BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengertian Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari efek merugikan dari zatzat kimia terhadap organisme hidup. Selain itu toksikolgi juga mempelajari kerusakan/cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap organisme. Pengaruh merugikan dari bahan berbahaya ini tergantung dari beberapa faktor yaitu cara masuk bahan, waktu, dosis, sifak fisik, usia, jenis kelamin kelamin serta kondisi fisik pekerja pekerja yang terkena resiko. resiko. Bentuk bahan toksik bermacam-macam yaitu dalam bentuk gas, vapor, aerosol, debu, fume, asap, mist atau kabut. Hal ini penting untuk diketahui sebab bentuk bahan toksik ini berguna dalam mengenali dan menentukan metode yang tepat untuk menangani dan mengontrolnya. Tingkat efek racun terhadap tubuh sangat dipengaruhi oleh beberapa factor seperti: sifat kimia bahan penyebab keracunan, dosis, lama paparan, rute paparan serta faktor individu korban seperti umur, jenis kelamin, derajat kesehatan tubuh, daya tahan tubuh, kebiasaan, nutrisi, serta faktor genetic
B. Sifat Kimia Bahan Penyebab Keracunan Racun bahan kimia adalah satu dari sipat-sipat alami nyang tidak dapat dihilangkan bila bahan kimia tersebut tetap sama rumus bangunnya, tetapi bahaya ditentukan oleh frekuensi dan lamanya pemaparan dan konsentrasi bahan kimia. Cedera tidak akan terjadi tanpa pemaparan konsentrasi yang diberikan dan rancangan dan operasi proses bahan kimia yang menentukan banyaknya pemaparan,konsentrasi dan lain-lain. Karenanya, dengan rancangan yang benar dan penanganan yang aman, bahaya dapat dihilangkan atau tanda-tanda potensinya dapat diredakan. C. Aspek lanjutan dari pertanyaan mengenai kadar racun dapat segera ditentukan dan apakah Nilai Ambang Batas (NAB) yang dinyatakan dalam bagian per juta, yang
menyatakan kondisi yang karyawan dapat terpapar setiap hari tanpa mengalami efek yang berarti. Tetapi, peringatan harus diberikan bahwa NAB, dalam konteks yang benar, hanya dapat dinterpretasikan dengan benar oleh personil yang terlatih dalam higiene industri, dan tidak boleh digunakan sebagai: D. E. F. G.
H.
-menerus yang tidak berhenti. Meskipun bahaya yang terditeksi sebagai bau tidak dapat diyakinkan benar, tetapi tidak ada keraguan bahwa bau khas dari beberapa bahan kimia merupakan indikasi yang jelas akan adanya bahan kimia tersebut, meskipun bukan konsentrasinya. Berikut ini adalah bahaya dari pemantauan dengan orang. Sebagai contoh, bau dari klorin (Cl 2 ) dapat dikenali dengan tercium pada konsentrasi yang sangat kecil, dan karena tidak ada efek iritasi yangnyata dalam waktu cepat, maka tidak ada tindakan perbaikan. Tetapi konsentrasi maksimum yang diperbolehkan untuk klorin di udara adalah satu bagian klorin per satu juta bagian udara untuk delepan jam pemaparan, dan konsentrasi terkecil yang dapat terditeksi oleh manusia pada umumnya adalah tiga sampai empat bagian klorin per satu juta bagian udara. Hal ini menunjukkan bahwa bila klorin tercium berarti ada instalasi yang perlu diperbaiki.
I.
Dosis
J. Lama Paparan K. Jalur Paparan L. Faktor Individu Korban Ada berbagai jalur / rute cara racun masuk kedalam tubuh, misalnya melalui penelanan lewat mulut, inhalasi pernapasan, kontak lewat kulit atau mata maupun melalui suntikan dan semua jalur tersebut adalah sama berbahayanya, dan pada tingkat tertentu untuk semua rute dapat berakibat fatal.
1. Absorpsi Bahan toksik akan diserap oleh tubuh melalui paru-paru, kulit dan saluran pencernaan kemudian masuk ke dalam aliran darah dan sistem kelenjar getah bening. Bahan toksik tersebut kemudian diangkut ke seluruh tubuh. Selain berbahaya tanpa diabsorbsi, bahan toksik tersebut
tajam dan menyebabkan karat (korosif) yang bereaksi pada titik singgungnya. a. Via paru-paru Faktor yang berpengaruh pada absorpsi bahan toksik dalam sistem pernapasan adalah bentuk bahan misalnya gas dan uap; aeroso; dan ukuran partikel; zat yang terlarut dalam lemak dan air. Paru-paru dapat mengabsorbsi bahan toksik dalam jumlah besar karena area permukaan yang luas dan aliran darah yang cepat. b. Via kulit Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis (lapisan terluar), dermis (lapisan tengah) dan hypodermis (lapisan paling dalam). Epidermis dan dermis berisi keringat, kantung minyak dan akar rambut. Bahan toksik paling banyak terabsorbsi melalui lapisan epidermis. Absorbsi bahan toksik melalui epidermis tergantung pada kondisi kulit, ketipisan kulit, kelarutannya dalam air dan aliran darah pada titik singgung. Akibat bahan toksik antara lain pengikisan atau pertukaran lemak pada kulit yang terekspos dengan bahan alkali atau asam dan pengurangan pertahanan epidermis. c. Via saluran pencernaan Absorbsi bahan toksik dapat terjadi di sepanjang saluran pencernaan (gastro-intestinal tract). Faktor yang mempengaruhi terjadinya absorbsi adalah sifak kimia dan fisik bahan tersebut serta karakteristiknya seperti tingkat keasaman atau kebasaan. 2. Distribusi Setelah absorbsi bahan toksik terjadi, maka bahan tersebut didistribusikan ke seluruh tubuh melalui darah, kelanjar getah bening atau cairan tubuh yang lain oleh darah. Distribusi bahan beracun tersebut : Disimpan dalam tubuh pada hati, tulang dan lemak. Dikeluarkan melalui
feses, urine
atau
pernapasan
.Mengalami
biotransformasi
atau
metabolisme dimana bentuk akhirnya lebih siap dikeluarkan. 3. Ekskresi Ekskresi bahan toksik dapat terjadi melalui hembusan udara atau pernapasan, dan dari sekresi melalui keringat, air susu, feses dan urine. Toksikan dikeluarkan dalam bentuk asal, sebagai metabolit dan atau konjugat. a. Ekskresi urin Ginjal membuang toksikan dari tubuh dengan mekanisme yang serupa dengan mekanisme yang digunakan untuk membuang hasil akhir metabolisme faali, yaitu dengan filtrasi glomerulus, difusi tubuler dan sekresi tubuler. b. Ekskresi empedu Hati juga merupakan alat tubuh yang penting untuk ekskresi toksikan, terutama untuk senyawa yang polaritasnya tinggi (anion dan kation), konjugat yang terikat pada protein plasma, dan senyawa yang BM-nya lebih besar dari 300. Pada umumnya begitu senyawa ini berada dalam emped, senyawa ini tidak akan diserap kembali ke dalam darah dan dikeluarkan lewat feses. Tetapi ada pengecualian, misalnya konugat glukuronoid yang dapat dihidrolisis oleh flora usus menjadi toksikan bebas yang diserap kembali. 1) Paru-paru Zat yang berbentuk gas pada suhu badan terutama diekskresikan lewat paru-paru. Cairan yang mudah menguap juga dengan mudah keluar lewat udara ekspirasi. Cairan yang mudah larut misalnya kloroform dan halotan mungkin diekskresikan sangat lambat karena ditimbun dalam jaringan lemak dan karena terbatasnya volume
ventilasi. Ekskresi toksikan melalui paru-paru terjadi karena difusi sederhana lewat membran sel. 2) Jalur lain Saluran cerna bukan jalur utama ekskresi toksikan. Oleh karena lambung dan usus manusia masing-masing mesekresi kurang lebih tiga liter cairan setiap hari, maka beberapa toksikan dikeluarkan bersama cairan tersebut. Hal ini terjadi terutama lewat difusi sehingga lajunya bergantung pada pKa toksikan dan pH lambung dan usus. Ekskresi toksikan lewat air susu ibu (ASI), ditinjau dari sudut toksikologi amat penting karena lewat air susu ibu ini racun terbawa dari ibu kepada bayi yang disusuinya. Ekskresi ini terjadi melalui difusi sederhana. Oleh karena itu seorang ibu yang sedang menyusui harus berhati-hati dalam hal makanan terutama kalau sedang mengkonsumsi obat.
Bahan bahan penyebab keracunan yang masuk kedalam tubuh dapat mempengaruhi atau merusak tubuh manusia sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau keracunan dan bahkan pada tingkat tertentu dapat mengakibatkan kematian. Ada berbagai jalur / rute cara racun masuk kedalam tubuh, misalnya melalui penelanan lewat mulut, inhalasi pernapasan, kontak lewat kulit atau mata maupun melalui suntikan dan semua jalur tersebut adalah sama berbahayanya, dan pada tingkat tertentu untuk semua rute dapat berakibat fatal. TANDA DAN GEJALA TERJADINYA KERACUNAN.
Banyak sekali gejala dan tanda tanda keracunan yang mirip dengan gejala atau tanda dari suatu penyakit, seperti kejang, stroke dan reaksi insulin. Seseorang yang telah
mengalami keracunan kadang dapat diketahui dengan adanya gejala keracunan. Gejala gejala keracunan tersebut secara umum dapat berupa gejala non spesipik dan spesipik, namun kadang kadang sulit untuk menentukan adanya keracunan hanya dengan
melihat
gejala
gejala
saja.
Perlu
dilakukan
tindakan
untuk
memastikan telah terjadi
keracunan
dengan
melakukan
pemeriksaan
laboratorium.
Pemerikasaan laboratorium ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan periodik urin, tinja, darah, kuku, rambut dan lain lain. Bila dicurigai telah terjadi keracunan maka perlu diidentifikasi tanda dan gejala yang muncul seperti tersebut dibawah ini,