Perancangan Tempat Tidur Periksa untuk Orang Lanjut Usia Bambang Suhardi Staff Pengajar Jurusan Teknik Industri UNS Jl. Ir. Sutami No. 36 A Surakarta
[email protected] Sudadi Alumni Teknik Industri UNS
[email protected]
ABSTRAK Tempat tidur periksa orang lanjut usia merupakan salah satu fasilitas kesehatan di balai pengobatan Panti Wredha Dharma Bakti. Kondisi tempat tidur periksa saat ini memiliki ketinggian 79 cm, panjang 203 cm, lebar 89 cm dan tebal alas tempat tidur periksa 3,4 cm. Karena tempat tidur periksa orang lanjut usia saat ini cukup tinggi maka dalam pemakaian tempat tidur periksa ini masih diperlukan pijakan kaki dengan panjang 30 cm, lebar 30 cm dan tinggi 27 cm. Pemakaian tempat tidur periksa saat ini menimbulkan keluhan, baik dari pasien lanjut usia maupun tenaga kesehatan. Keluhan dari pasien ketika menggunakan tempat tidur periksa, yaitu dari 16 pasien yang diwawancarai, semua pasien (100%) menyatakan tempat tidur periksa terlalu tinggi, sehingga pasien kesulitan untuk menjangkau ketinggian tempat tidur periksa tersebut. Pasien yang menyatakan pijakan kaki terlalu sempit sebanyak 11 pasien (68,75%). Pasien yang menyatakan kesulitan untuk bangun dari tempat tidur periksa sebanyak 7 orang (43,75%). Dua tenaga kerja kesehatan yang berada di balai pengobatan menyatakan kesulitan membantu orang lanjut usia bangun dari posisi berbaring. Penyusunan konsep perancangan menggunakan tahapan dari Ullrich. Berawal dari perencanaan produk, identifikasi kebutuhan orang lanjut usia dan tenaga kesehatan, spesifikasi tempat tidur periksa orang lanjut usia, penyusunan konsep, penyaringan konsep hingga pengujian konsep. Konsep yang terpilih adalah tempat tidur periksa dengan menggunakan hidrolik pompa pada bagian hi-lo dan sandaran punggung, serta pemakaian data antropometri pengguna sebagai dasar dimensi tempat tidur periksa. Rancangan menggunakan adjustable hi-lo untuk memenuhi kebutuhan yang terkait dengan ketinggian dan pijakan kaki. Penggunaan adjustable backsection untuk memenuhi kebutuhan terkait dengan proses bangun dari\posisi berbaring. Tempat tidur periksa orang lanjut usia hasil rancangan memiliki tinggi minimum 47 cm, tinggi maksimum 87 cm, panjang 186 cm, lebar 81 cm dan sudut maksimal backsection 80 0. Kata kunci— antropometri, lanjut usia, perancangan, tempat tidur periksa.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) Panti Wredha Dharma Bakti adalah salah satu lembaga sosial yang memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia di Kota Surakarta. Salah satu fasilitas yang ada di UPTD ini adalah balai pengobatan. Balai pengobatan ini digunakan untuk memeriksa kesehatan orang lanjut usia. Fasilitas yang ada di balai pengobatan meliputi: tempat tidur periksa, kursi, meja, dan lemari obat.
Tempat tidur periksa merupakan fasilitas yang penting untuk pemeriksaan kesehatan. Dimensi tempat tidur periksa saat ini mempunyai tinggi = 79 cm, panjang = 203 cm, lebar = 89 cm, dan tebal alas tempat tidur = 3,4 cm. Pemakaian tempat tidur periksa masih membutuhkan alat bantu berupa pijakan kaki. Pijakan kaki digunakan untuk membantu orang lanjut usia (pasien) naik ke tempat tidur. Hal ini disebabkan tempat tidur periksa terlalu tinggi. Dimensi pijakan kaki sebagai berikut:
Seminar Nasional Terpadu Keilmuan Teknik Industri, 16 Maret 2013, Universitas Brawijaya – Malang HFE-2-1
Suhardi, Sudadi
panjang = 30 cm, lebar = 30 cm, dan tinggi = 27 cm. Penggunaan tempat tidur periksa saat ini menimbulkan keluhan/kesulitan pada pasien dan tenaga kesehatan. Keluhan yang dirasakan pasien sebagai berikut: 16 pasien (100%) mengalami kesulitan untuk menjangkau ketinggian tempat tidur periksa. Hal ini terjadi karena tempat tidur periksa terlalu tinggi. Meskipun ada alat bantu pijakan kaki, tetapi dalam pemakaiannya masih menimbulkan keluhan dari pasien. Sebanyak 11 pasien (68,75%) menyatakan alat bantu pijakan kaki terlalu sempit. Dimensi pijakan kaki yang terlalu sempit rawan menyebabkan pasien jatuh terpeleset. Keluhan lain berupa kesulitan untuk bangun dari tempat tidur periksa yang dinyatakan oleh 7 pasien (43,75%). Kesulitan untuk bangun dari posisi berbaring disebabkan keterbatasan fisik dari orang lanjut usia. Orang lanjut usia kesulitan untuk mengangkat tubuh bagian atas ketika mau bangun dari posisi berbaring. Dua tenaga kesehatan menyatakan kesulitan membantu pasien bangun dari posisi berbaring secara manual (tanpa alat bantu). Dengan adanya keluhan dari pasien dan tenaga kesehatan ketika menggunakan tempat tidur periksa, maka perlu dilakukan perancangan ulang tempat tidur periksa untuk orang lanjut usia. B. Rumusan Masalah Bagaimana merancang tempat tidur periksa untuk orang lanjut usia dengan mempertimbangkan keluhan dari orang lanjut usia dan tenaga kesehatan. C. Tujuan Penelitian Merancang tempat tidur periksa untuk orang lanjut usia dengan mempertimbangkan keluhan dari orang lanjut usia dan tenaga kesehatan. D. Manfaat Penelitian Memberikan kontribusi rancangan tempat tidur periksa untuk orang lanjut usia dengan mempertimbangkan keluhan dari orang lanjut usia dan tenaga kesehatan. E. Review Penelitian Kristina (2008) melakukan penelitian untuk merancang tempat tidur pasien rawat inap rumah sakit. Data antropometri yang digunakan adalah data antropometri sampel populasi. Data antropometri diambil secara random dari 546 orang yang berusia 19-35 tahun. Perancangan tempat tidur pasien rawat inap menggunakan pendekatan antropometri. Tempat tidur pasein hasil rancangan
memungkinkan pasien dapat mengendalikan sendiri tempat tidur dengan tombol pengendali. Terdapat 3 fasilitas adjustable pada tempat tidur ini, yaitu: pengatur ketinggian, pengatur sandaran belakang, dan pengatur lipatan lutut. Penggerak dari fasilitas adjustable pada tempat tidur ini adalah motor (sandaran belakang dan lipatan lutut) dan aktuator (ketinggian). Istriana (2009) melakukan perancangan ulang Obstetric Bed dengan metode House Of Quality (HOQ). Data antropometri yang digunakan adalah data antropometri sampel populasi. Data antropometri diambil secara random dari 233 wanita yang berusia 19-35 tahun. Metode perancangan yang digunakan adalah metode HOQ. HOQ merupakan matriks yang menunjukkan hubungan antara kebutuhan pengguna dan sifat rekayasa teknik. Obstetric bed hasil rancangan memiliki 2 fasilitas adjustable yaitu pengatur ketinggian dengan menggunakan elektropneumatic dan pengatur back section menggunakan motor. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ada 3, yaitu: cara memperoleh data antropometri, metode perancangan yang digunakan, dan teknik adjustable system yang digunakan. II. METODOLOGI Tahapan dalam merancang tempat tidur periksa untuk orang lanjut usia ada dua, yaitu: tahapan konsep perancangan dan tahapan perancangan. Tahapan konsep perancangan menggunakan metode Ullrich. Tahap ini meliputi: 1) identifikasi kebutuhan konsumen, 2) penentuan spesifikasi produk, 3) penyusunan konsep produk, 4) pemilihan konsep produk, dan 5) pengujian konsep produk terpilih. Tahap berikutnya adalah tahap perancangan. Tahap ini untuk mewujudkan konsep rancangan yang terpilih ke dalam rancangan tempat tidur periksa untuk orang lanjut usia. Data antropometri digunakan pada tahapan ini. Data antropometri yang digunakan pada penelitian ini berasal dari pengukuran antropometri 50 orang lanjut usia yang berada di panti wredha serta 2 orang tenaga kesehatan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tahap identifikasi kebutuhan konsumen merupakan jembatan penghubung antara pelanggan sebagai target pasar dengan
Seminar Nasional Terpadu Keilmuan Teknik Industri, 16 Maret 2013, Universitas Brawijaya – Malang HFE-2-2
Perancangan Tempat Tidur Periksa Untuk Orang Lanjut Usia (Lansia)
perusahaan pengembangan produk. Pelanggan dalam penelitian ini adalah orang lanjut usia dan tenaga kesehatan di UPTD Panti Wredha Dharma Bakti. Hasil akhir dari identifikasi kebutuhan konsumen berupa hierarki kebutuhan konsumen. Tabel 1 Hierarki Kebutuhan Konsumen Daftar Hierarki Kebutuhan Tempat tidur periksa (TTP) mudah dipakai untuk proses naik dan turun *** Pasien mudah naik/turun ke TTP *** Pasien bisa naik ke TTP tanpa bantuan *! Proses naik ke TTP tidak menganggu aktivitas utama tenaga kesehatan (TK) TTP dapat dinaiki tanpa memakai alat bantu pijakan kaki *** TTP tidak memakai alat bantu pijakan kaki TTP mempermudah pasien bangun dari posisi berbaring ** TK mudah membantu pasien bangun dari posisi berbaring ** Pasien bisa bangun tanpa bantuan TTP punya alat bantu untuk proses naik/turun *** TTP diberi komponen alat bantu sehingga bisa naik/turun *** Alat bantu mudah dan aman bagi pasien/TK TTP punya komponen tambahan untuk mempermudah pasien bangun dari posisi berbaring *** TTP bisa mendorong pasien untuk bangun *** Komponen tambahan mudah dan aman bagi pasien dan TK Sumber: Hasil pengolahan Keterangan: *** kebutuhan sangat penting (50 – 100%) ** kebutuhan cukup penting (1 – 49%) *! Kebutuhan yang tersembunyi
Hierarki kebutuhan digunakan untuk menentukan spesifikasi produk. Penentuan spesifikasi produk dipakai untuk menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan oleh sebuah produk untuk menjawab kebutuhan dan keinginan dari konsumen. Spesifikasi produk tempat tidur periksa untuk orang lanjut usia sebagai berikut. No Metric 1
2
3
4 5
Tabel 2 Lanjutan Komponen yang cocok adjustable system pada back section TTP Nyaman dalam penggunaan Ukuran TTP sesuai antropometri pasien lansia
6
Ukuran TTP sesuai antropometri tenaga kesehatan
7
Sudut back section
Adjustable system 4 Panjang TTPL : tinggi badan tegak. Lebar TTPL : lebar bahu. Panjang alas TTPL : tinggi pinggang Allowance lebar rangka TTPL : panjang telapak kaki Min: 00. Max: mengacu pada ANSI
Sumber: Hasil pengolahan
Tahap berikutnya adalah penyusunan konsep. Penyusunan konsep tempat tidur periksa untuk orang lanjut usia dibuat berdasarkan tahap spesifikasi produk. Penyusunan konsep dipakai untuk menentukan tempat tidur periksa yang sesuai dengan keterbatasan orang lanjut usia dan tenaga kesehatan. Hasil dari tahapan ini berupa pohon klasifikasi konsep dan kombinasi konsep terpilih. Pohon klasifikasi konsep digunakan untuk memisahkan keseluruhan komponen yang disarankan menurut penempatannya sesuai dengan saran ahli pada tahap sebelumnya. Berikut ini pohon klasifikasi konsep
Tabel 2 Spesifikasi Akhir TTP Metric Nilai Ketinggian TTP
Komponen yang cocok adjustable system pada hi-lo TTP Sumber: Hasil pengolahan
Max : tinggi pinggang Min : tinggi pantat bawah Adjustable system
Gambar 1 Pohon klasifikasi adjustable system tempat tidur periksa lansia
Seminar Nasional Terpadu Keilmuan Teknik Industri, 16 Maret 2013, Universitas Brawijaya – Malang HFE-2-3
Suhardi, Sudadi
Tabel komposisi konsep merupakan cara untuk mempertimbangkan kombinasi solusi secara sistematis (Ullrich, 2001). Pada pemilihan komponen tempat tidur periksa terdapat 12 kombinasi yang mungkin. Penyusunan kombinasi berdasarkan pohon klasifikasi. Setelah diperoleh 12 kombinasi konsep perancangan TTP, maka langkah selanjutnya adalah memilih konsep. Dalam memilih konsep ada 3 langkah yang harus dilalui, yaitu: persiapan matrik pemilihan konsep, concept screening, dan concept scoring. Pemilihan konsep tempat tidur periksa lansia hanya sampai pada tahap concept screening. Hal ini disebabkan kombinasi konsep yang sedikit. Konsep yang terpilih adalah konsep yang ke-8. Tabel 3 Tabel Kombinasi Konsep 8 Tempat Tidur Periksa Komponen Obyek Penggerak Adjustable Bagian Hidrolik System Hi-lo pompa Bagian Hidrolik back pompa section Antropometri Pengguna Sumber: Hasil pengolahan
Gambar 2 Penempatan komponen konsep 8
Tahap berikutnya pengujian konsep terpilih. Peneliti meminta respon dari pengguna tempat tidur periksa (orang lanjut usia dan tenaga kesehatan). Tahapan ini dilakukan dengan wawancara dan penyampaian konsep dilakukan dengan uraian verbal dan dengan sketsa gambar. Hasil wawancara terhadap 19 responden diperoleh hasil 16 responden (84,22%) setuju dengan pengembangan konsep 8. Hal ini disebabkan konsep sudah sesuai dengan keinginan dari pengguna. Setelah tahap konsep perancangan selesai dilakukan, tahap berikutnya melakukan perancangan tempat tidur periksa. Tahap ini menjelaskan data antropometri yang digunakan dan gambar desain hasil rancangan. Data antropometri yang dibutuhkan beserta
fungsinya dalam perancangan tempat tidur periksa seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Data Antropometri dan Fungsinya N Antropometri o 1 Tinggi badan tegak (tbt) orang lanjut usia 2 Tinggi pinggang (tp) orang lanjut usia 3 Lebar bahu (lb) orang lanjut usia 4
5 Panjang telapak kaki (ptk) tenaga kesehatan 6 Tinggi pantat bawah (tpb) lansia 7 Tinggi pinggang (tp) tenaga kesehatan Sumber: Hasil pengolahan
Peruntukan Panjang alas keseluruhan
TTP
Panjang alas TTP atas/back section Lebar alas TTP Panjang rangka atas TTP = panjang rangka bawah TTP Lebar rangka atas = lebar rangka bawah Tinggi TTPL Tinggi TTPL
minimum maksimum
Tabel 3 Lanjutan N Formula o 1 tbt (P95) + allowance = 166 + 20 2 tbt (P95) – tp (P95) = 166 - 95 3 lb (P95) + allowance = 41 + 40 4 Panjang alas TTP keseluruhan + 8 (allowance) 5 Lebar alas TTP – (2 x ptk (P5) –allowance = 81 – (2 x 16,684) - 10 6 tpb (P5) 7 tp (P5) Sumber: Hasil pengolahan
Hasil (cm) 186 71 81 194 = 57,6 dibulatkan 58 47 88
Pengertian rangka pada perancangan tempat tidur periksa ini ada 2, yaitu: rangka penyangga tempat tidur dan rangka alas tempat tidur. Rangka penyangga tempat tidur merupakan rangka untuk peletakan alas tempat tidur dan peletakan alat pengangkat tempat tidur periksa. Rangka alas tempat tidur merupakan rangka tempat peletakan alas tempat tidur periksa. Berikut ini dimensi tempat tidur periksa secara keseluruhan.
Seminar Nasional Terpadu Keilmuan Teknik Industri, 16 Maret 2013, Universitas Brawijaya – Malang HFE-2-4
Perancangan Tempat Tidur Periksa Untuk Orang Lanjut Usia (Lansia)
Tabel 4 Dimensi Tempat Tidur Periksa untuk Orang Lanjut Usia dengan Penyesuaian Antropometri Bagian Tempat Tidur Dimensi (cm) Rangka penyangga tempat tidur p = 194 atas l = 57 Rangka penyangga tempat tidur p = 194 bawah l = 57 Rangka alas tempat tidur bawah p = 115 l = 81 Rangka alas tempat tidur back p = 71 section l = 81 Hi – lo tempat tidur periksa t min = 47 t maks = 88 Back section tempat tidur periksa Sudut min = 00 Sudut maks = 800 Bantalan tempat tidur periksa p = 115 bawah l = 81 Bantalan tempat tidur periksa p = 71 back section l = 81 Tuas pengangkat tempat tidur p = 108,5 periksa lansia tebal = 4 cm Sumber: Hasil pengolahan
Berdasarkan data pada Tabel 4, selanjutnya dibuat desain tempat tidur periksa. Desain tempat tidur periksa lansia dalam bentuk 2D ada pada Gambar 3.
Desain tempat tidur periksa lansia dalam bentuk 3D sebagai berikut.
Gambar 4 Desain tempat tidur periksa lansia (3D) Keterangan: A : Rangka penyangga tempat tidur periksa B : Tuas pengangkat tempat tidur C : Bantalan tempat tidur periksa D : Rangka bantalan tempat tidur periksa E : Hidrolik F : Selang hidrolik G : Pemompa hidrolik H : Karet kaki tempat tidur periksa lansia.
B. Pembahasan Ketinggian tempat tidur periksa merupakan keluhan utama dari pasien orang lanjut usia dan tenaga kesehatan. Untuk mengatasi keluhan ini, maka tempat tidur periksa hasil rancangan dilengkapi dengan adjustable hi-lo dengan pengaturan tinggi maksimal dan tinggi minimal mengacu pada dimensi antropometri orang lanjut usia dan tenaga kesehatan. Penggunaan hidrolik pompa mempermudah pasien orang lanjut usia untuk menggunakan tempat tidur periksa, karena tidak perlu memakai pijakan kaki sebagai alat bantu. Sehingga resiko jatuh terpeleset bisa dihindari.
Gambar 3 Desain tempat tidur periksa lansia (2D)
Gambar 5 Perbandingan ketinggian
Seminar Nasional Terpadu Keilmuan Teknik Industri, 16 Maret 2013, Universitas Brawijaya – Malang HFE-2-5
Suhardi, Sudadi
Pijakan kaki pada tempat tidur periksa hasil rancangan menggunakan komponen adjustable hi-lo.
Gambar 8 Pasien duduk Gambar 6 Perbandingan pijakan kaki
Tempat tidur periksa hasil rancangan dilengkapi dengan adjustable back section untuk memudahkan pasien bangun dari posisi berbaring. Penambahan komponen ini membuat tenaga kesehatan lebih mudah membantu pasien bangun dari posisi berbaring. Dengan memakai hidrolik pompa pada adjustable back section, maka tenaga kesehatan tinggal menginjak pedal pemompa hidrolik sehingga sudut back section dapat diatur sesuai kebutuhan. Sudut maksimal back section 800. Berikut ini perbandingan sandaran punggung antara tempat tidur periksa kondisi awal dengan hasil rancangan.
Proses selanjutnya tenaga kesehatan memompa pedal pengatur hi-lo sehingga pasien mencapai tinggi maksimum.
Gambar 9 Tenaga kesehatan mengatur tinggi tempat tidur periksa
Hal ini menyebabkan tenaga kesehatan lebih mudah memeriksa pasien, karena tinggi maksimum tempat tidur periksa sesuai dengan tinggi pinggang tenaga kesehatan. Gambar berikut menjelaskan proses penyuntikan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Gambar 7 Perbandingan sandaran punggung
Proses penggunaan tempat tidur periksa hasil rancangan lebih mudah dibandingkan dengan tempat tidur periksa awal, karena pada tempat tidur periksa hasil rancangan terdapat dua alat bantu yang berperan penting dalam kemudahan pemakaian (hi-lo dan back section). Kelebihan yang lain tempat tidur periksa hasil rancangan sudah disesuaikan dengan dimensi pengguna (orang lanjut usia dan tenaga kesehatan). Gambar berikut ini menjelaskan pasien duduk di tempat tidur periksa dengan keadaan ketinggian minimum. Dengan proses seperti ini pasien lebih mudah naik ke tempat tidur periksa tanpa harus menggunakan pijakan kaki.
Gambar 10 Proses penyuntikan
Tenaga kesehatan tidak terlalu membungkuk ketika melakukan proses penyuntikan. Hal ini disebabkan tinggi maksimum tempat tidur periksa hasil rancangan sudah sesuai dengan antropometri dari tenaga kesehatan. Gambar berikut menjelaskan urutan proses pasien bangun dari posisi berbaring sampai
Seminar Nasional Terpadu Keilmuan Teknik Industri, 16 Maret 2013, Universitas Brawijaya – Malang HFE-2-6
Perancangan Tempat Tidur Periksa Untuk Orang Lanjut Usia (Lansia)
turun
dari
tempat
tidur
periksa.
Gambar 11 Proses pasien bangun dari tempat tidur periksa
DAFTAR PUSTAKA Istriana, Evita. (2009): Perancangan Ulang Obstetric Bed dengan Metode House of Quality. Skripsi: Jurusan Teknik Industri UNS, Surakarta. Kristina, Nanik. (2008): Usulan Perbaikan Tempat Tidur Pasien Rawat Inap Rumah Sakit. Skripsi: Jurusan Teknik Industri UNS, Surakarta. Nugroho, W. (1995), Perawatan Lanjut Usia, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran ECG. Nurmianto, Eko. (2004), Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi 2, Surabaya, Guna Widya. Popov, E.P. (1991), Mekanika Teknik, Jakarta, Erlangga. Roebuck, J.A. (1979), Body Space Antropometry, Ergonomi and Design, London, Taylor & Francis Inc. Ulrich, Karl T., Ephinger, Stephen D. (2001), Perancangan dan Pengembangan Produk, Jakarta, Salemba Teknika.
Pada proses ini, tenaga kesehatan tidak mengalami kesulitan untuk membantu pasien bangun dari posisi berbaring. Tenaga kesehatan tinggal menginjakkan kaki pada pedal pemompa, maka back section mendorong sandaran punggung pasien, sehingga pasien bisa bangun dari posisi berbaring. Pasien tinggal menunggu ketinggian tempat tidur periksa mencapai tinggi minimum. Setelah mencapai tinggi minimum pasien baru turun dari tempat tidur periksa. IV. KESIMPULAN Ketinggian tempat tidur periksa semula terlalu tinggi untuk pasien (79 cm), pada hasil rancangan ketinggian dapat diatur sesuai dengan kebutuhan pasien dan tenaga kesehatan. Pijakan kaki yang awalnya sebagai alat bantu naik ke tempat tidur periksa, sekarang diganti dengan adjustable hi-lo (ketinggian dapat diatur sesuai kebutuhan pasien dan tenaga kesehatan). Penambahan alat bantu back section untuk membantu pasien bangun dari posisi berbaring, dengan pengaturan sudut sesuai dengan kebutuhan pasien dan penggerak back section yang mudah digerakkan oleh tenaga kesehatan. Untuk mengatur sudut dan ketinggian dengan menggunakan sistem hidrolik pompa.
Seminar Nasional Terpadu Keilmuan Teknik Industri, 16 Maret 2013, Universitas Brawijaya – Malang HFE-2-7
Suhardi, Sudadi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
Seminar Nasional Terpadu Keilmuan Teknik Industri, 16 Maret 2013, Universitas Brawijaya – Malang HFE-2-8