Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 8, No. 3, Desember 2009 : 247 - 257
Faktor-Faktor Penentu Ekspor Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil ) Indonesia Rustam Effendi dan Sawitriyadi Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
Abstract The objective of this study is to analyze the factor affecting palm oil export of Indonesia for the period 1990 – 2008. 2008. Whether term of trade, foreign price and relative price determine palm oil export? The understanding of these problems is very important because palm oil has significant and strategic role for Indonesia economy. The results show that exchange rate and price price have different significance levels level s to export of palm palm oil of of Indonesia. These variables are statistically statistic ally and significantly significantl y affect the palm oil export. Meanwhile, in term of relative price, exchange rate is not significant to influence the palm oil export. This is also relevant to the adjusted determination coefficient coeffici ent that is relatively low.
Keywords : Export, Crude Palm Oil, Indonesia
Minyak kelapa sawit ( crude palm oil-CPO) merupakan salah satu komoditi ekspor andalan Indonesia saat ini. Permintaan minyak kelapa sawit setiap tahun terus meningkat sebagai akibat semakin semakin meluasnya pemanfaata pemanfaatannya. nnya. Bukan hanya hanya untuk kebutuhan konsumsi, melainkan sudah dmanfaatkan sebagai bahan dasar obat-obatan dan kosmetik. Kondisi ini membuat negara-negara produsen minyak kelapa sawit seperti Indonesia dan Malaysia terus menambah areal pengembangan perkebunan dan produksi minyak kelapa sawit. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia meningkat dengan tajam dari 450 ribu ton pada tahun 1976 menjadi 12,11 juta ton pada tahun 2005. Indonesia merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar setelah Malaysia, dengan menyumbang sebesar 34 persen dari total produksi dunia (tahun 2005). Sementara sumbangan produksi Malaysia mencapai mencapai 54 persen dari total produksi dunia. Dalam satu dekade terakhir, rata-rata pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit Indonesia mencapai 21,67 persen, sedangkan pertumbuhan produksi Malaysia hanya tumbuh 7,7 persen. Hal ini mengisyaratkan adanya ekspansi yang cepat dalam luas areal tanam dan produksi minyak sawit di negeri ini (Munadi, 2007). Kendati demikian, perkembangan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia selama tahun 1990-2008 terlihat sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh perubahan pada faktor-faktor penentu ekspor antara lain seperti nilai tukar Rupiah, harga minyak kelapa sawit di dalam dan luar negeri/internasional. Nilai ekspor minyak kelapa sawit Indonesia selama tahun 1990-2008 1990-20 08 tumbuh rata-rata 16,43 persen. Tertinggi terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 88,54 persen. persen. Pada tahun 1998 sempat sempat terjadi penurunan ekspor yang drastis, yaitu mencapai 48,46 persen
248 Tabel 1: Perkembangan Nilai Ekspor CPO Indonesia, Tahun 1990-2008 Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Pertumbuhan rata-rata
Nilai Ekspor (1000 US$) 203.507 335.481 356.494 582.629 717.811 747.414 825.415 1.446.100 745.277 1.114.242 1.087.278 1.080.906 2.037.979 2.611.482 2.832.761 2.972.907 3.024.376 3.426.990 3.664.092 -
Pertumbuhan (%) 64,85 6,26 63,43 23,20 4,12 10,44 75,20 -48,46 49,51 -2,42 -0,59 88,54 28,14 8,47 4,95 1,73 13,31 6,91 16,43
Sumber : BPS (beberapa edisi, diolah)
Faktor harga di dalam dan luar negeri selama ini sangat mempengaruhi ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Jika harga di dalam negeri lebih tinggi, produsen akan cenderung menurunkan ekspor karena dianggap lebih menguntungkan menjualnya di dalam negeri dibanding ke pasar luar negeri. Nilai tukar rupiah juga sangat berpengaruh. Jika nilai tukar rupiah tinggi atau menguat, jumlah ekspor minyak kelapa sawit akan dikurangi. Ini dikarenakan produsen memandang penjualan dengan pembayaran rupiah akan lebih menguntungkan dibanding dengan pembayaran dengan mata uang asing (US dollar). Tabel 2 menggambarkan fluktuasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor minyak kelapa sawit Indonesia selama tahun 19902008. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor manakah yang paling signifikan selama ini dalam menentukan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia, khususnya selama periode 1990-2008. Apakah nilai tukar, harga luar negeri, atau harga relatif?
Rustam Effendi dan Sawitriyadi
249 Tabel 2: Perkembangan Nilai Tukar Rupiah, Harga CPO Dalam Negeri, dan Harga CPO Luar Negeri, Tahun 1990-2008 Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
Nilai Tukar Rp/$ 1901 1992 2308 2110 2200 2308 2383 3989 11591 7100 9595 10255 9049 10260 10263 9830 9200 9400 10400 -
Perubahan (%)
Harga DN (Rp/Kg)
4,79 15,86 -8,58 4,27 4,91 3,25 67,39 190,57 -38,75 35,14 6,88 -11,76 13,38 0,03 -4,22 -6,41 2,17 10,63 9,36
531 655 728 728 694 988 1.275 1.148 1.424 1.943 2.979 2.412 2.049 2.840 4.580 4.937 8.070 9.800 10.200 -
Perubahan (%) 23,35 11,15 0,00 -4,67 42,36 29,05 -9,96 24,04 36,45 53,32 -19,03 -15,05 38,60 61,27 7,79 63,46 21,44 4,08 16,82
Harga LN (Rp/ton)
Perubahan (%)
280 333 291 407 525 649 532 545 678 438 310 276 389 449 756 869 1.531 1.697 1.898 -
18,93 -12,61 39,86 28,99 23,62 -18,03 2,44 24,40 -35,40 -29,22 -10,97 40,94 15,42 68,37 14,95 76,18 10,84 11,84 10,60
Sumber : Laporan Mingguan Bank Indonesia dan BPS 2008 (diolah).
Data yang digunakan merupakan data sekunder (time series) yang diperoleh dari berbagai laporan dan kompilasi data serta bentuk publikasi lainnya, seperti Statistik Ekspor dan Impor Indonesia yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS), Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia terbitan Bank Indonesia dan seri-seri pendukung lainnya. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini : perubahan nilai tukar rupiah, harga luar negeri, dan harga relatif berpengaruh signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia. Landasan Teoritis Harga
Dolan and Simon (2000) menyebut harga sebagai sejumlah uang atau jasa atau barang yang ditukar pembeli untuk beraneka produk atau jasa yang disediakan penjual. Monroe (1990) menyatakan, harga merupakan pengorbanan ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa. Selain itu, harga adalah salah satu faktor penting bagi konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak (Engel, Blackwell dan Miniard dan Kotler, 1996). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Raymond Corre, “Pricing is the moment of truth a all marketing comes to focus in the pricing decision”. Rustam Effendi dan Sawitriyadi
250 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa harga adalah sejumlah uang yang ditentukan perusahaan sebagai imbalan barang atau jasa yang diperdagangkan dan sesuatu yang lain yang diadakan perusahaan untuk memuaskan keinginan konsumen dan merupakan salah satu faktor penting dalam pengambilan keputusan pembelian. Karenanya, penilaian terhadap harga atau produk dikatakan mahal, murah, atau biasa saja dari setiap individu tidaklah sama, semua tergantung dari persepsi individu yang dilatarbelakangi oleh lingkungan kehidupan dan kemampuan (baca: daya beli) individu. Dalam menilai harga suatu produk, seorang konsumen sangat tergantung bukan hanya pada nilai nominal (absolute), melainkan lebih pada persepsi mereka terhadap harga (Nagle dan Holden, 1995). Secara umum persepsi konsumen terhadap harga tergantung dari perception of price differences dan reference prices.
Dari sejumlah riset terungkap pula bahwa harga yang melekat pada setiap produk dapat mencerminkan kualitas produk itu sendiri (Monroe, 1990). Teori ini diperkuat lagi oleh Nagle dan Holden (1995), dimana harga untuk jenis produk-produk tertentu bukan hanya berarti besaran uang yang dikeluarkan, tetapi juga mencerminkan kualitas prima produk tersebut. Nilai Tukar
Kurs valuta asing atau mata uang asing, menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan (misalnya, rupiah) untuk satu nilai mata uang asing tertentu (misalnya, US dollar). Todaro (2000), menyatakan nilai tukar resmi dari suatu negara adalah nilai tukar di mana bank sentral bersedia untuk melakukan transaksi mata uang setempat dengan mata uang asing di pasar valuta asing yang ditunjuk. Nilai tukar resmi ini terdiri dari harga jual, harga beli, dan kurs tengah. Pada ekonom membedakan kurs menjadi dua, yaitu kurs nominal dan kurs rill (Mankiw, 2003 : 123-124). Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sedangkan kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Kurs riil bermakna pula tingkat dimana barang-barang dari suatu negara dapat diperdagangkan (ditukar) dengan barang-barang dari negara lain, atau sering disebut terms of trade. Nopirin (1997), menyebutkan ada beberapa sistem nilai tukar/kurs valuta asing, yaitu : a). nilai tukar tetap (fixed exchange rate system; dan b). Nilai tukar mengambang (floating exchange rate system). Untuk sistem yang pertama, nilai tukar dipatok menurut mata uang
dalam jangka waktu yang relatif lama. Pemerintah berperan aktif melakukan intervensi dalam pasar valuta asing untuk mempertahankan pergerakan nilai tukar suatu mata uang agar berada pada suatu acuan nilai tukar tertentu. Sebaliknya, pada sistem yang kedua, kurs nilai tukar valuta asing suatu negara sepenuhnya ditentukan oleh pasar (penawaran dan permintaan), tanpa intervensi oleh bank sentral atau pemerintah.
Rustam Effendi dan Sawitriyadi
251 Ekspor
Ekspor, menurut Todaro (2000), adalah kegiatan perdagangan internasional yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri-industri pabrik besar, diikuti dengan struktur politik yang stabil dan lembaga sosial yang fleksibel. Mill (Jhingan, 2002 : 448), menambahkan adanya perdagangan luar negeri memberi manfaat langsung dan tidak langsung. Secara langsung, perdagangan luar negeri akan menimbulkan spesialisasi dan melakukan ekspor. Komoditi yang diproduksikannya lebih murah untuk dipertukarkan dengan apa yang dihasilkan negara lain dengan harga murah. Dengan demikian, negara bersangkutan memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional meningkat, yang pada gilirannya menaikkan output dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi serta meniadakan perangkap kemiskinan, dan berbagai implikasi positif lainnya seperti perluasan pasar dan investasi. Perluasan pasar sendiri, disitir Hicks (Jhingan, 2002 : 448), akan menghasilkan sejumlah ekonomi internal dan eksternal dan karenanya mengurangi biaya produksi. Hill Hall dan Anna Weidman (1987), menyebut rendahnya komoditi ekspor di daerahdaerah Indonesia disebabkan pola pengembangan komoditi ekspor yang tanpa memperhatikan keunggulan komparatif. Karenanya, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan komoditi ekspor adalah dengan merubah kebijaksanaan yang tidak efektif dan tidak efisien, melalui paket deregulasi baik sektor moneter, fiskal maupun sektor riil. Kebijaksanaan pemerintah dibutuhkan untuk memperlancar efektivitas perdagangan luar negeri. Tidak hanya berupa tarif, quota, dan sebagainya, tetapi juga meliputi kebijaksanaan pemerintah di dalam negeri yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap perdagangan dan pembayaran internasional, seperti dibidang moneter dan fiskal. Metode Penelitian Model Analisis
Model atau peralatan analisis dalam penelitian ini adalah regresi linier (Gujarati, 2006), yakni : Y i
dimana :
0 1 X 2i 2
3i
X ui
Yi
=
Variabel terikat
β1
=
Konstanta
β2
=
Koefisien regresi
X2, X3
=
Variabel bebas
ui
=
Error term
diformulasikan ke dalam model berikut : Xmks
= β0 + β1 KURS + β2 HLN + e
Log Xmks
= β0 + β1 LogKURS + β2 LogHLN + e
Xmks
= β0 + β1 KURS + β2 HR + e Rustam Effendi dan Sawitriyadi
252
dimana :
Xm
=
Ekspor minyak kelapa sawit
β0,
=
Konstanta
β1, β2
=
Koefisien regresi
KURS
=
Nilai Tukar Rupiah
HLN
=
Harga Luar Negeri
HR
=
Harga Relatif
e
=
Error term
Definisi Operasional Variabel 1. Ekspor (X mks)
Perdagangan yang dilakukan dengan cara pengeluaran barang dan jasa dari dalam negeri ke luar negeri yang merupakan jumlah penerimaan yang diperoleh masyarakat melalui kegiatan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. 2. Nilai Tukar (Kurs)
Satuan nilai yang digunakan untuk melakukan pembayaran dalam kegiatan perdagangan luar negeri, yaitu kurs rupiah Indonesia terhadap Dollar Amerika Serikat (Rp/US $). 3. Harga Luar Negeri (H LN )
Harga CPO di pasar internasional dengan satuan US Dollar. 4. Harga Relatif (H R)
Perbandingan perubahan angka harga CPO dalam negeri dengan harga CPO luar negeri. Hasil Penelitian dan Pembahasan Kurs dan Harga Luar Negeri terhadap Nilai Ekspor CPO
Signifikansi pengaruh nilai tukar dan harga luar negeri terhadap nilai ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ditunjukkan dengan hasil persamaan sebagai berikut : Log Xmks = 4,650 + 0,670 LogKURS + 0,690 LogHLN (0,536)
(0,174)
(0,141)
Tabel 3: Hasil Lengkap Estimasi
Variabel Konstanta Kurs Harga Luar Negeri R = 0,900 R2 = 0,810
Koefisien Estimasi Standar Error Thitung 4,650 0,536 8,672 0,670 0,174 3,861 0,690 0,141 4,910 2 Adj R = 0,786 Ttabel = 2,145
Sig 0,000 0,001 0,000
Sumber : Hasil Penelitian, 2009
Rustam Effendi dan Sawitriyadi
253 Koefisien konstanta (β 0) sebesar 4,650, menunjukkan apabila variabel kurs dan harga
luar negeri diasumsikan sama dengan nol (0), maka nilai ekspor CPO Indonesia adalah sebesar 4,650, atau jika dikonversi adalah sekitar U$ 44,668.35 ribu (dengan nilai kurs U$ 1 = Rp 9.600). Koefisien kurs rupiah (β 1) adalah 0,670, berarti jika kurs rupiah melemah sebesar 1
persen akan menyebabkan bertambahnya nilai ekspor CPO Indonesia sebesar 0,670 persen (dibawah 1 persen), atau setara dengan U$ 4,67 ribu. Koefisien harga CPO luar negeri (β 2) adalah 0,690, bermakna jika terjadi perubahan
harga luar negeri sebesar 1 persen akan menyebabkan bertambahnya nilai ekspor minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia sebesar 0,690 persen (dibawah 1 persen), atau jika dikonversi menjadi sekitar U$ 4,89 ribu. Secara parsial, kedua variabel independen (kurs dan harga CPO luar negeri) sangat signifikan pengaruhnya terhadap nilai ekspor CPO pada tingkat keyakinan 95 persen. Koefisien determinasi yang diadjusted (Adj R 2) sebesar 0,786, artinya 78,6 persen nilai ekspor CPO Indonesia memang ditentukan oleh kurs rupiah dan harga luar negeri, sementara selebihnya (21,4 persen) ditentukan oleh variabel lain di luar model yang dianalisis. Kurs dan Harga Relatif terhadap Nilai Ekspor CPO
Hasil persamaan berikut menunjukkan besaran pengaruh dan signifikansi nilai tukar dan harga relatif terhadap nilai ekspor CPO Indonesia. Xmks = 102.906,67 + 41127 KURS + 219,109 HR + ei (408084,74)
(54129,86)
(53,45)
Tabel 4: Hasil Lengkap Estimasi Variabel Konstanta Kurs Harga Relatif R = 0,716 R2 = 0,512
Koefisien Estimasi Standar Error Thitung 102.906,67 408084,74 0,252 41127,86 54129,86 0,760 219,10 53,45 4,009 2 Adj R = 0,451 Ttabel = 2,145
Sig 0,804 0,458 0,001
Sumber : Hasil Penelitian, 2009
Konstanta (β0) sebesar 102.906,67, berarti apabila variabel kurs dan harga relatif
diasumsikan sama dengan nol (0), maka nilai ekspor CPO di Indonesia adalah sebesar 102.906,67. Untuk kurs (β1) diperoleh nilai koefisien sebesar 41.127,86. Ini berarti jika terjadi
kenaikan harga relatif sebesar 1 unit akan menyebabkan bertambahnya nilai ekspor CPO Indonesia sebesar 41.127,86 unit. Koefisien untuk harga relatif (β 2) adalah 219,10, artinya jika harga relatif melemah
sebesar 1 unit akan menyebabkan bertambahnya nilai ekspor CPO Indonesia sebesar 219,10 unit.
Rustam Effendi dan Sawitriyadi
254 Terlihat bahwa dalam persamaan ini secara parsial hanya koefisien harga relatif (β 2) yang signifikan, sebaliknya koefisien kurs (β 1) dalam persamaan ini menjadi tidak signifikan.
Ini bermakna bahwa ekspor CPO sesungguhnya tidak semata-mata bergantung pada nilai kurs rupiah, melainkan lebih dipengaruhi oleh fluktuasi harga di pasar dunia. Temuan ini juga relevan dengan hasil koefisien determinasi adjusted (Adj R 2) yang hanya sebesar 0,451. Artinya hanya 45,1 persen nilai ekspor CPO Indonesia ditentukan oleh kurs rupiah dan harga relatif, sedangkan selebihnya (54,9 persen) dominan ditentukan oleh variabel lain di luar model yang dianalisis. Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Nilai ekspor minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia sangat berfluktuatif. Ekspor tertinggi terjadi tahun 2008, yaitu U$ 3.664.092.000,00, dan terendah tahun 1990 (sebesar $ 203.507.000,00). 2. Harga minyak kelapa sawit dalam negeri tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar Rp. 10.200,00 per kilogram, sedangkan harga luar negeri sebesar Rp. 19.739,20 per kilogram. Harga minyak kelapa sawit terendah di dalam negeri terjadi tahun 1990 (sebesar Rp. 531,00 per kilogram) dan harga luar negeri Rp. 532,28 per kilogram. 3. Nilai tukar rupiah terhadap U$ Dollar yang terendah selama periode 1990-2007 adalah pada tahun 1998 (Rp. 11.591 per U$ Dollar), dan tertinggi pada tahun 1990 (Rp. 1.901 per U$ Dollar) 4. Variabel kurs dan harga ternyata sangat bervariasi tingkat signifikansi dan pengaruhnya terhadap nilai ekspor minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia. Jika yang diuji adalah variabel kurs dan harga luar negeri, maka ditemui adanya signifikansi pengaruh keduanya terhadap ekspor CPO. Koefisien determinasi adjusted juga didapati sangat tinggi. Sebaliknya, jika yang digunakan adalah harga relatif, maka variabel kurs ternyata kurang signifikan pengaruhnya terhadap ekspor CPO. Hal ini juga relevan dengan hasil koefisien determinasi adjusted yang nilainya relatif rendah (dibawah 50,0 persen). Saran Beberapa hal yang dapat disarankan dari hasil kajian ini, antara lain sebagai berikut : 1. Melihat prospek harga CPO yang terus meningkat dan banyaknya lahan pertanian yang belum dimanfaatkan di Tanah Air, khususnya di Sumatera dan Kalimantan, maka sangat beralasan jika pemerintah dan pihak swasta lebih fokus membuka lahan baru untuk pengembangan kelapa sawit. Hal ini penting tidak hanya untuk kepentingan peningkatan nilai tambah ekonomi, melainkan juga dapat menyerap tenaga kerja dan mengurangi jumlah pengangguran.
Rustam Effendi dan Sawitriyadi
255 2. Pelbagai usaha peningkatan produksi kelapa sawit dan penemuan benih-benih sawit bermutu di Tanah Air sebaiknya terus diintensifkan, misalnya melalui penelitian laboratorium, disamping penyuluhan dan pengawasan. 3. Pentingnya menarik para calon investor baru, baik lokal maupun asing agar mau berinvestasi di Indonesia, terutama dalam bidang perkebunan kelapa sawit. Dengan langkah ini diyakini akan membawa manfaat secara ekonomi seperti mendorong ekspor, menyediakan lapangan kerja, dan memacu pertumbuhan ekonomi nasional.
Rustam Effendi dan Sawitriyadi
256 Referensi :
Arief, Sritua, dan Adi Sasono. 1997. Modal Asing Beban Hutang Luar Negeri dan Ekonomi Indonesia. PPFE Universitas Indonesia, Jakarta. Arwansyah, 2002. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Ekspor dan Impor Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Vol VI, No. 3, September 2002, Hal. 35-47 . Bappeda, Nanggroe Aceh Darussalam. Bank Indonesia . 2007. Laporan Tahunan . Banda Aceh. Badan Pusat Statistik. 2008. Perkembangan Ekspor Indonesia . BPS, Jakarta. Departemen Pertanian. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit. Departemen Pertanian, Jakarta. Departemen Pertanian. 2000. Kajian Pasar dan Peluang Investasi Kelapa Sawit. Departemen Pertanian, Jakarta. Dolan, Robert J., and Herman Simon. Power Pricing: How Managing Price Tranform the Bottom Line, The Free Press, 1996. Gujarati, Damodar. 2006 . Ekonometrika Dasar . Alih Bahasa : Sumarno Zain, Erlangga, Jakarta. Hill Hall and Anna Weideman. 1987. Regional Development in Indonesia Patern and Issue. Economic Bulletin, Australia University. Jalam, Abd dan Muhammad Nur. 2002. Analisis Ekspor Kelapa Sawit Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 1 No. 3, 2002 . Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala. Jhingan, M.L. 2002 . Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Edisi Keenambelas, Cet. Kesembilan, Rajawali Pers, Jakarta. Lihan, Irham dan Yogi. 2003. Analisis Perkembangan Ekspor dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis No. 1, Jilid 8, Tahun 2003. Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, Lampung. Mankiw, Gregory, N., 2003. Teori Makro Ekonomi. Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta. Munadi, Ernawati. 2007. Penurunan Pajak Ekspor dan Dampaknya Terhadap Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia ke India. Jurnal Informatika Pertanian, Vol. 16 No. 2, 2007. Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Kusuma. Morris, Micheal H., and Morris Gene. Market Oriented Pricing : Strategis for Management. Greenwood Press Inc., 1990. Nangga, Muana, 2005. Makroekonomi : Teori, Masalah, dan Kebijakan . PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Rustam Effendi dan Sawitriyadi
257 Nopirin. 1999. Ekonomi Internasional . Edisi Ketiga, Cet. Ketiga, BPFE, Yogyakarta. Rahadja, Pratama, 1997. Uang dan Perbankan. Rineka Cipta, Jakarta. Samuelason, Paul. A dan Nordhaus, W.D, 1997 Ekonomi. Erlangga, Jakarta. Sukirno, Sadono, 2006. Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Susanto, Hari. 2001. Daya Saing Ekspor Nasional Berbasis Sumber Daya Alam Pertanian. Jurnal Penduduk dan Pembangunan, Vol. VII, No. 2, 2001. LIPI. Todaro, M.P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Ketujuh, Alih Bahasa : Drs Haris Munandar, MA, Penerbit Erlangga, Jakarta. Winardi, 1992. Kamus Ekonomi. Alumni, Bandung.
Rustam Effendi dan Sawitriyadi
