BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sejarah pertumbuhan penduduk dunia dan Indonesia nampaknya sukar untuk diketahui secara tepat kapan munculnya makhluk yang disebut homo sapiens (manusia) sapiens (manusia) di dunia ini. Para Ahli memperkirakan pada sekitar 35.000 tahun yang lalu. Waktunya mungkin tidak dipermasalahkan akan tetapi yang jelas angka pertambahan pendudukanya sangat lambat. Pada tahun 1 sesudah masehi, penduduk dunia diperkirakan berjumlah 250 juta. Jadi membutuhkan waktu 35.000 tahun untuk mencapai jumlah penduduk penduduk 250 juta orang. orang. Pada tahun 1650, penduduk dunia diperkirakan berjumlah 500 juta. jadi diperlukan waktu sekitar 1650 tahun menjadikan penduduk dunia dua kali lipat. Pada tahun 1850 penduduk dunia menjadi 1 milyar (1.000.000.000) jumlahnya. Dan masih diperlukan waktu sekitar 200 tahun untuk menjadikan penduduk dua kali lipat dari jumlah sebelumnya. Pada tahun 1930 penduduk dunia diperkirakan mencapai 2 milyar. Dengan demikian hanya diperlukan waktu kurang dari 100 tahun untuk menjadi penduduk dunia dua kali lipat sebelumnya. Pada Tahun 1976 penduduk dunia telah mencapai sekitar 4 milyar. Jadi hanya diperlukan sekitar 36 tahun saja untuk melipat gandakan penduduk dunia dari jumlah sebelumnya Pada tahun 1985 penduduk dunia sudah mencapai 4,845 milyar jiwa. Dalam tempo hanya 9 tahun saja pertambahan penduduknya mencapai 845 juta. Istilah population Istilah population explotion explotion menggambarkan betapa hebatnya angka pertumbuhan penduduk dunia dewasa ini sehingga sebuah ledakan bom yang dahsyat. Teori tentang pertumbuhan penduduk meskipun masalah kependudukan telah lama diperbincangkan di kalangan masyarakat, namun baru di sekitar abad ke – 18 – 18 banyak di antaranya yang mulai menganalisis masalah kependudukan secara sistematis. Meskipun banyak para ahli yang menulis tentang masalah kependudukan di dunia, akan tetapi di antara tokoh-tokoh yang dianggap pakar ilmu kependudukan klasik adalah Thomas Malthus dan Karl Marx. Populasi tinggi yang tidak dibarengi dengan lahan pangan dan energi yang cukup akan mengakibatkan ketidakseimbangan antara supply dan demand yang bisa menyebabkan harga menjadi mahal sehingga seperti yang sedang terjadi sekarang, inflasi semakin tinggi, harga bahan makanan semakin tinggi sehingga kemiskinan pun semakin banyak. Semakin menurunnya konsumsi masyarakat akan menyebabkan perusahaan merugi dan mem-PHK karyawannya sebagai langkah efisiensi, sehingga semakin banyak lagi kemiskinan. Jadi, kita mudah saja bilang : “Kapan negara kita bisa swasembada?” swasembada?” “Apa bisa kalau masih mau punya banyak anak?”
1
“Bagaimana dengan masa depan anak cucu kita kalau lahan sudah tidak tersedia, tanah rusak akibat bahan kimia, air tanah tercemar dan bahkan habis sehingga tidak bisa disedot lagi?” “Bagaimana kita mau menghemat makanan dan air kalau populasi terus berkembang secara drastis?” Populasi manusia seperti hal yang besar dan politis yang dibicarakan banyak orang. Tetapi hal ini juga merupakan hal yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Seperti yang telah kita lakukan dahulu dan berhasil, kita bisa Ikut program Keluarga Berencana (KB) atau paling tidak memiliki rencana KB sebagai komposisi keluarga yang ideal. Dibanding disiplin ilmu lainnya Demografi masih terbilang baru, namun kenyataannya Demografi dapat dijadikan indikator kemajuan pembangunan. Sebagai contoh, tren penurunan angka kelahiran menunjukkan kemampuan pemerintah dan mitranya dalam hal program pelaksanaan pengendalian penduduk yang berdampak pada peningkatan kualitas penduduk untuk jangka panjang, sementara itu tren penurunan angka kematian bayi yang berujung pada peningkatan usia harapan hidup menunjukkan upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Selain itu, indikator ataupun ukuran yang dikembangkan dalam ilmu Demografi juga bermanfaat untuk mengestimasi besarnya jumlah dan komposisi komposisi umur penduduk penduduk berguna berguna untuk melihat melihat kebutuhan pembangunan pembangunan di masa yang akan datang. B. Deskripsi Singkat Mata Diklat ini membahas Mata Diklat ini membahas Sejarah dan Pengertian Demografi, Perbedaan Demografi dan Studi Kependudukan, Komponen-komponen Demografi, Komposisi Penduduk, serta Kepadatan Penduduk. C. Manfaat Modul Bagi Bagi Peserta Manfaat modul ini bagi peserta adalah sebagai bahan ajar pengantar Demografi untuk menambah wawasan dan pemahaman tentang ilmu Demografi. Khususnya sebagai pegawai BKKBN dapat lebih peka terhadap istilah-istilah dan konsep kependudukan untuk menjalankan program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. D. Tujuan Pembelajaran 1. Kompetensi Dasar Peserta mampu menguraikan kaidah-kaidah Demografi dengan baik dan benar 2. Indikator Keberhasilan Peserta dapat: a. Menyebutkan pengertian Demografi secara tepat b. Membedakan Demografi dan studi kependudukan kependuduk an dengan benar c. Menguraikan komponen-komponen komponen-k omponen Demografi dengan benar d. Menginterpretasi Menginterpretasi komposisi penduduk dengan tepat e. Mendeskripsikan Mendeskripsi kan kepadatan penduduk dengan tepat
2
“Bagaimana dengan masa depan anak cucu kita kalau lahan sudah tidak tersedia, tanah rusak akibat bahan kimia, air tanah tercemar dan bahkan habis sehingga tidak bisa disedot lagi?” “Bagaimana kita mau menghemat makanan dan air kalau populasi terus berkembang secara drastis?” Populasi manusia seperti hal yang besar dan politis yang dibicarakan banyak orang. Tetapi hal ini juga merupakan hal yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Seperti yang telah kita lakukan dahulu dan berhasil, kita bisa Ikut program Keluarga Berencana (KB) atau paling tidak memiliki rencana KB sebagai komposisi keluarga yang ideal. Dibanding disiplin ilmu lainnya Demografi masih terbilang baru, namun kenyataannya Demografi dapat dijadikan indikator kemajuan pembangunan. Sebagai contoh, tren penurunan angka kelahiran menunjukkan kemampuan pemerintah dan mitranya dalam hal program pelaksanaan pengendalian penduduk yang berdampak pada peningkatan kualitas penduduk untuk jangka panjang, sementara itu tren penurunan angka kematian bayi yang berujung pada peningkatan usia harapan hidup menunjukkan upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Selain itu, indikator ataupun ukuran yang dikembangkan dalam ilmu Demografi juga bermanfaat untuk mengestimasi besarnya jumlah dan komposisi komposisi umur penduduk penduduk berguna berguna untuk melihat melihat kebutuhan pembangunan pembangunan di masa yang akan datang. B. Deskripsi Singkat Mata Diklat ini membahas Mata Diklat ini membahas Sejarah dan Pengertian Demografi, Perbedaan Demografi dan Studi Kependudukan, Komponen-komponen Demografi, Komposisi Penduduk, serta Kepadatan Penduduk. C. Manfaat Modul Bagi Bagi Peserta Manfaat modul ini bagi peserta adalah sebagai bahan ajar pengantar Demografi untuk menambah wawasan dan pemahaman tentang ilmu Demografi. Khususnya sebagai pegawai BKKBN dapat lebih peka terhadap istilah-istilah dan konsep kependudukan untuk menjalankan program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. D. Tujuan Pembelajaran 1. Kompetensi Dasar Peserta mampu menguraikan kaidah-kaidah Demografi dengan baik dan benar 2. Indikator Keberhasilan Peserta dapat: a. Menyebutkan pengertian Demografi secara tepat b. Membedakan Demografi dan studi kependudukan kependuduk an dengan benar c. Menguraikan komponen-komponen komponen-k omponen Demografi dengan benar d. Menginterpretasi Menginterpretasi komposisi penduduk dengan tepat e. Mendeskripsikan Mendeskripsi kan kepadatan penduduk dengan tepat
2
E. Materi Pokok dan dan Sub Materi Pokok 1. Definisi Demografi a. Sejarah Demografi b. Pengertian Demografi 2. Perbedaan Demografi dan Studi Kependudukan a. Perbedaan Demografi dan Studi Kependudukan b. Tujuan dan Kegunaan Demografi c. Analisis Demografi d. Ukuran-ukuran Ukuran-ukur an Demografi 3. Komponen-komponen Komponen-k omponen Demografi a. Fertilitas b. Mortalitas c. Migrasi 4. Komposisi penduduk a. Pengertian Komposisi Penduduk b. Piramida Penduduk 5. Kepadatan penduduk a. Pertumbuhan penduduk b. Persebaran penduduk F. Petunjuk Belajar 1. Bacalah materi yang diberikan oleh widyaiswara ini dengan seksama, tanyakan apabila ada istilah-istilah yang kurang dimengerti. 2. Diskusikan dengan teman-temanmu bila ada masalah kependudukan yang sedang hangat dibicarakan. dibicarakan. 3. Kerjakan soal-soal latihan yang diberikan untuk mengukur kemampuan anda. 4. Untuk memperkaya pengetahuan carilah informasi informasi dari sumber-sumber lain yang relevan.
3
BAB II SEJARAH DAN PENGERTIAN DEMOGRAFI
Indikator keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat
A. Sejarah Demografi Dalam catatan sejarah, hal-hal yang dilakukan untuk pencatatan statistik kependudukan kependudukan sudah dikerjakan sejak berabad-abad yang lalu, meskipun masih dilakukan dalam ruang lingkup yang kecil dan digunakan secara terbatas. John Graunt (1620-1674), seorang warga negara Inggris, dikenal sebagai pelopor dalam bidang pencatatan statistik penduduk. Bukunya yang berjudul Natural and Political Observations Mentioned in a Following Index and Made Upon the Bills of Mortality (Graunt, 1662 dalam Iskandar, 1994) sebagian besar berisi analisis mortalitas dan selebihnya mengenai fertilitas, migrasi, perumahan, data keluarga, perbedaan antara kota dan negara, dan jumlah penduduk laki-laki yang berada pada kelompok umur militer. Data yang digunakan dalam analisis kematian dan kelahiran tersebut bersumber dari catatan kematian (The Bills of Mortality) yang diterbitkan secara berkala oleh petugas gereja setiap minggu. Dari hasil penelitiannya itu, Graunt mencetuskan "hukum-hukum" pertumbuhan penduduk. Graunt menyarankan agar penelitian yang menyangkut penduduk lebih menekankan aspek komposisi penduduk menurut jenis kelamin, negara, umur, agama, dan sebagainya. Keistimewaan dari pendekatan yang dipergunakan oleh Graunt adalah kehati-hatiannya dan kekritisannya dalam pengumpulan data. Apabila informasi yang ada dirasakan terlalu sedikit, maka Graunt mengambil sampel untuk melakukan estimasi. Ia melakukan penelitian empiris terhadap jumlah dan perkembangan penduduk London pada masa itu. Dari usaha Graunt dalam bidang kependudukan yang mencakup topik-topik yang menarik, dapat dikatakan bahwa ilmu demografi lahir pada zamannya. Oleh karena itu, Graunt dikenal pula sebagai Bapak Demografi. Dalam studinya, Graunt memperoleh banyak dorongan dari William Petty, seorang ahli statistik. Karya Petty, Political Arithmetic (1690), berpengaruh besar terhadap perkembangan demografi. William Petty (1623-1687) yang hidup sezaman dengan Graunt menganjurkan berdirinya Central Statistical Office (Biro Pusat Statistik). Selain itu, usaha memanfaatkan data statistik penduduk dilakukan pula oleh Edmund Halley (1656-1742), seorang astronom, dengan menyusun tabel kematian k ematian (life table) modern yang pertama di kota Breslau pada tahun 1687-1691. Setelah era Graunt, perhatian publik terhadap masalah kependudukan, baik mengenai pencatatan statistik maupun pertumbuhannya terus meningkat. Dalam sejarah 4
perkembangan ilmu demografi, timbul masalah mengenai pembagian cabang ilmu ini. Awalnya, para pengamat berpendapat bahwa demografi lebih terfokus pada penyusunan statistik penduduk dan analisisnya. Pendapat ini memang dapat dimengerti karena pelopor-pelopor ilmu demografi, seperti Sussmilch dan Guillard menganggap demografi sebagai bio-social book-keeping, yang artinya kelahiran sebagai faktor penambah jumlah penduduk, sedangkan kematian sebagai faktor pengurang jumlah penduduk. Kemudian, beberapa pengamat membedakan masalah penduduk menjadi dua, yaitu yang bersifat kuantitatif yang membahas tentang jumlah, persebaran, serta komposisi penduduk, dan yang bersifat kualitatif yang membahas masalah penduduk dari segi genetis dan biologis. Gagasan ini kurang mendapat dukungan karena ternyata keduanya mengandung unsur kualitatif dan kuantitatif. B. Pengertian Demografi Demografi berasal dari kata Yunani demos – penduduk dan Grafien – tulisan atau dapat diartikan tulisan tentang kependudukan atau Demografi dapat diartikan tulisan atau karangan mengenai rakyat atau penduduk. Ilmu yang mempelajari tentang masalah kependudukan adalah Demografi, istilah Demografi pertama sekali ditemukan oleh Achille Guillard. John Graunt adalah seorang pedagang di London yang menganalisis data kalahiran dan kematian, migrasi dan perkawinan yang berkaitan dalam proses pertumbuhan penduduk. Sehinnga John Graunt dianggap sebagai bapak Demografi. Beberapa definisi Demografi; Kajian kependudukan secara statistika dan matematika menyangkut perubahan penduduk, besar/jumlah, komposisi dan distribusi penduduk melalui 5 komponen demografi yakni fertillitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial ( Bogue, 1976 ). Barcley (1981) lebih menekankan pada kajian tentang perilaku penduduk secara keseluruhan bukan pada perorangan dengan fokus kajian pada statistika dan matematika (Pure Demografi ). Houser and Duncan, lebih menitikberatkan pada dampak yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan penduduk (akses dari persebaran dan komposisi). Dari beberapa definisi di atas dapt disimpulkan bahwa Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik tentang kependudukan meliputi; fertillitas, mortalitas, perkawinan, migrasi, mobilitas sosial dan perubahan dampak lingkungan dan sosial. C. Teori-teori kependudukan Teori-teori tentang hubungan antara manusia atau penduduk dengan masalah-masalah lain telah banyak dibahas oleh beberapa ahli, seperti oleh ahli ekonomi, agama, sosial, politik, dan pertahanan. Sekitar 500 tahun sebelum Masehi (SM), Konfusius, seorang filsuf Cina, membahas hubungan antara jumlah penduduk dan tingkat kesejahteraan
5
masyarakat. Menurutnya, jumlah penduduk yang terlampau besar akan menekan standar hidup masyarakat, terutama kalau jumlah penduduk dikaitkan dengan luas tanah atau lahan pertanian yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Konfusius menganggap ada suatu proporsi yang ideal antara luas tanah dan jumlah penduduk. Sebagai pemecahan masalah kelebihan penduduk, ia menganjurkan agar pemerintah memindahkan penduduk ke daerah yang masih kekurangan penduduk. Pemikir lainnya, Plato dan Aristoteles, dua orang pemikir Yunani yang hidup ditahun 300 SM, menganjurkan jumlah penduduk yang tepat dan ideal untuk sebuah kota. Apabila sebuah kota tidak dapat menampung jumlah penduduk yang ada, maka diperlukan pembatasan kelahiran. Sebaliknya, jika terjadi kekurangan penduduk, maka diperlukan insentif (pendorong) untuk menambah kelahiran. Pada tahun 1762, Sussmilch (dalam Iskandar 1994) telah membicarakan masalah penduduk berdasarkan "hukum Tuhan." Artinya, kelahiran dan kematian merupakan kehendak Tuhan. Akan tetapi, pemikiran seperti itu berubah setelah abad ke-18, yang dikenal di Eropa sebagai zaman penalaran (the age of reasons), yakni zaman di mana suatu masalah dipertanyakan "mengapa" dan "bagaimana pemecahannya." Pada abad itu, kemiskinan terjadi di mana-mana, yang mengakibatkan munculnya masalah-masalah sosial dan ekonomi. Para ahli dan ilmuwan berusaha membuat atau mengembangkan studi mengenai bagaimana mengatasi masalah kemiskinan yang dialami oleh penduduk. Banyak orang yang optimis dan percaya bahwa kemampuan atau potensi manusia yang terus berkembang akan dapat memecahkan segala masalah yang timbul. Akan tetapi, ada juga kalangan masyarakat yang pesimis. Golongan terakhir ini dicerminkan oleh pendapat Thomas Malthus, yang hidup antara tahun 1766 sampai 1834. Salah satu argumentasinya yang paling penting, adalah bahwa dorongan alamiah manusia untuk berkembang biak selalu dan akan selalu ada, dan dengan kecepatan yang mengikuti deret ukur sehingga jumlah manusia akan menjadi dua kali lipat dalam waktu yang cukup pendek (sekitar 25 tahun). Kecepatan berkembang biak manusia ini jauh lebih cepat dibandingkan kecepatan kenaikan bahan makanan yang dapat diproduksi dari tanah yang tersedia (yang berkembang mengikuti deret hitung) dan pada gilirannya akan mengakibatkan kesengsaraan dan kelaparan. Pertumbuhan penduduk yang cepat dengan sumber-sumber yang terbatas akan menyebabkan berlakunya hukum hasil yang menurun (the law of diminishing return) di sektor pertanian dan akhirnya terjadi keadaan stagnan. Menurut Malthus, ada beberapa hal yang bisa menjadi penghambat laju pertumbuhan penduduk. Ia membedakan antara kejadian yang berada di luar kekuasaan manusia (positive checks) dan hal yang bisa diusahakan oleh manusia sendiri (preventive checks). 1. Positive checks: bencana alam, kelaparan, penyakit menular, perang, dan pembunuhan. 2. Preventive checks: menunda perkawinan dan selibat permanen. Malthus tidak menduga bahwa masalah pertumbuhan penduduk dan kesejahteraannya dapat dipecahkan oleh revolusi industri. Tulisan Malthus yang pertama; (1799) merupakan contoh suatu pendapat yang bersifat sangat umum tanpa didukung oleh data
6
statistik, namun pada buku edisi selanjutnya, untuk mendukung argumentasinya ia melengkapi dengan data statistik. Dengan munculnya tulisan Malthus, Essay on the Principle of Population pada akhir abad ke-18, masalah penduduk mempunyai angin baru dalam literatur-literatur ekonomi, Banyak ahli ekonomi pembangunan mendasari teori-teorinya pada variabel-variabel penduduk, seperti menyatukan teori-teori ekonomi dengan penentuan pemilihan besarnya fertilitas. Teori ekonomi fertilitas yang termasuk dalam teori neoklasik berbeda dengan model Malthus. Teori ini didasari oleh teori baru ekonomi rumah tangga («»' home economics) yang berpendapat bahwa seseorang dalam menentukan fertilitas akan melalui proses yang sama dengan apabila ia memutuskan suatu pilihan untuk mendapatkan barang dan jasa bagi keperluan rumah tangganya. Pilihan fertilitas dibatasi oleh informasi dan sumber-sumber yang ada, namun keputusan mereka dalam memilih jumlah anak tetap rasional, dalam arti harus dapat memaksimumkan kesejahteraan mereka. Teori Karl Marx menentang expansi kaum kapitalis ia berpendapat populasi manusia tidak menekan makanan, tapi mempengaruhi kesempatan kerja. Kemelaratan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk, tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak para buruh buruh. Semakin tinggi tingkat populasimanusia, semakin tinggi produktifitasnya jika teknologi tidak menggantikan tenaga manusia. Sehingga manusia tidak perlu menekan jumlah kelahirannya, ini berarti ia menolak teori Malthus tentang moral restraint untuk menekanangka kelahiran. Teori ini dibenarkan oleh negaranegara sosialis seperti RRC, Korea Utara dan Vietnam. Ahli ekonomi lainnya yang mengaitkan masalah penduduk dengan ekonomi adalah Leibenstein (1954). Di dalam bukunya A Theory of Economic-Demographic Development', ia mengemukakan konsep the low-level equilibrium trap yang menjelaskan perubahan demografi di negara-negara sedang berkembang. Suatu kenaikan sedikit dalam pendapatan akan meningkatkan jumlah penduduk dan persediaan tenaga kerja, yang pada gilirannya akan menghapuskan pertumbuhan modal, produktivitas, dan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi lainnya. Para ahli demografi pada mulanya memproyeksikan bahwa pada abad ke-21, jumlah penduduk sudah sedemikian besarnya sehingga tidak ada lagi ruang untuk bergerak. Mereka tidak memperkirakan adanya pembangunan ekonomi modern. Asumsi-asumsi para penulis yang pesimis tersebut adalah bahwa penduduk tidak bisa memilih secara rasional tentang fertilitas dan besarnya keluarga. Mereka mengasumsikan penduduk seperti lalat yang dikembangkan dalam suatu tabung. Lalat akan berkembang terus sedemikian rupa sehingga pada saat tertentu tabung tidak bisa menampung lagi. Akhirnya, lalat saling bunuh atau mati dengan sendirinya. Demikian pula yang terjadi dengan manusia. Apabila dunia tidak dapat menampung lagi jumlah manusia yang terus berkembang, maka peperangan dapat terjadi serta angka pembunuhan dan malapetakamalapetaka lainnya dapat meningkat sehingga dengan sendirinya akan mengurangi jumlah penduduk.
7
Sejarah demografi menunjukkan bahwa manusia telah melakukan pilihan yang rasional terhadap jumlah dan besarnya keluarga sejalan dengan semakin majunya pembangunan ekonomi. Sebagai contoh, Indonesia telah dapat mencapai pertumbuhan penduduknya sebesar 1,34% pada periode 1990-2000. Hal ini menunjukkan adanya penurunan laju pertumbuhan penduduk dari 2,32% pada periode 1971-1980 menjadi 1,97% pada periode 1980-1990. D. Rangkuman Jhon Graunt dijuluki sebagai bapak Demografi karena jasa-jasanya dalam melakukan penelitian dan pengumpulan data-data kependudukan. Data-data kependudukan dalam bentuk statistik berupa data fertilitas, perumahan dan migrasi. Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik mengenai fertiltas, mortalitas, migrasi, perkawinan dan mobilitas sosial. Teori yang paling berpengaruh dalam melandasi ilmu kependudukan adalah teori Robert Malthus yang menurutnya pertumbuhan manusia mengikuti deret hitung, sedangkan pertumbuhan bahan pangan menurut deret ukur. E. Latihan 1. 2. 3. 4. 5.
Jelaskan sejarah timbulnya istilah Demografi? Siapa tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam perumusan Demografi? Apa hubungannya teori kependudukan dengan istilah-istilah demografi? Apa pengaruh teori Robert Malthus terhadap bidang kependudukan? Apa rumusan teori Robert Malthus yang terkenal?
8
BAB III PERBEDAAN DEMOGRAFI DAN STUDI KEPENDUDUKAN Indikator keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat membedakan demografi dan studi kependudukan dengan benar
A. Perbedaan Demografi dan Studi Kependudukan Demografi yang bersifat kuantitatif (kadang-kadang disebut Formal Demography – Demography Formal) lebih banyak menggunakan hitungan-hitungan statistik dan matematik. Tetapi Demografi yang bersifat kualitatif lebih banyak menerangkan aspekaspek kependudukan secara deskriptif analitik. Sedangkan studi-studi kependudukan mempelajari secara sistematis perkembangan, fenomena dan masalah-masalah penduduk dalam kaitannya dengan situasi sosial di sekitarnya. Ilmu kependudukan yang perlu mendapat perhatian kita sekarang adalah lebih menyerupai studi antar disiplin ilmu yang dipadu dengan analisis demografi yang lazim diberi istilah Demografi Sosial. Disiplin lain banyak berhubungan dengan demografi antara lain matematika, geografi, sosilogi, ekonomi, kedokteran. Dalam ilmu kependudukan juga dikenal istilah study kependudukan, yaitu : studi kependudukan mempelajari secara sistematis perkembangan, fenomena dan masalahmasalah penduduk dalam kaitannya dengan situasi sosial di sekitarnya. Tabel 1 Analisis Demografi Formal dan Study Kependudukan Berdasarkan Jenis Variabel Pengaruh dan Variabel Terpengaruh (Kemmeyer, Kenneth, 1971) Tipe Studi Demografi Formal
Studi Kependudukan (Tipe I)
Studi Kependudukan (Tipe 2)
Indevend ent Variabel (IV)
Dependen t Variabel (DV)
Variabel Demografi -KomposisiUmur -TingkatKelahiran
Variabel Demografi -TingkatKelahiran -KomposisiUmur
Variabel non Demografi -Faktor sosiologis, mis: kelas ekonomi -FaktorEkonomi, mis:kesempatan ekonomi Variabel Demografi -TingkatKelahiran -MigrasiMasuk -TingkatKematian
Variabel Demografi -Migrasi keluar
9
Variabel Non Demografi -KebutuhanPangan -Kemiskinan -Pertumbuhan Ekonomi
B. Tujuan dan Kegunaan Ilmu Demografi Dalam mempelajari Demografi tiga komponen terpenting yang perlu selalu kita perhatikan, cacah kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan migrasi. Sedangkan dua faktor penunjang lainnya yang penting ialah mobilitas sosial dan tingkat perkawinan. Ketiga komponen pokok dan dua faktor penunjang kemudian digunakan sebagai variabel (perubah) yang dapat menerangkan hal ihwal tentang jumlah dan distribusi penduduk pada tempat tertentu, tentang pertumbuhan masa lampau dan persebarannya. Tentang hubungan antara perkembangan penduduk dengan berbagai variabel (perubah) sosial, dan tentang prediksi pertumbuhan penduduk di masa mendatang dan berbagai kemungkinan akibat-akibatnya. Berbagai macam informasi tentang kependudukan sangat berguna bagi berbagai pihak di dalam masyarakat. Bagi pemerintah informasi tentang kependudukan sangat membantu di dalam menyusun perencanaan baik untuk pendidikan, perpajakan, kesejahteraan, pertanian, pembuatan jalan-jalan atau bidang-bidang lainnya. Bagi sektor swasta informasi tentang kependudukan juga tidak kalah pentingnya. Para pengusaha industri dapat menggunakan informasi tentang kependudukan untuk perencanaan produksi dan pemasaran. C. Analisis Demografi Analisis penduduk “dari rahim ke liang kubur” (from the womb to the tomb) karena meliputi analisis penduduk pada seluruh siklus kehidupan manusia sejak dari kandungan sampai meninggal. Manfaat analisis demografi 1. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu 2. Menjelaskan pertumbuhan penduduk pada masa lampau, kecenderungannya, dan persebarannya dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia. 3. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial, ekonomi, budaya, lingkungan dan lainlain. 4. Memperkirakan pertumbuhan penduduk (proyeksi penduduk) pada masa yang akan datang dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya. D. Ukuran-ukuran Demografi 1. Bilangan absolut Jumlah mutlak penduduk/kejadian lain Contoh: jumlah penduduk: 250 juta 2. Prevalensi Jumlah kejadian pada sekelompok penduduk pada waktu tertentu terhadap jumlah penduduk yang berisiko terhadap kejadian tersebut. Contoh: PA/PUS
10
3. Proporsi • Persentase perbandingan antara suatu kelompok penduduk tertentu dengan jumlah keseluruhan • Angka yang menunjukkan hubungan sub populasi dengan keseluruhan populasi yang sama Contoh: Jumlah penduduk miskin dibanding total penduduk 4. Rate/Angka • Ukuran yang menunjukkan terjadinya suatu kejadian demografis (kelahiran, kematian, migrasi) selama periode tertentu. • merupakan hasil pembagian antara jumlah kejadian yang terjadi selama periode tertentu dengan jumlah penduduk yang mempunyai risiko mengalami kejadian tersebut pada periode yang sama. • Pembilang merupakan bagian dari penyebut • Penyebut disebut juga sebagai “ person-years lived exposed to risk ”. Jumlah orang yang mempunyai risiko mengalami suatu kejadian demografi (kematian, melahirkan, dan migrasi). Karena sulit untuk mendapat data yang akurat, “tahun orang hidup” diperkirakan dengan menggunakan asumsi bahwa jumlah kelahiran/ kematian/pindah adalah sama sebelum dan sesudah pertengahan dari suatu periode, atau sama dengan jumlah penduduk tengah periode, yaitu rata-rata dari penduduk awal tahun dan akhir tahun disebut juga “mid-year population” 5. Ratio/Rasio • Ukuran yang merupakan hasil perbandingan antara dua angka yang berbeda • Pembilang bukan bagian dari penyebut (tidak ada kaitan) Contoh: Rasio jenis kelamin = jumlah penduduk laki-laki jumlah penduduk perempuan E. Rangkuman Perbedaan Demografi dan studi kependudukan terletak pada aspek yang dikaji. Kalau Demografi menekankan pada aspek matematis dan statistik mengenai kependudukan sedangkan studi kependudukan lebih kepada dampak-dampak yang terjadi akibat komponen-komponen Demografi. Studi kependudukan mempelajari secara sistematis perkembangan, fenomena dan masalah-masalah penduduk dalam kaitannya dengan situasi sosial di sekitarnya. Tujuan dan kegunaan ilmu demografi sangat berguna dalam bidang perencanaan pembangunan. Analisis Demografi adalah data penduduk dari sejak dilahirkan sampai meninggal dunia. Ukuran-ukuran Demografi mencakup bilangan absolut, prevalensi, proporsi, rate/angka dan ratio/rasio. F. Latihan Diskusikan dengan teman-teman anda bagaimana perbedaan demografi dan studi kependudukan!
11
BAB IV KOMPONEN-KOMPONEN DEMOGRAFI Indikator keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menguraikan komponen-komponen Demo rafi den an benar
A. Fertilitas (Kelahiran) Fertilitas dalam pengertian Demografi adalah kemampuan seorang wanita secara riil untuk melahirkan yang diwujudkan dalam jumlah bayi yang senyatanya dilahirkan. Tinggi rendahnya kelahiran erat hubungannya dan tergantung pada struktur umur, banyaknya kelahiran, banyaknya perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi, aborsi, tingkat pendidikan, status pekerjaan, serta pembangunan. Beberapa fertilitas yang sering digunakan adalah : 1. Ag e Specific Fertility Rate (ASFR)
a. Definisi Angka Kelahiran Menurut Umur ( Age Specific Fertility Rate/ASFR) adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran per 1000 perempuan pada kelompok umur tertentu antara 15-49 tahun. b. Kegunaan ASFR merupakan indikator kelahiran yang memperhitungkan perbedaan fertilitas dari perempuan yang terpapar untuk melahirkan yaitu perempuan usia subur dengan memperhatikan karakteristik kelompok umurnya. Secara alamiah potensi (fekunditas) perempuan untuk melahirkan berbeda menurut umur, dan menjadi steril setelah menopause atau usia 49 tahun. Secara sosial ada kecenderungan bahwa saat ini perempuan ingin membatasi jumlah anak setelah umur 35 tahun. Pengetahuan mengenai ASFR akan berguna untuk pelaksanaan program KB dan peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Indikator ASFR merupakan data dasar untuk mengembangkan proyeksi penduduk, untuk mengetahui jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin dimasa yang akan datang. Hasil proyeksi penduduk merupakan basis data untuk perencanaan pembangunan manusia di tahun-tahun mendatang. c. Cara Menghitung Membagi jumlah kelahiran yang terjadi pada perempuan pada kelompok umur tertentu (i), dengan jumlah perempuan kelompok umur tersebut kemudian dikalikan dengan konstanta k (1000). 12
Rumus:
dimana ASFRi = Age Specific Fertility Rate untuk perempuan pada kelompok umur i, i = 1 untuk umur 15-19 tahun, yakni: i = 2 untuk umur 20-24 tahun, i = 3 untuk umur 25-29 tahun, i = 4 untuk umur 30-34 tahun, i = 5 untuk umur 35-9 tahun, i = 6 untuk umur 40-44 tahun, i = 7 untuk umur 45-49 tahun. Bi = Jumlah kelahiran dari perempuan pada kelompok umur i. Pif = Jumlah penduduk perempuan pada kelompok umur i. d. Data yang Diperlukan Untuk dapat melakukan perhitungan ASFR, data yang diperlukan adalah data tentang banyaknya bayi yang lahir dari ibu menurut umur tertentu misalnya Ibu usia 20-24 tahun pada suatu daerah dan suatu tahun tertentu dan banyaknya Ibu pada umur tersebut (20-24 tahun) pada daerah dan tahun yang sama. 1) Sumber Data a) Perhitungan Secara Langsung (direct method ) Selama ini perhitungan secara langsung untuk ASFR dilakukan dengan menggunakan data „riwayat kelahiran‟ yang dikumpulkan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). SDKI yang terakhir dilaksanakan tahun 2002/3. Sayangnya, jumlah sampel SDKI tidak memungkinkan kita menghitung ASFR untuk tingkat kabupaten dan kota. Sehingga ASFR di tingkat kabupaten atau kota dihitung secara tidak langsung dari Susenas yang dilaksanakan tiap-tiap tahun. b) Perhitungan tidak langsung (indirect method ) Selama ini hasil perhitungan ASFR dan TFR yang dipublikasikan secara luas oleh BPS adalah hasil perhitungan secara tidak langsung yang dilakukan dari data Sensus Penduduk dengan menggunakan program EastWestPop berdasarkan metode „anak kandung ‟ atau anak -anak yang tercatat dari daftar anggota rumah tangga. Selain itu, ASFR juga dapat diperkirakan dari data Susenas pada pertanyaan 3 dalam kuesioner pokok pada Seksi II Keterangan Rumah tangga. Jumlah kelahiran hidup dan ASFR dapat diestimasi menggunakan piranti lunak mortpack-lite. Untuk memperoleh data ASFR dan jumlah kelahiran yang akurat, diperlukan penggabungan informasi dari beberapa Susenas yang digabung dan hasilnya dirata-ratakan.
13
Contoh Pada Tabel 2 disajikan contoh perhitungan Angka Kelahiran Menurut Umur (ASFR) untuk Indonesia berdasarkan data Susenas 1999 dan 2004. Tabel 2. Jumlah Perempuan, Jumlah Kelahiran, dan Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur (ASFR), Indonesia, Susenas 1999 dan 2004. Angka Kelahiran Jumlah Jumlah Menurut Umur Kelompok perempuan* kelahiran* (ASFR) Umur (2) (3) (4) = [(3) : (2)] x 1000
(1) 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49
9.794.093
381.970
39
10.110.367
1.364.900
135
9.601.442
1.324.999
138
9.132.513
913.251
100
8.587.142
352.073
41
7.459.538
89.514
12
5.870.372
29.352
5
* ) Angka ini merupakan angka rata-rata untuk tahun 1999 dan 2004.
Intepretasi Dari Tabel 1 terlihat bahwa pola ASFR mengikuti huruf U terbalik, rendah pada kelompok umur 15-19 tahun dan umur 40-49 tahun, dan tinggi pada perempuan kelompok umur 20-34 tahun, dengan puncaknya pada perempuan kelompok umur 25-29 tahun, yaitu sebesar 138. Hal ini berarti dari 1000 perempuan yang berusia antara 25-29 tahun terdapat 138 kelahiran hidup pada tahun 1999 dan 2004. Puncak ASFR yang terletak pada kelompok umur 25-29 tahun dapat mengindikasikan bahwa kelahiran pada tahun 1999 dan 2004 paling banyak dikontribusi oleh perempuan pada kelompok umur 25-29 tahun. Hal ini juga dapat berarti bahwa anjuran pemerintah untuk "tidak melahirkan pada usia yang terlalu muda" sudah mencapai sasaran secara nasional. Fenomena ini bisa juga dikaitkan lebih jauh dengan suksesnya program wajib belajar sembilan tahun yang menyebabkan semakin banyaknya perempuan muda yang bersekolah lebih tinggi, dan semakin terbukanya kesempatan bagi perempuan di pasar kerja. Pada akhirnya, hal ini akan membuat banyak perempuan menunda untuk menikah dan melahirkan karena pada umumnya mereka yang menikah dan melahirkan pada usia muda secara fisik dan emosional sebetulnya belum matang 2) Keterbatasan Sering terjadi kesalahan pelaporan umur Ibu, maupun jumlah anak lahir hidup. Umumnya terjadi kekurangan pelaporan pada bayi-bayi yang lahir hidup kemudian meninggal pada waktu masih bayi. Ini umumnya terjadi di kalangan perempuan yang berpendidikan rendah dan tinggal di wilayah perdesaan. Hal ini dapat mengurangi tingkat akurasi estimasi ASFR.
14
2. Tot al Fertil ity Rate (TFR)
a. Definisi Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR) adalah rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia suburnya. b. Kegunaan TFR merupakan gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar negara atau antar daerah dapat menunjukkan keberhasilan daerah dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonominya. Angka TFR yang tinggi dapat merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan program KB yang dilaksanakan selama tiga dekade ini. Diketahunya TFR untuk suatu daerah akan membantu para perencana program pembangunan untuk meningkatkan rata-rata usia kawin, meningkatkan program pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan Ibu hamil dan perawatan anak, serta untuk mengembangkan program penurunan tingkat kematian ibu dan anak. c. Cara Menghitung Menjumlahkan ASFR seluruh kelompok umur pada tahun tertentu dan wilayah tertentu, kemudian dikalikan dengan lima. Pengalian dengan bilangan lima dilakukan karena pengelompokan umur lima tahunan, dan diasumsikan bahwa setiap 1000 orang perempuan pada kelompok umur yang sama secara rata-rata akan mempunyai jumlah anak yang sama. Rumus
dimana: TFR = Total Fertility Rate ASFRi = ASFR kelompok umur i. i = Kelompok umur, yaitu 15-19, 20-24,...,45-49. Contoh : Perhitungan TFR berdasarkan data pada Tabel 2 tentang ASFR menghasilkan TFR 2,35, dari perhitungan sbb: TFR = 5 x (39 + 135 + 138 + 100 + 41 + 12 + 5) = 2,35. Intepretasi TFR sebesar 2,35 berarti bahwa secara rata-rata wanita Indonesia mempunyai 2 atau 3 anak selama masa usia suburnya (usia 15-49 tahun).
15
3. Net Reproduction Rate (NRR) NRR merupakan salah satu hasil (output) proyeksi penduduk yang sering diinterpretasikan sebagai banyaknya anak perempuan yang dilahirkan oleh setiap perempuan dalam masa reproduksinya. Sering ditanyakan, kapankah Indonesia akan mencapai NRR = 1, tingkat replacement level, yaitu saat di mana satu ibu diganti secara tepat oleh satu bayi perempuan. Dengan asumsi penurunan fertilitas dan mortalitas serta perolehan susunan umur seperti telah diuraikan di atas, Indonesia akan mencapai NRR = 1 pada sekitar tahun 2015. Pada saat itu bukannya berarti laju pertumbuhan penduduk sama dengan nol, atau penduduk tanpa pertumbuhan, tetapi penduduk akan tetap bertambah dengan laju pertumbuhan yang relatif stabil. Beberapa provinsi sudah mencapai tingkat itu jauh sebelum tahun 2015, misalnya DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Sulawesi Utara, yaitu pada periode 1996-1999. Pada akhir periode proyeksi hampir semua provinsi telah mencapai replacement level. Pada Tabel 3 disajikan NRR Indonesia dan juga NRR setiap provinsi. Tabel 3 Estimasi Net Reproduction (NRR) menurut Provinsi, 2000-2025
Propinsi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
(1) NANGGROE ACEH DARUSSALAM SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT RIAU JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH D I YOGYAKARTA JAWA TIMUR BANTEN BALI NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TIMUR SULAWESI UTARA SULAWESI TENGAH SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGGARA GORONTALO MALUKU MALUKU UTARA PAPUA
2000-2005 (2002) (2) 1.19 1.28 1.22 1.19 1.16 1.15 1.11 1.18 108.00 0.74 1.06 1.06 0.68 0.78 1.15 0.89 1.18 1.38 1.24 1.12 1.01 1.10 0.94 1.10 1.08 1.33 1.08 1.34 1.31 1.31
16
2005-2010 (2007) (3) 1.10 1.18 1.14 1.11 1.09 1.06 1.03 1.09 102.00 0.73 1.02 1.02 0.66 0.77 1.09 0.89 1.10 1.25 1.14 1.05 0.99 1.05 0.91 1.05 1.04 1.21 1.04 1.25 1.23 1.20
Periode 2010-2015 (2012) (4) 1.05 1.10 1.08 1.06 1.04 1.00 0.99 1.03 99.00 0.72 1.00 1.00 0.66 0.77 1.04 0.90 1.05 1.15 1.07 1.01 0.98 1.02 0.89 1.02 1.02 1.12 1.02 1.19 1.17 1.11
2015-2020 (2017) (5) 1.03 1.05 1.03 1.02 1.01 0.99 0.96 1.00 97.00 0.72 0.99 0.98 0.66 0.77 1.01 0.90 1.01 1.06 1.02 0.99 0.97 1.00 0.89 1.00 1.00 1.06 1.00 1.14 1.13 1.05
2020-2025 (2022) (6) 1.02 1.01 1.00 0.99 0.98 1.00 0.95 0.97 96.00 0.72 0.99 0.97 0.66 0.77 0.99 0.90 0.99 1.00 0.98 0.98 0.96 0.98 0.88 0.99 0.99 1.01 1.00 1.15 1.10 1.00
Berikut ini faktor pendorong dan faktor penghambat kelahiran : a. Faktor pendorong kelahiran ( pronatalitas) Anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki. 1) sifat alami manusia yang ingin melanjutkan keturunan. 2) pernikahan usia dini (usia muda). 3) adanya anggapan bahwa anak laki-laki lebih tinggi nilainya, jika dibandingkan dengan anak perempuan, sehingga bagi keluarga yang belum memiliki anak laki-laki akan berusaha untuk mempunyai anak laki-laki. 4) adanya penilaian yang tinggi terhadap anak, sehingga bagi keluarga yang belum memiliki anak akan berupaya bagaimana supaya memiliki anak. b. Faktor penghambat kelahiran (antinatalitas) 1) adanya program Keluarga Berencana (KB). 2) kemajuan di bidang iptek dan obat-obatan. 3) adanya peraturan pemerintah tentang pembatasan tunjungan anak bagi pns. 4) adanya uu perkawinan yang membatasi dan mengatur usia pernikahan. 5) penundaan usia pernikahan karena alasan ekonomi, pendidikan dan karir. 6) adanya perasaan malu bila memiliki banyak anak 4. Replacement Level (Tingkat Penggantian Manusia) Jika dibandingkan dengan tahun 1967-1970 dimana TFR Indonesia adalah sebesar 5,6 maka tampak bahwa rata-rata jumlah anak yang dipunyai oleh ibu-ibu di Indonesia sudah menurun drastis. Tetapi jumlah ini masih terlalu tinggi untuk dapat mencapai penduduk tumbuh seimbang. Penduduk Indonesia akan mencapai tingkat penggantian manusia ( replacement level ) apabila TFR turun mencapai 2,1 pada tahun 2015. Pada saat 'tingkat penggantian manusia‟ ini seorang Ibu akan digantikan oleh seorang anak perempuan untuk meneruskan keturunan tetapi tidak menghasilkan pertambahan penduduk yang tinggi yang tidak terkendali. Untuk pencapai tingkat penggantian manusia tersebut nampaknya program KB atau pemakaian kontrasepsi masih harus terus digalakkan. Pelaksanaan program KB tersebut harus disertai peningkatan kualitas pelayanan dan berorientasi kepada pelayanan kebutuhan dan keluhan klien dan tidak hanya mengejar target semata. B. Mortalitas (Kematian) Mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang dapat terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Ada beberapa ukuran kematian yaitu; 1. Angka Kematian Bayi (AKB) a. Konsep dasar Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan 17
dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. b. Cara Menghitung
Di mana: AKB D 0-<1th ∑lahir hidup
= Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate (IMR) = Jumlah Kematian Bayi (berumur kurang 1 tahun) pada satu tahun tertentu di daerah tertentu. = Jumlah Kelahiran Hidup pada satu tahun tertentu di daerah tertentu (lihat modul fertilitas untuk definisi kelahiran hidup).
K = 1000 c. Sumber Data Data mengenai jumlah anak yang lahir jarang tersedia dari pencatatan registrasi kependudukan, sehingga sering dibuat perhitungan/estimasi langsung dengan program "Mortpak 4". Program ini menghitung berdasarkan data mengenai jumlah Anak yang Lahirkan Hidup (ALH) 18
atau tidak AKB atau
Children Ever Born (CEB) dan Jumlah Anak Yang Masih Hidup (AMH) atau Children Still Living (CSL) (catatan: lihat definisi di modul fertilitas). d. Contoh Dari Susenas 2004 hasil perhitungan AKB dengan Mortpak 4 adalah adalah 52 per 1000 kelahiran dengan referensi waktu Mei tahun 2002. Artinya di Indonesia pada tahun 2002, diantara 1000 kelahiran hidup ada 52 bayi yang meninggal sebelum usia tepat 1 tahun. Tabel 4. AKB menurut Provinsi dan Kabupaten, tahun 2002, Sumber: Susenas 2003 dan 2004 (BPS dan UNFPA, 2005) Provinsi/Kabupaten AKB Laki-laki AKB perempuan Sumatera Selatan 44,59 33,45 Kabupaten OKI 49,48 37,12 Kota Palembang 26,68 20,02 Jawa Barat 52,00 39,01 Kuningan 53,71 40,29 Kota Bandung 26,28 19,72 NTT 56,00 42,01 Flores Timur 53,14 39,86
2. Angka kematian Ibu a. Konsep dasar Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985). Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi ( making pregnancy safer ), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.
19
b. Cara menghitung Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000 kelahiran Rumus
Di mana: Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di daerah tertentu. Jumlah kelahiran hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu, di daerah tertentu. Konstanta =100.000 bayi lahir hidup. c. Contoh Berdasarkan data SDKI 2002 - 2003, Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality Ratio(MMR) di Indonesia untuk periode tahun1998-2002, adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. d. Keterbatasan AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang besar, mengingat kejadian kematian ibu adalah kasus yang jarang. Oleh karena itu kita umumnya digunakan AKI yang telah tersedia untuk keperluan pengembangan perencanaan program. 3. Angka Harapan Hidup a. Konsep Dasar Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. 20
Angka Harapan Hidup Saat Lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gisi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan. b. Cara Menghitung Idealnya Angka Harapan Hidup dihitung berdasarkan Angka Kematian Menurut Umur ( Age Specific Death Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari catatan registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat Tabel Kematian. Tetapi karena sistem registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan dengan baik maka untuk menghitung Angka Harapan Hidup digunakan cara tidak langsung dengan program Mortpak Lite (software komputer). c. Contoh Angka Harapan Hidup yang terhitung untuk Indonesia dari Sensus Penduduk Tahun 1971 adalah 47,7 tahun. Artinya bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1971 (periode 1967-1969) akan dapat hidup sampai 47 atau 48 tahun. Tetapi bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1980 mempunyai usia harapan hidup lebih panjang yakni 52,2 tahun, meningkat lagi menjadi 59,8 tahun untuk bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1990, dan bagi bayi yang dilahirkan tahun 2000 usia harapan hidupnya mencapai 65,5 tahun. Peningkatan Angka Harapan Hidup ini menunjukkan adanya peningkatan kehidupan dan kesejahteraan bangsa Indonesia selama tiga puluh tahun terkahir dari tahun 1970-an sampai tahun 2000. Tabel 4. Angka Harapan Hidup Saat Lahir Menurut Beberapa Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang dihitung dari data Susenas 2004 memakai program Mortpak 4 Propinsi/Kabupaten Angka Harapan Angka Harapan Hidup Laki-laki Hidup Perempuan Sumatera Selatan 65,5 69,5 Kab. OKI 64,4 68,5 Kota Palembang 69,9 73,5 Jawa Barat 63,8 68,0 Kab. Kuningan 63,4 67,7 Kota Bandung 70,0 73,6 NTT 62,9 67,2 Kab. Flores Timur 63,5 67,8
21
d. Faktor pendorong dan faktor penghambat kematian 1) Faktor pendorong kematian (promortalitas) 2) Adanya wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung dan sebagainya. 3) adanya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan sebagainya. a) Kesehatan serta pemenuhan gizi penduduk yang rendah. b) Adanya peperangan, kecelakaan, dan sebagainya. c) Tingkat pencemaran yang tinggi sehingga lingkungan tidak sehat. 4) Faktor penghambat kematian (antimortalitas) a) tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat yang sudah baik. b) negara dalam keadaan aman dan tidak terjadi peperangan. c) adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai macam penyakit dapat diobati. d) adanya pemahaman agama yang kuat oleh masyarakat sehingga tidak melakukan tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain, karena ajaran agama melarang hal tersebut. C. Migrasi (Perpindahan) 1. Konsep dasar Analisis dan perkiraan besaran dan arus migrasi merupakan hal yang penting bagi terlaksananya pembangunan manusia seutuhnya, terutama di era otonomi daerah ini. Apalagi jika analisis mobilitas tersebut dilakukan pada suatu wilayah administrasi yang lebih rendah daripada tingkat propinsi. Karena justru tingkat mobilitas penduduk baik permanen maupun nonpermanen akan tampak lebih nyata terlihat pada satuan unit administrasi yang lebih kecil seperti kabupaten, kecamatan dan desa atau kelurahan. Pada hakekatnya migrasi penduduk merupakan refleksi perbedaan pertumbuhan ekonomi dan ketidakmerataan fasilitas pembangunan antara satu daerah dengan daerah lain. Penduduk dari daerah yang tingkat pertumbuhannya kurang akan bergerak menuju ke daerah yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi. Migrasi dipengaruhi oleh daya dorong ( push factor ) suatu wilayah dan daya tarik ( pull factor ) wilayah lainnya. Daya dorong wilayah menyebabkan orang pergi ke tempat lain, misalnya karena di daerah itu tidak tersedia sumberdaya yang memadai untuk memberikan jaminan kehidupan bagi penduduknya. Pada umumnya, hal ini tidak lepas dari persoalan kemiskinan dan pengangguran yang terjadi di wilayah tersebut. Sedangkan daya tarik wilayah adalah jika suatu wilayah mampu atau dianggap mampu menyediakan fasilitas dan sumber-sumber penghidupan bagi penduduk, baik penduduk di wilayah itu sendiri maupun penduduk di sekitarnya dan daerah-daerah lain. Penduduk wilayah sekitarnya dan daerah-daerah lain yang merasa tertarik dengan daerah tersebut kemudian bermigrasi dalam rangka meningkatkan taraf hidup.
22
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi internasional). Dengan kata lain, migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara) lain. 2. Jenis-jenis Migrasi Jenis migrasi adalah pengelompokan migrasi berdasarkan dua dimensi penting dalam analisis migrasi, yaitu dimensi ruang/daerah (spasial) dan dimensi waktu. Adapun Jenis-jenis Migrasi sebagai berikut : a. Dimensi Ruang 1) Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain. Migrasi internasional merupakan jenis migrasi yang memuat dimensi ruang. 2) Migrasi internal adalah perpindahan penduduk yang terjadi dalam satu negara, misalnya antarpropinsi, antarkota/kabupaten, migrasi dari wilayah perdesaan ke wilayah perkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih rendah daripada tingkat kabupaten/kota, seperti kecamatan dan kelurahan/ desa. Migrasi internal merupakan jenis migrasi yang memuat dimensi ruang. b. Migran menurut dimensi waktu adalah orang yang berpindah ke tempat lain dengan tujuan untuk menetap dalam waktu enam bulan atau lebih. 1) Migran sirkuler (migrasi musiman) adalah orang yang berpindah tempat tetapi tidak bermaksud menetap di tempat tujuan. Migran sikuler biasanya adalah orang yang masih mempunyai keluarga atau ikatan dengan tempat asalnya seperti tukang becak, kuli bangunan, dan pengusaha warung tegal, yang sehari-harinya mencari nafkah di kota dan pulang ke kampungnya setiap bulan atau beberapa bulan sekali. 2) Migran ulang-alik (commuter ) adalah orang yang pergi meninggalkan tempat tinggalnya secara teratur, (misal setiap hari atau setiap minggu), pergi ke tempat lain untuk bekerja, berdagang, sekolah, atau untuk kegiatan-kegiatan lainnya, dan pulang ke tempat asalnya secara teratur pula (misal pada sore atau malam hari atau pada akhir minggu). Migran ulang-alik biasanya menyebabkan jumlah penduduk di tempat tujuan lebih banyak pada waktu tertentu, misalnya pada siang hari. 3. Kriteria Migran Ada tiga kriteria migran: seumur hidup, risen, dan total. a. Migran seumur hidup (life time migrant ) adalah orang yang tempat tinggalnya pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempa tinggalnya pada waktu lahir.
23
b. Migran risen (recent migrant ) adalah orang tempat tinggalnya pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu lima tahun sebelumnya. c. Migran total (total migrant ) adalah orang yang pernah bertempat tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal pada waktu pengumpulan data. Kriteria migrasi yang digunakan dalam modul ini adalah migrasi risen ( recent migration), karena lebih mencerminkan dinamika spasial penduduk antardaerah daripada migrasi seumur hidup (life time migration) yang relatif statis. Sedangkan migrasi total tidak dibahas karena definisinya tidak memasukkan batasan waktu antara tempat tinggal sekarang (waktu pencacahan) dan tempat tinggal terakhir sebelum tempat tinggal sekarang. Akan tetapi migrasi total biasa dipakai untuk menghitung migrasi kembali (return migration). Untuk perhitungan angka migrasi, penduduk terpapar yang dihitung adalah penduduk usia lima tahun atau lebih. Dalam perhitungan angka migrasi menurut kelompok umur, penduduk usia 0-4 tahun datanya tidak tersedia karena kelompok penduduk ini merupakan kelompok penduduk yang lahir pada periode antar dua survei/sensus. Untuk mengatasi hal ini, khusus untuk penduduk kelompok umur 0-4 tahun, digunakan data migrasi seumur hidup untuk penduduk berusia 0-4 tahun. 4. Faktor Pendorong dan Penarik Migrasi Pada dasarnya ada dua pengelompokan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong ( push factor ) dan faktor penarik ( pull factor ). a. Faktor-faktor pendorong ( push factor ) antara lain adalah: 1) Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu, atau bahan dari pertanian. 2) Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah untuk pertanian di wilayah perdesaan yang makin menyempit). 3) Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, dan suku, sehingga mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal. 4) Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan. 5) Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit. b. Faktor-faktor penarik ( pull factor ) antara lain adalah: 1) Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidup. 2) Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik. 3) Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.
24
4) Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar. Untuk memudahkan studi dan analisis tentang migrasi maka digunakan beberapa pengertian tentang ukuran-ukuran yang digunakan dalam perhitungan migrasi antar kabupaten dan kota. Ukuran-ukuran tersebut adalah: Angka migrasi masuk (mi), yang menunjukkan banyaknya migran yang masuk per 1000 penduduk di suatu kabupaten dan kota tujuan dalam satu tahun. Angka migrasi keluar (mo), yang menunjukkan banyaknya migran yang keluar dari suatu kabupaten dan kota per 1000 penduduk di kabupaten dan kota asal dalam satu tahun. Angka migrasi neto (mn), yaitu selisih banyaknya migran masuk dan migrant keluar ke dan dari suatu kabupaten dan kota per 1000 penduduk dalam satu tahun. Ukuran-ukuran migrasi ini bermanfaat untuk mengetahui apakah suatu kabupaten dan kota merupakan daerah yang memiliki daya tarik bagi penduduk wilayah sekitarnya atau wilayah lainnya. Dapat juga ditentukan apakah suatu kabupaten dan kota merupakan wilayah yang tidak disenangi untuk dijadikan tempat tinggal. Dengan kata lain kabupaten dan kota ini memiliki daya dorong bagi penduduknya untuk pergi meninggalkan daerah tersebut. Kabupaten dan kota yang memiliki daya tarik bagi penduduk wilayah sekitarnya biasanya memiliki angka migrasi neto yang positif . Artinya, jumlah penduduk yang masuk lebih banyak daripada jumlah penduduk yang keluar. Sedangkan kabupaten dan kota yang kurang disenangi oleh penduduknya akibat kelangkaan sumberdaya misalnya, biasanya memiliki angka migrasi neto yang negatif , yang berarti jumlah penduduk yang keluar lebih banyak daripada jumlah migran yang masuk. 5. Migrasi antar Kabupaten/kota (Urbanisasi) a. Definisi Migrasi desa-kota adalah gejala berpindahnya penduduk yang berasal dari suatu daerah yang bersifat perdesaan menuju daerah lain yang bersifat perkotaan. Perhitungan angka migrasi perdesaan ke perkotaan jarang dilakukan, meski gejala ini banyak dijumpai di banyak negara berkembang. Namun demikian tidak berarti bahwa perhitugnan migrasi dari perdesaan ke perkotaan tidak bisa dilakukan. Sebenarnya migrasi ini sama saja dengan migrasi antarkabupaten yang terdiri atas beberapa kriteria (migrasi seumur hidup, migrasi risen 5 tahun dan migrasi total). Untuk melihat besaran migrasi yang berlangsung dalam jangka pendek (lima tahun terakhir), maka digunakan migrasi risen lima tahun. Kita dapat melihat jika ada perbedaan karakteristik tempat tinggal lima tahun yang lalu dan karakteristik tempat tinggal sekarang (pada saat pencacahan). Jika lima tahun yang lalu seseorang tinggal di darah yang dikategorikan sebagai perdesaan, dan pada
25
waktu pencacahan tinggal di daerah yang dikategorikan sebagai perkotaan, maka ia termasuk migran dari perdesaan ke perkotaan. b. Indikator Angka migrasi dari perdesaan ke perkotaan dihitung dengan melihat persentase migran yang masuk ke suatu wilayah perkotaan yang berasal dari daerah perdesaan di wilayah lain. c. Kegunaan Indikator ini bermanfaat untuk melihat besaran migrasi dari perdesaan ke perkotaan. Sejauh ini tidak ada data publikasi yang memperlihatkan jumlah migrasi dari perdesaan ke perkotaan, mengingat tidak ada informasi yang memperlihatkan karakteristik tempat tinggal lima tahun yang lalu, apakah bersifat perdesaan atau perkotaan. Sumber informasi yang menyediakan hal ini hanyalah data SUPAS 1995. Dengan diketahuinya jumlah migran dari perdesaan ke perkotaan, maka dapat dianalisis faktor-faktor yang menyebabkan perpindahan tersebut. Demikian juga perlu diketahui konsekuensi ditinggalkannya daerah-daerah perdesaan oleh para migran terutama yang berusia produktif. Indikator ini juga bermanfaat untuk bahan masukan dalam perencanaan wilayah terutama berkaitan dengan kesenjangan perdesaan-perkotaan, utamanya pada aspek ketenagakerjaan, penciptaan lapangan kerja, distribusi pendapatan, pendidikan, dan keamanan. d. Cara Menghitung Indikator migran desa/kota ini ditunjukkan oleh persentase migran yang berasal dari perdesaan menuju suatu perkotaan terhadap jumlah migran di perkotaan tersebut.
Di mana: %Migru = Persentase migrasi dari perdesaan ke perkotaan Migru = Jumlah migran dari perdesaan ke perkotaan Miguu = Jumlah migran dari perkotaan ke perkotaan e. Contoh Menurut data SUPAS 1995, migran masuk ke DKI Jakarta yang berasal dari perdesaan adalah 236.608 orang. Jumlah migran yang berasal dari daerah perkotaan sebesar 357.934 orang. Maka persentase migran masuk ke DKI Jakarta yang berasal dari perdesaan adalah: 66 persen. Migran dari perdesaan ke perkotaan sering membawa masalah, terutama permasalahan tempat tinggal, 26
munculnya permukiman liar, pencurian listrik, perilaku perdesaan yang dibawa ke perkotaan seperti membuang sampah sembarang dan lain-lain. f.
Interpretasi Perhitungan di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar migran yang masuk ke DKI Jakarta selama kurun waktu 1990-1995 kebanyakan berasal dari perdesaan, yaitu 236.608 orang dari semua migran yang datang ke Jakarta atau 66 persen dari semua migran yang ada di DKI Jakarta selama kurun waktu tersebut.
6. Migrasi Internasional a. Definisi Migrasi internasional adalah migrasi yang melewati batas politik antar negara. Batas politik ini sangat dinamis tergantung kepada konstelasi politik global yang ada. Contoh : Orang yang pergi ke Timor Leste pada saat ini dikatakan sebagai migran internasional. Padahal ketika Timor Leste masih menjadi bagian dari Indonesia, pelaku mobilitas tersebut tidak dikatakan sebagai migrant internasional, melainkan migran internal. Seperti juga pada definisi migran internal, seseorang dikatakan migran internasional jika ia tinggal di negara tujuan selama 6 bulan atau lebih atau berniat tinggal 6 bulan atau lebih. b. Sumber Data Secara umum data mengenai migrasi internasional tidak selalu tersedia. Biasanya yang tersedia adalah data pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans). Data ini pun belum mencerminkan jumlah pelaku migrasi internasional yang sesungguhnya mengingat tidak semua pelaku migrasi internasional bertujuan untuk bekerja atau melaporkan diri. Banyak di antara mereka yang sekolah, ikut keluarga, bahkan yang bekerja menjadi tenaga ahli pun tidak selalu terdapat data yang jelas. c. Contoh Data penempatan tenaga kerja Indonesia dari Depnakertrans memperlihatkan bahwa jumlah pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri cenderung berfluktuasi sejak tahun 2001 hingga tahun 2004. Sebagian besar dari mereka umumnya pergi menuju Saudi Arabia dan Malaysia. Yang lainnya pergi ke Kuwait, Singapura, Korea, Taiwan, Hongkong, dan Yordan. Data juga memperlihatkan mereka yang pergi ke luar negeri ini lebih besar sebagai pekerja migran informal (tidak terdokumentasikan) daripada yang formal (terdokumentasikan).
27
Kondisi semacam ini seharusnya menjadi perhatian bagi pemerintah daerah, terutama pemerintah kabupaten dan kota untuk meningkatkan kinerja dinas ketenagakerjaannya atau dinas lain yang terkait dengan masalah ini mulai dari pendataan, pembinaan, pemberangkatan, dan kepulangan para migran tenaga kerja. Data tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia menunjukkan jumlah migran yang masuk ke Indonesia dari berbagai negara. Sejak tahun 2001 hingga 2004, umumnya berjumlah 20 ribu hingga 25 ribu orang. Kebanyakan dari mereka berasal dari Jepang, Amerika, dan Australia. Tabel 5 Migrasi Seumur Hidup menurut Provinsi Life Time Migration by Provin ce Sumber S o u r c e : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, dan 2000
Provinsi
Migrasi Masuk
Province
In Migration
1971 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua
60,982 530,012 87,901 20,606 155,924 327,312 36,038 1,001,103 na 1,791,635 371,448 253,477 99,782 273,228 na 22,010 33,575 10,218 20,805 50,078 66,119 39,548 48,668 50,937 66,984 25,906 na 42,228 na 33,513
1980 143,365 547,715 131,438 343,024 293,245 608,497 121,274 1,782,703 na 2,565,158 963,870 336,611 175,789 433,451 na 63,365 51,493 38,735 104,856 140,042 142,619 292,028 88,266 184,526 108,038 104,793 na 124,894 na 93,030
1990 193,285 452,918 216,014 681,627 470,848 932,032 251,232 1,726,969 na 3,141,214 2,391,890 509,401 264,842 564,401 na 122,899 67,023 46,310 196,876 240,374 272,797 600,201 87,715 286,142 219,666 236,848 na 184,892 na 261,308
2000 100,166 447,897 245,000 1,534,849 566,153 987,157 355,048 1,485,218 94,334 3,541,972 3,271,882 708,308 385,117 781,590 1,758,408 221,722 107,605 106,053 269,722 423,014 360,324 856,251 147,091 369,634 273,875 366,817 26,888 75,540 60,834 332,015
d. Permasalahan yang timbul Pertumbuhan penduduk perkotaan selalu menunjukan peningkatan yang terus menerus, hal ini disebabkan pesatnya perkembangan ekonomi dengan perkembangan industri, pertumbuhan sarana dan prasarana jalan perkotaan. 28
Upaya Pencegahan: Pertumbuhan penduduk di perkotaan periode 1971-1980 jauh lebih pesat dibandingkan dengan periode 1980-1990, hal ini disebabkan periode 1971-1980 pertumbuhan ekonomi masih terpusat didaerah perkotaan, sehingga penduduk banyak pindah ke perkotaan untuk memperoleh penghidupan yang lebih layak. Pada periode 1980-1990 pemeratan pembangunan mulai terasa sampai ke daerah pedesaan. Keadaan ini memungkinkan penduduk tidak lagi membangun daerah perkotaan, akan tetapi cendrung menciptakan lapangan pekerjaan sendiri di pedesaan. (BPS 1994: 18). Sejalan dengan arah pembangunan yang diharapkan persentase penduduk perkotaan cendrung meningkat. Proyeksi yang diharapkan ada peningkatan dari 31,10 persen tahun 1990 menjadi 41,46 % pada tahun 2000. Menurut Prigno Tjiptoheriyanto upaya mempercepat proses pengembangan suatu daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan yang disesuaikan dengan harapan dan kemampuan masyarakat setempat. Untuk itu diperlukan upaya peningkatan jumlah penduduk yang berminat tetap tinggal di desa. Yang perlu diusahakan perubahan status desa itu sendiri, dari desa "desa rural" menjadi "desa urban". Dengan demikian otomatis penduduk yang tinggal didaerahnya menjadi "orang kota" dalam arti statistik (Surabaya Post, 23 September 19996). Guna menekan derasnya arus penduduk dari desa ke kota, maka pola pembangunan yang beroreantasi pedesaan perlu digalakan dengan memasukan fasilitas perkotaan kepedesaan, sehingga merangsang kegiatan ekonomi pedesaan. ( 2003 Digited by USU Digital Library 6) D. Rangkuman Fertilitas adalah bayi yang senyatanya dilahirkan hidup. Ukuran yang dilakukan dalam mengatahui fertilitas adalah Age Specific Fertility Rate, Total Fertility Rate, Net Reproduction Rate dan Replacement Level. Mortalitas adalah menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yg dapat terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Ada 3 indikator yang diukur dalam mortalitas yaitu angka kematian bayi, angka kematian ibu dan angka harapan hidup. Migrasi adalah perpindahan penduduk yang secara relatif permanen dari satu dareah ke daerah lain. Faktor utama terjadinya migrasi karena ketidakmerataan ekonomi dan pembangunan antar satu daerah dan daerah lain. E.
Latihan 1. 2. 3. 4. 5.
Jelaskan pengertian fertilitas, mortalitas dan migrasi! Apa yang dimaksud ASFR, TFR, NRR dan Replacement Level? Apa kegunaan ASFR? Apa kegunaan TFR? Apa yang dimaksud TFR = 2,1 dan NRR = 1?
29
BAB V KOMPOSISI PENDUDUK
Indikator keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menginterpretasi komposisi
enduduk den an te at
A. Konsep dasar Komposisi penduduk merupakan sebuah mata statistik dari statistik kependudukan yang membagi dan membahas masalah kependudukan dari segi umur dan jenis kelamin. Komposisi menurut umur dan jenis kelamin ini sangat penting bagi pemerintah sebuah negara untuk menentukan kebijakan kependudukan mereka untuk beberapa tahun ke depan. Komposisi menurut umur biasanya dijabarkan dalam kelompok-kelompok umur 5 tahun, sedangkan menurut jenis kelamin adalah laki-laki dan perempuan. B. Piramida Penduduk 1. Pengertian Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk adalah cara penyajian lain dari struktur umur penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan menurut umur. 2. Kegunaan Dengan melihat proporsi penduduk laki-laki dan perempuan dalam tiap kelompok umur pada piramida tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai sejarah perkembangan penduduk masa lalu dan mengenai perkembangan penduduk masa yang akan datang. Struktur umur penduduk saat ini merupakan hasil kelahiran, kematian dan migrasi masa lalu. Sebaliknya, struktur umur penduduk saat ini akan menentukan perkembangan penduduk di masa yang akan datang. Indonesia telah mengalami perubahan bentuk piramida yang disebabkan oleh penurunan kelahiran dan penurunan kematian bayi beberapa dekade yang lalu. Dalam hal ini dapat diidentifikasi 3 macam bentuk piramida penduduk secara umum, yaitu: a. Piramida penduduk yang mempunyai dasar lebar menunjukkan terjadinya kelahiran yang tinggi diwaktu-waktu yang lalu.
30
b. Piramida penduduk yang berbentuk kerucut menunjukkan kelahiran besar di waktu yang lalu tetapi kematian bayi yang tinggi menyebabkan proporsi penduduk yang dapat hidup terus keusia dewasa dan menjadi tua lebih sedikit. c. Piramida penduduk dengan badan gemuk dan dasar yang sama atau lebih kecil dan dengan ujung atas yang membesar menunjukkan bahwa beberapa waktu yang lalu telah terjadi jumlah kelahiran yang cukup besar, tetapi t ingkat kematian bayi menurun sehingga jumlah bayi yang lahir dan tetap hidup mencapai usia dewasa lebih banyak dari jumlah sebelumnya. Dengan melihat gambar piramida penduduk, secara sekilas kita mengetahui struktur umur penduduk dan implikasinya terhadap tuntutan pelayanan kebutuhan dasar penduduk (baik balita, remaja, dewasa, laki-laki dan perempuan, dan lansia) sekaligus melihat potensi tenaga kerja serta membayangkan kebutuhan akan tambahan kesempatan kerja yang harus diciptakan. 3. Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah hasil Sensus Penduduk (SP). Untuk membuat piramida penduduk berdasarkan data SP, data yang dibutuhkan adalah jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur 5 tahunan : 0-4; 5-9; 10-14; 15-19; 20-24; 25-29; 30-34; 35-39; 40-44; 45-49; 50-54; 55-59; 60-64; 65-69; 70-74; 75 tahun ke atas. 4. Contoh Gambar Piramida Penduduk Indonesia, SP 2000 (data dirapikan)
5. Interpretasi Gambar piramida penduduk Indonesia tahun 2000 sebagaimana tertera di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berada pada kelompok umur di bawah 9 tahun sudah mulai berkurang karena penurunan jumlah kelahiran selama 10 tahun yang lalu. Kecuali usia 10-14 tahun, jumlah penduduk diatas 9 tahun menunjukkan 31
jumlah yang membengkak pada badan priamida penduduk. Ini menunjukkan besarnya penduduk yang mencapai usia kerja. Tabel 6. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, 2005 Number of Population by Sex and Age Group
Sumber Source : SPAN (Sensus penduduk Aceh dan Nias), SUPAS (Survai Penduduk Antar Sensus) 2005
Dari data statistik diperoleh bahwa usia 5-9 tahun menempati jumlah terbanyak sebesar 22,109,704 jiwa, dan selanjutnyya usia 10-14 sebesar 21,852,247 jiwa. Pada usia tersebut belum produktif masih tergantung pada orang-orang lain t erutama keluarga. Masalah-masalah yang dapat timbul akibat keadaan demikian adalah: a. Aspek ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga Banyaknya beban tanggungan yang harus dipenuhi biaya hidupnya oleh sejumlah manusia produktif yang lebih sedikit akan mengurangi pemenuhan kebutuhan ekonomi dan hayat hidup. b. Aspek pemenuhan gizi Kemampuan ekonomi yang kurang dapat pula berakibat pada pemenuhan makanan yang dibutuhkan baik jumlah makanan (kuantitatif) sehingga dampak lebih lanjut adalah adanya rawan atau kurang gizi ( malnutrition). Pada gilirannya nanti bila kekurangan gizi terutama pada usia muda (0-5 tahun). Akan mengganggu perkembangan otak bahkan dapat terbelakang mental ( retardation). Ini berarti mengurangi mutu SDM masa yang akan datang.
32
c. Aspek Pendidikan Pendidikan memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga diperlukan dukungan kemampuan ekonomi semua termasuk orang tua. Apabila kemampuan ekonomi kurang mendukung maka fasilitas pendidikan juga sukar untuk dipenuhi yang mengakibatkan pada kualitas pendidikan tersebut kurang. d. Lapangan Kerja Penumpukan jumlah penduduk usia muda atau produktif memerlukan persiapan lapangan kerja masa mendatang yang lebih luas. Hal ini merupakan bom waktu pencari kerja atau penyedia kerja. Apabila tidak dipersiapkan SDMnya dan lapangan kerja akan berdampak lebih buruk pada semua aspek kehidupan. Alternatif Pemecahan yang diperlukan : 1) Pengendalian angka kelahiran melalui KB 2) Peningkatan masa pendidikan. 3) Penundaaan usia perkawinan C. Rangkuman Komposisi penduduk adalah keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin. Komposisi penduduk penting untuk diketahui sebagai landasan dalam penyediaan kebutuhan dasar penduduk, seperti pendidikan dan lapangan pekerjaan. D. Latihan 95+ 90-94 85-89 80-84 75-79 70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4 0 . 0
0 . 0
0 . 0
0 . 0
0 .
0 .
0 . 0 0
0 . 0 0
0 . 0 0
0 . 0 0
Survei Penduduk 2010 (SP 2010) Coba diskusikan dengan teman-teman anda bagaimana interpretasi Piramida penduduk di atas?
33
BAB VI KEPADATAN PENDUDUK Indikator keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menginterpretasi komposisi penduduk dengan tepat
A. Pertumbuhan Penduduk 1. Definisi Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Misalnya pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun 1995 ke tahun 2000 adalah perubahan jumlah penduduk Indonesia dari tahun 1995 sampai 2000. 2. Kegunaan Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk ini, tidak hanya di bidang sosial dan ekonomi tetapi juga di bidang politik misalnya mengenai jumlah pemilih untuk pemilu yang akan datang. Tetapi prediksi jumlah penduduk dengan cara seperti ini belum dapat menunjukkan karakteristik penduduk di masa yang akan datang. Untuk itu diperlukan proyeksi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang membutuhkan data yang lebih rinci yakni mengenai tren fertilitas, mortalitas dan migrasi. 3. Perhitungan Kelahiran dan perpindahan penduduk di suatu wilayah menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk di wilayah yang bersangkutan. Sedangkan kematian menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk di wilayah tersebut. Pertumbuhan penduduk suatu wilayah atau negara dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk awal (misal P 0) dengan jumlah penduduk dikemudian hari (misal P t). Tingkat pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus secara geometrik yaitu dengan menggunakan dasar bunga-berbunga (bunga majemuk). Dengan rumus pertumbuhan geometrik, angka pertumbuhan penduduk ( rate of growth atau r ) sama untuk setiap tahun, rumusnya: Pt = P0 (1+r)t Dimana P0 adalah jumlah penduduk awal Pt adalah jumlah penduduk t tahun kemudian r adalah tingkat pertumbuhan penduduk t adalah jumlah tahun dari 0 ke t. 34
4. Contoh dan Sumber Data Untuk mengaplikasikan rumus petumbuhan penduduk secara geometric ( Geometric Rate of Growth) diberikan contoh perhitungan dengan menggunakan data jumlah penduduk Indonesia 1995 dari hasil Survai Penduduk Antar Sensus (Supas) 1995 yakni 194,7 juta dan data jumlah penduduk 2000 dari hasil Sensus Penduduk (SP) 2000 yakni 205,8 juta. Dengan mengaplikasikan rumus di atas maka tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1995-2000 adalah: Pt = P2000 = 205,8 juta ; P0 = P1995 = 194,7 juta ; t = 2000 - 1995 = 5 tahun. Bila data diatas kedalam rumus pertumbuhan geometrik, maka: 205.800.000 log(205.800.000/194.700.000) --------------------------------------5 0,0048 10 0,048 1,0111 r
= 194.700.000 * ( 1+ r)
5
= log(1+r) = = = =
log (1 + r) 1+r 1 + r 0,0111
5. Interpretasi Angka pertumbuhan penduduk Indonesia antara tahun 1995-2000 adalah 1,11% per tahun. Artinya setiap tahun antara 1995 dengan tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia bertambah sebesar 1,11 persen nya. Dengan angka pertumbuhan ini dapat dihitung perkiraan jumlah penduduk pada tahun yang akan datang. B. Persebaran Penduduk 1. Konsep Persebaran penduduk atau disebut juga distribusi penduduk menurut tempat tinggal dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu persebaran penduduk secara geografis dan persebaran penduduk secara administratif, disamping itu ada persebaran penduduk menurut klasifikasi tempat tinggal yakni desa dan kota. Secara geografis, penduduk Indonesia tersebar di beberapa pulau besar dan pulau-pulau atau kepulauan. Secara administratif (dan politis), penduduk Indonesia tersebar di 33 propinsi, yang mempunyai lebih dari 440 kabupaten dan kota. 2. Kegunaan Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan persebaran penduduk secara geografis sejak dahulu hingga sekarang adalah persebaran atau distribusi penduduk
35
yang tidak merata antara Jawa dan luar Jawa. Penyebab utamanya adalah keadaan tanah dan lingkungan yang kurang mendukung bagi kehidupan penduduk secara layak. Ditambah lagi, dengan kebijakan pembangunan di era orde baru yang terkonsentrasi di pulau Jawa, yang menyebabkan banyak penduduk yang tinggal di luar pulau Jawa bermigrasi dan menetap di pulau Jawa. Informasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terkonsentrasinya penduduk di suatu tempat memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk, yang umumnya disertai dengan kemiskinan, dengan pembangunan dan program-program untuk mengurangi beban kepadatan penduduk atau melakukan realokasi pembangunan di luar Jawa atau realokasi penduduk untuk bermukim di tempat lain. 3. Indikator Persebaran Penduduk Kepadatan penduduk berkaitan dengan daya dukung (carrying capacity) suatu wilayah. Indikator yang umum dipakai adalah Rasio Kepadatan Penduduk (density ratio) yaitu rasio yang menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk terhadap luas wilayah atau berapa banyaknya penduduk per kilometer persegi pada tahun tertentu. Rumus :
4. Contoh Indonesia pada tahun 2000 dengan luas wilayah 1.937.179 km2 mempunyai jumlah penduduk sebanyak 205.843.300 orang. Dengan menggunakan rumus Rasio Kepadatan Penduduk diperoleh angka pada tahun 2000 sebesar 109. Artinya, tiap km2 wilayah Indonesia dihuni oleh 109 orang penduduk. Bila dibandingkan dengan kepadatan penduduk menurut pulau/propinsi, kepadatan nasional masih lebih rendah dibandingkan pulau Jawa yaitu 951 pada tahun 2000 . Di wilayah DKI terdapat kecamatan atau kelurahan dengan kepadatan penduduk diatas 15.000 orang per kilometer persegi. Wilayah padat ini tentunya memerlukan perhatian pemerintah sehubungan dengan kelayakan dan martabat hidup penduduknya.
36
Tabel 7 Kepadatan Penduduk per Km2 menurut Provinsi 2
Population Density per Km b y P r o v i n c e Provinsi Province
00. Indonesia 1. Nanggroe Aceh Darussalam 2. Sumatera Utara 3. Sumatera Barat 4. Riau 5. Jambi 6. Sumatera Selatan 7. Bengkulu 8. Lampung 9. Kep. Bangka Belitung 10. Kepulauan Riau 11. DKI Jakarta 12. Jawa Barat 13. Jawa Tengah 14. DI Yogyakarta 15. Jawa Timur 16. Banten 17. Bali 18. Nusa Tenggara Barat 19. Nusa Tenggara Timur 20. Kalimantan Barat 21. Kalimantan Tengah 22. Kalimantan Selatan 23. Kalimantan Timur 24. Sulawesi Utara 25. Sulawesi Tengah 26. Sulawesi Selatan 27. Sulawesi Tenggara 28. Gorontalo 29. Sulawesi Barat 30. Maluku 31. Maluku Utara 32. Irian Jaya Barat 33. Papua
Tahun – Year 1971 1980 62 78 36 50 93 114 56 79 17 23 22 27 33 50 24 39 83 131 na na na na 7,762 9,794 467 794 640 780 785 863 532 609 na na 381 438 109 135 48 58 14 17 5 6 45 47 4 5 90 139 13 20 71 97 26 25 na na na na 15 30 na na na na 2 3
1990 95 66 139 93 35 38 68 60 170 na na 12,439 1,023 876 914 678 na 493 167 69 22 9 60 8 162 27 112 35 na na 40 na na 5
2000 108 76 158 99 52 45 67 74 191 56 na 12,592 1,033 959 980 726 936 559 199 83 27 12 69 11 132 35 129 48 68 na 26 25 na 6
2005 116 78 169 106 62 49 73 78 201 65 na 13,344 1,126 982 1,049 757 1,044 601 208 90 28 12 75 12 139 36 136 51 75 na 27 29 na 7
Sumber / Source : Sensus Penduduk (1971, 1980, 1990, 2000) dan Supas 2005
Dari data tersebut diperoleh bahwa penduduk terpadat terdapat di wilayah DKI Jakarta dengan 13,344/KM 2 . 5. Permasalahan yang timbul Ketidakseimbangan kepadatan penduduk ini mengakibatkan ketidakmerataan pembangunan baik fisik maupun non fisik yang selanjutnya mengakibatkan keinginan untuk pindah semakin tinggi. Arus perpindahan penduduk biasanya bergerak dari 37
daerah yang agak terkebelakang pembangunannya ke daerah yang lebih maju, sehingga daerah yang sudah padat menjadi semakin padat. Pemecahan Masalah: Untuk memecahkan masalah ini dilaksanakan program pepindahan penduduk dari daerah padat ke daerah kekurangan penduduk, yaitu program transmigrasi. Sasaran utama program transmigrasi semula adalah untuk mengurangi kelebihan penduduk di Pulau Jawa. Tetapi ternyata jumlah penduduk yang berhasil ditransmigrasikan keluar Jawa sangat kecil jumlahnya. Pada tahun 1953 direncanakan 100.000 penduduk, tetapi hanya sebanyak 40.000 orang yang berhasil dipindahkan (BPS 1994:90) Walaupun demikian, program transmigrasi sudah menunjukan hasilnya di mana penduduk yang tinggal di Pulau Jawa turun dari 60% pada tahun 1990, diproyeksikan menjadi 57,7% pada tahun 2000. Sebaliknya diluar Jawa diproyeksikan akan terjadi kenaikan tahun 1990-2000. Di Pulau Sumatera naik dari 21% pada tahun 1990 menjadi 21,65 % pada tahun 2000 (BPS 1990:6-7). C. Rangkuman Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk pada suatu wilayah dari tahun ke tahun tertentu. Pertumbuhan penduduk mengindikasikan laju pertambahan penduduk setiap tahunnya. Dengan dikatahuinya pertumbuhan penduduk, maka dapat diantisipasi pemenuhan kebutuhan dasar penduduk juga dapat memprediksi jumlah pemilih dalam pemilihan umum. Persebaran penduduk Indonesia secara administratif ada di 33 provinsi kepadatan penduduk tidak merata antara pulau Jawa dan luar Jawa, ini di atasi dengan program transmigrasi. Ratio kepadatan penduduk (density ratio) merupakan perbandingan banyaknya jumlah penduduk per km 2 pada suatu wilayah dan tahun tertentu. D. Latihan 1. Pertumbuhan penduduk terjadi 1,11% antara tahun1995-2000, apa artinya? 2. Diskusikan dengan teman-temanmu apa akibatnya jika Jakarta kepadatan penduduknya tidak terkendali?
38
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan Membahas Ilmu Demografi berarti kita membahasa masalah-masalah kependudukan. Oleh karena itu hal-hal yang terkait dengan kependudukan dapat kita pelajari melalui Demografi. Berangkat dari para pakar kependudukan lahirlah ilmu Demografi. Setidaknya ada tiga komponen utama Demografi yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi. Komposisi penduduk juga kita pelajari dalam Demografi, ini penting untuk diketahui sebagai landasan dalam perencanaan pembangunan. Kepadatan penduduk yang tidak terkendali dapat berdampak pada masalah-masalah sosial. Oleh karena itu harus dikendalikan dan diatur distribusi penduduknya tidak terpusat pada satu daerah/pulau Jawa saja. B. Implikasi Dengan mempelajari ilmu demografi para pegawai BKKBN khususnya dapat lebih memahami akan pentingnya unsur-unsur yang terkait dengan kependudukan sehingga dalam melaksanaan tugasnya dapat memberikan arah dalam pelaksanaan program kependudukan dan Keluarga Berencana. C. Tindak Lanjut 1. Setelah mempelajari pengantar demografi anda disarankan untuk mendalami lebih lanjut penguasaan materi demografi secara lebih spesifik. 2. Mengamati fenomena kependudukan yang terjadi di lingkungan sekitar danm mengaitkan dengan ilmu demografi. 3. Memberikan masukan dalam pelaksanaan program kependudukan dan Keluarga Berencana di unit anda bekerja.
39