Ini adalah refleksi penganjuran sukantara di Institut Pendidikan Guru kampus dato' razali ismail (IPG KDRI)Full description
Full description
Full description
Full description
reflectionFull description
Refleksi kasus anestesi
Full description
IKMFull description
fkFull description
Full description
patient safetyDeskripsi lengkap
REFLEKSI-KASUSFull description
Nama: Ahmad Khoiron Nashirin NIM:1112103000079 Tugas refleksi diri Kekurangan Diri Saya dalam Modul “Cellular and Molecullar Basis of Inheritance” Inheritance” Saya merupakan seorang mahasiswa baru yang datang dari Madrasah Aliyah di salah satu desa di kota Pasuruan, Jawa Timur. Selain itu, saya juga hidup dalam lingkup pesantren yang berbasiskan pendidikan agama islam. Meninjau pada sistem pendidikan yang diterapkan dalam negeri tercinta ini, saya masih merasa menemukan adanya kekurangankekurangan yang mungkin bisa sangat jelas ditemukan. Salah satu problem yang sangat mencolok adalah kurangnya pemeratan kualitas pendidikan dengan segala macam faktorfaktor yang menunjang bermutunya sistem pendidikan tersebut. Hal ini menimbulkan adanya perbedaan tingkat dan mutu ilmu pengetahuan meskipun secara alamiah berasal dari lulusan yang setingkat dan sederajat. Contohnya pada lulusan SLTA yang akan melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi sebagai mahasiswa. Dalam suatu lingkup kampus, mahasiswa sebagai penghuninya dituntut untuk tidak lagi menggunakan aspek - aspek edukasi yang telah mereka terapkan di Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah dimana dia berasal. Seorang mahasiswa sudah dituntut keras dalam pengembangan potensi dan kepribadian mandiri untuk menjadi suatu individu yang akan ikut terjun dalam dunia atau lingkup yang lebih luas lagi. Sebagai akibatnya, sering ditemukan lulusan SMA atau MA yang sedang mengalami masa transisi ke lingkungan kampus menemui jalan begitu sulit dan alot untuk menjadi seorang agent of chance negeri ini. Namun tidak sedikit pula mereka yang hanya butuh penyesuaian sedikit dan tidak butuh kesulitan untuk bertindak sebagaimana mestinya sebagai seorang mahasiswa. Hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah dikarenakan tidak meratanya pemberdayaan mutu serta kualitas setiap almamater mereka masing – masing. Sekelumit cerita di atas merupakan hal yang mendasari tulisan saya terpapar disini. Saya yang kebetulan sebagai Mahasiswa Baru di FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ini merasakan adanya keterlibatan faktor tersebut dalam kehidupan kampus saya. Khususnya pada modul “cellular and molecular basis of inheritence” ini. Sebagai modul pertama di bidang kedokteran, saya merasa masih kurang bisa menguasai beberapa materi – materi yang ada dalam modul ini. Saya merasa di SMA saya belum di ajarkan dasar-dasar yang sesuai bidang ini. Namun, tidak jarang ada mahasiswa yang berasal dari SMA atau MA yang sederajat dengan SMA atau MA saya yang terlihat mudah dalam proses transfer ilmu yang terjadi di modul ini. Saya yang harus ekstra keras memahami setiap konsep mata kuliah di modul ini masih kurang mampu menyamai posisi dan kedudukan mahasiswa lain yang kelihatan dengan mudah mengeksploitasi ilmu yang ia dapatkan di kampus. Sebagai mahasiswa kedokteran, saya juga merasa masih belum bisa membagi waktu – baiknya. Tekadang tidak yang saya punya untuk dapat saya pergunakan dengan sebaik – jarang pula rencana yang sudah dijadwalkan dij adwalkan menjadi tertunda dan menyelahi jadwal ja dwal kegiatan
lain yang terjadwalkan sedemikian rupanya. Mungkin proyek transisi dari masa yang lalu yang suram menjadi masa selanjutnya yang lebih baik lagi sedang saya usahakan untuk diterapkan demi kemajuan kualitas serta menjadi pribadi ideal mahasiswa FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA tercinta ini. Walaupun pada dasarnya saya merasa tertinggal dari mahasiswa yang lainnya, namun saya masih bisa memiliki semangat yang melebihi dari mereka – mereka semua. Tidak ada satupun yang bisa memfonis bahwa seseorang tidak akan bisa menaiki puncak gunung apabila dia sudah terperosok ke dalam lembah jurangnya. Selama ada usaha dan kegigihan dibarengi semangat yang kuat, dia akan bisa menjadikan dirinya mampu menaiki puncak gunung itu karena sebenarnya di dalam juranglah dia memperoleh semangat dan motivasi tinggi yang tidak didapatkan orang yang tidak pernah masuk ke dalam jurang itu. Justru belajar menyadari kekuranganlah yang penting sebelum orang itu benar – benar menjadi sukses.