalam tujuan rehabilitasi. Jangka panjang. Informasi harus diulang sampai klien dapat mencari/ mengintegrasikan informasi. e. Aturlah kunjungan dengan orang-orang yang mengalami hal yang serupa jika pasien menginginkannnya dan atau karena keadaannya. 17
Rasional : Dapat menolong pasien dalam memberikan harapan untuk masa depan atau sebagai panutan. f. Kolaborasi dengan psikoterapi sesuai indikasi. Rasional : Mungkin diperlukan dalam memberikan harapan untuk menyesuaikan pada perubahan gambaran diri/kehidupan. 2. Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilisasi
Intervensi a. Tanyakan nama apa pasien dipanggil Rasional : Menunjukkan kesopansantunan/penghargaan dan pengakuan personal b. Identifikasi orang terdekat dari siapa pasien memperoleh kenyamanan dan siapa yang harus memberitahukan jika tidak terjadi keadaan bahaya Rasional : Memungkinkan privasi untuk hubungan personal khusus, untuk mengunjungi atau untuk tetap dekat dan menyediakan kebutuhan dukungan bagi pasien c. Dengarkan dengan aktif masalah dan ketakutan pasien. Rasional : Menyampaikan perhatian dan dapat lebihefektif mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta strategi koping pasien dan seberapa efektif. d. Dorong mengungkapkan perasaan, menerima apa yang dikatakannnya. Rasional : Membantu pasien atau orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi atau gaya hidup. e. Diskusikan pandangan pasien terhadap citra diri dan efek yang ditimbulkan dari penyakit/kondisi. Rasional : Persepsi pasien mengenai perubahan pada citra diri mungkin terjadi secara tiba-tiba atau kemudian.
18
BAB III KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan Addison’s disease adalah penyakit yang disebabkan oleh hiposekresi hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenalin. Addison’s disease ini dapat disebabkan karena kelenjar adrenalin itu sendiri ataupu bisa disebabkan oleh kelenjar hipofise atau disebutjuga sebagai penyebab sekunder. Pada klien dengan gangguan sistem kelenjar adrenal ini akan mengalami beberapa gejala seperti berat badanya turun, hipoglikemia, mual, diare, kelelahan, anoreksia, dan hiperpigmentasi. Untuk menegakkan diagnosa Adison’s Disease selain pada pemeriksaan fisik harus juga di tegakkan dengan pemeriksaan diagnostik untuk lebih memastikan dan mengetahui penyebab utamanya.
3.2 Saran Mengetahui gejala-gejala penyakit adison sejak dini dapat meningkatkan tingkat kewaspadaan kita pada penyakit-penyakit langka tersebut. Sebagai calon tenaga kesehatan, kita harus memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada klien baik itu anak dewasa sampai lansia. Maka dari itu ilmu yang sudah kita dapat kan dapat diaplikasikan dengan baik dan benar.
19