KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.wb Puji syukur khadirat Allah SWT tuhan semesta alam, karena atas izin dan kehendak nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmasetika Dasar. Adapun yang kami bahas di dalam makalah ini mengenai Guttae, Gargarisma, Clysma. Dalam penulisan makalah ini kami menemui beberapa hambatan yang di karenakan terbatasnya ilmu pengetahuan kami. Oleh karena i tu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami. Kami menyadarai makalah ini belum sempurna, tetapi dalam makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Oleh karena itu kami m engharapkan saran dan kritik. Sehingga kedepannya kami akan berusaha membuat makalah lebih baik lagi, kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.
Banjarmasin, 14 Juni 2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................... DAFTAR ISI....................................................................................................................................... BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................................. 1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1.2 Tujuan Penelitian......................................................................................................... 1.3 Manfaat Penelitian......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................... 2.1 GUTTAE......................................................................................................................... 2.2 GARGARISMA............................................................................................................... 2.3 CLYSMA......................................................................................................................... BAB III PENUTUP............................................................................................................................ 3.1 Kesimpulan................................................................................................................... 3.2 Saran............................................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan, terletak dalam lingkaran bertulang berfungsi untuk member perlindungan maksimal dan sebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Penyakit mata dapat dibagi menjadi 4 yaitu, infeksi mata, iritasi mata, mata memar dan glaucoma. Mata mempunyai pertahanan terhadap infeksi karena secret mata mengandung enzim lisozim yang menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu mengeleminasi organism dari mata. Obat mata dikenal terdiri atas beberapa bentuk sediaan dan mempunyai mekanisme kerja tertentu. Obat mata dibuat khusus. Salah satu sediaan mata adalah obat tetes mata. Obat tetes mata ini merupakan obat yang berupa larutan atau suspensi steril yang digunakan secara local pada mata. Karena mata merupakan organ yang paling peka dari manusia maka pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet, sterilisasi dan kemasan yang tepat. Hal-hal yang berkaitan dengan syarat tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini. Gargarisma atau obat kumur adalah sediaan berupa larutan, umumnya dalam pekat yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan untuk digunakansebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorok. Tujuan utama penggunaan obatkumur adalah dimaksudkan agar obat yang terkandung di dalamnya dapat langsungterkena selaput lendir sepanjang tenggorokan, dan tidak dimaksudkan agar obat itumenjadi pelindung selaput lendir. Karena itu, obat berupa minyak yang memerlukan zat pensuspensi dan obat yang bersifat lendir tidak sesuai untuk dijadikan obat kumur. Dan enema dilakukan untuk mengobati penyakit ringan seperti sakit perut, kembung; namun pada perkembangannya digunakan untuk berbagai tujuan yang berbeda seperti telah diuraikan dalam sejarah dilakukannya tindakan ini. Pada akhirnya setelah ilmu pengetahuan medis berkembang dengan adanya penelitian dan ditemukannya berbagai peralatan medis, penggunaan enema saat ini jauh lebih spesifik dari masa awal keberadaannya.
1.2 Tujuan Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sediaan guttae, gargarisma, dan clysma dan jenis-jenisnya beserta pembuatan, bahan penyususn, keuntungan dan kerugiannya.
1.3 Manfaat Dalam pembahasan makalah ini dapat memberikan manfaat dalam memahami lebih lanjut mengenai guttae, gargarisma, clysma yang baik dan benar.
BAB II GUTTAE, GARGARISMA, DAN CLYSMA
1. Guttae Obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan-larutan, emulsi, atau suspensi dimaksudkan untuk obat dalam atau o bat luar, digunakan dengan cara meneteskan, dengan menggunakan alat penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan baku yang berlaku. (Depkes, 1979)
tetes mulut ( guttae oris )
macam-macam obat tetes
tetes telinga ( guttae auriculares) tetes mata ( guttae ophthalmicae) tetes hidung ( guttae nasalles)
A. Tetes mulut ( guttae oris ) Tetes mulut adalah obat tetes yang di peruntukkan untuk kumur-kumur, sebelum di gunakan di encerkan lebih dulu dengan air dan tidak untuk di telan.(anief, 1987) B. Tetes telinga ( guttae auriculares ) Tetes telinga adalah obat tetes yang di gunakan dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga.kecuali dinyatakan lain, tetes telinga di buat menggunakan cairan pembawa bukan air. Cairan pembawaa yang di gunakan harus mempunyai mempunyai kekentalan yang cocok agar obat mudah menempel pada dinding telinga, umumnya di gunakan gliserol dan propilenglikol. Dapat juga di gunakan etanol, heksilenglikol dan minyak lemak nabati.(anief, 1987) C. Tetes hidung ( guttae nasalles ) Tetes hidung adalah obat bebas yang di gunakan dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung yag mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.(depkes, 1979) D. Tetes mata ( guttae ophthalmicae ) Tetes mata dalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang di gunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata. Syarat tetes mata : Steril Sedapat mungkin isohidris Sedapat mungkin isotonis (anief, 1987)
Air mata normal memiliki Ph 7,4 secara ideal obat tetes mata memiliki Ph seperti pada air mata.
Nilai isotonisitas
mencegah kenaikan pH
Menjaga stabilitas obat pendaparan mencegah infeksi
nipagin dan nipasol pengawet Hal yang di perhatikan dalam pembuatan tetes mata
fenil merkuri nitrat, timerosol
benzalkonium klorid
klorbutanol, fenil etil alcohol
pengental
metil selulosa
hidroksi propil selulosa
polivinil alcohol
(depkes, 1979) Cara pembuatan obat tetes mata 1. Obat di larutkan ke dalam salah satu zat pembawa yang mengandung salah satu zat pengawet, dijernihkan dengan cara penyaringan, masukkan ke dalam wada, tutup wadah dan sterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 115- 116˚C selama 30 menit. 2. Obat di larutkan ke dalam cairan pembawa beair yang mengandung salah satu zat pengawet dan di sterilkan menggunakan bakteri filter masukkan ke dalam wadah secara tehnik aseptis dan tutup rapat. 3. Obat di larutkan ke dalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat pengawet, di jernihkan dengan cara penyaringan, masukkan ke dalam wadah. Tutup rapat dan sterilkan dengan penambahan bakterisid, di panaskan pada suhu 98- 100˚C selama 30 menit. (syamsuni, 2006)
campuran homogen
dosis dapat berubahubah
keuntungan
dapat di encerkan
cocok untuk anak-anak
Guttae
untuk pemakaian luar
volume bentuk larutan lebih besar
kerugian
ada obat tidak stabil dalam larutan
ada obat yang sukar di tutupi rasa dan baunya
2. Gargarisma
DEFENISI
Menurut Farmakope Edisi III Gagarisma adalah sediaan berupa larutan, umumnya pekat yang harus diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan, dalam pencegahan atau pengobatan infeksi tenggooka t enggookan n.
Menurut Bocker (1990) Gargarisma adalah larutan yang mengandung bahan penyegar napas, astrigen, demulsen, atau surfaktan atau antibakteri untuk menyegarkan dan pembersihan saluran pernapasan yang pemkaiannya pemkaiannya dengan berkumur. berkumur.
Keuntungan : Merupakan campuran homegen Dapat diberikan dalam larutan encer kapsul atau tablet Mudah diberi pemanis, bau-bauan dan warna. (Syamsuni,2006) ( Syamsuni,2006)
Kerugian :
Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan. (Syamsuni,2006)
1.obat kumur untuk kosmetik
7.obat kumur untuk terapeutik
6.obat kumur untuk didapar
Jenis-jenis Gargarisma
5.obat kumur untuk deodoran.
3.obat kumur yang bersifat sebagai astrigent.
4.obat kumur pekat yang perlu diencerkan.
Zat berhasiat
Bahan Penyusun Garagrisma
2.obat kumur untuk menghilangka n bakteri.
Fenol, Kalium Permanganat, Povidum Iodida
Penyedap rasa dan bau
Sorbitol dannatarium sakarin
Zat pembawa
Aqua
3. Lavement / Clysma / Enema
Lavement / Clysma / Enema
Definisi adalah memasukkan suatu larutan ke dalam rectum dan kolon sigmoid bawah dengan menggunakan jeli, diolesi dengan pelicin/cairan/pelumas
Jenis-jenis 1. Cleansing Enema 2. Carminative Enema 3. Retention Enema Keuntungan Sediaan 1. Membersihkan kolon bagian bawah (desenden) menjelang
tindakan operasi 2. Sebagai jalan alternatif pemberian obat 3. Menghilangkan distensi usus 4. Memudahkan proses defekasi 5. Meningkatkan mekanika tubuh Kerugian Sediaan
1. Jika menggunakan larutan terlalu hangat akan membakar
mukosa usus dan jika larutan terlalu dingin yang diberikan akan menyebabkan kram abdomen 2. Jika klien memiliki kontrol sfingter yang buruk tidak akan mampu menahan larutan enema
Normal Saline
Cairan hypotonic Bahan Penyusun Lavament/ Clysma / Enema
Cairan hypertonic
Cairan caarminative Cairan sabun minyak
-
-
-
-
Cairan Hypotonic/ tap water Merupakan cairan Hypotonic karena konsentrasi cairan ini kurang dari cairan tubuh. Jika menggunakan cairan ini, maka cairan akan di tarik ke dalam tubuh sehingga dapay menyebabkan water toxity, ketidakseimbangan elektrolit, overload sirkulasi. Normal saline Merupakan cairan yang isotonis sehingga aman di gunakan terutama untuk bayi dan anak-anak. Cairan Hypertonic Mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi dari cairan tubuh. Cairan ini akan menarik cairan dari tubuh untuk melembekan feses dan distensi rectum. Cairan ini kontraindikasi pada pasien dehidrasi, bayi dan anak kecil. Cairan sabun Minyak Cairan caarminative
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat dilihat bahwa obat tetes mata harus lah : a.
steril
b. bebas dari partikel tersuspensi kecuali bentuk suspense c.
sedapat ungkin isotonis dan isohidris
d. Dibufer e.
Dalam wadah kecil, praktis dan steril
f.
Mengandung zat bakteriostatik untuk menjaga sterilitas dan stabilitas Formulasi suspense obat mata dapat dibuat jika diperlukan untuk membuat produk yang bertujuan mengingkatkan waktu kontak kornea, atau diperlukan untuk obat tidak larut atau tidak stabil dalam pembawa air. Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh obat kumur antara lain:a.Membasmi kuman yang menyebabkan menyebabkan gangguan kesehatan gigi dan mulut b.Tidak menyebabkan iritasic.Tidak mengubah mengubah indera perasad.Tidak mengganggu keseimbangan flora mulute. Tidak meningkatkan resistensi mikrobaf. Tidak menimbulkan noda pada gigi Enema adalah tindakan memasukkan cairan kedalam rectum dan kolon melalui lubang anus.
3.2 Saran Sebelum memberikan sediaan sebaiknya pengguna mencuci tangan sampai bersih. Selama penanganan dan pemberian obat dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1979, FI ed III, Jakarta Syamsuni, H.A., 2006 Ilmu Resep. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta Sagarin, E. Dan S.D Gerson 1972. Cosmetic, Science and Technology, 2 nd edition New York Ariyani Ratna, dkk. 2009. Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: CV. Trans Info Media Hidayat Aziz Alimul. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Anief, M. 1987 Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University press: Yogyakarta