TUGAS FILSAFAT HUKUM NATURAL LAW ALFINA KATHLINIA NARANG 0806341356 ______________________________________________________________
Aliran ini merupakan fase pertama dalam perkembangan aliran filsafat hukum, yang muncul dalam periode-periode awal sejarah peradaban manusia. Aliran ini muncul dalam konstruksi sosial masyarakat yang masih sederhana. Menurut aliran hukum alam, kaidah hukum adalah hasil dari titak tuhan dan langsung berasal dari tuhan. Oleh karena itu, aliran ini mengakui adanya suatu hukum yang benar dan abadi, sesuai dengan ukuran kodrat, serta selaras dengan alam. Hukum alam dianggap lebih tinggi dari pada hukum yang sengaja dibentuk oleh manusia. Dalam perkembangannya, aliran hukum alam ini terbagi ke dalam dua kelompok. Mulai menguatnya pengaruh gereja dalam tata kehidupan sosial politik yang berhadapan dengan kekuasaan raja banyak menginspirasi perkembangan aliran hukum alam ini. Sebagai contoh dapat kita lihat bahwa pemikiran-pemikiran Dante Alighieri (1265-1321), Piere Dubois, yang lebih cenderung
memberikan
berseberangan
dengan
legitimasi pemikiran
filosofis John
atas
Salisbury
kewenangan yang
Raja,
memberikan
dukungan kepada otoritas gereja. Pertama aliran hukum alam irasional, yang berpendapat bahwa hukum yang berlaku universal dan abadi itu berseumber dari ruhan secara
1
langsung. Pendukung aliran hukum alam irasional antara lain adalah Thomas Aquinas, John Salisbury, Dante, Piere Dubois, Marsilius Padua, dan John Wycliffe. Kedua aliran hukum alam rasional. Sebaliknya aliran hukum alam rasional berpendapat bahwa hukum yang universal berasal dari rasio manusia. Tokoh-tokoh aliran hukum alam rasional antara lain adalah Hugo de Grood, Christian Thomasius, Immanuel Kant, Samuel con Pofendrof. Menurut Groot, sumber hukum adalah rasio manusia karena karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah kemampuan akalnya, seluruh kehidupan manusia harus berdasarkan pada kemampuan akal itu. Sedangkan Pufendorf berpendapat bahwa hukum alam adalah aturan yang berasal dari akal pikiran yang murni. Akibatnya ketika manusia mulai hidup di masyarakat timbul pertentangan kepentingan satu dengan yang lainnya. Agar tidak terjadi pertentangan maka dibuatlah suatu perjanjian secara sukarela diantara rakyat. Baru setelah itu, diadakan perjanjian berikutnya berupa perjanjian penaklukan oleh raja. Dengan adanya perjanjian itu, berarti tidak ada kekuasaan yang absolut. Semua kekuasaan itu dibatasi oleh Tuhan, hukum alam, kebiasaan, dan tujuan dari Negara yang didirikan.
2