Gangguan mobilisasi
Gangguan Mobilisasi adalah suatu keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami oleh seseorang. Penyebab imobilitas fisik bermacam-macam dan dapat dikategorikan berhubungan dengan lingkungan internal dan eksternal. a. Faktor internal 1) Penurunan fungsi muskuloskeletal 2) Otot-otot (atrrofi, distrofi, atau cedera) 3) Tulang (infeksi, fraktur, tumor, osteoporosis, atau osteomalasia) 4) Sendi (arthritis dan tumor) 5) Kombinasi struktur (kanker dan obat-obatan) b. perubahan fungsi neurologis 1) Infeksi (mis.ensefalitis) 2) Tumor 3) Trauma 4) Obat-obatan 5) Penyakit vaskuler (mis. Stroke) 6) Penyakit demielinasi (mis. Sklerosis multiple) 7) Penyakit degeneratif (mis. Penyakit parkinson) 8) Terpajan produk racun (mis. Karbonmonoksida) 9) Gangguan metabolik (mis. Hipoglikemia) 10) Gangguan nutrisi 2. nyeri penyebabnya multiple dan bervariasi seperti penyakit kronis dan trauma. 4. defisit perseptual kelebihan atau kekurangan masukan persepsi sensori. 5. berkurangnya kemampuan kognitif gangguan proses kognitif, seperti demensia berat 6. jatuh a. efek fisik : cedera atau fraktur b. efek psikologis : sindrom setelah jatuh 7. perubahan hubungan sosial
a. faktor-faktor aktual (mis. Kehilangan pasangan, pindah jauh dari keluarga atau teman-teman) b. faktor-faktor persepsi (mis. Perubahan pola pikir seperti depresi) 8. aspek psikologis ketidakberdayaan dalam belajar, depresi.
Faktor eksternal
1. program terapeutik program penanganan medis memiliki pengaruh yang kuat terhadap kualitas dan kuantitas pergerakan pasien. Contoh program pembatasan meliputi : faktor-faktor mekanis dan farmakologis, tirah baing, dan restrein. a. faktor mekanis dan farmakologis : mencegah atau menghambat pergerakan tubuh dengan menggunakan peralatan eksternal (gips dan traksi) atau alat-alat ( yang dihuubuungkan dengan pemberian cairan intravena, pengisapan gaster, kateter urin, dan oksigen). Agen farmasetik seperti sedatif, analgesik, tranquilizer, dan anesteti yang digunakan unntuk mengubah tingkat kesadaran pasien dapat mengurangi pergerakan atau menghilangkan secara keseluruhan. b. Tirah baring dapat dianjurkan pada penanganan penyakit atau sekuela cedera. Istirahat dapat menurunkan kebutuhan metabolik, kebutuhan oksigen, dan beban kerja jantung. Selain itu, istirahat memberikan kesempatan pada sistem muskuloskeletal untuk relaksasi, menghilangkan nyeri, mencegah iitasi yang berlebihan dari jaringan yang cedera, dan meminimalkan efek gravitasi. c. Restrein fisik dan pengaman tempat tidur biasanya diunakan pada lansia yang diinstitusionalisasi. 2. karakteristik penghuni institusi tingkat mobilitas dan pola perilaku dari kelompok teman sebaya klien dapat mempengaruhi pola mobilitas dan perilaku. 3. karakteristik staff tiga karakteristik dari staff keperawatan yang mempenaruhi pola mobilitas adalah pengetahuan, komitmen, dan jumlah. Pengetahuan dan pemahaman tentang konsekuensi fisiologis dari imobilitas dan tindakan keperawatan untuk mencegah pengaruh imobilitas sangat penting untuk mengimplementasikan perawatan untuk memaksimalkan mobilitas.
Jumlah anggota staff yang adekuat dengan suatu komitmen untuk menolong lansia mempertahankan kemandiriannya harus tesedia untuk mencegah komplikasi imobilitas. 4. sistem pemberian asuhan keperawatan alokasi praktek fungsional dapat meningkatkan ketergantungan dan komplikasi dari imobilitas. Ketika perawatan dibagi menjadi tugas-tugas, keutuhan dan interaksi klien akan terabaikan. 5. hambatan-hambatan hambatan fisik dan arsitektur dapat mengganggu mobilitas. Hambatan fisik termasuk kurangnya alat bantu yang tersedia untuk mobilitas, pengetahuan dalam mengunakan alat bantu mobilitas tidak adekuat, lantai yang licin, dan tidak adekuatnya san daran untuk kaki. Seringkali rancangan asitektur umah saki atau panti jompo tidak memfasilitasi atau memotivasi klien untuk aktif dan tetap bergerak. 6. kebijakan-kebijakan institusional praktek pengaturan formal dan informal mengendalikan keseimbangan antara pemeintah institusional dan kebebasan individu. Semakin ketat kebijakan, semakin besar efeknya pada mobilitas. Dampak fisiologis dari imobilitas dan ketidakaktifan antara lain : No.
efek
hasil
1.
Penurunan konsumsi oksigen Intoleransi orthostatik
2.
maksimum.
3.
Penurunan fungsi ventrikel Penurunan toleransi latihan
4.
kiri
Penurunan kapasitas kebugaran
5.
Penurunan curah jantung
Penurunan massa otot tubuh, atrofi muskular,
6.
Penurunan volume sekuncup penurunan kekuatan otot
7.
Peningkatan
8.
protein
9.
Peningkatan
10.
kalsium
Intoleransi glukosa
11.
Perlambatan fungsi usus
Penurunan kapasitas fungsional residual
12.
Pengurangan miksi
Atelektasis, penurunan PO2, peningkatan pH
13.
Gangguan
Peningkatan denyut jantung, sinkop
katabolisme Osteoporosis disuse Konstipasi pembuangan Penurunan evakuasi kandung kemih
metabolisme Penurunan
volume
plasma,
penurunan
14.
glukosa
keseimbangan natrium
Penurunan ukuran thoraks
Perubahan
Penurunan
aliran
kognisi,
depresi
dan
ansietas,
darah perubahan persepsi
pulmonal
Bermimpi pada siang hari, halusinasi
Penurunan cairan tubuh total Gangguan sensori Gangguan tidur
Definisi ROM Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus ototdan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal Jenis ROM 1.
ROM Pasif Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan perawat setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan fasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
2.
ROM Aktif Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan ototototnya secara aktif
Tujuan
1.
ROM
Mempert
2.
ahankan
atau
Memelihara
3.
memelihara
kekuatan
mobilitas
Merangsang
otot persendian
sirkulasi
darah
4. Mencegah ke lainan bentuk
Perinsip Dasar Latihan ROM
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari 2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien 3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring. 4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki. 5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit. 6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah di lakukan.
Manfaat ROM
1. 2. 3.
Meningkatkan Memperbaiki
mobilisasi toleransi
Meningkatkan
otot
sendi untuk
massa
latihan otot
4. Mengurangi kehilangan tulang 5.Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan 6. 7.
Mengkaji Mencegah
8. Memperlancar sirkulasi darah
tulang terjadinya
sendi, kekakuan
otot sendi
9 Memperbaiki tonus otot
·
ROM pasif post operasi fraktur femur Perawat membantu pasien pascaoperatif fraktur femur melakukan Latihan ROM pasif dan menganti posisi akan meningkatkan aliran darah ke ekstermitas sehingga stasis berkurang. kontraksi otot kaki bagian bawah akan meningkatkan aliran balik vena sehingga mempersulit terbentuknya bekuan darah. perawat membantu pasien melakukan latihan ini setiap 2 jam sekali saat klien terjaga. perawat membantu pasien pascaoperatif fraktur femur melakukan Latihan ROM pasif dengan cara atur posisi pasien terlentang, rotasikan kedua pergelangan kaki membentuk lingkaran penuh, lakukan dorsofleksi dan flantar fleksi secara bergantian pada kedua kaki klien, lanjutkan latihan dengan melakukan fleksi dan ekstensi lutut cecara bergantian, mengangkat kedua telapak kaki klien secara tegak lurus dari permukaan tempat tidur secara bergantian. Latihan ini di lakukan untuk mengurangi efek imobilisasi pada pasien di lakukan ROM pasif dengan latihan isometrik otot-otot di bagian yang di imobilisasi latihan kuadrisep dan latihan gluteal dapat membantu mempertahankan kelompok otot besar yang penting untuk berjalan. Latihan aktif dan beban berat badan pada bagian tubuh yang tidak mengalami cedera dapat mencegah terjadinya atrofi otot.
ROM aktif post operasi fraktur femur Pasien yang telah dilakukan operasi fraktur femur seringkali dapat menimbulkan permasalahan adanya luka operasi pada jaringan lunak dapat menyebabkan proses radang akut dan adanya oedema dan fibrosis pada otot sekitar sendi yang mengakibatkan keterbatasan gerak sendi terdekat. Latihan rentang gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi fraktur femur, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang di perlukan untuk pempercepat proses penyembuhan. Keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setelah operasi. Banyak pasien yang tidak berani
mengerakan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. pandangan yang seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang peristaltik usus sehingga pasien cepat platus, menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernapasan dan terhindar dari kontraktur sendi, memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan dekubitus. Menurut Garrison, (2002) Pedoman perawatan pasca bedah fraktur femur Sering kali di perlukan intervensi bedah ORIF dengan mengunakan sekrup dan plate pada hari ke 2-3 latihan aktif (ROM) yang di bantu dapat dimulai dari bidang anatomi yang normal, pada hari ke 4 berjalanlah pada cara berjalan tiga titik dengankruk axilla pembantu berjalan standar dan kemudian penahan berat badan sesuai toleransi
Gerak gerakan ROM 1. Leher, spina, serfikal Fleksi : Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45° Ekstensi : Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45° Hiperektensi : Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, rentang 40-45° Fleksi lateral : Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin kearah setiap bahu, rentang 40-45° Rotasi : Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler, rentang 180° Ulangi gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
2. Bahu Fleksi : Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi di atas kepala, rentang 180° Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh, rentang 180° Hiperektensi : Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus, rentang 45-60° Abduksi : Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala, rentang 180° Adduksi
: Menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin, rentang 320° Rotasi dalam : Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang, rentang 90° Rotasi luar : Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping kepala, Sirkumduksi
rentang :
Menggerakan
lengan
dengan
90° lingkaran
penuh,
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
3. Siku Fleksi : Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu, rentang 150° Ektensi : Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang 150°
4. Lengan bawah Supinasi : Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke atas, rentang 70-90° Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah, rentang 70-90° Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
5. Pergelangan tangan Fleksi : Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah, rentang 80-90° Ekstensi : Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan, lengan bawah berada dalam arah yang sama, rentang 80-90°
Hiperekstensi : Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh mungkin, rentang 89-90° Abduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari, rentang 30°
rentang
360°
Adduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari, rentang 30-50° Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
6. Jari- jari tangan Fleksi : Membuat genggaman, rentang 90° Ekstensi : Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90° Hiperekstensi : Menggerakan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin, rentang 30-60° Abduksi : Mereggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain, rentang 30° Adduksi : Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30° Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
7. Ibu jari Fleksi : Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan, rentang 90° Ekstensi : menggerakan ibu jari lurus menjauh dari tangan, rentang 90° Abduksi : Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30° Adduksi : Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
Oposisi : Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
8. Pinggul Fleksi : Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120° Ekstensi : Menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain, rentang 90-120° Hiperekstensi : Mengerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-50°
Abduksi : Menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh, rentang 30-50° Adduksi : Mengerakan tungkai kembali ke posisi media dan melebihi jika mungkin, rentang 30-50° Rotasi dalam : Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain, rentang 90°
Rotasi
luar
:
Memutar
Sirkumduksi
:
kaki
dan
tungkai
menjauhi
Menggerakan
tungkai tungkai
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
9. Lutut Fleksi : Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-130° Ekstensi : Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130° Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
10. Mata kaki Dorsifleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas, rentang 20-30° Flantarfleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke bawah, rentang 45-50° Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
11. Kaki
lain,
rentang
90°
melingkar
Inversi t: Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10° Eversi : Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10° Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
12. Jari-Jari Kaki Fleksi : Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60° Ekstensi : Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60° Abduksi : Menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang lain, rentang 15° Adduksi : Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15° Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali