Arsitektur Klasik
REZQI AULIA RAKHMANI 03420140044 B1
TUGAS SEJARAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KLASIK Dosen :
Ir. Aris Alimuddin, Alimuddin, ST.,MT
0
Arsitektur Klasik
Arsitektur Klasik merupakan ungkapan dan gambaran perjalanan sejarah arsitektur di Eropa yang secara khusus menunjuk pada karya-karya arsitektur yang bernilai tinggi dan “first class”. class”. Disebutkan demikian karena karya-karya ini memperlihatkan aturan atau pedoman yang ketat dan pertimbangan yang hati-hati sebagai landasan berpikir dalam menciptakan karya tersebut. (Maulana, 2013). Predikat kata “Klasik” diberikan pada suatu karya arsitektur yang secara inheren (terkandung dalam benda tersebut yang secara asosiatif seolah-olah selalu melekat dengannya) mengandung nilai-nilai keabadian disamping ketinggian mutu dan nilainya. Teori arsitektur Klasik dengan demikian merupakan suatu perwujudan karya arsitektur yang dilandasi dan dijiwai oleh gagasan dan idealisme Teori Vitruvius khususnya pada suatu kurun waktu sesudah Vitruvius sendiri meninggal dunia. Bangunan Parthenon Bangunan Parthenon di di Athena Athena dan dan Pantheon di Pantheon di Roma merupakan contoh yang sangat baik dariperwujudan teori arsitektur klasik yang dengan sikap kehati-hatian dan seksama mempertimbangkan prinsip-prinsip order, geometri dan ukuran-ukurannya, ukuran-ukurannya, disertai dengan kehalusan seni “craftmanship “craftmanship”. ”. Perlu diketahui bahwa bangunan ini mengalami masa pembangunan yang lama, dari saat awal konstruksi, revisi, perbaikan dan penyelesaian berkali-kali hingga sampai pada bentuk akhirnya bisa mencapai lebih dari 200 tahun. Tradisi berarsitektur yang diawali oleh Vitruvius ternyata berlanjut terus dalam dalam jaman Arsitektur Klasik Klasik ini. Hal ini dapat kita jumpai dalam buku Ensiklopedi Romawi yang disusun oleh Marcus T. Varro, dimana Isodore dari Seville menguraikan dan mengembangkan teori Vitruvius dalam tiga unsur/elemen bangunan yaitu DISPOSITIO, DISPOSITIO, CONSTRUCTIO CONSTRUCTIO dan VENUSTAS . Dispositio adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan survei lapangan ataupun pekerjaan pada tapak yang ada, lantai dan pondasi. Venustas Venustas adalah berhubungan dengan elemen-elemen yang ditambahkan pada bangunan demi memenuhi hasrat akan rasa keindahan melalui seni ornamen ataupun dekorasi. Uraian seperti ini menunjukan sudah adanya pergeseran pandangan dari Teori Vitruvius. (Maulana, 2013). Lebih jauh Isodore menyatakan apa itu order sebagai berikut: “Kolom, dinamakan begitu karena tinggi dan bulat, menopang seluruh berat beban bangunan yang ada. Ratio atau Proporsi yang lama menyatakan bahwa lebarnya adalah sepertiga dari tingginya. Dikenal 4 jenis kolom yaitu : Doric, Ionic, Tuscan dan Corinthian, yang berbeda-beda satu dengan yang lain dalam ketinggian dan diameternya. Jenis ke-5, dinamakan Attic yang berpenampang persegi-4 ataupun lebih besar dan dibuat dari batabata yang disusun”. (Isodore dalam Varro, 19xx). Pendapat Isodore ini merupakan sejumlah aturan dan norma bagi karya-karya karya-karya arsitektur sesudahnya. Nilai-nilai arsitektur Klasik dapat juga kita temukan pada bangunan-bangunan gereja yang sedang mengawali pertumbuhan dan perkembangan sebagai agama yang baru
1
Arsitektur Klasik
Arsitektur Klasik merupakan ungkapan dan gambaran perjalanan sejarah arsitektur di Eropa yang secara khusus menunjuk pada karya-karya arsitektur yang bernilai tinggi dan “first class”. class”. Disebutkan demikian karena karya-karya ini memperlihatkan aturan atau pedoman yang ketat dan pertimbangan yang hati-hati sebagai landasan berpikir dalam menciptakan karya tersebut. (Maulana, 2013). Predikat kata “Klasik” diberikan pada suatu karya arsitektur yang secara inheren (terkandung dalam benda tersebut yang secara asosiatif seolah-olah selalu melekat dengannya) mengandung nilai-nilai keabadian disamping ketinggian mutu dan nilainya. Teori arsitektur Klasik dengan demikian merupakan suatu perwujudan karya arsitektur yang dilandasi dan dijiwai oleh gagasan dan idealisme Teori Vitruvius khususnya pada suatu kurun waktu sesudah Vitruvius sendiri meninggal dunia. Bangunan Parthenon Bangunan Parthenon di di Athena Athena dan dan Pantheon di Pantheon di Roma merupakan contoh yang sangat baik dariperwujudan teori arsitektur klasik yang dengan sikap kehati-hatian dan seksama mempertimbangkan prinsip-prinsip order, geometri dan ukuran-ukurannya, ukuran-ukurannya, disertai dengan kehalusan seni “craftmanship “craftmanship”. ”. Perlu diketahui bahwa bangunan ini mengalami masa pembangunan yang lama, dari saat awal konstruksi, revisi, perbaikan dan penyelesaian berkali-kali hingga sampai pada bentuk akhirnya bisa mencapai lebih dari 200 tahun. Tradisi berarsitektur yang diawali oleh Vitruvius ternyata berlanjut terus dalam dalam jaman Arsitektur Klasik Klasik ini. Hal ini dapat kita jumpai dalam buku Ensiklopedi Romawi yang disusun oleh Marcus T. Varro, dimana Isodore dari Seville menguraikan dan mengembangkan teori Vitruvius dalam tiga unsur/elemen bangunan yaitu DISPOSITIO, DISPOSITIO, CONSTRUCTIO CONSTRUCTIO dan VENUSTAS . Dispositio adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan survei lapangan ataupun pekerjaan pada tapak yang ada, lantai dan pondasi. Venustas Venustas adalah berhubungan dengan elemen-elemen yang ditambahkan pada bangunan demi memenuhi hasrat akan rasa keindahan melalui seni ornamen ataupun dekorasi. Uraian seperti ini menunjukan sudah adanya pergeseran pandangan dari Teori Vitruvius. (Maulana, 2013). Lebih jauh Isodore menyatakan apa itu order sebagai berikut: “Kolom, dinamakan begitu karena tinggi dan bulat, menopang seluruh berat beban bangunan yang ada. Ratio atau Proporsi yang lama menyatakan bahwa lebarnya adalah sepertiga dari tingginya. Dikenal 4 jenis kolom yaitu : Doric, Ionic, Tuscan dan Corinthian, yang berbeda-beda satu dengan yang lain dalam ketinggian dan diameternya. Jenis ke-5, dinamakan Attic yang berpenampang persegi-4 ataupun lebih besar dan dibuat dari batabata yang disusun”. (Isodore dalam Varro, 19xx). Pendapat Isodore ini merupakan sejumlah aturan dan norma bagi karya-karya karya-karya arsitektur sesudahnya. Nilai-nilai arsitektur Klasik dapat juga kita temukan pada bangunan-bangunan gereja yang sedang mengawali pertumbuhan dan perkembangan sebagai agama yang baru
1
Arsitektur Klasik dan menyebar hampir keseluruh benua benua Eropa saat itu. Salah satu bangunan tersebut tersebut adalah Hagia Sophia yang Sophia yang digambarkan dalam suatu konteks urban saat itu sebagai berikut: “Demikianlah bangunan Gereja ini berusaha memberikan sajian bentuk yang menakjubkan… sebab gedung ini menggapai keatas langit sampai awan dan begitu menonjol diantara bangunan-bangunan yang lain, dari atas gereja ini dapat melihat kebawah keseluruh pelosok kota Konstantinopel. Hagia Sophia adalah bentuk yang demikian menyatu dengan kota Konstantinopel, tetapi dilain pihak sedemikian bersinar dan indah, serta megah, khususnya dalam wawasan perspektivis Bi rd Eye View . Dan semuanya ini menjadi lengkap View dan sempurna dengan dipergunakannya bangunan ini untuk kegiatan upacara keagamaan” (Isodore dalam Varro, 19xx). Teori arsitektur Klasik ini kemudian berlanjut hingga jaman Gothic. Gothic. Kualitas ruang Arsitektur Klasik Gothic Gothic ini dinyatakan sebagai keindahan visual yang atmosferik, seperti diaphanitas (kesemrawangan), densitas densitas (kepekatan), obscuritas obscuritas (kegelapan) atau umbria (bayangan). Gambaran ruang Arsitektur Gothic ini juga dinyatakan sebagai konsep kecemerlangan atau kebeningan yang antara lain dapat dilihat pada bentuk-bentuk jendela khususnya bentuk jendela mawar stained-glass stained-glass (rosetta) ataupun karya seni kaca timah lainnya. Hal inlah yang diapresiasikan sebagai prinsip transparancy transparancy dalam usaha mengerti dan menangkap “cahaya yang datang dari luar”. Di lain pihak ada karya-karya karya-karya gereja Gothic yang Gothic yang meminimalisir banyaknya banyaknya cahaya yang datang, atau bahkan ada semacam peningkatan peningkatan sensasi persepsional sampai ke tingkat imaterial. Beberapa contoh bangunan arsitektur Gothic ini adalah Gereja Katedral Amiens, Katedral Rouen, Katedral St.Dennis Abby, Katedral Reims, Katedral Ulm dan lain-lain. Unsur atau bagian lain dalam kelompok arsitektur Klasik Barat yang tak kalah pentingnya adalah Arsitektur Byzantine, Byzantine, Arsitektur Baroque Baroque dan Rococo, Rococo, serta Arsitektur Arabesque (dimunculkannya imbuhan kata Barat, karena dalam jaman yang sama di dunia Timur juga diketemukan karya-karya arsitektur sejenis, yang setingkat dan mengagumkan tetapi mengandung pemikiran dan nilai-nilai yang berbeda, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Angkor). Ungkapan nilai-nilai aritektur yang disebutkan terakhir ini dinyatakan dan ditulis sebagai suatu teori arsitektur, seperti tertulis sebagai berikut: b erikut: “Kita dapat menyatakan bahwa bangunan-bangunan bangunan-bangunan ini sebagai obyek arsitektur adalah bersifat massive-tertutup, karena terisolsikan dari ruang sekitarnya, bahwa secara eksterior orang-orang dapat berkeliling melihatnya. Dan karena itu, yang terpenting dan teristimewa dalam mewujudkan identitas bentuk adalah pengolahan tampak dan tampilannya, pengolahan sudut-sudutnya, pengolahan pertemuannya dengan tanah dan ketinggiannya yang menmbus langit. Demikian juga terlihat dengan jelas konsep-konsep Artikulasi dan Kontinuitas. Ada 4 jenis pengolahan sudut, yaitu artikulasi dengan elemen “relief” dengan deng an sudut negative, dengan sudut yang tajam seperti garis, dan dengan sudut yang dilengkungkan, dimana semuanya ini dapat diketemukan secara konsisten pada bagian bawahnya maupun pada bagian atasnya/mahkotanya. Munculnya rasa tertarik dan kagum
2
Arsitektur Klasik pada diri orang yang mengalaminya akan obyek arsitektur ini dan lingkungan sekitarnya, sedang bagi seorang arsitek akan menyadarkannya bagaimana pentingnya gaya-gaya gravitasi yang sedemikian besar dapat disalurkan ke tanah. Dan hal ini dilakukan agar dapat menaungi dan melingkupi orang-orang didalamnya dan tidak hanya itu saja, tetapi juga menimbulkan rasa kekaguman dan rasa keteguhan, keteguh an, bagaikan ditancapkan dari atas langit.” (Isodore dalam Varro,19xx). 1. Ciri-ciri Arsitektur Klasik Secara umum, ciri dari arsitektur klasik adalah sebagai berikut:
Memiliki banyak sekali ornamen atau hiasan hampir di setiap sudut bangunan.
Penggunaan kolom dan balok (entablature) sebagai elemen utama.
Biasanya berupa bangunan yang besar dan megah dengan waktu pengerjaan yang cukup lama dikarenakan sedikitnya jumlah pekerja. Memanfaatkan efek distorsi mata untuk menciptakan kemegahan dan keindahan bangunan-bangunan utamanya. Bahan utama menggunakan bahan yang langsung diambil dari alam. Setiap bangunan pada arsitektur Yunani Kuno adalah bagian integral dari seluruh struktur keseluruhan, karenanya peninggalannya (walau tidak sempurna) dapat direkonstruksi menjadi suatu bangunan yang sebenarnya (Hemingway, 2003).
2. Fungsi Arsitektur Klasik Arsitektur Klasik mengacu pada masa awal di mana aliran kajian sejarah dan budaya dimulai dari masa Yunani dan Romawi, yang kemudian membawa pengaruh ke zaman-zaman berikutnya. Dalam arsitektur klasik, karyanya terpusat pada karya seni pahat dalam bentuk be ntuk kolosal, dengan fungsi sebagai visualisasi dari agama, kitab suci, dan d an kepercayaan lainnya, bahkan merupakan sarana ritual keagamaan. Namun, secara umum pada masa ini, fungsi, biaya, dan waktu pembangunan bukanlah faktor yang penting. Dalam prosesnya, bahan bangunan utama diambil langsung dari alam (atau melalui proses sederhana), dan dikerjakan hanya oleh sedikit pekerja. Arsitektur Yunani Kuno merupakan pondasi dari berbagai gaya berikutnya yang berkembang di berbagai belahan dunia dan juga menyumbangkan pemikiran yang paling pintar dan penampilan yang sempurna di dalam tradisi Eropa Barat. Arsitektur prapra Yunani kuno sangat terkait dengan kondisi bangsa Yunani yang kaya dengan mitologi dan seni. Hal ini nampak dari fungsi dan bentuk bangunan utama sebagai bagian dari ritual pemujaan. Ideologi kebudayaan masyarakat pra-Yunani kuno tersebut menjadi dasar terbentuknya konsep nilai keestetikaan pada saat itu terfokus pada terciptanya bangunan-bangunan megah dan besar sebagai upaya mendekatkan manusia terhadap mitos dewa-dewi alam semesta. (Maulana, 2013).
3
Arsitektur Klasik
Arsitektur Yunani Kuno merupakan pondasi dari berbagai gaya berikutnya yang berkembang di berbagai belahan dunia dan juga menyumbangkan pemikiran yang paling pintar dan penampilan yang sempurna di dalam tradisi Eropa Barat. Oleh karena itu, monumen utamanya begitu penting sebagai bentuk pemahaman tentang Arsitektur Eropa itu sendiri. Yunani tidak menjadi suatu bangsa yang berdiri sendiri hingga era modern dimana pulau utama yang bergunung-gunung dan pulau-pulau lainnya yang terpencar berkembang menjadicity menjadi city states yang states yang merupakan kebiasaan yang terjadi dalam persaingan. Peradaban pertama sejarah Yunani Kuno bermula dari Crete Crete (3000-1400 SM) dan berkembang hingga ke puncaknya yakni pada masa Istana Knossos. Knossos. Kemudian digantikan dengan budaya Mycenae Mycenae dan Tiryns Tiryns pada daratan utama. Kemunduran terjadi pada 1100 SM dimana merupakan masa kegelapan dengan beberapa peninggalan yang masih bertahan. Masa keemasan terjadi pada periode Hellenic Hellenic (800-323 SM) dimana memperlihatkan perkembangan dari kota besar sebagai pusat komunitas, penemuan kota yang baru dimana munculnya Athens Athens sebagai kekuasaan tertinggi setelah penentuan kemenangan melawan Persia serta perkembangan dalam hal demokrasi. Zenith demokrasi. Zenith merupakan peraturan Pericles peraturan Pericles (444-429 SM) dengan fantasi bunga dalam filosofi, seni, literatur, ilmu, matematika dan drama. Budaya ini berkembang dan direfleksikan ke dalam prestasi-prestasi arsitektur termasuk di dalamnya Parthenon. Pertumbuhan yang luar biasa pada bangunan sangat dipengaruhi oleh iklim dimana kecerahan serta sinar matahari yang begitu indah memperkuat bayangan dan membersihkan pandangan sehingga terciptanya suatu bentuk landscape landscape yang begitu kuat. Batu gamping dan marmer lokal pun tak kalah memberikan nilai yang berkualitas. Pada periode Hellenistic periode Hellenistic (323-30 SM), diikuti dengan kematian Alexander Agung yang mempersatukan Yunani dan memperluas wilayah kekuasaan hingga ke Timur, bentuk-bentuk bangunan besar ( great great styles) styles) tetap berlanjut walaupun dengan kekuatan yang lebih sedikit dan adanya pengalihan kekuasaan oleh Roma. Arsitektur menampilkan suatu perpaduan Orde yang meluas hingga ke Spanyol dengan penggunaan elemen-elemen tapak dan kubah. Bangunan bangunan kecil tetap terlihat elegan dengan hiasan yang begitu terperinci namun tidak kehilangan struktur monumentalnya yang merupakan superhuman merupakan superhuman scale. scale. Arsitektur Yunani yang masih tetap ada pada dasarnya merupakan bangunan – bangunan publik terutama kuil dan teater. Namun, beberapa rumah biasa juga tetap bertahan. (Istiqomah, dkk, 2014).
4
Arsitektur Klasik a. Kuil-Kuil
Dewa-dewa dengan berbagai macam sifat dan aktivitas yang melekatnya menambah berbagai macam kebiasaan yang melekat dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat Yunani. Suatu bentuk kepentingan dari ekspresi arsitektur dan bentuk-bentuk bangunan yang dominan pada masa Hellenic adalah kuil yang merupakan istana tempat tinggal para dewa.Hal ini tidak dimaksudkan sebagi tempat pemujaan namun secara tidak langsung altar yang terdapat pada bagian luar bangunan menjadi ruang ritual bagi masyarakat dimana bentuk didapatkan dari pengalaman yang datang dari luar. Dari Mycenaem megaron (dinding utama dengan serambi) mengembangkan bentuk kuil menjadi persegi panjang yang dikelilingi kolom-kolom untuk memberikan kesan yang mendalam. Konsep yang simpel ini kemudian diperinci dengan suatu pendalaman pemikiran baik yang datangnya dari luar maupun dalam sehingga membentuk suatu desain. Inti dari kuil adalah naos, suatu ruang tempat meletakkan patung dewa dengan pintu utamanya menghadap Timur. Patung itu diletakkan di sebuah podium/panggung yang rendah (crepidoma) sekitar tiga anak tangga. Bagian depan naos adalah portico atau pronaos (serambi yang bertiang-tiang). Hal ini merupakan bentuk prostyle dengan kolom-kolom yang berjajar terbuka di depan pintu masuk-keluar ataupun bisa juga merupakan antis dengan kolom-kolom (biasanya dua) antara antae (pilaster-pilaster yang mengakhiri perluasan bagian dinding naos) sehingga portico agak mundur ke dalam bangunan sebagai pengganti rancangannya. Di belakang naos kadang-kadang terdapat rear sanctuary (adyton). Keinginan akan simetri sering ditemukan pada bagian opisthodomus yang merupakan bagian belakang portico yang biasanya dibuat tanpa akses langsung dengan kuil utama. Atap kadang-kadang didukung oleh kolom-kolom yang ada di dalamnya. Kuil-kuil pada masa awal dibangun dengan menggunakan kayu dan batu merah dengan dasar dinding batu. Kolom-kolom dan dinding-dinding utama pada awalnya dibangun dengan batu gamping (diselesaikan dengan plesteran marmer) pada abad ke-6 SM. Marmer pertama kali muncul pada bangunan di Asia Minor. Material atap utama menggunakan atap terakota. (Istiqomah, dkk, 2014). b. Orde Klasik
Sebagian besar arsitektur Yunani dibuat dari susunan kolom dan balok. Kolom adalah sebuah modul untuk keseluruhan bangunan dimana bagian capital dan basenya dapat diklasifikasikan pada salah satu dari tiga bentuk yang mendasar yang dikenal sebagai orde klasik. Orde yang paling awal adalah Doric, dikarakteristikan sebagai kolom-kolom yang terlihat kuat ( powerful-looking ), biasanya dengan 20 pinggiran galur yang tajam tanpa base. Tinggi kolom (termasuk capital ) adalah 4-6 x diameter yang mengalami peningkatan hingga 71 kali pada masa Hellenic. Triglyph dan metope pada frieze (hiasan melintang pada dinding) berkembang dari kayu.
5
Arsitektur Klasik Orde Ionic merupakan orde yang scroll capital nya berasal dari Asia Minor pada abad ke-6 SM. Kolom-kolom yang telah mature memiliki 24 galur yang dipisahkan menjadi lembaran-lembaran kecil. Galur persegi yang dibuat dari tanah liat (plinth) muncul pada akhir masa Hellenic. Tinggi kolom (termasuk capital dan base) adalah sekitar 9 x diameter Gambar 1.1: Orde Doric, Ionic, Chorintian Sumber: en.wikipedia.com terendah. Peninggalan achantus pada capital Corinthian hampir tidak dapat dibedakan entablature-nya dengan Ionic dimana hampir selalu dapat dibedakan hanya dari frieze-nya yang populer pada masa Hellenistic. Tinggi kolom biasanya sekitar 10 x diameter base. (Istiqomah, dkk, 2014). c. Evolusi Temple Plan
Dengan mengeksperimentasikan pada proporsi, pembangunan kuil mendapatkan bentuk yang ideal dimana sebagian besar rencana pembangunan kuil Doric yang mengalami perpanjangan/penguluran secara berangsur-angsur berkembang pada rencana kolom klasik yakni 6 x 13 pada outer colonnade (pteron). Hal ini menjadi populer pada abad ke-5 SM. Kuil-kuil di Asia Minor, Itali, dan Sicily mengikuti bentuk yang tidak beraturan dalam artian tidak memiliki suatu aturan yang pasti.(Istiqomah, dkk, 2014). d. Dekorasi Kuil
Pediment Doric sering menggambarkan pemandangan mitologi pada relief. Genteng atap pada bagian pinggirnya diakhiri dengan hiasan yang dikenal sebagai antefixae, dimana hal ini meyebabkan bagian joint tidak kelihatan. Semua orde menggunakan moulding (papan hias tembok) dengan berbagai macam tipe profil termasuk hawksbeak (tipe Doric) dan egg-and-dart ( Ionic). Dekorasi Doric seringkali dicat sedangkan Ionic dan Corinthian menggunakan permainan ritme pada motif tumbuh-tumbuhan. (Istiqomah, dkk, 2014). 1. Kuil Parthenon (447-432 SM )
Gambar 1.2: Kuil Parthenon Sumber: en.wikipedia.com
Kuil Parthenon merupakan permata Acropolis yang dibangun dengan marmer pentelic. Parthenon merupakan bangunan yang sangat menonjol dan merupakan pusat dari Acropolis. Parthenon dibangun antara 447-432 SM sebagai karya dari arsitek Ictimus (Iktinos) dan Callicrates (Kallikrates) dan ahli pematung Phidias (Pheidias). Bangunan Parthenon dikatakan sebagai 'kesempurnaan
6
Arsitektur Klasik terbesar dari karya kuil Doric yang pernah di bangun‟, sebuah penampilan dengan proporsi sempurna yang dihasilkan oleh ahli maya-loka Athena. Parthenon menjadi contoh bangunan tertinggi. Desain dasar dapat terlihat pada bangunan itu sendiri yakni kuil Doric dengan deretan kolom-kolom penunjang atap (pteron) 8 x 17 kolom dengan tinggi 10,4 m serta terdapat serambi prostyle yang diduplikasikan dari Ophistodomos. Di dalam naos terdapat monument emas Phidias yakni patung Athena serta memiliki kolom-kolom Gambar 1.3: Denah Parthenon internal pada tiga sisi. Di belakangnya, namun masih dapat Sumber: en.wikipedia.com diakses hingga opisthodomus, merupakan tempat suci yakni sebuah Hall of the Virgins yang dianggap sebagai tempat sakral. Entablature-nya terdapat pada ketinggian 3,4 m. Pediment dan metope merupakan hiasan yang diukir. Ionic menginspirasikan frieze pada sekeliling dinding luar naos, serambi dan opisthodomos yang menggambarkan prosesi Panathenaic. 2. Propylaea ( 437-432 SM )
Propylaea adalah bangunan berbentuk pintu gerbang karya arsitek mnesicless, tapi pembangunannya tak sempat diselesaikan karena terjadi peperangan dengan bangsa Peloponnesia. Puing-puing dari bangunan tersebut masih bisa dilihat sampai sekarang, tetapi ada beberapa bangunan yang benar-benar sudah hilang antara lain; Pinacotheca (sebuah galeri seni), Theater Dionysus, Odeon (sebuah ruang musik dari Herodes Atticus) dan Stoa (sebuah tempat berteduh dan Gambar 1.4: Denah Acropolis tempat berpameran dengan colonnade dari Eumenes). Patung Sumber: en.wikipedia.com Promachos karya Pheidias yang sangat besar dan terbuat dari perunggu dan mendominasi wajah kota. Kehalusan dari denah Acropolis terlukis melalui tanggatangga lapangan yang melandai dan ruang kolom dari propylae (437-432 SM) dengan istana depan dari gedung-gedung yang ada disampingnya. Arsitek Minesicles menciptakan perpaduan yang unik antara keagungan dan kesederhanaan yang tepat pada entrance serambi depan Acropolis. Kolom-kolom luarnya adalah Doric dimana salah satu kolom yang ada di dalamnya yakni pada jalur lintasan utama merupakan kolom Ionic yang lebih kecil, sebuah penjajaran yang briliant. Suatu penempatan yang luar biasa. Selanjutnya memiliki sayap dengan pintu-pintu yang dilengkapi dengan serambi bergambar. Propylaea menjadi pintu gerbang dari Acropolis dirancang dan yang dibangun pada 437-432 SM meliputi suatu bangunan pusat dan dua sayap cabang samping. Colonnades sepanjang sisi timur dan barat mempunyai suatu baris kolom Doric dua baris kolom Bersifat Ionic membagi koridor tengah ke dalam tiga komponen.
7
Arsitektur Klasik Dinding dari sayap utara dihias dengan lukisan, dinding atau panel dicat dan di sebut" Pinakotheke". Langit-Langit Dari Propylaea mempunyai dekorasi dicat dan suatu sima dilubangi di sekitar atap. (Istiqomah, dkk, 2014). 3. Kuil Athena Ni ke ( 427-424 SM )
Kuil Nike merupakan kuil terkecil yang bagi penduduk Athena dianggap sebagai kuil pembawa keberuntungan bagi kota Athena. Kuil ini merupakan salah satu tempat suci yang mempesona, dipersembahkan kepada kemenangan Athena yang dibangun oleh Callicrates. Kuil ini merupakan salah satu dari bangunan Ionic pertama di Athena. Gaya bangunannya terdiri dari empat ionic dengan empat kolom pada masingmasing akhir. Bentuknya amphiprostyle dimana terdapat portico (serambi yang bertiang-tiang) pada setiap akhirnya namun tidak terdapat pteron (outer colonnade). Kuil ini berdiri dengan Hak cipta dari Propylae yang telah lama direncanakan. Gambar 1.5: Athena Nike Perbandingan proporsi kolom dengan diameter yang kecil Sumber: en.wikipedia.com mungkin untuk menghindari perbedaan yang begitu besar dengan Propylaea. Untuk pertama kalinya dalam dunia Arsitek Yunani menggunakan tiga fasade. Pada kuil nike Athena terdapat suatu sandaran disebelah kanan dan di depan yang kuat, kecuali beberapa batu Elusinian yang dekorasi strukturnya dalam wujud suatu pintu gerbang luas dengan sayap yang panjang dan lebar sekitar 156 kaki. Suatu serambi disisi kiri adalah museum lukisan dan suatu ruang terbuka pada sisi kanan yang berisi patung yang didalamnya terdapat tiang-tiang. Dekorasinya menggambarkan kemenangan Athena atas Persia. Relief pembebasan terlihat pada bagian atas dari dinding dimana pada bagian atas sisi timur melukiskan konferensi para dewa, sedangkan pada atas sisi yang lain menggambarkan pemandangan dari peristiwa pertempuran . Suatu sandaran pualam dihias dengan penyajian relief;pembebasan Nikae (Kemenangan), yang dilindungi tepi dari benteng yang di atasnya kuil menegangkan. (Istiqomah, dkk, 2014). 4. Erechtheum ( 421-405 SM )
Erechteum merupakan sebuah kuil pengganti bangunan sebelumnya yang mengalami kehancuran pada 480 SM akibat peperangan dengan bangsa Persia yang dipimpin Salamis. Kuil ini dibangun oleh arsitek Mnesicles antara tahun 421-405 SM dan terletak pada situs yang dikelilingi oleh hutan keramat dan tanah perkuburan. Dibangun dengan gaya bersifat ionic dan
Gambar 1.6: Kuil Erechtheum Sumber: en.wikipedia.com
8
Arsitektur Klasik banyak patung pemujaan Athena. Terdapat kekurangan pada main fasadenya dimana tidak bisa diapresiasikan hanya dalam satu view point . Kuil ini dibangun untuk memperingati pertarungan antara Athena dan Poseidon untuk Athens. Ini merupakan irreguler planning dimana memiliki 2 level yang didirikan pada site yang tidak tepat serta membutuhkan penambahan tempat suci bagi 3 dewa. Dari tiga serambi yang ada, satu serambi pada bagian utara dihias indah oleh tiang-tiang ionic serta pintu keluar masuk yang diperkaya dengan ukiran-ukiran. Serambi ini merupakan serambi terindah. Sedangkan serambi selatan ditopang dengan pahatan patung Caryatid . Dekorasi dinding friezen berwarna dark grey, sedangkan marmer eleusian dihias dengan pahatan marmer putih. Erechtheion merupakan bangunan yang bersifat Ionic mempunyai suatu prostasis pada sisi atas bagian timur, suatu propylon sangat besar pada atas bagian utara, dan serambi terkenal dari Caryatids pada bagian selatan. Kuil yang utama adalah dibagi menjadi dua bagian, dipersembahkan kepada pemujaan dari dua dewa utama Attica, Athena dan Poseidon-Erechtheus. Patung kayu Athena disimpan disini dimana Erechteum lebih sakral daripada Parthenon Suatu dekorasi relief; pembebasan, tegas suatu penyajian yang mungkin menyangkut kelahiran Erechtheus, menghias bagian luar dari bangunan. Di atas menjadi pandangan dari selatan dan timur. (Istiqomah, dkk, 2014). 5. Kuil Artemis
Bagian timur Aegean adalah tempat lahirnya bangunan Yunani kuno. Kuil Artemis adalah bangunan dengan bentuk dasar dari Capital Voluted pertama yang terlihat tahun 570 SM. tipe dasar bangunan ini memiliki potongan horizontal yang bergulur yang berada diatas dengan cetakan cembung dasar (Thorus). Kuil Artemis di Afesus adalah bengunan terkemuka dangan pahatan gendang pada kolom bangunannya. Gambar 1.7: Kuil Artemis Sumber: en.wikipedia.com Dinding luarnya berbentuk sudut, dan memiliki sebuah halaman berbentuk cekung yang luas yang mengelilingi bangunan dengan ciri khas Asia Kecil. Bangunan kuil terbesar 10 x 21 kolom,dengan jumlah kolom 122, tangga 7 trap gank ionic. (Istiqomah, dkk, 2014). 6. Kuil Apollo (336-332 SM)
Kuil Apollo Doric dipersembahkan kepada dewa Apollo dan memiliki luas 6 x 16 yang diwarisi dari para pendahulunya yaitu yang keenam berada didekat perbendaharan Athena (510 SM). Bertempat di kawasan Delphi yang merupakan tempat yang paling menarik dari semua tempat suci yang ada. Terkenal sebagai tempat duduk kuil dan sebagai tempat peramal dari Dewa Apollo. Di sini semua bangunan lain saling berhubungan dimana tahap terpenting dari sejarahnya dimulai pada abad ke-6 SM. Susunan di altar sekitar jalan suci berliku-liku ke arah
9
Arsitektur Klasik selatan dan terlihat tidak baik namun pada kenyataannya dengan teliti menyusun serta menciptakan rangkaian pemandangan. Bangunan Doric pertama terdiri dari 100% marmer dengan dinding yang dihiasi pahatan tentang pujian dan musik untuk Apollo. (Istiqomah, dkk, 2014). 7. Kuil Hera Gambar 1.8: Doric Apollo Sumber: en.wikipedia.com
Gambar 1.10: Patung Hera Sumber: sacred-destination.com
Kuil ini dibangun pada tahun 550 SM. Mengalami perpanjangan rencana pada masa awal Doric (6 x 16). Sebagian besar Ethinus block yang masih bertahan berasal dari abad ke-5 SM (characterized by angled straight sides), tetapi beberapa dari abad ke-6 SM (sisi tikungan yang hati-hati). Kuil ini merupakan salah satu kuil tertua. Kadangkadang disebut Basilica karena kesalahan arkeolog-arkeolog terdahulu yang berpikir bahwa kuil ini merupakan bangunan publik bangsa Romawi. Tidak seperti kuil-kuil lainnya, maksud pembangunan kuil ini ditujukan sebagai ucapan syukur kepada Hera dalam bentuk kuil. Oleh karena itu, di bagian dalam kuil terdapat patung Hera dalam bentuk kecil yang sekarang disimpan dalam museum Paesteum. (Istiqomah, dkk, 2014). 8. Kuil Olimpiade Zeus
Gambar 1.9: Kuil Hera Sumber: sacred-destination.com
Gambar 1.11: Kuil Olimpiade Zeus Sumber : en.wikipedia.com
Di Sisilia bangunan terbesar adalah Kuil Olimpiade Zeus, dimana bangunan dinding bersatu dengan Doric bagian luar kolom. Corak eksterior mengangkat model pahatan dibawah entablature yang berat. Menggunakan mature Doric 6 x 13 plan. Secara keseluruhan dibangun dengan plesteran batu kapur / gamping dengan hiasan marmer dan genteng atap. Italia dan sisilia memiliki pemeliharaan yang baik pada kuil Doric diawal tahun ke 5 dan 6 SM. Doric basilica yang dibangun 530 SM terinspirasi oleh bangunan Yunani Kuno, dimana bentuknya seperti cerutu yang memiliki capitle besar dengan dekorasi leher. selain itu terdapat bangunan kuil Poseidon, dimana anak tangga utama menuju langit-langit atap memiliki bagian-bagian yang kuat. (Istiqomah, dkk, 2014).
10
Arsitektur Klasik 9. Kuil Theseion ( 449-444 SM)
Kuil ini dibangun pada tahun 449-444 SM. Namun dialihfungsikan menjadi sebuah gereja pada zaman Byzantine Greeks dimana dikonstruksikan sebagai apse pada akhir bagian timur dan memberikan sebuah concrete vault pada bangunan kuil tersebut. Seperti pada Parthenon, Doric frieze pada bagian serambi digantikan dengan kelanjutan Ionic frieze. Cukup terdapat banyak moulding pada bagian atas. Bangunan ini sebagian besar dibangun dengan menggunakan marmer Pentelic kecuali pada bagian tiga anak tangga paling bawah yang menggunakan batu gamping. Kuil ini menyimpan patung Athena dan Theseus/Hephaestos. Baik pronaos maupun opisthodomos didekorasi dengan Ionic frieze termasuk di dalamnya beberapa tipe triglyphs Doric yang ditambahkan dengan hiasan pada pediment dan metope. Frieze pada pronaos menggambarkan pertarungan Theseus dengan Pallantides Gambar 1.12: Kuil Theseion pada persembahan para dewa dimana frieze pada Sumber: en.wikipedia.com opisthodomos menggambarkan pertarungan antar Centaur dan Lapith. Pada awalnya, pediment di bagian timur diindikasi sebagai kelahiran Erichthonios sedangkan bagian barat adalah Heracle sebelum Thetis. Namun, pada teori terakhir menganggap bahwa pediment di bagian barat memperlihatkan lagi pertarungan antara Centaur dan Lapith sedangkan pediment di bagian timur menggambarkan Heracles ketika akan menjadi pahlawan menuju Gunung Olympus. Hanya 18 dari 68 metope kuil Theseion yang dihias, sedangkan yang lainnya dicat. Sepuluh metope pada sisi timur menggambarkan pekerjaan Heracles sedangkan empatnya masing-masing sebelah utara dan selatan yang menggambarkan Exploits of Theseus. (Istiqomah, dkk, 2014). 10. Kuil Poseidon
Kuil poseidon dibangun pada tahun 440 SM di atas reruntuhan kuil sebelumnya pada masa Archaic. Berada di ketinggian 60 m di atas laut. Tipe desain kuil ini adalah hexastyle yakni memiliki portico depan dengan 6 kolom. Hanya beberapa kolom dari kuil tersebut yang masih berdiri. Seperti dengan kuil-kuil Yunani lainnya, kuil poseidon dibangun berbentuk persegi panjang dengan tiang-tiang penunjang atap (collonnade) di keempat sisinya. Jumlah perbandingan kolom awal berdiri dengan
Gambar 1.13: Kuil Poseidon Sumber: en.wikipedia.com
11
Arsitektur Klasik saat ini adalah 42:18. kolomnya merupakan kolom Doric yang dibuat dengan material lokal yakni marmer putih. Pada bagian tengah kuil terdapat naos dimana terletak patung poseidon yang menghadap ke pintu utama. (Istiqomah, dkk, 2014).
12
Arsitektur Klasik
Bangsa Romawi berasal dari masyarakat Agrikultur-militer yaitu bangsa/kaum petani yang suka berperang dan berekspansi ke sekitar Laut Tengah, Eropa Utara dan Barat serta sebagian Asia dan Afrika. Bangsa ini berasal dan berbagai macam suku bangsa yang mendiami suatu wilayah. Kebudayaan Romawi berawal dan seni Eropa Barat yang diambil secara komprehensif. Mula-mula dianggap tahap dekadensi periode setelah Yunani pada bidang seni, namun secara total menyerap nilai seni yang sudah ada dari kebudayaan tersebut dan nilai-nilai yang terkandung ternyata sudah tidak asli dan bermutu rendah, sehingga Bangsa Romawi bisa dianggap sebagai penyebar dan pelestari peninggalan kebudayaan klasik, jadi dapat dikatakan sebagai Asimilator (menyatukan hasil karya orang lain) dan bukan Kreator. Kekaisaran Romawi mempunyai wilayah kekuasaan yang menyebar dan berkembang (ekspansif) di sekitar daratan Spanyol, Armenia, Inggris hingga Mesir. Dengan demikian masing-masing daerah tersebut diperlukan suatu koordinator wilayah kekuasaannya (Teritorial ). Akibat luasnya daerah kekuasaan, bangsa Romawi mencetuskan kebudayaannya menjadi Internasionalisme Budaya (Cultur lnternationalism). Perbedaan-perbedaan gaya kekuasaan teritorialnya disatukan dalam satu gaya kepemimpinan yang dinamakan Gaya Imperial. Kerajaan Romawi merupakan suatu negara yang digolongkan sebagai “ statesmanship” yaitu bangsa yang memiliki kemampuan sebagai negarawan (dengan kekuasaan yang bertumpu pada kekaisaran), atau Imperium Romanium. Sedangkan Yunani dapat digolongkan sebagai negara “negara kota atau negara federasi”. Romawi dikenal sebagai bangsa yang ”love of power” sedang Yunani dikenal sebagai bangsa ”love of beauty”. a. Karakteristik Arsitektur Romawi
1.
Kemampuan dalam teknologi bangunan lebih maju dari pada bangsa Yunani, seperti dalam pembuatan saluran air dan pembuatan konstruksi busur/lengkung. 2. Penafsiran terhadap makna kehidupan dari segi fungsi dan sistem struktur sosial sangat kompleks. Kondisi ini sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku, tata cara hidup dan termasuk dalam tata bangunan. Setiap aktifitas kehidupan dalam struktur social kemasyarakatan seringkali diperingati dengan upacara-upacara atau pesta-pesta besar. 3. Konsep penataan bangunan dan landscape perkotaan dirancang secara integratif. Perancangan bangunan selalu berorientasi kedalan skala yang lebih luas atau dalam skala kota demikian juga sebaliknya. 4. Konsep perancangan menekankan pada pengertian bahwa ruang merupakan media ekspresi arsitektural. pada skala kota dan interior.
13
Arsitektur Klasik 5. Skala bangunan bersifat monumental atau mengutamakan kesan agung. Ekspresi arsitekturnya terungkapkan melalui peralihan artikulasi detail. 6. Bentuk arsitektur mengesankan keanggunan formal yang berorientasi birokratik, tersusun secara sistematik, praktis dan variatif dalam langgam. b. Langgam Arsitektur
1.
Memanfaatkan kosa klasik Yunani sebagai motif dekorasi, bukan elemen dasar yang mengungkap karakter ideal secara utuh. 2. Superimposisi (menggahungkan order kiasik yang diatur dalam posisi saling tumpang tindih untuk satu tingkatan yang berbeda) berbagai langgam, untuk mencapai suatu totalitas sistem yang dinamis dan bentuk simbolik yang baru. 3. Dinding sebagai bidang penerus, diperkuat dengan pembagian bidang, tekstur, elemen vertikal dan horizontal. 4. Kontruksi busur dan lengkung untuk gugus ruang yang kompleks. c. Konsep Ruang
1. Ruang merupakan konkretisasi dimensi waktu dan tindakan, bukan keabadian atau keteraturan statis. 2. Ruang bersifat self-contained bukan merupakan batasan fisik belaka, karena itu harus dibentuk, diartikulasikan dan diaktifkan. 3. Karakter lingkungan spatial terpadu, tidak ditentukan oleh ikatan situasi geografis tertentu. 4. Artikulasi ruang merupakan kontinuitas, irama, variasi, keteraturan, dinamis, sekuens dan aksialitas. d. Tipologi Bangunan 1. Kuil Merupakan asimilasi yang berasal dan elemenelemen arsitektur Yunani. Beberapa bentuk bangunan tidak berdiri sendiri, diantaranya merupakan gabungan dinding pembatas ruang yang vertikal dengan yang melengkung dan diatur secara aksial. Bangunan ini dipersernbahkan untuk tiga serangkai dewa Romawi (Capitol Triad ) yaitu : Jupiter, Juno dan Minerva. Gambar 2.2: Pantheon Sumber: airbnb.com
14
Arsitektur Klasik Salah satu kuil yang terkenal adalah Pantheon, dibangun oleh Handrian sejak awal abad 2 SM yang diperuntukan bagi semua dewa. Konsep ruang dalamnya menggambarkan karakteristik Kosmik dengan model surgawi. Bangunan ini telah menjadi puncak keberhasilan arsitektur Romawi karena Handrian telah menciptakan fase baru dalam perkembangan teknoiogi membangun terutama nilai-nilai atau makna yang terkandung didalamnya. Secara keseluruhan bangunan ini memiliki dua elemen utama yaitu: a. Rotunda.
Merupakan suatu kubah besar yang mewadahi Cellar. Diameter atau garis tengah kubah irii sebesar 43.6 meter. b. Porti co.
Merupakan suatu serambi berkolom (Colonnade) dengan langgam elemen Carinthian Order. 2. Basilika
Bangunan publik dengan sifat multi fungsi diantaranya dapat digunakan untuk bangunan administrasi, pengadilan, bermusyawarah atau berkumpul dan tempat interaksi sosial masyarakat kota Roma ( Public Promenade). Bangunan ini ada kemiripan dengan Stoa di Yunani. 3. Teater Masih bersumber pada teater Yunani dengan beberapa perubahan bentuk dan metoda strukturnya. Konsep ruangnya mengalami pergeseran orientasi yang bukan lagi dengan setting panorama alamiah, tetapi lebih memfokuskan pada pertunjukan tersebut, akibatnya kesan ruang dalam terasa lebih kuat terutama dengan membuat tempat duduk yang curam. Teater ini biasanya digunakan untuk pertunjukan sandiwara realistik yang menampilkan unsur-unsur dekor, penghapusan orkes dan ukuran panggung yang terbatas.
Gambar 2.3: Basilika Sumber: airbnb.com
Gambar 2.4: Teater Sumber: airbnb.com
4. Amphiteather ‘Hippodrome’ Circus
Berkembang akibat popularitas olah raga atletik, lomba kereta, pertarungan Gladiator melawan hewan buas. Bangunan ini berdiri di atas tanah yang datar dan berbentuk ellips dengan daya tampung untuk kurang lebih 700 orang. Bentuk dinding dengan langgam superimposisi dan
15
Arsitektur Klasik bentuk arkade yang mengelilingi sisi luar bawah bangunan. Juga terdapat struktur basement untuk kandang, jebakan dan tempat keluarnya para gladiator. 5. Roman Bath
Tempat pemandian atau kolam yang minp dengan pemandian Turki (mandi panas-bilas-mandi spaberenang di air dingin) dan digunakan juga sebagai tempat perkumpulan anggota klub (Social Centre). Salah satu pemandian yang tekenal pada waktu itu adalah Bath of Caracalla rnenggunakan kontruksi lengkung atau kubah dan beton untuk mencapai gugusan ruang yang kompleks, program fungsional rumit karena banyaknya ruang yang diperlukan.
Gambar 2.5: Roman Bath Sumber: en.wikipedia.com
6. Spalato ( Palace of D iocl etian )
Rumah tmggal para pemimpin yang me.nampilkan karakter simetris dan bernuansa muter kekaisaran, makna yang ditampilkan menunjukkan peran kaisar sebagai Cosmocreator (kekuatan yang menguasai dunia). Bangunan ini dapat dikelompokkan dalam jenis villa dan istana. 7. Forum
Gambar 2.6: Spalato Sumber: en.wikipedia.com
Merupakan unit spatial yang terbuka, umumnya berbentuk empat persegi panjang yang direncanakan untuk kenyamanan dan menikmati urutan persepsi visual dan vista. Elemen-elemen bangunan terdiri dan portico yang berfungsi sebagai pemersatu heterogenitas, pengatur koinposisi aksial, penyatuan urutan ruang dalam dan ruang luar (transition space). Salah satu contoh tipikal forum masa awal pemerintahan republik a dalah Forum Romanium. 8. Vi ll a ( Roman Countr y H ouse)
Rumah berbentuk atrium (ruang yang terpusat dan pada bagian atasnya terbuka). Merupakan sintesa dari fungsi privat dan fungsi publik. Bagian tengah bangunan ini ditembus oleh poros longitudinal yang bergerak dan entrance ke kebun. Contoh villa yang terkenal pada waktu itu adalah Villa Hadrian. Sedangkan apartemen atau insulae merupakan bangunan yang bertingkat lima dengan toilet pada tingkat satu dan WC atau KM di tempat pemandian umum.
16
Arsitektur Klasik
Gambar 3.1: Peta daerah Byzantine Sumber: en.wikipedia.com
Kekuasaan Byzantine berpusat di Constantinople (Istanbul-Turki) merupakan Kekuasaan dibawah Roma di Eropa hingga ke Timur atau sering disebut Roma kedua, yang menguasai jalur perdagangan laut yang menghubungkan benua Eropa dan Afrika hingga ke Asia, merupakan wilayah otonom dengan perdaban menuju millenium dibandingkan kekaisaran Roma sendiri. Daerah ini merupakan perpanjangan Roma di bagian timur, atau sering disebut kerajaan Roma timur. Wilayah yang sekarang masuk dalam negara Itali sekarang di mana kekuasaan Romawi berasal dan berkembang berupa semenanjung, menjorok ke selatan-timur di Laut Mediterania. Keadaan geografis tersebut bertolak belakang dengan Yunani, yang berupa kepulauan dan sebagian besar wilayah daratannya berupa pantai, dari Laut Aegean. Roma sebagai pusat kekuasaan dan kebudayaan Romawi, berada di bagian selatan-tengah semenanjung, tidak jauh dari pantai laut Mediterania. Budaya Romawi berkembang melalui kekuasaan didapat dari penaklukan, berbeda dengan penyebaran budaya Yunani yang melalui kolonisasi. Budaya Romawi termasuk arsitektur berkembang dari kekuasan perebutan kekuasaan dan penaklukan tidak hanya berkembang di wilayah Itali, namun hingga sebagian besar Eropa, Afrika Utara dan Asia Barat.
17
Arsitektur Klasik Byzantine merupakan salah satu koloni Yunani sejak tahun 600 SM dan dijadikan pusat pemerintahan Kekaisaran Romawi pada tahun 330. Selama jaman pertengahan (middle ages), kota ini menjadi benteng pertahanan orang-orang Kristen dari serangan bangsa Barbar dari Barat. Honorius, imperior pertama dari Barat setelah wilayah dan pemerintahan Kekaisaran Roma dibagi menjadi dua, memindahkan kediaman dan pusat pemerintahan Kekaisaran Barat di Ravenna, sebuah kota di pantai Mediterania bagian timur-utara dari Italia. Sedangkan Konstantinopel tetap menjadi pusat pemerintahan Kekaisaran Timur. Pengaruh Byzantine menjadi dominan dalam arsitektur. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan Byzantine antara lain:
Pengaruh kebudayaan Romawi.
Pengaruh agama Kristen.
Beberapa pengaruh kebudayaan yang berasal dari Timur.
Kota Ravenna dan Konstantinopel menjadi poros pemerintahan Byzantine dan pusat perkembangan budaya serta arsitektur. Kekaisaran Byzantine berlangsung lebih dari 1000 tahun, mulai abad ke-4 M sampai tahun 1453. Selama berdirinya, merupakan satu kekuatan penting di bidang ekonomi, budaya dan militer di Eropa. (Febrianita, dkk, 2014). a. Karakteristik Arsitektur Byzantine
Penggunaan sistem kubah untuk konstruksi atap bertolak belakang dengan gaya Kristiani kuno berupa penopang-penopang kayu dan juga gaya lengkung batu Romawi. Cita-cita arsitektur Byzantine adalah mengkonstruksi atap gereja dengan atap kubah, karena kubah dianggap simbol dari kekuasaan yang Maha Esa. Sistem konstruksi beton dari Romawi dikembangkan dengan pesat. Kubah yang merupakan ciri dari daerah timur, menjadi model atap Byzantine yang merupakan penggabungan dari Konstruksi kubah dan sudut model Yunani dan Romawi. Karena dominan bentuk dari seluruh bangunan Gambar 3.2: Penggunaan atap kubah sebagai simbol kekuasan Yang menggunakan bentuk Maha Esa Sumber: en.wikipedia.com lingkaran dan lengkung dengan bentang lebih lebar. Type-type kubah yang diletakkan diatas denah segi-4 dilengkapi dengan jendela kecilkecil diatas, disebut Pendetive, dimana pada masa Romawi kubahnya hanya menutup bentuk denah melingkar atau polygonal. Sedangkan bahan pendetive tersebut dipakai bahan bata atau
18
Arsitektur Klasik batu apung yang disebut Purnise. Kubah dibuat tanpa menggunakan penunjang sementara (bekisting). Kubah bola utama tersebut melambangkan Surga menurut ajarannya, sedangkan kubah-kubah sudut atau disebut Squinch untuk Gambar 3.3: Struktur Pendetive menggambarkan Sumber: en.wikipedia.com ajarannya dalam bentuk mosaik antara Bema atau bilik suci dengan Naos atau ruang induk atau nave, dipisahkan oleh Iconostatis atau penyekat, sebagai screen of picture “tirai”. Bentuk Eksterior, kadang tidak berhubungan/ tidak ada kesatuan dengan bentuk interiornya. (Febrianita, dkk , 2014). b. Pengaruh Arsitektur Byzantine Dengan Romawi
Gaya bangunan dan style Byzantine pertama kali mengikuti arsitektur Romawi, Mosaik dengan karakter ukiran/pahatan dekorasi dan ornamen, atap lengkung, Kubah besar (dengan material batu dan beton), material batu/batu bata. Namun kemudian Arsitektur Byzantine membawa pengaruh terhadap Eropa dan Asia dan juga Masa Renaissance dan Dinasti Ottoman setelahnya. Bangunan Bergaya Arsitektur Byzantine memiliki bentuk geometri yang komplek, dengan material batu sebagai material utama dan bata dan plester sebagai material tambahan, unsur dekorasi menjadi penting dan elemen utama dalam bangunan publik, seperti Gereja. Byzantine adalah perwujudan dari konsep atap lengkung dan kubah yang menggantikan rangka atap kayu. Sistem konstruksi perletakan batu bata, yang diperkenalkan oleh bangsa Romawi berkembang menjadi semacam pembuatan dinding bata secara umum, dan hal ini diadopsi untuk membentuk arsitektur Byzantine. Rangka dinding batu bata terlebih dahulu diselesaikan dan dibiarkan mapan sebelum lapisan permukaan interior dan lantai marmer dipasang, bagian komponen bangunan yang berdiri sendiri ini menjadi karakterisik dari konstruksi Byzantine. Penggunaan batu bata yang sama dengan bata Romawi, sekitar 15 inchi tebalnya, dan diletakkan pada lapisan tebal mortar. Mortar sebagai perekat antara batu bata berupa campuran antara kapur dan pasir, dengan pecahan tanah liat, keramik atau bata, yang hasilnya sama kerasnya dengan bangunan terbaik di Roma. Karakter dekoratif permukaan luar sangat tergantung pada penyusunan batu bata, yang tidak selalu dipasang secara horisontal, tapi juga terkadang dipasang miring, terkadang juga dalam bentuk berliku-liku, berkelok-kelok, berbentuk chevron atau pola tulang ikan Herring dan banyak macam desain sejenisnya lainnya, memberikan variasi pada fasade. (Febrianita, dkk, 2014).
19
Arsitektur Klasik
c. Hagia Sophia
Terletak di Istanbul, Turki. Dibangun pada masa kaisar pertama Constantin dan diperbaiki kembali setelah terbakar dan hancur oleh Kaisar Yustinianus pada tahun 517 AD. Bangunan ini merupakan masterpiece dari masa Byzantium , terbesar dan tertinggi diantara gereja lain di Konstantinopel. Gereja ini menjadi pusat pemerintahan dun ia Kristen Orthodoks.
Gambar 3.4: Hagia Sophia Sumber: en.wikipedia.com
Berkali-kali bangunan Hagia Sophia mengalami perbaikan dan renovasi, kebanyakan disebabkan oleh gempa bumi, ketidakstabilan struktur, dan kerusakan akibat perang. Sampai pada masa Pemerintahan Kaisar Justinianus (527-565), Hagia Sophia menjadi lebih besar dan megah, namun tidak mengubah konsep awal dari arsitektur Byzantine pada denah dan tampilan bangunannya. (Febrianita, dkk, 2014). 1) Fungsi Hagia Sophia yang mengalami perubahan dari gereja ke masjid selama hampir lima abad, sekarang akhirnya berfungsi sebagai museum. Pencetus fungsi museum ini oleh penguasa Turki yang Muslim nasionalis, Mustafa Kemal Atatürk. Pada 1923, museum Hagia Sophia diawasi oleh pemerintah sebagai cagar budaya peninggalan masa lalu. Ini adalah satu-satunya tempat di
dunia ini dimana kita bisa melihat simbol-simbol agama Kristen dan Islam berdampingan pada satu tempat. (Febrianita, dkk, 2014).
Gambar 3.5: Ruang dalam Hagia Shopia Sumber: en.wikipedia.com
20
Arsitektur Klasik
2) Bentuk Denah utama Hagia Sophia adalah ruang tengah berbentuk bujur sangkar yang berukuran 32,6 x 32,6 m2. Di sudut-sudutnya terdapat kolom struktural yang sangat masif dan besar. Kolom ini menyangga pelengkung setengah lingkaran yang menyangga kubah utama. Lebar gereja mencapai 305 meter dan tinggi ± 548 meter, bentuk dasar bangunan segi empat dengan luas 18.000 M2, dengan sekeliling dinding yang dihias mosaic warna warni serta cemerlang keemasan. Arsitek (pada zaman Yustinianus) adalah
Gambar 3. 7, Hagia Sophia Sumber: en.wikipedia.com
Isodorus dari Miletus dan Anthemius dari Tralles. Bangunan ini pada tahun 1453 M, diduduki oleh bangsa Turki dan diubah menjadi Masjid, dengan mnghilangkan bagian-bagian yang berhias gambar makhluk hidup. Gaya arsitektur fasade Hagia Sophia dipengaruhi oleh kebudayaan Byzantine (abad ke-6) yang ada sebelum Konstantinopel berdiri. Gaya Gambar 3.6, Kolom struktural utama. Byzantine didasari oleh karya bangunan Kristen Sumber: en.wikipedia.com awal yang menempatkan area pembaptisan dan kapel makam sebagai area yang terpusat. Sehingga ruang-ruang atau relung yang mendampingi ruang utama berformasi radial dengan pusatnya yaitu makam atau meja altar di tengah. Karena formasinya yang terpusat, denahnya pun tidak lepas dari bentuk-bentuk simetris seperti bujur sangkar atau segi delapan/segi banyak dengan ukuran sisi-sisinya yang sama, bahkan berbentuk lingkaran.
Gambar 3.9, Fasade Hagia Sophia Sumber: en.wikipedia.com
21
Arsitektur Klasik Kubah merupakan ciri khas arsitektur Byzantine, yang kemudian ditopang dengan struktur pendentive. Pendentive adalah struktur yang menopang kubah, berbentuk A terbalik dengan kolom dibawahnya. (Febrianita, dkk, 2014). 3) Sistem Strukur Dan Kontruksi
Pada bangunan Hagia Sophia sistem struktur yang digunakan adalah Dinding Pemikul ( Bearing Wall). Pada dinding, penggunanaan batu bata terlebih dahulu diselesaikan dan dibiarkan mapan sebelum lapisan permukaan interior dan lantai marmer dipasang, bagian komponen bangunan yang berdiri sendiri ini menjadi karakterisik dari konstruksi Byzantium. Penggunaan batu bata yang sama dengan bata Romawi, sekitar 15 inchi tebalnya, dan diletakkan pada lapisan tebal mortar. Mortar sebagai perekat antara batu bata berupa campuran antara kapur dan pasir, dengan pecahan tanah liat, keramik atau bata, yang hasilnya sama kerasnya dengan bangunan terbaik di Roma. (Febrianita, dkk, 2014). 4) Estetika & Material Pondasi & Lantai :
Gambar 3.10, Perbedaan kubah Pendetive dengan kubah pada umumnya. Sumber : en.wikipedia.com
Gambar 3.11, Skema Pembebanan Bearing Wall. Sumber: en.wikipedia.com
Secara keseluruhan lantai bangunan Hagia Sophia, material yang digunakan rata-rata adalah marmer, yang didatangkan dari pulau-pulau di Laut Mediterania bagian timur.
Elemen Dinding
Memakai bahan bata, dan dibagian dalam (interiornya) dilapisi dengan mosaik yang terbuat dari pualam warna-warni yang menggambarkan ajarannya. Busur setengah lingkaran dipakai untuk menunjang galery dan bukaan pada pintu dan jendela. Jendela-jendela kecil setengah lingkaran mengelilingi dasar kubah ( pendetive). Kolomnya konstruktif, dengan kepala tiang (capital ) bergaya Korintia dan Komposit. Secara keseluruhan pandang, gereja Hagia Sophia merupakan kelompok banyak kubah yang mengelilingi kubah utama secara simetris, sehingga berkesan vertikal. (Febrianita, dkk, 2014).
Atap/Kepala Kubah tersebut, menjadi ciri khas tradisional bangsa Timur, menjadi motif umum asitektur Byzantine, yang merupakan gabungan dari konstruksi kubah dengan gaya kolumnar klasik. Kubah dengan bermacam-macam variasi dipakai untuk menutupi denah persegi dengan teknik „ Pendetives’ . Kubah dan lengkung Byzantine diperkirakan dibuat
22
Arsitektur Klasik tanpa menggunakan penyokong sementara atau perancahan atau „centering’ dengan penggunaan batu bata datar yang besar, hal ini merupakan sistem yang cukup nyata yang kemungkinan didapat dari metode Timur. Jendela-jendela disusun pada bagian bawah kubah, yang pada periode berikutnya dinaikkan letaknya pada „drum‟ yang tinggi. (Febrianita, dkk, 2014).
Gambar 3.16, Urutan Konstruksi Atap Sumber: en.wikipedia.com
23
Arsitektur Klasik
Geografis, Geologis dan Iklim
Agama kristen lahir dan berkembang di Wilayahtimur, dibawa Santo Petrus dan santo Paulus ke Roma yang kemudian menjadi pusatnya (sir Banister fletcherA History of architecture, The Athlone Press. London. 1975.h.345.) Wilayah kekaisaran Roma mencangkup seluruh wilayah di sekeliling Laut Mediterania, termasuk Syria, Asia Minor dan Afrika Utara. Pada wilayah itulah berkembang Arsitektur yang mempunyai ciri khas, pada jaman Kristen Awal (313-800). Aspek geologi berpengaruh pada arsitektur Kristen Awal, pada bahan bangunan khususnya bahan galian. Pada umumnya dimana didirikan, di situlah bahan banguna diambil seperti misalnya batu dan marmer, demikian pula bahan-bahan lainnya untuk dekorasi termasuk mozaik dan patung. Iklim berpengaruh pada sistem penghawaan dan pencahayaan alami. Pada wilayah yang lebih panas, biasanya lebih banyak membuat jendela.
24
Arsitektur Klasik Sejarah Sejarah Kristen Awal dimulai dari Jaman Constaintine (Constantine I 280-337 M, Kaisar Roma dengan sebutan Konstaintin yang Agung/ Constaintine the Great, terkenal dengan kebijakannya menerima dan mengesahkan agama Kristen, sama dan setingkat dengan kepercayaan yang sudah ada sebelunnya. Terkenal pula sebagai Kaisar Roma yang memindahkan pusat administrasi dan pemerintahan dari Roma ke Konstatntiopel “Constantinople” sekarang Istanbul di Turki, pada 330). Hingga Charlemagne (800). Serbuan Huns (Huns adalah suku bangsa Mongol yang hampir satu abad sangat berpengaruh terhadap sejarah eropa, dengan serangan-serangan dan penguasaan, hingga 454 M). Yaitu orang-orang mongol ke Eropa sekitar 376, berhasil menguasai wilayah utara hingga Itali. Pada 410 Roma jatuh ke tangan orang-orang Goth di bawah Alaric. Peperangan tersebut hanya bagian kecil dari berbagai konflik di Eropa. Pada 584 orang-orang Lomdard (orang-orang jermal berasal dari skandinavia atau jermal utara yang mendominasi seluruh itali antara 584-774), menguasai hampir seluruh itali sampir sekitar dua abad. Pada 800, charlemange (charlemange adalah raja frank, kaisar terbesar dalam dinasti carolingian yang juga di ambil dari namanya. Charlemange artinya charles agung ”charles the great”, juga digelari Charles I, selain menjadi raja perancis, juga emperor tahta suci romawi “holy Roman Empire”) dinobatkan menjadi Emperor oleh Paus dari Roma, sejak itu kekaisaraan menyatu dalam sisitem pemerintahan dengan tahta suci romawi, berlangsung hingga 1806. Roma tidak lagi mendominasi budaya dan arsitektur kristen sejak tahun 800-1000, karna sekain timbul regionalisme, juga pengaruh romanesque menjadi lebih kuat. Constatine memindah pusat pemerintahan dari roma ke istanbul di wilayah byzantine yang namanya kemudian di ubah menjadi Constantinople. Sistem pemerintahan juga di ubah menjadi kekuasaan mutlak (absolute monarch) hingga saat kematianya pada 337. Kekuatan kristen menjadi goyah karna kekacauan ditimbulkan oleh julian apostate, sehingga ke keisaran romawi pada 364 terpecah menjadi dua: valentian memerintah wilayah barat dan sodaranya valens diwilayah timur. Teodosius 379-95 berhasil menyatukan kembali kekuasaan wilayah timur dan barat Suatu rangkaian emperium di barat berakhir pada 376 M, setelah emperium barat dan diruntuhkan oleh Zeno memerintah di konstantinople. Kembali lagi terjadi perubahan kekuasaan, menjadi teodoric dan goth yang memerintah itali 493-526, dimana tercapai masa puncak kedamaian dan kemakmuran. Pada jaman kebangkitan ini, budaya dan seni byzantine banyak mendapat pengaruh dari zaman kristen awal berikutnya raja di pilih dari semacam negara bagian dari spanyol, gaul (sebagian besar perancis sekarang), afrika utara dan itali sendiri. Emansipasi di eropa barat langsung dengan kontrol dengan emperium, mendorong berkembangnya budaya romano-teotonic, memberikan kemudahan, pada berdirinya negara-negara baru (bukti dari sejarah ini, hingga sekarang masih terlihat pada banyak nya negara-negara kecil di eropa seperti monaco, belgia dll, berasal dari sistem veodal, para tuan tanah). Kecendrungan semacam itu medorong kristen menjadi lebih kuat, ditangan para uskup (bishop) di roma. Formasi dari negara” baru ini selain membuat budaya regional jg mendorong berkembangnya bahasa-bahasa men gganti bahasa latin. Arsitektur Gereja Basilika dan gereja
25
Arsitektur Klasik Pada setiap jaman kebudayaan berkembang termasuk seni dan arsitektur kadang-kadang secara sadar dan kadang secara tidak disadari. Seni masa lampau terekspresi pada masa sesudahnya. Dalam arsitektur suatu gaya merupakan perkembangan atau pengembangan dari gaya sebelumnya, setelah mengalami suatu rangakaian perubahan secara berangsur-angsur atau sedikit demi sedikit. Para pengrajin dan seniman pada jaman Kristen Awal merupakan penerus dari tradisi Romawi. Namun menurunnya kemakmuran yang sejalan dengan menurunnya kekuasaan, membuat pembangunan lebih menyusuaikan pada kegunaannya dan kesediaan bahan jadi faktor tertentu. Bangunan jaman kristen awal (awal abad IV hingga akhir abad VIII), mempunyai nilai yang mendasarkan pada penyelesaian masalah kontruksi. Gereja-gereja Basilikan mempunyai kolom-kolom berjarak lebar menyangga entablaure ataupun pelengkungan untuk mendapatkan bentangan lebih lebar. Ciri lain dari gereja-gereja basilika adalah kerangka atap dari kayu di atas ruang umat utama (nave), di kiri-kanan terdapat sayap atau di sebut aisle. Kolom berderet dikirikanan membentuk ruang panjang, pada ujungnya terdapat apse yang denahnya berbentuk setengah lingkaran atau setengah segi banyak. Atrium atau halaman dikelilingi oleh portico, sebagai ruang peralihan dari luar kedalam gerejajuga menjadi ciri dari arsitektur jaman Kristen Awal. Warna, kaca warna dan mozaik mulai banyak digunakan dalam bangunan-bangunan pada jaman ini, termasuk lukisan pada bagian dalam dari kubah. Basilika (basilica) telah disebut di depan adalah banguna pada jaman romawi, digunakan untuk gedung pengadilan. Pada jaman kristen, kemungkinan bentuk bangunan yang biasanya besar, mgah dan indah menjadi inspirasi para arsitek untuk membangun gereja. Jadi istilah gereja basilika digunaka untuk gereja yang besar biasanya terbesar dilingkungannya. Gereja basilika santo petrus (basilica church saint peter) di roma (330) didirikan oleh Constantine di dekat martyrdom S. Petrus di dalam circus nero. Gereja basilika ini didirikan di lokasi di mana Katedral yang sekarang berada dengan nama yang sama, dalam komplek vatikan, di roma. Denahnya segi empat, terdiri dari bagian utama dan bagian peralihan berupa atrium dikelilingi oleh portico , yang denah keseluruhan juga segi empat. Sebelum masuk ke atrium ada dua menara kembar mengapit gerbang masuk. Gerbang masuk ini dapat di capai melalui tangga melebar, hampir selebar gereja. Bagian utama terdiri dari nave yaitu ruang umat utama, di tengah, diapit kembar aisle yang terdiri dari dua lajur. Pada ujung sumbu tengah dari nave, terdapat apse, dalam hal ini denahnya
26
Arsitektur Klasik setengah lingkaran. Pada tengahnya diletakan altar. Di sebelah selatan menempel pada sanctuary, terdapat unit kembar denahnya lingkaran, beratap kubah, satu untuk makam Honorius, lainya untuk gereja kecil. Dinding kiri-kanan nave tinggi dan lebar, ditumpu oleh deretan kolom. Seperti pada kebanyakan bangunan romawi, kolom-kolom tersebut bercorak dekorasi korintien. Kolom berderet menyangga pelengkung pelengkung. Atap dari nave, berupa kontruksi kuda-kuda kayu, berbentuk pelana yaitu atap berisi miring dua. Pada sepanjang dinding bagian atas dari nave, terdapat deretan jendela masing-masing ambangnya lengkung, khas arsitektur Kristen Awal. Aisle yang terdiri dari dua lajur, konstruksi atapnya setengah kuda-kuda (kuda-kuda dengan satu sisi miring), juga disanggga oleh deretan kolom menyangga pelengkung-pelengkung seperti pada nave Wajah depan bagian utama bagian utama dari Gereja Basilika Santo Petrus (basilica church saint peter) di roma merupakan ciri dari arsitektur Kristen Awal, yaitu sama dengan penampang melintang. Simetris, bagian tengah adalah dinding ujung dari nave, bagian kiri dan kanan, dinding ujung dari aisle. Kontruksi atap portico setengah kuda-kuda, sisi miring tunggal, bagian dalam di sangga oleh kolom-kolom terbuka kearah atrium, sisi lainnya dinding. Basilika S. Maria Maggiore juaga di roma (432), di bangun oleh Paus Sixtus III (432440). Slah satu dari tempat basilika di roma masih ada, sehingga dapat di liahat keindahan antara lain dari nave, diapit kembar kiri-kanan oleh aisle tunggal (salah satu). Kolom-kolom marmer berderet dikiri-kanan nave, coraknya Ionik, menyangga entablature berhiaskan mozaik asli dari jaman Paus Sixtus III. Jendela atas berderet, selang-seling dengan panel-panel, dimana masing-masing dihiasi lukisan. Lukisan pada panel dinding tersebut bertema sejarah Perjanjian lama, di antaranya lukisan penyebrangan Laut Merah dan jatuhnya Jericho. Rengka atap ditutup dengan plafond, diukir dengan pola kotak-kotak. Gereja S. Clemente di Roma (1099-1108), dibangun kembali di atas lokasi dimana sebelumnya sudah ada gereja, jauh lebih tua yang dibongkar.Bebe rapa pondasi lama masih ada pada ruang bawah tanah yang beratap pelengkup(crypt). Meskipun dibangun pada jaman Kristen awal, namun ciri arsitektur jaman Kristen awal masih sangat kua t mendominasi gereja ni.
27
Arsitektur Klasik Atrium dikelilingi portico atau arcade di sebelah timur dari unit pertama, di tengah-tengah ada air mancur untuk pensucian dan pemandian. Pintu masuk ke dalam atrium ada dua : yang utama di depan sebelah timur melalui sebuah porch, satu lainnya pada portico lateral utara. Bagian utama gereja seperti hampir semua gereja pada jamannyasegi empat, memanjang diujung‟a terdapat apse , sanctuary dan altar. Di bagian depan dari nave ada choir yaitu tempat untuk koor penyanyi gereja. Choir dikelilingi dinding semacam pagar (balustrade), di kiri terdapat gospel ambo, di sebelah kanan epistle ambo, tempat berkotbah dan membaca ayat-ayat suci dari Injil. Meskipun pandangan dari luar simetris, namun aisle dari gereja tidak sama, yang di sebelah selatan lebih lebar. Konstruksi portico lateral berupa kolom-kolom lonik, depan dan belakang berupa pelengkung patah silang diagonal. Pada ruang utama, kolom-kolom berderet pada kiri kanan nave juga lonik menyangga pelengkung-pelengkung, dihias dengan mozaik, molding dan relief. Apse denahnya setengah lingkaran, beratap setengah kubah, dihias ornament gaya baroque. Gereja S. clement di Roma (1099-1108), denah dan potongan membujur (kiri), tempat duduk para Uskup, kepala dari kolom untuk ilin (cendelabrum) dan detail sudut panel dari balustrade pada choir (kanan atas). Porch (gerbang masuk), atrium dikelilingi portico, gospel ambo (kiri-bawah) dan epistle ambo (gambar-gambar di kanan-tengah). Ruang dalam (bawah). Gereja Saint Paolo Fouri le Mura (380) adalah juga salah satu dari basilica utama di Roma, dibangun diatas makam dari Santo Paulus (Saint Paul). Pada 1832 gereja mengalami musibah kebakaran sehingga hampir memusnahkan seluruh bamgunan, namun didirikan kembali menurut rancangan aslinya. Denah, pandangan depan tata ruang gereja, identik dengan Gereja Basilika Santo Petrus, Roma, lama yan sudah tidak ada. Nave diapit kembar oleh aisle ganda di kiri kanan, apse diujung berdenah setengah lingkaran. Kolom berderet membujur terdiri dari empat baris, menyngga dinding dan konstruksi atap : di tengah kuda-kuda dari atap pelana, kiri-kanan setengah kuda-
28
Arsitektur Klasik kuda ganda dari atap satu sisi miring. Semua kepala kolom dihias dengan corak Korintien. Atrium dikelilingi portico menjadi cirri dari arsitektur gereja pada jaman ini, dahulu juga ada, namun asebagian sudah runtuh. Diluar Roma tidak sedikit gereja dan basilika dibangun dengan arsitektur berciri khas seperti beberpa gerejadikemukakan diatas. Di Ravenna, sebuah kota di Itali utara-timur, beberapa kilometer dari pantai Mediterania, terdapat sebuah gereja bernama S. Apollinare in Classe (534-9). Gereja didirikan oleh Justanian diatas lokasi dimana sebelunya terdapat kuil pemujaan dewa Apolo. Kemungkinan besar seniman dan pengrajin dalam membangun gereja ini dari Byzantine, sehingga pengaruh arsitektur Constantinople cukup besar dalam gereja ini. Bentuk denah sederhana, segi empat panjang 45.70 M x 30 M, nave ditengah apit kembar di kirikanan oleh aisle-tunggal. Atrium-nya saat ini sudah tidak ada, ruang peralihan luar dan dalam hanya berupa narthex. Kolom berderet di kiri-kanan menyangka deretan pelengkung berkepala Korintien, dihias dengan mozaik, alur=alur dan lukisan dinding apse dibanding dengan bagian utamanya cukup besar, denah di dalam setengah lingkaran penuh, namun dinding luarnya setengah polygonal. Apse ini dalam tinggi, dicapai harus melalui tangga, karena berada di atas ruang yang sebagian di bawah tanah (crypt). Ada perbedaan secara prinsip dibanding dengan gereja-gereja dibahas sebelum ini adalah pandangan depan yang tidak simetris. Yang membuat tidak simetris adalah sebuah unit di sebelah kiri atau utara depan dari gereja untuk masuk dari sisi utara. Campanil atau menara lonceng yang terdapat di sisi utara, denahnya juga agak berbeda dibanding dengan lainnya, disini berbentuk lingkaran. Atap di atas nave kontruksinya kuda-kuda berbentuk plana dengan
29
Arsitektur Klasik dua sisi miring, dan satu sisi miring di atas aisle, menjadi ciri dari arsitektur Kristen Awal, juga terdapat pada gereja ini. Pada ruang dalam, kontruksi kuda-kuda dari kayu tidak ditutup dengan plafond, sehingga menjadi bagian dari dekorasi. Di Solonica, sebuah kota di pantai barat Laut Agean ( sekarang dalam wilayah Yunani ), terdapat sebuah gereja bernama St. George, didirikan ketika wilayah itu menjadi jajahan romawi ( 300 ). Denahnya berbeda dengan gereja – gereja didirikan sejaman yang cenderung membuat denah segi empat, disini lingkaran Dinidingnya berbentuk silindris sangat tebal, tidak kurang dari lima meter. Pada bagian atas 15 M dari tanah sedikit berkurang ketebalannya mejadi sekitar tiga meter. Atapnya kubah berdiameter 24.40 M, namun di atasnya terdapat konstruksi kerangka kayu ditutup genteng, berbentuk kerucut hampir datar, bertumpuk tiga. Dengan demikian dari segi ruang dalam, maka kubah hanya berfungsi sebagai penutup semacam plafond, namun berupa ceruk ( bagian dalam dari kubah ). Pada dinding bagian atas terdapat tujuh jendela, karena tebalnya dinding jendela – jendela yang ambangyna pelengkung ini mirip seperti ceruk. Pintu masuk dari sisi di bawah selalu satu dari tujuh jendela. Apse terdapat di ujung sebuah ruang yang denahnya segi empat, menjorok ke luar dinding, pada sumbu membujur dari nave yang bentuknya lingkaran tersebut. Selain ketujuh jendela, semua jendela besar kecil lain ambangnya juga pelengkung, khas Romawi gereja ini tidak mempunyai hiasan, sangat bertolak belakang dengan bangunan – bangunan lain yang sejamannya. Salah satu gereja yang menyandang nama karena mepunyai denah berbentuk lingkaran adalah gereja St. Stefano Rotondo di Roma ( 468 – 83 ). Gerja ini terbesar di antara gereja – gereja lain berdenah lingkaran ( diameter 64 M ). Lingkaran terdiri dari dua bagian : lingkaran dalam dan lingkaran luar. Lingkaran luar dibagi menjadi delapan segmen, untuk empat buah kapel ( gereja kecil ). Masing – masing kapel mempunyai pintu langsung, denahnya radial bagian dari lingkaran. Apse kecil dari setiap kapel, menjorok ke luar, denahnya setengah lingkaran. Altar utama terdapat di tengah dari lingkaran dalam ( lingkaran pusat ), bergaris tengah 23,17 M. Bagian ini dikelilingi oleh 23 kolom silindris model Korientin, menyangga pelengkung dan entablature berbentuk cincin. Di atas entablature, ada tambour dari sebuah atap nerupa kerangka kuda – kuda kayu pyramidal, ditutup oleh genting. Tambour sangat tinggi, sekitar
30
Arsitektur Klasik 23.00 M, dari permukaan tanah, pada bagian atas terdapat berderet jendela yang ambang atasnya pelengkung. Atap lingkaran tengah dahulu berupa kubah, namun saat ini bentuknya kerucut, tidak terlalu runcing, terdiri dari kuda – kuda kayu ditutup genting Lingkaran tengah atau lingkaran pusat tersebut dikelilingi oleh semacam gang ( ambulatory ), pada garis kelilingnya terdapat deretan melingkar kolom – kolom silindris Korintien. Atap lingkaran luar tersebut setengah kuda – kuda membentuk sisi miring tunggal, posisinya jauh lebih rendah dari atap lingkaran. Makam dan Babtistery
Meskipun tidak semuanya, namun bentuk gereja segi empat panjang merupakan kecenderungan dan menjadi salah satu cirri kecenderungan dan menjadi salah satu cirri arsitektur Kristen Awal. Sebaliknya bangunan makam pada jaman yang sama, lebih banyak yang denahnya lingkaran atau polygonal. Kemungkinan bentuk lingkaran cocok untuk makam karena mempunyai titik focus, sehingga pada titik itulah sangat tepat untuk meletakkan makam. Salah satu contoh dari kecenderunagn ini adalah makam St. Constanza di Roma, dibangun pada 330 oleh Constantine untuk makam adiknya Constantia. Pintu masuk melalui sebuah porch, berdinding tanpa tiang denga tiga pintu masuk, terbesar di tengah diapit kembar di kiri kanan dengan pintu lebih kecil. Ketiga pintu ambangnya melengkung, khas Kristen Awal. Ruang dalam terdiri dari bagian tengah berdenah lingkaran diameter 12.20 M, dikelilingi oleh semacam nave tetapi melingkar lebarnya 5.00 M. Gang semcam nave melingkar tersbut terbentuk oleh dinding luar dan deretan kolom granit posisinya pada lingkaran, sebanyak 12 buah, masing – masing ganda dan kembar. Penampang atap gang, berupa pelengkung setengah lingkaran. Kolom – kolom menjadi tumpuan dari pelengkung, yang juga posisinya melingkar. Pada bagian atas diameter dinding mengecil, menjadi tambur ( tambour ) atau drum, menumpu atap berbentuk kubah. Di sekeliling tambour terdapat berderet jendela atas, ambang atasnya pelengkung setengah lingkaran, seperti jendela di sebagian besar bangunan jaman Romawi. Identik dengan gereja disebut terakhir sebelum ini, kibah ditutup oleh atap berbentuk pyramidal. Dengan demikian kontruksi kubah lebih berfungsi sebagai plafond. Meskipun denah makam Theodoric di Ravenna ( 530 ) juga lingkaran, namun bentuknya sangat berbeda dengan makam Constanza di Roma, tersebut di atas. Makam terdiri dari dua lantai, dinding bagian bawah lebih tebal dan uniknya did lam berdenah salib sama kaki. Dinding bagian luar poligoanl sepuluh sisi ( decagonal ) berdiameter 13.7 M pada setiap sudut terapat
31
Arsitektur Klasik semacam pilaster, bentuk mengikuti denahnya. Atap yang juga menjdai plafond dari lantai bawah berbentuk pelengkung. Lantai dua dindingnya tidak setebal lantai satu, denah bagian dalam lingkaran penuh, sedangkan bagian luar decagonal. Selain denahnya yang berbentuk salib, keunikannya lain dari makam, adalah tangga yang berada di luar ( biasanya ada di dalam ) ada dua di kiri – kanan pintu masuk lantai bawah. Atap terdiri dari kubah yang ceruknya tidak dalam berdiameter 10 : 70 M. Makam Galla Placida, Ravenna ( 425 ), adalalh salah satu dari tidak banyak makam yang denahnya bukan lingkaran, melainkan berbetuk salib, kepala dan tengah – tengah yang membentuk ruang segi empat, terdapat makam. Pintu masuk pada bagian kaki salib ( terpanjang ) di utara – timur, atapnya pelana seperti pada kedua lengan dan kepala, namun dindingnya lebih tinggi. Ruang tengah yaitu bagian persilangan anatar lengan, kaki dn kepala, denahnya bujur sangkar, dikelilingi oleh empat buah pelengkung.
Bagian dalam dari ruang tengah tersebut dindingnya tinggi, beratap kubah, namun di luar ditutup oleh atap pyramidal. Karena denahnya bujur sangkar maka bentuk kubah tidak penuh berbentuk bagian dari bola, namun pada bagian setiap sisi terpotong bidang vertical dari dindingnya. Semua dinding terbuat dari konstruksi bata, pada sisi – sisi luar dihias dengan pelengkung mati. Hiasan di luar tidak terlalu banyak hanya berupa molding dan semacam cornice, membentuk garis – garis besar horizontal dan miring mengikuti kemiringan atap. Pada dinding tengah ynag tinggi, masing masing terdapat sebuah jendela atas. Pada ruang dlam terdapat cukup banyak hiasan, anatar lain dekorasi pada pelengkung, termasuk lukisan dinding.
–
Babtistery adalah bagian dari sebuah gereja atau kapel, dapat juga berupa bangunan khusus untuk upacara pembabtisan adalah Babtistery Constantine di Roma ( 432 – 40 ) di bangun di dekat gereja Lateran. Yang membangun adalah Sixtus III. Nama Constantine dipakai karena kepadanya pembabtisan ini diberikan untuk penghormatan. Babtistery Constantine adalah salah satu tertua lainnya di Italy, sehingga kemungkinan besar menjadi model banyak ditiru di di
32
Arsitektur Klasik tempat lain. Denah bagian utama hexagonal, terdiri dari lingkaran dalam, dikelilingi oleh lingkaran luar dari sebuah ambulatory. Jarak anatar dau dinding pada sisi berhadapan 19.20 M. Kedua lingkaran satu di dalam, lainnya di luar terbentuk oleh delapan buah kolom pada setiap titik sudut segi delapan dalam dan dinding. Lantai dari lingkaran dalam tutrun tigs trap dari lantai lingkaran luar. Kolom terbuat drai marmer menumpu entablature berbeentuk cincin, di atsnya lagi ada kolom bentuknya sama dengan yang di bawah, namun kebih kecil. Masing – masing kolom atas posisinya sama dengan yang di bawah, juga menumpu entablature berbentuk cincin, di atsnya lagi pada setiap sisi ada dinding. Pada setiap dinding bagian atas tersebut, terdapat jendela atas bentuknya lingkaran atau disebut mata sapi ( oculus / bull‟s – aye ). Bagaian dalam atau semacam plafond dari atap lingkaran dalam berbentuk ceruk kubah. Bentuk kubah bukan bagian dari bola, namun paath – patah sebanyak delapan buah sejumlah dindinding dari denah hexagonal. Atapnya piramida tumpul ditutup genting. Babtistery lebih banyk berdenah lingkaran atau segi banyk, mungkin karena bentuk – bentuk semacam itu memounyai titik focus, yaitu di tengah seperti pada banyak makam. Tempat pembabtisan di tengah pada bagian titik focus tersebut, dapat dirasakan lebih khidmat. Sebuah babtistery di Nocera ( sebuah kota beberapa ratus kilometer di selatan timur ( Roma ) denahnya juga lingkaran didirikan sekitar abad empat. Titik focus berada di tengah dari lingkaran dalam, terbentuk oleh delapan kolom berdiri pada setiap titik sudut dari segi delapan yang jarak sisi berhadapan 6.10 M. Lingkaran dalam ini dikelilingi lagi oleh dua lapis lingkaran. Lantainya turun tiga trap, mempunayi atap yang lebih banyak berfungsi sebagai hiasan. Lingkaran luar pertama diameternya 11.60 M pada sekelilingnya terdapat 15 kolom kembar berjejer ke arah titik pusat lingkaran ( konsentrik ). Kelima belas kolom tersebut menyangga kubah yang tumpuannya berupa pelengkung – pelengkung. Lingkaran lapis luar berupa ambulatory terbentuk oleh kolom – kolom tersebut dengan dinding yang denahnya lingkaran penuh. Plafond dari ambulatory lengkung – lengkung jga kosentrik. Meskipun bagian atas di ruang dalam bagian tengah bentuknya kubah dan pelengkung disekelilingnya, namu atapnya berbentuk kerucut. Atap sekelilingnya satu sisi miring. Pada dinding diantar atap tengah dan kelilingnya ada sdelpan jendela atap. Aneka Dekorasi Gereja pada jaman Kristen Awal
33
Arsitektur Klasik Dalam arsitektur Yunanai, dekorai hanya dibuat pada bagian – bagian etrtentu dengan relief, ukiran, dan lain – lain, tidak sebanyak ornament pada jaman Romawi ( jaman kelanjutan yunani ). Pada arsitektur Kristen Awal yang merupakan perkembangn dari gaya Romawi, dekorasi lebih banyak dari sebelumnya, antara lain mosaic dan lukisan dinding. Pengaruh Yunani, pada arsitektur Romawi dan Kristen Awal masih terkihat jelas pada Order yaitu konstruksi terdiri dari kolom dan balok yang dihias ( entablature ). Yang paling banyak diantarnya ialah Order Korientien, yang cirri khasnya pada hiasan floral pada kepalanya ( capita . Hiasan geometric juga mulai dikembangkan apda jaman Kristen Awal, antara lain lantai, dinding, ukiran, pada ointu dan jendela. Beberapa contoh dekorasi pda jaman Kristen Awla terlihat berikut.
34
Arsitektur Klasik
SEJARAH DAN GEOGRAFI
Budaya barat tidak berhenti mendapat “warna” Romawi, meskipun imperium itu runtuh pada abad V. Wilayah wilayah bekas jajahan Romawi pada masa itu jatuh ke berbagai kelompok suku antara lain : dari Jerman menguasai wilayah Lombard di Itali bagian utara, kelompok suku Burgundy menguasai wilayah Gaul, Anglo-Saxon di Britania.sementara itu pada abad VII, fisigoths di Spanyol jatuh ke tangan Arab, namun Ekspansi Arab ke Eropa melalui Spanyol, terhenti di Poitiers (Prancis bagian selatan) pada 732 oleh Carlos Martel seorang pemimpin Frankis. Selanjutnya pada Abad IX, Eropa Barat dan wilayah laut Mediterania, terbagi dalam berbagai imperium. Wilayah dan penguasaanya antara lain Carolingian di utara-barat, Bisantin di tengah kawasan yaitu kawasan mediterania dan Abbasia di wilayah Arab, Mesir dan Afrika utara. Carolingian adalah istilah dipakai untuk menyebut wilayah, kekuasaan dan imperium didirikan Charlemagne, menjadi raja mulai darin768, dinobatkan menjadi imperior 800-14. Dinasti Charlemagne berkuasa hingga abad XX, wilayah berkuasanya meliputi Perancis, Jerman, dan Belanda. Carolongian Renaissance
Penobatan Charlemagne dilaksanakan di S.Peter Roma, menandai jaman baru di Eropa, yaitu jaman Jerman-Kristen, dimana secara politik dan keagamaan dibawah That Suci Romawi (Holy Roman Emperor). Jaman itu disebut Carolingian Renaissance yang p unya dasar budaya Jerman, terkait langsung dengan tradisi Romawi, mendapat pengaruh besar dari Bisantin dan Oriental. Jaman Carolingian yang juga sering disebut awal atau PraRomanesque, pada akhir abad VIII dan abad IX. Arsitektur Carolingian mempunyai ciri tersendiri terdapat terutama di Jerman dan Prancis. Contoh sangat representatif dari arsitektur jaman tersebut adalah Istana Aix-la chapelle di mana di dalamnya terdapat Kapel Palatine, di Aacen (792-805). Aacen saat ini menjadi bagian dari Republik Federasi Jerman, terletak di bagian barat, dekat dengan perbatasan Belgia. Kompleks dibangun oleh Charlemagne dala m kompleks seluas lebih kurang 20 Ha. Secara keseluruhan, kompleks terbagi menjadi tiga bagian berupa unit-unit satu dengan yang lain terpisah, namun dihubungkan oleh sebuah selasar cukup panjang. Paling utara adalah
35
Arsitektur Klasik unit untuk audiensi(Sala Regails). Yang diletakkan di depan Apse (posisinya sama denagn altar di gereja). Ruang audiensi mempunyai porche di sebelah selatan. Unit kedua berupa hall di tengah-tengah, ke kiri atau ke ruang audiensi, melalui sebuah selasar di bawah atap, sepanjang lebih kurang 50 M. Ke arah kanan atau selatan dari hall juga terdapat lagi selasar yang bentuk dan panjang sama dengan yang disebut pertama, menghubungkan hall dengan Kapel. Bagian dimana terdapat Kapel, selain kapelnya sendiri. Ada tiga unit lain masingmasing tersusun dalam pola silang salib atau huruf T. Pada kaki terdapat atrium cukup luas dibanding dengan kapel yang tidak terlalu besar. Bagian ini dihubungkan langsung dengan bagian sentral dari kapel. Gang atau ruang peralihan antara atrium denagn kapel, diapit kembar di kirikanan oleh sebuah tangga naik menuju ke menara(turret). Arsitektur kapel sangat mirip dengan S.Vital di Ravenna. Denah kapel poligonal bersisi 16, garis tengahnya 32 M. nave atau bagian sentraldari kapel dikelilingi oleh delapan kolom, masingmasing bila ditarik garis antara dua kolom berdampingan terbentuk segi delapan. Kolomkolom cukup besar dengan penampangsegi banyak tidak beraturan, menyangga sebuah kubah garis tengahnya 14,5m. Kubah ini dahulu ditutup dengan atap pi ramida bersisi delapan. Aisle dua lantai menelilinginnave, bagian dalam segi delapan, namun dinding bagian uarnya segi enambelas. Lantai dua untuk gang atau balkon, membentuk mezzanine di atas nave. Sejak didirikan kapel cukup banyak mengalami perubahan, terutama pada masa antara 1353 hingga 1413, apse diperpanjang ke belakang (timur) untuk ruang kotor (choir) dengan gaya gotik. Bidang-bidang segitiga pada ujung-ujung dari atap pelana (gable) dibuat pada abad XIII. Kapel tambahan kiri-kanan dibangun pada abad XIV dan XV. Hiasan-hiasan runcing-piramida (steeple) ditambahkan pada jaman modern abad XX Pengaruh Bisantin dalam arsitektur Kapel
36
Arsitektur Klasik Palatine terlihat antara lain pada jendela atas di setiap sisi tambur. Kolom-kolom silindris dan dekorasinya pada lantai atas amabang atas pelengkung adalah bagian khas dari arsitektur Romawi.
Di Worms, sebuah kota sekarang di dalam Republik Federal Jerman, sekitar 50 Km dari Frankfurt, terdapat sebuah katedral, memakai nam kotanya yaitu katedral worms, didirikan oleh Conrad II. Pembangunan dimulai pada 1171 selesai dibangun pada 1230, merupakan rekonstruksi dari Katedral S.Peter sudah ada sebelumnya tidak diubah. Seperti kota-kota modern yang ada di Eropa sekarang, bangunan kuno ini berada di tengah-tengah kota Worms saat ini menjadi kota lama. Katedral berdenah segi empat, sisi terpanjang 107.60 M lebar 25.60 M. perbandingan keduanya sekitar sari dibanding empat lebih, sehingga katedral terlihat sangat panjang. Di Cologne, sebuah kota di Perancis bagian selatan, terdapat sebuah gereja berarsitektur Carolongian, bernama gereja Apostles gereja didirikan mulai 1190 dan masa-masa berikutnya banyak mengalami penambahan. Denahnya memanjang ke arah timur-barat dari ujung ke ujung panjangnya 82.30 M lebar 26.80 M terdiri dari nave dan aisle kiri-kanan (utara selatan). Tata runag semacam itu menjadi tradisi gereja sejak jaman Kristen Awal. Gereja mempunyai apse dobel, khas Carolongian satu yang utama diujung timur-utara, lainnya di barat-selatan. Apse di ujung timur lebih besar denahnya setengah lingkaran, yang dibarat bujur sangkar. Meskipun tidak setinggi katedral Worms, corak Carolongian lainnya juga terlihat pada adanya menara mengapit kembar di kiri kanan masing-masing apse tersebut diatas. Keunikan gereja ini antara lain terlihat pada adanya ceruk maacam apse, di sisi kiri kanan (utara selatan) ujung timur nave. Denah dari bagian semacam apse tersebut setengah lingkaran, sama dengan apsenya yang ada di ujung timur. Pada ujung timur terdapat empat buah klom besar dan tinggi (dalam posisi pada titik sudut bujur sangkar), penyangga atapnya yang berbentuk kerucut patah-patah bersisi delapan. Pada puncak dari atap bersisis delapan terdapan lantern. Selain atap-atap runcing kerucut, termasuk pada atap menara, nave yang memanjang beratap pelana dengan kerangka kudakuda kayu segi tiga. Atap aisle setengah kuda-kuda berisi miring tunggal. Kedua menara kecil di ujung barat mengapit sebuah unit berdenah bujur sangkar di ujun barat. Bagian ini dindingnya tinggi membentuk sebuah menara tinggi dan besar. Gereja S.Michael di Hildeshiem sebuah kota kecil di Jerman bagian utara-timur sekitar 200 Kmdi sebelah barat dari Berlin, dibangun antara 1001, juga berkarakter dominan Carolongian. Gereja mempunyai empat menara dalam hal ini semuanya silindris, meninggi atapnya kerucut. Dua diantaranya didepan kembar mengapit ujung depan nave depan, dua lainnya dibelakang mengapit narthex. Denah gereja simetris, bagian-bagian selain menara, gerbang masuk dan ujung depan nave, atapnya pelana dan aisle beratap satu sisi miring.
37
Arsitektur Klasik ARSITEKTUR ROMANESQUE DI ITALY (abad IX hingga XII)
Setelah kematian Charlemagne, Italy mengalami disintegrasi, kekaisaran lemah, keadaan anarki. Pisa menjadi kota penting dan berkembang pesat di jaman pertengahan. Ciri dari Romanesque italia, terlihat pada wajah depan, sangat ramai dengan hiasan, deretan kolom dengan pelengkung bertingkat tingkat menghias seluruh wajah bagian atas dari wilayah depan. Kolom kolom yang berfungsi sebagai hiasan tersebut silindris, langsing dan pendek, kepalanya berpola hiasan korintien. Dinding dinding luar termasuk bagian depan ini dilapis dengan marmer berwarna putih dan coklat. Disusun dalam pola kotak kotak dan garis garis sebagai hiasan luar.
38
Arsitektur Klasik
39
Arsitektur Klasik ARSITEKTUR ROMANESQUE DI PERANCIS
Pengaruh Arsitektur Romanesque Segi Geograpis Di Perancis dengan desa yang masih alami sepanjang jalan seperti Rhone, Saobne, Seine, dan Garonne yang berhubungan meditarerranian dengan laut atlantik dan kepulauan Inggris. Ada perbedaan wilayah yang memasuki wilayah pembagian yang ditandai dengan pembagian gaya arsitektur yang kuat selain itu posisi wilayah geografis. Peradaban Romawi yang telah menyebar melalui wilayah Perancis sepanjang wilayah yang bersejarah dari lembah rhine, di mana pengaruh dari arsitektur Romawi di mana-mana jelas. Sebelumnya, Rade dari mediterraniuan mengarahkan sepanjang lembah Garonne dan venesia membawa pengaruh dari timur ke seberang barat-daya dari france ke perigueux, didalam aquitaine, pusat dari suatu area yang diwarisi suatu kelompok besar gereja yang mempertunjukkan dengan inspirasi mediteranian dari timur yang dapat dibedakan venice dan cyprus, dari utara sungai loire dilihat pengaruh dari norsemen yang memperoleh laut, dan yang terus terang yang meregangkan ke seberang negeri dari rhine ke brittany
Kerakter Asitektur
Di bagian selatan gereja pada umumnya berbentuk silang dalam rencana dan sering dibagian tengah gereja menutup dengan lengkung tong daya dorong siapa telah diambil oleh half-barrel melompati gang di dua storoys ( p. 500c). penopang dinding/penunjang adalah internal dan membentuk divisi antara kapel yang mengapit bagian tengah gereja, seperti pada vienne katedral. Menara adalah kadang-kadang dilepaskan, seperti capanili italian. Biara diperlakukan dengan pengembangan membentuk suatu corak yang khusus di rencana dari banyak gereja dari periode itu. Gereja yang lingkar jarang, hanya pengembangan semicicular
40
Arsitektur Klasik timur sebagai akhir dapat berjalan, dengan menyebar kapel dalam france selatan. Yang di utara, rencana menjadi bisilican dengan bagian tengah gereja dan gang. penggunaan dari gudang bawah tanah bagian tengah gereja tinggi yang diubah mengedepankan dari teluk, yang telah dibawa persis sama bujur sangkar dengan pembuatan satu bagian tengah gereja yang melompat kompartemen sepadan dengan lenght dari dua teluk dari gang (p.500d), sampai pengenalan tentang bangunan lengkung yang dipecahkan permasalahan kompartemen antara bujur dengan gudang bawah tanah yang berusuk. Bagian Selatan secara mewah dihias bagian muka gedung gereja dan biara yang lemah gemulai, dan untuk penggunaan secara ilmu bangunan Romawi yang nampak untuk mempunyai suatu arti yang segar. Bangunan Romawi pada arles, nimes, jeruk, dan tempat lain di lembah rhone secara alami menggunakan pengaruh yang pantas dipertimbangkan sepanjang provence. Didalam aquitaine dan anjou bagian tengah gereja aisless, kubah yang ditutup dengan pendentives ( p.494), atau didukung oleh dinding raksasa(masive) dari kapel tempat beristirahat, mengingat aula yang besar dari thermae Romawi. pengembangan melompat ( p.458) maju, dan bagian tengah gereja sering ditutup dengan vaults(p.501A barrel), daya dorong siapa telah ditentang oleh half-barrel melompati gang yang two-stroyed, dengan begitu menindas clearstrorey [itu], [seperti/ketika] pada notre du [part;bagian] dame, clermont-ferrand. pasar beratap dinding bagian tengah gereja dari gereja yang aisless adalah berbentuk setengah lingkaran, dengan penuangan sedang cuti( p.494A,B,F), [selagi/sedang] pasar beratap biara ditekuni dengan digabungkan kolom di kedalaman dari dinding, dan dengan [modal/ibukota] yang diukir yang mendukung kubah bentuk setengah lingkaran dari teluk yang sempit, yang telah ditinggalkan tanpa glasur(lapisan kaca) seperti di italy(p.489J,L). Pintu gerbang yang barat dari gereja seperti itu pada masa Trophime, Arles(P.489K), dan. Gilles ( P.495A) mengingat kolom dan batu penutup di atas tiang horisontal dari Romawi, tetapi didalam pintu masuk/keluar kasus yang lain sudah beristirahat kosen pintu seperti biasanya di period ini(p.489J,L). jendela dengan kepala-2 yang berbentuk setengah lingkaran dan lebar memiringkan ke arah dalam untuk memasukkan cahaya, terutama di sout
41
Arsitektur Klasik
KETERLANJUTAN DARI ARSITEKTUR SEBELUMNYA :
Bangunan bangunan yang ada pada zaman arsitektur ARSITEKTUR CAROLINGIAN DAN ROMANESQUE masih menggunakan bentuk yang ada pada Arsitektur romawi yaitu bentuk lengkungan. Sedangkan bentuk kubah pada zaman Arsitektur Carolingian dan Romanesque diadpsi dari Arsitektur Zaman Byzantyn. KESIMPULAN ;
Dinding tebal, kokoh, terkesan kuat, ,masiv, struktur lengkung, menara tinggi, dan kubah atau setengah kubah. Menara tinggi untuk pengawas juga menara gereja, merupakan tanda /simbol, berdeneah segi empat dengan atap piramida runcing. Dekorasi cenderung memakai bentuk yang di ambil dari konstruksi elemen pertahanan seperti bastion, battlement, lengkung lengkung kecil dan lain lain. Umumnya denah berbentuk salib
42
Arsitektur Klasik
Arsitektur Renaissance adalah arsitektur pada periode antara awal abad ke-15 sampai awal abad ke-17 di wilayah Eropa, ketika terjadi ketertarikan terhadap budaya klasik terutama budaya Yunani kuno dan budaya Romawi kuno yang disebut Renaissance. Gaya ini pertama kali berkembang di kota Florence, Italia. Pada masa Renaissance, terdapat tiga penemuan penting. Yang pertama adalah bubuk mesiu, penemua n ini menyebabkan perkembangan dalam hal militer. Kedua, penemuan kompas. Dengan ditemukannya kompas, memungkinkan untuk melakukan pelayaran ke daratan baru seperti Amerika, dan kepulauan Hindia Barat. Akibatnya adalah berkembangnya koloni-koloni bangsa Gambar 4.1: Peta Florence, Italia Eropa pada tempat tersebut. Penemuan ketiga adalah Sumber: en.wikipedia.com percetakan. Dengan adanya percetakan, minat terhadap literatur berkembang pesat. Buku-buku tentang Latin dan Romawi ditulis, dan akhirnya mempengaruhi cara pandang orang pada masa itu. (Faith, 2011). a. Karakteristik Arsitektur Renaissance 1. Denah
Denah bangunan berbentuk simetris dan juga proporsional. Ukurannya mengikuti ketetapan yang sudah ditentukan. Untuk bangunan gereja, denahnya tidak berbeda jauh dengan denah yang sudah ada di Italia sebelum terjadinya revolusi minat terhadap gaya arsitektur klasik. (Faith, 2011).
Gambar 4.2: Contoh Denah – S. Maria Della Consolazione
2. Dinding dan Kolom Pada abad pertengahan, dinding eksterior menggunakan material-material kecil yang disusun. Sementara itu, untuk masa Renaissance, dinding eksterior menggunakan batu atau plesteran sehingga terlihat halus. Pada masa ini, kolom-kolom Yunani dan Romawi digunakan kembali, namun hanya digunakan sebagai hiasan dan bukan sebagai penopang struktur. Selain digunakan sebagai kolom, digunakan juga pilaster dan pedimen. (Faith, 2011). Gambar 4.3: Jenis-Jenis Kolom Sumber: en.wikipedia.com
43
Arsitektur Klasik 3.
Bukaan
Bukaan pada masa ini datar, atau menggunakan arch semi-sirkuler, terkadang dapat juga berbentuk elips, tapi hampir tidak pernah ada yang menggunakan arch berbentuk lancip. Arsitektur bangunan pada masa ini dapat dibagi menjadi dua bagian, antara lain bangunan yang mengandalkan efek dari jendela dan juga bangunan yang mengandalkan efek dari ornamen seperti cornice, pilaster , dan kolom-kolom. (Francis, 2013). 4. Desain dan Konstruksi
Pada masa ini, barrel vault kembali digunakan. Tidak seperti arsitektur gothic yang memiliki denah persegi panjang, pada masa renaissance denah yang digunakan berbentuk persegi atau semi sirkuler. Pada masa ini juga, kubah sering digunakan sebagai fitur struktural pada bagian eksterior, dan juga sebagai atap bagi ruangan lebih kecil yang hanya dapat dilihat di dalam bangunan. Pada abad pertengahan kubah jarang digunakan, namun setelah digunakan dalam desain milik Brunelleschi Gambar 4.4: Arch Semi dalam desain Basilica di Santa Maria del Fiore dan juga Sirkuler Sumber: en.wikipedia.com pada desain Brahmante untuk St. Peter’s Basilica, kubah menjadi bagian yang penting dalam arsitektur gereja dan bahkan kemudian menjadi penting bagi bangunan sekuler, seperti Villa Rotonda milik Palladio. (Fletcher, 1905).
b. Periodisasi Arsitektur Renaissance
Menurut pembagian waktunya, arsitektur Reinaissance dibagi menjadi : 1) Quattrocento (1400-1500) Pada masa ini, konsep dan aturan arsitektur diciptakan. Akibat pembelajaran tentang arsitektur klasik (arsitektur Yunani dan Romawi) menyebabkan diadopsinya lagi penggunaan detail dan ornamen arsitektur klasik. Ruang, sebagai elemen arsitektur, digunakan secara berbeda dibandingkan pada masa abad pertengahan. Ruang diatur dengan proporsi yang logis, rupa dan ritmenya mengikuti geometri, tidak menggunakan intuisi seperti pada masa abad pertengahan. Contoh bangunan pada masa ini adalah Basilica di San Lorenzo di Florence, yang diciptakan oleh Fillipo Brunellschi. (Faith, 2011).
Gambar 4.7: Basilica di San Lorenzo Sumber: en.wikipedia.com
44
Arsitektur Klasik 2) H igh Renai ssance (1500-1525) Pada masa ini, konsep yang diambil dari arsitektur klasik dikembangkan dan digunakan dengan ke pastian yang lebih besar. Arsitek yang paling terkenal pada masa ini adalah Bramante (1444-1514) yang memperluas kemungkinan penerapan arsitektur klasik pada bangunan kontemporer. Bangunan ciptaannya, San Pietro in Montorio, dibangun dengan bentuk sirkuler mengikuti gaya kuil romawi. (Faith, 2011).
3) Mannerism (1520-1600) Pada masa ini, para arsitek melakukan eksperimen menggunakan bentuk-bentuk arsitektural untuk memberikan penekanan hubungan antara ruang dan masif. Contoh bangunan pada masa ini adalah Villa Farnese atau disebut juga Villa Caprarola. (Faith, 2011). c. Akulturasi Budaya
Gambar 4.8: San Pietro in Montorio Sumber: en.wikipedia.com
Walaupun berasal dari Italia, namun arsitektur renaissance menyebar ke seluruh Eropa. Tentunya terdapat penyesuaian yang dilakukan di tiap-tiap negara untuk mengadaptasi bentuk arsitektur tersebut.
1) Italia
Dapat dikatakan bahwa arsitektur Renaissance berkembang di Italia tanpa transisi dari gaya sebelumnya sama sekali. Hal ini bisa terjadi karena gaya arsitektur Gothic di Italia belum memiliki pengaruh yang besar. Gaya arsitektur Renaissance dipelopori oleh Brunellschi. Awalnya gaya arsitektur ini berkembang di kota Florence, kemudian ke kota-kota sekitarnya, hingga akhirnya menyebar ke seluruh daratan Italia. Contoh bangunan Renaissance terkenal di Italia : St. Pet er’s Basilica, Basilica of Santa Maria Novella, Villa Capra la Rotonda. (Faith, 2011). 2) Perancis Renaissance di Perancis tidak diterima secara langsung seperti Renaissance di Italia. Penyebab hal ini adalah karena arsitektur Gothic sangat berpengaruh pada Negara Perancis. Diperlukan sebuah periode transisi hingga akhirnya arsitektur Renaissance diterima di Perancis. Pada masa transisi ini, bangunan-bangunan memiliki gaya campuran antara gaya Gothic dan Renaissance. Contoh bangunan dengan gaya seperti ini
Gambar 4.10: Villa Capra la Rotonda Sumber: en.wikipedia.com
Gambar 4.11: Chateau de Chambord Sumber: en.wikipedia.com
45
Arsitektur Klasik adalah Chateau de Chambord . Bangunan ini memiliki jendela dengan gaya gothic, tapi memiliki ornamen seperti pilaster dan ornamen renaissance lainnya. (Faith, 2011). 3) Belanda Sama seperti dalam bidang lukisan, arsitektur Renaissance memerlukan waktu yang lumayan lama untuk dapat diterima di Belanda, selain itu gaya arsitektur ini juga belum bisa menghapuskan gaya arsitektur Gothic secara keseluruhan. Contoh bangunan pada masa ini adalah Antwerp City Hall . Akulturasi budaya Belanda pada arsitektur Renaissance antara lain: penggunaan rumah tinggal berbentuk sempit dan tinggi, penggunaan “trapgevel ”
atau gable Belanda, penggunaan dekorasi berupa pediment diatas pintu dan jendela dengan bentuk lebih tajam dari yang digunakan pada arsitektur renaissance. (Faith, 2011).
Gambar 4.12: Antwerp City Hall Sumber: en.wikipedia.com
4) Inggris Arsitektur Renaissance di Inggris mulai dikenal dalam masa pemerintahan Ratu Elizabeth I. Arsitektur gaya ini dikenali melalui Negara Belanda, sehingga arsitektur Renaissance di inggris mengadopsi juga gaya arsitektur renaissance Belanda. Arsitektur Renaissance di Inggris dikenal dengan gaya arsitektur Elizabethan. Gaya bangunan pada masa ini adalah bangunan tinggi berbentuk persegi, contohnya adalah Longleat House. (Faith, 2011). 5) Skandinavia Arsitektur Renaissance di Negara-negara Skandinavia dipengaruhi oleh arsitektur Flemish, contohnya adalah gable yang tinggi seperti pada arsitektur Istana Frederiksborg . Di Denmark, arsitektur Renaissance berkembang pada masa pemerintahan Fredrick II dan Christian IV. Gaya arsitekturnya diinspirasikan oleh kastil di Perancis pada masa itu. Di Swedia, akibat reformasi protestan dan penghentian kekuasaan Gustav Wasa, pembangunan gereja dan bangunan para bangsawan Gambar 4.14: Frederiksborg Castle, sempat terhenti. Walaupun begitu terdapat beberapa Norwegia contoh bangunan seperti Gripsholm Castle, Kalmar Sumber: en.wikipedia.com Castle dan Vadstena Castle yang terkenal karena pencampuran gaya abad pertengahan dan arsitektur Renaissance. (Smith, 1884).
46
Arsitektur Klasik
Kekuasaan Romawi berpusat di Roma mencapai puncak hingga abad II, wilayahnya mencakup seluruh kawasan Laut Mediterania, termasuk Mesir di timur-selatan, Mesopotamia di barat, di utara-barat hingga Britania. Setelah Theodosius I salah seorang penguasa Imperium Byzantine meninggal pada 395, wilayah kekuasaan dibagi menjadi dua, wilayah timur berpusat di Konstantinopel (sekarang Istanbul) dan wilayah barat berpusat di Ravenna (sekarang di Italia bagian utara). Bagian utara barat Afrika, daratan Eropa bagian barat yang dahulu masuk ke dalam wilayah Romawi, tidak lagi berada di bawah kekuasaan Byzantine. Perpecahan antara kaum ortodoks dari Konstantinopel dengan Paus terjadi pada 1054, berpengaruh besar pada perkembangan politik dan ekonomi Eropa. Dari segi luas wilayah, Imperium Byzantine mencapai puncak pada 1014, ketika berhasil mengalahkan kekaisaran Bulgaria. Hampir selama abad XIII, gereja sangat kuat mempengaruhi pemerintahan di seluruh Negara di mana Kristen menjadi agama penguasa dan sebagian besar rakyatnya. Keadaan ini membuat semakin banyaknya peninggalan arsitektural atau monumen berbentuk gereja. Di zaman itu dibangun gereja juga katedral besar dan megah di mana-mana. Pada masa inilah arsitektur Gothic berkembang. Abad XIV dan XV, kota-kota di Italia seperti antara lain Florence, Roma, Venesia, mendorong berkembangnya jaman baru disebut jaman Reinassance, merupakan akhir dari Gothic, meskipun nantinya kembali muncul dan disukai kembali pada masa NeoGothic sekitar abad XVIII. (Ramadhan, 2012). Arsitektur Gothic menjadi satu hasil seni yang paling spektakuler dalam perkembangan arsitektur Eropa occidental, hal ini tidak diragukan oleh para ahli sejarah seni dan arsitektur. Gothic berkembang dalam jaman akhir kehidupan dalam benteng telah disebut di depan sehingga jaman Romanesque. Salah satu cirri utamanya berbentuk benteng, atau menara pengawas, karena kesenjangan ekonomi dan social antara para tuan tanah (yang kemudian menjadi raja atau penguasa), dengan petani miskin. Kekuasaan dan kekayaan raja didukung oleh gereja, semakin melimpah, membuat kecenderungan membangun gereja yang besar, megah dan mewah. Bentuk tinggi dari arsitektur Romanesque, kemudian menjadi ekstrim pada arsitektur Gothic dengan runcing-runcing, penuh dengan hiasan, mengacu semata-mata pada keindahan dan kemegahan. (Ramadhan, 2012).
Karakteristik Bangunan Gothic
Terdapat menara pada bangunan gereja. Biasanya terletak pada bagian depan ataupun belakang bangunan. Dan pada masa Arsitektur Gothic menara difungsikan sebagai isyarat
Gambar 5.1: Menara Pada Arsitektur Gothic. Sumber: en.wikipedia.com
47
Arsitektur Klasik
adanya peribadatan di dalam gereja. Hal tersebut berkembang sampai saat ini, dan isyarat tersebut merupakan bunyi lonceng yang ditempatkan dibagian atas menara. Terdapat rose window. Secara arsitektural hal itu digunakan untuk memasukan cahaya dan estetika. Sedangkan dari segi religi, rose window dipakai sebagai simbol firman Tuhan yang disimbolkan sebagai cahaya yang masuk dan menerangi isi hati para jemaat gereja. Terdapat seni kaca patri (clear storey) di dinding bangunan gothic. Hal ini merupakan perkembangan teknologi kaca pada masa itu yang diterapkan pada bangunan. Adanya rib vaulting. Yaitu atap bangunan yang menyerupai membran dan memiliki unsur arsitektural sebagai salah satu peninggalan bentuk arsitektur gothic. Penebalan kolom/tiang sebagai perkuatan struktur bangunan yang juga merupakan ciri khas dari bangunan gothic. Jajaran kolom yang terpadu dengan rib voulting menjadi unsur utama konstruksi bangunan. (Decy, 2014).
Gambar 5.3: Clear Storey Sumber: en.wikipedia.com
Arsitektur gotik juga menerapkan solusi struktur bagi bangunan-bangunannya yang menjulang tinggi, seperti halnya arsitektur romanesk yang mengandalkan sistem triforium untuk Gambar 5.4: Struktur flaying buttres menyangga bangunan, arsitektur gotik mengandalkan sistem Sumber: en.wikipedia.com flying buttress. Sistem flying buttress pada dasarnya adalah sistem triforium, namun arsitektur gotik lebih bereksperimen dalam hal struktur. Bidang penyangga triforium dicoak hingga menjadi struktur yang organik, lebih meruang. Luar biasanya, selain flying buttress seluruh dinding dan elemen vertikal merupakan penyangga beban bangunan, bahkan hingga tralisnya sekalipun. Pada saat itu, profesi arsitek meredup, seperti halnya yang terjadi di arsitektur romanesk. Arsitektur gotik memperlihatkan betapa merdeka, harmoni, dan sosialisnya sebuah nilai budaya, berkebalikan dengan arsitektur romanesk (klasik). Kedua arsitektur ini kedepannya akan memberikan bias pada perkembangan dan pertarungan gaya dalam arsitektur modern. Battle of style. Filsafat arsitektur Gotik adalah Gambar 5.5: Penampang vault pada arsitektur Romanesk vertikalisme, transparan dan diafan. Garis dan arsitektur Gothic yang juga mencoak vault . vertikal mengungkapkan ciri zaman yang Sumber: en.wikipedia.com mengarah total pada Yang Maha Tinggi.
48
Arsitektur Klasik Dinding-dinding kaca berwarna memperlihatkan cita-cita lepas dari kewadaqan materi kehidupan yang fana. Diafan artinya cahaya yang menembus, selaku lambang rahmat Tuhan yang menembus kefanaan hidup manusia untuk meneranginya dengan Nur-Illahi. Interior gereja besar di Koeln ini lebih memperjelas keyakinan masyarakat abad-abad pertengahan dari eksteriornya. Kontruksi-kontruksi ringan dan transparan ini sangat dekat dengan selera modern yang kita suka keterbukaan luas. Tetapi hasil gemilang para konstruktornya seperti ini adalah warisan pengalamn praktek berabad-abad. Pada abad-abad awal gaya Gotik sering seluruh gedung ambruk karena kurang perhitungan statikanya. (Decy, 2014).
49
Arsitektur Klasik
Baroque merupakan istilah untuk mengkategorikan perkembangan peradaban manusia (termasuk seni) dalam sebuah era yang terjadi di Eropa. Sekitar tahun 1600-1750, gerakan ini terjadi. Oleh karena itu, merupakan bagian akhir dari zaman renaisance dan merupakan awal gerakan protestantism yang terjadi di Jerman bagian utara dan Belanda. Baroque mempunyai arti mutiara pelengkap yang bentuknya tidak teratur atau tidak simetris. Dalam hal ini, karya-karya seni yang tercipta pada zaman baroque juga merupakan cerminan keadaan zaman tersebut sehingga memiliki ciri-ciri khusus yang tentunya berbeda dengan corak seni pada zaman-zaman sebelumnya. Corak seni baroque mengandung unsur tekanan yang kuat, kekuatan emosi, dan sesuatu yang elegan. Arsitektur baroque mempunyai ciri-ciri tersendiri. Menurut Sullivan, bahwa karakteristik seni Baroque terbentuk dari beberapa unsur, seperti sense of movement , energy dan tension. Salah satu teknik visualisasi yang terkenal pada zaman baroque adalah teknik chiaroscuro yang digunakan oleh seorang pelukis Belanda yang bernama Rembrandt Harmenszoon van Rijn. Ciri visual yang melekat pada corak seni Baroque adalah kontras cahaya (gelap-terang) yang dominan dan menghasilkan kesan dramatis pada lukisan. Baroque juga memiliki beberapa karakteristik diantaranya naves yang zaman sebelumnya panjang dan sempit digantikan oleh bentuk yang lebih lebar dan sirkular, penggunaan cahaya secara dramatis, kaya akan ornamen, langit-langit yang dipenuhi fresco (wall painting ) dalam skala besar, facade eksternal yang memiliki karakter proyeksi terpusat yang dramatis, interior seringkali tidak lebih dari tempat bagi lukisan dan patung ukiran. (Sitorus, 2014). Beberapa kota yang menganut aristektur Baroque memiliki fungsi sebagai tempat ibadah (San Benedetto, Catania), sebagai pusat pemerintahan, tempat ziarah dan tempat pusat interaksi kegiatan masyarakat baik formal maupun informal. Ada beberapa tokoh dalam seni baroque yaitu :
Michelangelo Merisi Dacaravagio. Beliau menggunakan karateristik seni design dengan menganalogikan ukiran dengan simetris tubuh manusia. Francesso Borromini. Beliau mempunyai karakteristik seperti florid , bergaya ekspansive, design-nya cenderung lebih memperhatikan bentuk geometric daripada proporsi skala manusia dan pencahayaan. Contoh hasil karyanya adalah katerdal San Carlo Alle Quatro Fontane, Roma dan San Ivo della Sapienza, Roma. Giovanni Lorenzo bernini. Beliau menggunakan gabungan antara arsitektur, lukisan dan ukiran dengan bentuk yang dinamis. Salah satu rancangannya adalah Piazza Navona di Roma, Italia dan Santo Andre al Quirinale.
50
Arsitektur Klasik
Rembrandt Harmenszoon van Rijn. Beliau menggunakan teknik yang dikenal dengan sebutan chiaroscuro yang berasal dari dua kata dalam bahasa Italia yaitu kata chiaro yang berarti terang, dan oscuro yang berarti gelap. (Sitorus, 2014).
51
Arsitektur Klasik
Rococo pertama kali muncul di Perancis pada awal abad 18 sebagai lanjutan gaya barok, tetapi berlawanan dengan tema lebih berat dan warna lebih gelap dari Gaya barok, Rococo ditandai oleh suatu kekayaan, rahmat, suka melucu, dan keringanan. Rococo. Motifnya memusat pada gaya hidup yang aristokratis yang tanpa perlawanan dan roman picisan bukannya pertempuran gagah berani atau figur religius, mereka juga berputar luar dan alam. Dalam pertengahan akhir abad ke 18, rococo di kalahkan oleh gaya Neoclassic. (Rafinda, 2011). Arsitektur Rococo merupakan perkembangan lanjut dari arsitektur Barok, di mana bentuk-bentuk yang digunakan masih belum berubah. Contohnya adalah pada kolom-kolom interior Le Camus, Colisee, Champs-Elysees di Paris. Contoh lain adalah gereja Karlskirche (arsitek: Johann Fischer von Erlach; tahun penggarapan 1715-1737). Disini, bangunan ditonjolkan dengan adanya dua menara kembar di sebelah kanan-kiri portico berkolom gaya hexa-style Korintian. Sehingga kita dapati suatu bentukan entrance yang benar-benar mencolok mata di sini. Bentukan yang terjadi masih dapat dikategorikan sederhana, sedangkan bentukan-bentukan lengkung yang terjadi hanyalah sebagai identitas gaya bercirikan Barok- Rococo yang dipakainya. Bangunan Christ Church (arsitek Nicholas Hawksmoor; tahun pengerjaan 1715-1729) berbentuk pukal (massa) geometrik dan balok yang bersahaja, dengan portico beratap lengkung yang bercirikan Georgian yang tercampur dengan gaya khas Barok. (Rafinda, 2011). Kata Rococo merupakan suatu kombinasi dari bahasa perancis yaitu Rocaille, atau kerang, dan barocco Italia, atau gaya barok. Dalam kaitan dengan rococo, rococo melambangkan cinta, kurva cinta seperti kerang dan fokus pada hiasan bangunan. Beberapa kritikus menggunakan istilah yang menyiratkan bahwa gaya rococo adalah sembrono. Sejak pertengahan abad ke 19, istilah rococo telah diterima oleh sejarawan seni. Selagi ada keheningan tentang beberapa perdebatan tentang seni arti historis dari gaya rococo kini secara luas gaya ini dikenali sebagai periode utama di dalam pengembangan seni Eropa. (Rafinda, 2011). Istana Solitude di Stuttgart dan Istana Cina di Oranienbaum, gereja Bavarian Wies dan Sanssouci di Potsdam adalah contoh gaya bagunan rococo. Dalam Konteks kontinental itu gaya Rococo secara penuh terkendali, sportif, ajaib, dan dipahat dalam bentuk dekorasi interior ruangan yang abstrak menggunakan cahaya, motif seperti kerang atau dan hiasan yang berbentuk kurva,kesemuanya itu mengisyaratkan bagaimana gaya rococo dalam arsitektur. Pada bagian dalam ruangan tembok diberi hiasan dan dekorasi yang indah, penuh motif yang aneh dinyatakan dalam material plastik seperti kayu yang diukir dan di atasnya diplester
52
Arsitektur Klasik mengunakan semen. Dinding, langit-langit, mebel, dibuat dari bahan metal dan porselin. (Rafinda, 2011). Beberapa kritikus arsitektur mengisyaratkan bahwa gaya rococo berkembang dengan cepat pada ujung tahun 1720 dan mulai mempengaruhi bagian dalam dan seni arsitektur seluruh Eropa. dengan berbagai bentuk yang unik dan kaya yang dimilikinya membuat gaya Rococo berkembang tidak hanya di eropa tapi juga di Jerman. Di Inggris, salah satu lukisan Hoghart membentuk suatu cerita kesusilaan sensasional tentang perkawinan bergelorà, yang diukir degan gaya rococo pada tahun 1745, menunjukkan ruang pawai dari suatu Rumah bergaya London, di mana satu-satunya gaya bangunan yang mempunyai langit-langit dengan gaya rococo. Tidak hanya pada langit-langit rumah tetapi juga pada furniture seperti meja dan jam dinding. Dengan ciri khas gaya rococo yang unik, sedikit tidak terkendali dan berantakan. (Rafinda, 2011). Tokoh arsitektur Rococo adalah seniman Italian-Swiss seperti Bagutti dan Artari sedangkan arsitek James Gibbs, dan saudara kali-lakinya Franchini bekerja di Irlandia sebagai arsitek dekorasi rumah gaya rococo. Gaya rococo ini biasa ditemukan juga di Versailles, dan gaya ini membentang di sepanjang paris terutama Hôtel Soubise. Di Negara Jerman, Perancis dan seniman Jerman ( Cuvilliés, Neumann, Knobelsdorff , dll.) juga mendembangkan gaya rococo. Beberapa tempat berkembangnya gaya rococo adalah Amalienburg dekat Munich, dan perbentengan Würzburg, Potsdam, Charlottenburg, Brühl, Bruchsal, Kesunyian ( Stuttgart), dan Schönbrunn. (Rafinda, 2011).
Gambar 7.1: Istana Solitude di Stuttgart Sumber: en.wikipedia.com ***
53