Pestisida Pertanian (Bagian fungisida)
Fakultas Pertanian – Universitas Universitas Jember
BAGIAN FUNGISIDA CAKUPAN DAN PENGERTIAN FUNGISIDA
JENIS JENIS FUNGISIDA
MODE OF ACTION FUNGISIDA
FUNGISIDA KONTAK DAN SISTEMIK
TERJADINYA RESISTENSI PATOGEN
PENDAHULUAN
Pest = hama , sida= caedo= pembunuh Fungus : Jamur, Caedo : membunuh Pengendalian vektor secara kimia FAO 1986 & PP RI No. 7, 1973 Campuran bahan kimia yang digunakan untuk mencegah, membasmi dan mengendalikakn hewan/tumbuhan pengganggu seperti binatang pengerat, termasuk serangga penyebar penyakit, dengan tujuan kesejahteraan manusia
PP RI No. 6, 1995 Zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh dan perangsang tumbuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk perlindungan
US EPA Zat atau campuran zat yang digunakan untuk mencegah,
SYARAT PESTISIDA
Membunuh dgn cepat (efektif dan efisien) Tidak membahayakan binatang bertulang belakang Murah dan mudah diperoleh di pasaran Menguntungkan dalam pemakaian yg luas Susunan kimia stabil (mempunyai residual efek) Selektif Tidak mudah terbakar Mudah disiapkan Tidak merusak barang Bersih Tidak mengeluarkan bau yang taidak menyenangk menyenangkan an
1)
Kebanyakan dari fungisida digunakan untuk mengatasi penyakit daun dan bagianbagian tanaman lainnya di atas tanah.
2)
mendesinfestasi dan melindungi benih atau umbi dari serangan patogen.
3)
Beberapa fungisida dapat digunakan untuk mendesinfestasi tanah atau tempat penyimpanan untuk melindungi luka, dan sebagainya.
Pada waktu sekarang telah diketahui beberapa macam fungisida yang mempunyai sifat terapetik atau eradikatif dan beberapa diantaranya dapat diabsorpsi oleh bagian dari tanaman dari tanaman dan secara sistematik ditranslokasikan ke tempat lain.
Klasifikasi pestisida berdasarkan organisme sasaran - 1 Gangguan pada tanaman
abiotik
1. 2. 3. 4.
Struktur tanah Kesuburan tanah Kekurangan unsur hara Pencemaran air, udara
biotik
1. Hama (serangga, tungau, hewan menyusui, dan moluska) 2. Penyakit (jamur, bakteri, virus dan nematoda) 3. Gulma Bisa dikendalikan dengan pestisida
Klasifikasi pestisida berdasarkan organisme sasaran - 2 1.
Insektisida : mengendalikan hama
2.
Akarisida : mengendalikan tungau
3.
Moluskisida : mengendalikan hama dari bangsa siput (moluska)
4.
Rodentisida : mengendalikan hewan pengerat / tikus
5.
Nematisida : mengendalikan nematode
6.
Fungisida : mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur/fungi
7.
Bakterisida : mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri
8.
Herbisida : mengendalikan gulma
Dsb.
KLASIFIKASI PESTISIDA
Berdasarkan organisme target
Insektisida
: bunuh/kendali serangga
Herbisida
: bunuh gulma
Fungisida
: bunuh jamur/cendawan
Algasida
: bunuh alga
Avisida
: bunuh/kontrol pop burung
Akarisida
: bunuh tungau/kutu/pinjal/caplak
Bakterisida
Larvasida
Molusksisida
: bunuh bakteri : bunuh larva : bunuh siput
KLASIFIKASI PESTISIDA
Berdasarkan organisme target (lanjutan)
Nematisida
: bunuh cacing
Ovisida
: bunuh telur
Pedukulisida
: bunuh kutu/tuma
Piscisida
Rodentisida
Predisida
: bunuh pemangsa/predator
Termisida
: bunuh rayap
Metisida
: bunuh tengu/caplak (mites)
Defoliant
: bunuh parasit tanaman
: bunuh ikan : bunuh binatang pengerat
KLASIFIKASI PESTISIDA
Berdasarkan organisme target (lanjutan) Repellent
: penolak serangga
Attractant
: penarik serangga
Dessicant
: penyerap air
Anti
transparant : pembalut daun agar tak kehilangan air
Plant
growth regulator: pengatur pertumbuhan tanaman
Dampak penggunaan pestisida pertanian Dampak bagi keselamatan pengguna 1. Keracunan 2. Gangguan penyakit
Dampak bagi konsumen
Dampak bagi kelestarian lingkungan
Dampak Sosial Ekonomi
1. Keracunan kronis yang tidak segera terasa 2. Keracunan akut ketika mengkonsumsi produk yang mengandung residu pestisida
1. Lingkungan tercemar 2. Terbunuhnya organisme non target (terbunuhnya musuh alami dari hama) 3. Resistensi OPT 4. Resurjensi OPT 5. Muncul hama baru
1. Biaya produksi tinggi 2. Proses perdagangan terhambat karena residu pestisida tinggi
Penamaan Pestisida Struktur kimia dari bahan aktif pestisida Nama Kimia
Nama yang mudah diingat dan dimengerti Cap/merk dagang Nama Umum
Nama Dagang
Manganeseethylenebis (dithiocarbamate)
Maneb
Pilaram 80 WP Rhonep 80 WP Sarineb 90 WP Phycozan 90 WP
3-(3,4-dichlorophenyl) 1,1-dimethylurea
Duron
Bimaron 80 WP Gulmaron 500 EC
0-(,4-bromo-2chlorophenyl 0-ethyl-s-propyl phosporodhitioate
Profenofos
Deltracon EC Profile EC Curacon EC
Endotoksin dari Bacillus thuringiensis
Bacillus thuringiensis
Bacilin WP Thuricide HP
FORMULASI PESTISIDA
Pencampuran bahan aktif (active inggrideinet) dengan bahan pembawa (inert carrier) = formulasi insektisida
Beberapa formulasi dpt digunakan langsung atau dicampur dg air/minyak
Formulasi Pestisida
•
•
Bahan aktif merupakan senyawa kimia/bahan lain yang memiliki efek sbg pestisida. Bisa berbentuk padat, cair dan gas
Bahan pembawa
Bahan pembantu
Bahan aktif •
•
•
•
•
Solvent/bahan pelarut : alcohol, produk minyak bumi Emulsifier/bahan pembuat emulsi Diluent/bahan pembasah atau pengencer Synergist/bahan untuk meningkatkan efikasi pestisida Bahan perekat
•
•
Bahan pembawa digunakan untuk menurunkan konsentrasi produk pestisida Bisa berupa air, minyak, talk, dsb sesuai dengan cara penggunaan
Kode Formulasi Pestisida 1.
Emulsifiable Concentrate/ Emulsible Conentrate (EC) : sediaan berbentuk pekatan cair dengan kandungan bahan aktif tinggi, menggunakan solvent berbasis minyak, apabila dicampur air akan membentuk emulsi (butiran benda cair yg melayang dalam media cair lainnya)
2.
Soluble Liquid (SL) : pekatan cair jika dicampur air membentuk larutan
3.
Wettable Powder (WP) : sediaan berbentuk tepung dengan bahan aktif tinggi jika dicampur air membentuk suspense
4.
Soluble Powder (S atau SP) : formulasi berbentuk tepung bila dicampur air membentuk laturan homoge
5.
Butiran (Granule, G) : sediaan siap pakai dengan bahan aktif rendah
6.
Dsb.
FORMULASI CAIR
Emulsi
Solution (larutan)
Konsentrasi
tinggi
Konsentrasi
Rendah
Suspension (minyak) Flowable
solids (aliran)
Sering
menyebabkan nozzletip (pipa semprot tersumbat)
Perlu
pengocokan terus menerus
FORMULASI CAIR
Aerosol Non irritant, tdk berbau tak sedap, tdk ada residu berbahaya, tdk mudah terbakar, tdk keracunan utk pemberian berulang, spektrum luas, mudah menyebar keseluruh ruang Aturan aerosol meliputi: Formulasi, container: jenis, bentuk, isi, kecepatan semprotan, ukuran partikel aerosol yg dihasilkan, tdk mudah terbakar, tdk berpengaruh buruk thd barang lain, acceptable biological performance standard Standar formulasi (Standars Reference Aerosol) WHO
FORMULASI CAIR
Liquid Gases (gas yg dicairkan) Disemprotkan
pada tekanan tertentu
Dijumpai
pada fumigant
Dikemas
dlm tabung
Digunakan
untuk:
Disemprotkan di ruangan
Disuntikkan ke dlm tanah
Disemprotkan pada tumpukan, gudang dll
FORMULASI KERING
Bahan debu (dust)
mengandung: Bahan
aktif 1 10%
Bahan
pembawa (inert carrier)
–
Granula (Granules)
Partikel lebih besar dari debu
Bahan aktif 2 40% –
Wettable Powder
Sgt halus dan mudah larut dalam air
Bahan aktif 15 65% –
FORMULASI KERING
Soluable Powder Bentuk
kering, digunakan dengan melarutkan
dlm air Bahan
aktif 50%
Umpan (Baits) Bentuk
dapat dicerna/dimakan
Bahan
aktif 5%
FORMULASI PESTISIDA Technical Grade
Solvent
Emulsifier
Solution Emulsifiable Concentrate (E.C.) Emulsion Catatan: Solvent Emulsifier
: Bubuk-bubuk padat : = Surfactant : zat yg menurunkan tekanan permukaan air
Water/ Solvent
FORMULASI PESTISIDA Technical Grade
Inert Carrier
Wetting Agent
Debu Racun Srg / Granulated Insecticide Wettable (Dispersible) Powder Suspensi Catatan: Inert Carrier Wetting agent
: Bubuk-bubuk padat (talk, debu, tanah merah=clay, debu vulkanik) Pencampur lapisa tipis & rata
Water
KLASIFIKASI PESTISIDA
Berdasarkan komposisi kimia Insektisida
Anorganik
Insektisida
Organik
Organik Alami (Botanical)
Organik Sintetis
Chlorinated Hydrocarbon Insecticide (CHI)
Organophosporus Insecticide (OPI)
Carbamat
Thyocyanate
Minyak Bumi
Pyretroid Sintetis
Anorganik
Organik
Cryolit Belerang Arsinikel (Sodium arsenit) Fluoride (Sodium Fluoride)
Chlorinated Hydrocarbon Insecticide (CHI) = organoklorin Dieldrin Lindane Aldrin Heptaklor Klordan Endosulfan Chlorobenzilate Dilan DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane)
Organophosporus Insecticide (OPI) = organofosfat Parathion Diazonin Fenthion Fenithrotion Malathion Abate Trichlorfon Dichlorfos Asephate
Sintetis Alami Nikotin Phyretrum Deris Kampher Saba Ddilla
Carbamat Sevin Pyrolan Isolan dimethilan Propoxur Baygon Carbofuran Carbaryl Pirimicarb Phenithiazine
Thiocyanate
Minyak Bumi
Lethane Lauryl thiocyanate Thanite
Kerosine Solar Oli Bensin Parafin Tir
Piretroid Sintetis Fenvolerate Deltamethrin
Klasifikasi kimiawi pestisida a.
Fungisida Biologis
b.
Fungisida multi-site Inhibitor
c.
Fungisida monosite inhibitor (Antibiotik)
d.
Fungisida Mono-site Inhibitor (Organik Sintetik)
DIGUNAKAN SENYAWA KIMIA UNTUK PENANGGULANGAN PENYAKIT BERBAGAI MACAM FUNGISIDA 1.SENYAWA TEMBAGA 2.SENYAWA BELERANG 3. SENYAWA MERKURI 4. QUINONE 5. SENYAWA BENZENA 6. SENYAWA HETEROSIKLIK 7. ANTIBIOTIKA
PERKEMBANGAN FUNGISIDA 1.
Generasi I : Fungisida an organik golongan logam berat (S dan Cu )
2.
Generasi ll : Organik belerang dan cl
3.
Generasi lll : Generasi sistemik, Translokasi ke atas, ( apoplastik ) ex. Oksatiin
4.
Generasi lV : Sistemik ambimobil , apoplastik dan symplastik. Ex. Asilalanin
Fungisida Cu ( tembaga ) : Cu So4 + Ca( OH)2 = Bubur Burdeaux CuSo4 + NaCO3
= Bubur Burgundy
CuSo4 + NH4CO3
= Bubur Chesunt
Terusi Bersifat asam, toksik pada banyak jamur namun juga bersifat Fitotoksik, maka perlu ditambah kapur ( basa ).
Kelemahan : Korosi pada alat, Tidak dapat disimpan, Lubang nozle buntu, mengendap pada daun sehingga kurang disuka konsumen
MENGAPA CU DAPAT DIPAKAI SEBAGAI FUNGISIDA 1.
Sebagai logam berat Punya daya oligodinamik, dan menyebabkan koagulasi protoplas patogen
2.
Sebagai Kation CU , bereaksi dengan gugus SH dari asam amino dan ensim dari jamur. Akibatnya adalah : a. Denaturasi protein b. Permeabilitas membran sel terganggu c. Pertumbuhan jamur terhambat
FUNGISIDA BELERANG ( S)
Belerang ( S) + Kapur = Bubur kalifornia
Digunakan bukan karena lebih toksik, tetapi fitotoksiknya lebih rendah dari pada logam berat ( CU). Mekanisme kerja Sulfur, Berpengaruh pada transpot elektron sepanjang sitokrom dan kemudian direduksi menjadi Hidrogen sulfida (H2S). Ini yang toksik pada protein patogen Kekurangan : dapat merusakalat, dan bahaya ke mata
FUNGISIDA ORGANIK ( ll)
An organik dianggap kurang manjur
Fungisida organik memiliki beberapa kelebihan , yaitu :
Dosis
efektifnya relatif rendah
Fitotoksiknya Lebih
lebih rendah
aman terhadap lingkungan
Senyawa Belerang (S)
terbanyak adalah golongan Fungisida Karbamat
Turunan Fungisida karbamat meliputi :
Ferbam
Tiram
Ziram
Nabam
Zineb
Maneb
Mankozeb
Mekanisme karbamat : Gugus C=S ditiokarbamat oleh jamur diubah menjadi isotiosianat ( N=C=S), dan senyawa ini akan menginaktifasi gugus SH asam amaino
Senyawa Clor (cl)
Dapat menghambat NH2 dan SH pada asam amina jamur.
Beberapa keturunanya adalah :
–
PCNB Klorotalonil Kaptan Folfet Kaptafol
Sifat dan Cara Kerja Berdasarkan Efek : a. Memiliki efek fungistatik b. Memiliki efek fungitoksik c. Antisporulan
Sifat fungisida Berdasarkan Cara Kerja : a. Fungisida non-sistemik b. Fungisida sistemik c. Fungisida sistemik lokal
Berdasarkan Waktu Aplikasi : a. Fungisida preventif atau protektif b. Fungisida Kuratif c. Fungisida Eradikatif d. Penghambat Sporulasi
MACAM FUNGISIDA BERDSARKAN CARA KERJANYA 1.
Kontak, yaitu fungisida yang bekerja hanya pada tempat dimana terjadi kontak antara obyek sasaran dengan fungisida
2.
Sistemik , yaitu fungisida yang dapat masuk dalam tanaman, sehingga dapat membunuh patogen sasaran yang berada dalam inang.
FUNGISIDA SISTEMIK ( lll)
Dapat masuk dalam badan tumbuhan sehingga dapat membunuhpatogen walaupun tidak langsung bersentuhan
Golongan Oksatiin : Hanya terangkut keatas lewat xilem
Golongan Asilalanin : Dapat terangkut keatas dan kebawah
Golongan Benzimidazol : Benomil, Karbendazim, tiabendazol, tiofanat
Golongan Fosfat organik : Fasetil – Al
Golongan Pirimidin
Golongan Triazol
Hampir semua fungisida sistemik berperan dalam menghambat satu atau beberapa langkah yang spesifik dalam metabolisme patogen. Akibatnya setelah dipakai beberapa tahun akan dapat muncul strain baru patogen. Fungisida memberikan tekanan seleksi sehingga patogen resisten
Misalnya : Benomil akan dapat menghambat pembelahan inti, oksatin menghambat suksinat hidrogenase, yaitu ensim pada proses respirasi mitokondria.
Fasetil Al dismping berfungsi untuk fungisida , juga dapat berfungsi meningkatkan ketahanan tanaman, melalui (1) Mengubah sel dinding inang, (2) Membatasi koensim esensial pada inang, (3) Merubah laju dan arah metabolisme ke pemben. Fitoaleksin.
Fungisida Sistemik.... lanjutan
Keuntungan pestisida sistemik : Diserap dalam jaringan melalui proses difusi, ditranlokasi secara ambimobil, dapat mecapai sasaran walau tidak terjadi kontak, memberikan efek perlindungan dan eradikasi, dan tidak muda tercuci dan Tidak mudah menguap.
Kelemahannya: Residu pada material pertanian, sepektrumnya sempit, dan memberikan tekanan seleksi akibat terlalu spesifik dalm mekanisme penghambatannya, sehingga mudah terjadi resistensi dengan membbentuk strain baru.
Mode of Action Fungisida
Pengintervensi Sintesis Asam Nukleat
Penghambat Mitosis dan Pembelahan Sel
Penghambat Respirasi Sel
Penghambat sintesis asam amino dan protein
Pentransduksi sinyal
Penghambat sintesis lipida dan membrane sel
Penghambat biosintesis sterol
Pengintervensi sintesis glukan dan dinding sel
Penghambat sintesis melanin
Penginduksi pertahanan tanaman inang
Langkah-langkah menekan residu pestida
Menggunakan pestisida jika benar-benar diperlukan
Menghindari penggunaan pestisida sistemik menjelang panen
Melakukan pengendalian hama terpadu (PHT)
Mentaati masa tunggu (holding period, preharvest interval, PHI)
Resistensi OPT terhadap Pestisida a. Resistensi serangga
1. Faktor genetic 2. Faktor biologi dan ekologi serangga 3. Faktor operasional
1. Berkurangnya permeabilitas membrane sel
b. Resistensi jamur (Cendawan)
Example : hawar daun Phytopthora infestan pada kentang terhadap fungisida fenilamid (Brent, 1995)
2. Meningkatnya kemampuan cendawan mendetokfikasi fungisida 3. Cendawan mengubah proses metabolism sebagai reaksi terhadap fungisida 4. Cendawan memproduksi lebih banyak enzim yang dihambat oleh pestisida
Mekanisme Resistensi patogen terhadap penggunaan fungisida sistemik
1. 2.
Mekanisme Genetik Mekanisme Biokimiawi
Mekanisme Genetik 1.
Adaptasi fenotipik : akibat penggunaan terus menerus, sub letal, tidak mantap dan muda peka kembali, tidak terlalu masalah dilapang.
2.
Ketahanan Ekstra kromosomal ( sitoplasmik) : pengaruh pada sistem mitokondria, sintesis protein, tranpot elektron, fosforilasi oksidatif.
3.
Ketahanan kromosomal :Pengaruh terhadap gen pada kromosom
Mekanisme Biokimiawi 1.
Modifikasi terhadap site peka : Pengurangan terhadap afinitas pada site of action sebab perubahan susunan ribosom
2.
Pemintasan jalur alternatif/ sirkumvensi ( By pass dari site yang terhalang)
3.
Pengurangan terhdap permeabilitas membran sel
4.
Detoksifikasi ( Penawaran senyawa toksin )
5.
Pengurangan daya konversi : pengurangan daya patogen untuk mengubah menjadi toksik sehingga senyawa tidak toksik
6.
Kompensasi : Peningkatan produksi ensim yang telah
RESISTENSI SILANG ( CROSS RESISTANCE)
Ketahanan jamur terhadap senyawa yang mempunyai mode of action yang sama
Karena perubahan genetik
Penting untuk pertimbangan apabila mengganti fungisida lain atau mau mencampur fungisida
CARA MENANGGULANGI RESISTENSI
1.
Penggunaan fungisida secara tepat
2.
Apabila terpaksa menggunakan sistemik maka perlu langkah : a. Tidak menggunakan yg berdaya sangat spesifik b. Tidak menggunakan satu jenis secara terus menerus c. Menggunakan yang memiliki of action berbeda secara selang seling d. Untuk membunuh strain baru : perlu aplikasi yang kontak
3.
Pemantauan terhadap timbulnya strain yang tahan
Penggunaan pestisida a. Hubungan antara Pestisida Pertanian dan OPT Sasarannya 1. Kesesuaian antara pestisida dan sasaran biologi 2. Kepekaan sasaran
b. Faktor teknik Penggunaan atau Teknik Aplikasi Pestisida 1. Waktu yang tepat 2. Takaran aplikasi 3. Cara atau metode aplikasi
c. Syarat Keberhasilan Pengendalian 1. Pestisida tepat sasaran untuk OPT 2. OPT sasaran masih peka terhadap pestisida 3. Pestisida yang diaplikasin sesuai teknik yang benar
KAPAN FUNGISIDA DI GUNAKAN
Terjadwal ?
Ambang ekonomi ?
Ambang Potensial ( Potensi terjadinya penyakit yang didasarkan pada segitiga penyakit ).
Apabila kondisi mendukung, dapat dilakukan penyemprotan preventif, sebaliknya menunggu sampai terjadinya penyakit sering terlamabat.
Mengapa
?
…
Cara Penanggulangan Penyakit dengan Fungisida
1.1. Penyemprotan dan penghembusan pada daun Hingga sekarang fungisida yang dipergunakan untuk penyemprotan atau penghembusan pada daun biasanya ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi dan mematikan patogen yang telah mengadakan infeksi. Kebanyakan dari fungisida dan bakterisida sudah harus berada pada permukaan tanaman sebelum patogen datang menyerang sehingga dengan demikian dapat mencegah terjadinya infeksi. Dengan adanya fungisida tersebut, maka perkecambahan spora dapat dicegah atau sekaligus dapat dibunuhnya. Begitu pula bakterisida dapat menghalangi bakteri untuk memperbanyak diri atau membunuhnya
1.2.
Perlakuan benih
Biji, umbi dan sebagainya biasanya diberi senyawa kimia untuk mencegah pembusukan sesudah ditanam.
Pembusukan ini terjadi karena serangan patogen yang terbawa oleh benih atau yang berada dalam tanah di mana benih tersebut di tanam.
Fungisida ini berupa tepung (WP), sebagai larutan yang encer atau pekat. Diusahakan agar senyawa tersebut dapat melekat pada permukaan benih sehingga dapat melindungi benih dari serangan patogen yang terdapat dalam benih.
Jika benih tersebut ditanam, maka senyawa kimia akan terdifusi ke dalam tanah dan mendesinfestasi tanah sekeliling benih sehingga kecambahnya yang masih dalam keadaan rentan dapat terhindar dari serangan patogen.
1.3.
Perlakuan pada tanah
Untuk membebaskan tanah dari berbagai jasad renik termasuk jasad yang patogenik
injeksi tanah sedalam 10-15 cm .
fumigasi dengan fungisida yang mudah menguap sehingga diperlukan penutup tanah dari plastik.
dilakukan beberapa hari atau beberapa minggu sebelum tanam
zat imia yang banyak dipergunakan ialah chloropocrin, methylbromide, ethylene bromide (EDB), dichloropropene dichloropropane (D_D), Mylone, Nemagon, Vapam dan sebagainya.
1.4.
Perlakuan terhadap luka
Bagian-bagian tanaman yang telah dipangkas atau dipotong perlu dilindungiterhadap kekeringan dan berbagai parasit luka. Zat kimia yang dipergunakan untuk menutup luka sebaiknya juga bersifat sebagai fungisida dan merangsang pembentukan kalus
Mencegah penyakit pada hasil-hasil pertanian dalam penyimpanan
Senyawa kimia untuk keperluan ini selainnya harus melindungi hasil pertanian dari serangan patogen juga harus tidak bersifat merusak pada buah-buahan, sayur-sayuran dan sebagainya dan tidak pula merupakan racun bagi konsumen. Pada waktu sekarang telah diketemukan berbagai macam zat kimia untuk maksud tersebut.
Perlakuan ini dilakukan segera sesudah panen atau sebelum disimpan dengan cara pencelupan ke dalam larutan zat kimia yang encer. Selain itu dapat pula diberikan sebagai gas SO2 atau dengan pemakaian kertas pembungkus atau kotak-kotak yang diimpregnasi dengan senyawa kimia tertentu.
Mendesinfestasi OPT dalam penyimpanan
Untuk mencegah adanya infeksi dari patogen yang berasal dari buah, sayuran dan sebagainya yang disimpan pada waktu sebelumnya,
maka ruangan tersebut harus dibersihkan sebelumnya dari segala macam kotoran dan sisa-sisa tanaman dan kemudian dicuci dengan larutan fungisida antara lain larutan sulfat tembaga dan formaldehid.
Untuk ruangan yang dapat ditutup rapat, maka seringkali digunakan senyawa kimia yang dapat menguap, seperti chloropicrin, gas formaldehid dan sebagainya.