REVIEW MAKALAH
TEORI NEW HISTORISICM
Disusun untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah Ilmu Sastra Umum yang diampu d iampu oleh Dr.Darni Dr.Darni
OLEH WINARTO RAHARJO NIM. 157835025
PASCA PASCA SARJANA FAKULT FAKULTAS AS PENDIDIKAN PENDIDI KAN BAHASA B AHASA DAN SASTRA SAS TRA PROGRAM S2 BAHASA ASING ASING KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UNIVERSITA UNIVERSI TAS S NEGERI NEGE RI SURABA SU RABAA A 201! TEORI NEW HISTORISICM
1. P"#$"%&'()'( T"*#+ S',-#'
Perkembangan yang menyatakan bahwa karya sastra hanya berupa karya fiktif atau rekaan imajinatif itu tidak terlepas dari arus pemikiran grand-narrative ilmu pengetahuan, term termas asuk uk dala dalam m hal hal ini ini yaitu aitu perk perkem emba bang ngan an ilmu ilmu sast sastra ra itu itu send sendir iri. i. Seba Sebaga gaim iman anaa dikemukakan oleh Abrams (1!1"1-!#, bahwa pendekatan terhadap karya sastra diawali oleh pendekatan yang berkaitan dengan alam semesta (teori mimetik Plato#, kemudian dilanjutkan
pendekatan yang bersifat pragmatik (konsep dul$e et utile dari %ora$e#, lalu pendekatan yang terfokus pada pengarangnya atau ekspresif (&aman 'omantik#, baru kemudian pendekatan objektif (yang diwakili oleh strukturalisme#. Pendekatan-pendekatan terhadap karya sastra yang bersifat objektif inilah yang mendasarkan analisis karya sastra hanya bertumpu pada karya sastra tersebut sebagai satu kesatuan yang otonom, tanpa harus mengaitkannya dengan dunia atau masyarakat yang menjadi representasinya, tanpa harus mengaitkannya dengan pengarangnya ataupun pemba$anya. Pendekatan objektif atau strukturalisme sema$am ini diwakili oleh ormalisme 'usia dan new $riti$ism. Pendekatan ini menjadi trend yang dominan hingga kira-kira pada pertengahan abad ke-)*. +engan demikian, karya seni atau sastra dalam konteks ini, tidak dapat diajukan ke pengadilan mengingat karakteristiknya yang tidak harus dikaitkan dengan latar belakang penulisannya, tidak harus dikaitkan ras, agama atau ideologi pengarangnya ataupun kepada siapa saja pemba$anya. Perkembangan eori Sastra pada Paruh edua Abad e-)* sebagaimana telah dikemukkan di depan, menyatakan pergeseran orientasi teori dan kritik sas tra itu bermula dari mimetik, pragmatik, ekspresif hingga objektif yang men$apai pun$ak pengaruhnya pada pertengahan abad ke-)*. Akan tetapi, pada paruh kedua abad ke-)*, pergeseran orientasi pada teori dan kritik sastra tersebut berbalik arah, yakni dari perhatian pada teks sebagai sistem yang otonom menuju pada kaitan antara sastra dengan konteks budaya yang melingkupinya. Pergeseran itu bukan gerakan mundur ke belakang, melainkan sebagai perkembangan akumulatif ilmu sastra yang bertumpu pada pengetahuan yang telah ditemukan sebelumnya (udianta, )**)"/1-//#. +alam perkembangannya, teori-teori sastra mengikuti dua ke$endrungan. Pertama, yang berke$enderungan tekstual yakni teori-teori sastra yang merespon dan mendobrak teoriteori objektif (new $riti$ism, formalisme, strukturalisme# tetapi tetap memakai konsepkonsep strukturalisme sebagai kerangka a$uannya. eori-teori yang termasuk dalam kelompok
ini
adalah
dekonstruksi
dan
teori
psikoanalisis
0a$an.
edua,
yang
berke$enderungan politissosiologis yakni teori-teori mutakhir yang menerapkan kajiannya dalam wilayah yang lebih luas, yakni melihat sastra dalam kaitannya dengan berbagai dinamika sosial, budaya, politik, dan ekonomi. 2ang termasuk dalam teori-teori ini antara lain neomar3is, teori postkolonial, new historis$ism, dan kajian budaya. eori-teori feminis yang berkembang setelah strukturalisme berkembang melalui dua arah, ada yang mengikuti ke$enderungan pertama, seperti yang dikembangkan di Pran$is oleh 4ulia risteva, %elene 5i$ous dan lain-lainnya dengan merevisi teori-teori 0a$an. 2ang mengikuti ke$enderungan 2 | P a g e
kedua, yakni menggabungkan permasalahan feminis dengan masalah ras, etnis dan kelas, berkembang lebih subur di Amerika, 6nggris, dan Australia. +emikian pula teori-teori wa$ana seperti yang dikembangkan ou$ault kemudian 7dward Said, berada di antara dua kutub tersebut. eori wa$ana ou$ault lebih $ondong ke yang pertama, sedangkan 7dward Said ke yang kedua. +alam skema Abrams, pergeseran dari orientasi mimetik hingga ke objektif merupakan periodisasi teori sastra yang berlangsung se$ara silih berganti dan berlangsung selama beberapa abad. +i pihak lain, teori-teori sastra yang berkembang setelah strukturalisme dalam paruh abad ke-)* merupakan perkembangan yang $epat dan tidak meniadakan satu dengan lainnya. Artinya, hingga awal abad ke-)1 berbagai ma$am teori yang telah disebutkan di atas saling bersaing, mempengaruhi dan meminjam satu sama lain. 2ang menjadi trend pada waktu tertentu yaitu yang paling akhir mun$ul. +alam konteks saat ini, trend yang mutakhir yaitu kajian budaya ($ultural studies#. +ari ke$enderungan yang ada, orientasi kritik yang dominan adalah teori yang melihat kaitan sastra
dengan konteks
(sosialpolitikekonomi# yang melingkupinya.
+alam
putarannya kembali dari mengkaji teks se$ara otonom dan mengaitkannya ke konteks yang melingkupinya, teori-teori sastra
setelah
strukturalisme se$ara umum memberikan
pemaknaan baru tentang apa yang disebut karya sastra, pengarang, pemba$a, dan kenyataan atau realitas semesta yang menjadi a$uannya. onsep-konsep tersebut berbeda dengan apa yang dikemukakan Abrams (udianta, )**)"/1-//#.
3 | P a g e
2. T"*#+ N" H+,-*#+/+,%
+ari sekian teori yang berkembang, teori yang akan kita bahas adalah teori 8ew %istori$ism, teori sastra yang memandang sejajar antara karya sastra dan sejarah. Pertanyaan pertanyaan yang ditanyakan oleh ahli sejarah tradisional dan oleh 8ew %istori$ism $ukup berbeda, hal itu dikarenakan dua pendekatan ini mempunyai pandangan yang sangat berbeda tentang apa itu sejarah dan bagaimana kita dapat mengetahuinya. 8ew %istori$ism berhubungan dengan raditional %istori$ism, mendapat nama yang lebih lengkap, yakni 8ew Ameri$an %istori$ism, yang merupakan sebuah revolusi dari Ameri$an %istori$ism. agi raditional %istori$ism, yang berkembang pada pertengahan abad 1 dan awal abad )* (sekitar tahun 1!*-an#. Sejarah adalah serangkaian peristiwa yang mempunyai hubungan linier, kausal9 Peristiwa A menyatakan peristiwa 9 peristiwa menyebabkan peristiwa :, dan lain- lain. 0agi pula, mereka menyakini kita sangat mampu, melalui analisis objektif, mengungkapkan fakta tentang peristiwa sejarah, dan fakta-fakta tersebut kadang-kadang mengungkapkan semangat &aman, yaitu, pandangan dunia yang dimiliki oleh kebudayaan yang dia$u oleh fakta-fakta itu. ;emang, beberapa laporan sejarah tradisional yang sangat terkenal telah memberikan konsep kun$i yang akan menerangkan pandangan dunia populasi sejarah tertentu. Sebaliknya, 8ew %istori$ism tidak per$aya kita mempunyai akses yang jelas ke fakta mana pun, ke$uali fakta yang paling dasar dari sejarah. Alasannya adalah bahwa ketidakmungkinan dilakukannya analisis objektif, karena ahli sejarah hidup pada tempat, waktu, dan kebudayaan yang berbeda dan perbedaan tersebut memberikan pengaruh kepada mereka. agi 8ew %isotri$ism pemahaman kita tentang apa artinya fakta-fakta seperti itu, tentang bagaimana fakta-fakta itu sesuai dalam jaringan kompleks ideologi yang bersaing dan agenda < agenda sosial, politik, dan kultural yang bertentangan dengan waktu dan tempat di mana itu terjadi merupakan masalah penafsiran, bukan fakta. ahkan ketika ahli sejarah tradisional per$aya mereka bersandar pada fakta, $ara mereka mengkontekstualisasikan faktafakta tersebut ( termasuk fakta mana yang dipandang $ukup penting untuk dilaporkan dan yang mana yang harus dibuang # menetukan $erita apa yang akan di$eritakan oleh fakta-fakta itu. +ari perspektif ini, tidak ada hal seperti presentasi fakta9 hanya ada penafsiran. 0agi pula, 8ew %istori$ism mengungkapkan bahwa penafsiran yang dapat diper$aya sulit untuk dihasilkan karena sejumlah alasan.
4 | P a g e
8ew %istori$ism, menolak marjinalisasi sastra historisisme tradisional. Serta menolak anggapan teks sastra mewujudkan maksud penulis atau mengilustrasikan semangat &aman yang menghasilkannya. eks sastra juga bukan objek seni yang sanggup men$ukupi keperluannya sendiri yang melebihi waktu dan tempat di mana teks itu ditulis seperti diyakini ritikus aru. eks sastra adalah artefak budaya yang dapat men$eritakan kepada kita sesuatu tentang wa$ana yang saling mempengaruhi, jaringan makna sosial yang bekerja dalam waktu dan tempat di mana teks ditulis. agi 8ew %istori$ism, teks sastra dan situasi sastra sama pentingnya karena teks (karya sastra # dan konteks (kondisi sejarah yang menghasilkannya# saling konstitutif" mereka man$iptakan satu sama lain. Seperti interplay yang dinamis antara identitas individu dan masyarakat, teks sastra membentuk dan dibentuk oleh konteks sejarahnya. erdasarkan pandangan tersebut, =reenblatt ()***"1>!-1>9
yson 1")?#
menunjukkan beberapa permasalahan yang mun$ul dalam kajian budaya dan juga 8ew %istori$ism. Pertama, prilaku atau budaya yang dikukuhkan dalam teks. edua, kenapa pemba$a menganggap karya tersebut bermakna. etiga, perbedaan nilai kritikus dengan nilai teks. eempat, pemahaman sosial yang melatari teks. elima, kebebasan pikiran yang dibayangkan dalam teks se$ara eksplisit maupun implisit. eenam, pandangan atau ideologi yang didukung atau ditentang oleh teks. ;aka perbedaan antara raditional %istori$ism dengan 8ew %istori$ism adalah pada $ara pandang terhadap sebuah karya sastra yang tidak hanya sebagai produk personal namun juga sebagai produk impersonal yang bahkan mungkin mampu mempengaruhi budaya pada saat karya tersebut ditulis atau diterbitkan. 8ew %istori$ism dalam bidang sastra merupakan sumbangan besar dari penelitian penelitian tokoh Amerika bernama Stephen =reenblatt. ;enurut 8ewton ()**/"1?)#, =reenblatt merupakan tokoh penganut antiesensialisme. odrat manusia ditentukan oleh budayanya. Sistem budaya men$iptakan individu-individu yang khas. Sistem budaya tersebut se$ara abstrak menentukan arah untuk membentuk suatu wujud sejarah. eori 8ew %istori$ism merupakan salah satu teori sastra yang berkembang setelah era strukturalisme, teori yang mun$ul dalam dua dekade terakhir abad ke-)* bersama teori-teori lain seperti postruktural, poskolonial, ataupun kajian budaya. ;enurut udianta ()**>")#, =reenblatt mendobrak ke$enderungan kajian tekstual formalis dalam tradisi 8ew :riti$ism yang bersifat ahistoris, yang melihat sastra sebagai wilayah estetik yang otonom, dipisahkan dari aspek-aspek yang dianggap berada di@luar@ karya tersebut. Sebaliknya =reenblatt menekankan kaitan antara teks dan sejarah. 8ew %istori$ism menawarkan perspektif kajian 5 | P a g e
sastra yang tidak bisa dilepaskan dari praktis-praktis sosial, ekonomi dan politik karena ia ikut mengambil bagian di dalamnya. Semua teks, baik sastra maupun non sastra, merupakan produk dari &aman yang sama dengan berbagai pertarungan kuasa dan ideologi, sehingga 8ew %istori$ism mengaitkan antara teks sastra dengan nonsastra. 8ew %istori$ism tidak lepas dari perkembangan pemikiran poststrukturalis. aum poststrukturalis, mulai melihat pluralitas dan menolak sistem yang dikukuhkan oleh kaum strukturalisme. ;enurut sarup ()**!"1/1#, landasan filosofis tersebut diilhami oleh pemikiran 8iet&s$he. ;enurut tokoh filsafat tersebut, tidak ada sistem yang dapat mengungkapkan seluruh kebenaran. Suatu sistem hanya dapat mengadopsi satu sudut pandang. Sedangkan menurut ;yers (1!# 8ew %istori$ism merupakan reaksi terhadap formalism dan kritik baru yang memandang puisi sebagai sebuah objek yang berdiri sendiri. 8ew %istori$ism menolak keluarnya
sosio politik dari interprestasi karya sastra.
+itambahkan oleh eluga ()**)# bahwa konteks sejarah merupakan faktor penting untuk memahami karya sastra. Ada kepaduan antara teks dengan konteks. embali dijelaskan oleh ;yers bahwa menemukan makna asli sebuah teks merupakan suatu hal yang tidak mungkin. Sebaliknya 8ew %istori$ism berfikir untuk menemukan kembali ideologi asli yang melahirkan teks, dan pada gilirannya teks membantu menyebarkannya. arya sastra ikut mereproduksi dan membangun konvensi, norma, dan nilai budaya melalui tindak verbal dan imajinasi kreatif. erlepas
dari
maksud,
kesadaran,
dan
tujuan
pengarangnya,
relasi
kuasa
menghadirkan ideologi melalui apa yang oleh ou$ault dinamakan dengan istilah discourse atau yang sering diindonesiakan menjadi wa$ana. :ipta bahasa dalam teks sastra dan teks nonsastra di warnai oleh re&im kebenaran@ yang mensosialisasikan atau membakukan aturan-aturan (tentang apa yang boleh dan tidak boleh dikatakan, siapa yang boleh mengatakan, bagaimana $ara mengatakannya# dalam mengatur relasi kuasa tertentu (misalnya dalam hal seksualitas, gender, moralitas, identitas asli atau tidak asli, hubungan antar kelas dan lain-lain#. Asumsi dasar 8ew %istori$ism seperti yang diungkapkan =reenblatt ()**?"?# adalah adanya pengaruh timbal balik antara manusia dan kebudayaannya. ;anusia dibentuk dan ikut membentuk kebudayaan tempat mereka hidup. +idukung pula oleh yson (1")!># bahwa hubungan antara individu dan masyarakat saling konstitutif. idak ada semangat &aman monolitik. Ba$ana selalu dalam keadaan perubahan terus menerus dan tumpang tindih. Cleh karena itu 8ew %istori$ism memandang laporang sejarah sebagai naratif, sebagai $erita, karena biasanya tidak bisa dihindari. +itambahkan oleh :on (1!"DE/# bahwa sejarah dan 6 | P a g e
sastra merupakan produk bahasa yang memiliki kesamaan sebagai sebuah wa$ana narasi. egitu juga yang disampaikan oleh udianta ()**>"D# bahwa kenyataan sejarah tidak tunggal dan absolut. ;elainkan terdiri dari berma$am-ma$am versi yang penuh kontradiksi, keterputusan dan pluralitas. 0ebih lanjut =reenblatt (budianta, )**>"!# menyatakan bahwa meskipun sastrawan menginternalisasi nilai-nilai budaya yang ada, bukan tidak mungkin karyanya mempunyai potensi untuk menggugat dan mempertanyakan batas yang ditentukan oleh budaya tersebut. Seringkali pengarang ditempatkan sebagai subjek@ dalam suatu tegangan antara menjadi agen yang mempunyai kesadaran akan pilihan, tindakan dan kemauan atau sebagai pihak yang ditaklukkan atau mengalami subjektivikasi oleh ideology atau nilai-nilai yang dominan. +alam hal ini new historisisme seringkali menempatkan teks dalam pilihan yang dikotomis antara menentang atau mengikuti dengan ideologi yang dominan. Akan tetapi, umumnya kajian new histori$ism menunjukkan bahwa ideologi bekerja dalam teks dengan $ara yang lebih kompleks, heterogen, tidak stabil, suatu kekuatan yang terus-menerus berproses. Pandangan pluralitas terhadap sejarah oleh raningan (1"1/E# dijelaskan lebih lanjut bahwa dalam penelaahan sejarah dalam karya sasta, tugas utamanya tidak untuk menemukan apa yang teks $erminkan atau tidak. Ahli tersebut memandang sastra merupakan kendaraan bagi representasi sejarah. +engan demikian teks sastra menunjukkan proses-proses dan ketegangan-ketegangan yang terjadi karena adanya perubahan sejarah. +itambahkan oleh ;yers (1!#, dalam kritik 8ew %istori$ism fokusnya pada bagaimana teks sastra berfungsi dengan sendirinya sebagai wa$ana sejarah yang berinteraksi dengan wa$ana sejarah lainnya. Ba$ana berhubungan dengan waktu dan tempat teks diatur, waktu teks diterbitkan, atau dalam sejarah penerimaan teks. 8amun ideologilah yang dipentingkan, bukan sejarah. 4ika ideologi bukan hal yang penting dalam sejarah, maka tidak akan ada hubungan suatu sejarah. arya sastra adalah agen idiologi. 8ew %istori$ism memilliki fokus pada naratif sejarah kelompok-kelompok yang termarjinalkan, seperti perempuan, warna kulit, kaum miskin, kelas pekerja, pria gay, lesbian, dan narapidana. +itambahkan oleh udianta ()**>"D# bahwa 8ew %istori$ism tidak menerima begitu saja perbedaan antara budaya tinggi dan rendah. 8ew %istori$ism justru ingin menunjukkan keterkaitan antara ragam budaya tinggi dan rendah, sastra dan non sastra saling terkait dengan persoalan-persoalan pada &amannya. +engan pandangan tersebut, 8ew %istori$ism telah meruntuhkan aksioma yang mendasari 8ew :riti$ism, bahwa sastra popular biasanya bersifat konformis, mendukung nilai-nilai dominan yang ada, sedangkan sastra tinggi menentang dan bersikap kritis terhadap tatanan so$ial, politik dan ekonomi. 7 | P a g e
+isamping memberi perhatian terhadap kelompok orang yang termarjinalkan, menurut =reenblatt ()***")1# 8ew %istori$ism juga melibatkan apa yang disebut thi$k des$ription@ deskripsi mendalam. 6stilah tersebut dilahirkan oleh seorang ahli antropologi, :lifford =irt&. +iskripsi mendalam tidak sekedar men$ari fakta-fakta, melainkan men$ari makna yang kompleks dalam kode budaya yang melandasinya. +alam bidang sastra, ;yers (1!# men$atat / asumsi 8ew %istori$ism. Pertama, karya sastra bernilai sejarah, bukan sekedar $atatan tentang pikiran seseorang. arya sastra merupakan bentuk sosial budaya dan untuk memahaminya harus dikaitkan dengan sosial budaya yang menghasilkannya. edua, karya sastra merupakan pandangan tertentu terhadap sejarah. etiga, seperti halnya karya sastra, manusia, termasuk ahli sejarah dan kritikus juga mengalami bentuk tekanan so$ial politik. eempat, akibatnya ahli sejarah atau kritikus terjebak pada kesejarahannya sendiri. ak seorangpun mampu bangkit dari struktur sosialnya sendiri.
3. P"("+-+'( "()'( T"*#+ N" H+,-*#+/+,%
Pada tahun )**>, ;elani udianta mempublikasikan hasil penelitian berjudul Fudaya, Sejarah, dan Pasar" 8ew %istori$ism dalam Perkembangan ritik SastraF dalam Susastra D volume ) nomor D. 6nilah kajian awal menggunakan teori new histori$ism dalam sastra 6ndonesia. udianta ()**># meneliti karya Aman +atoek ;adjoindo (jerita oedjang ingoeng dan Si +oel Anak 4akarta#. +alam kedua karya tersebut, pasar dan uang adalah hal yang sangat penting. eks di luar sastra yang diteliti oleh udianta adalah surat pemba$a yang dipublikasikan dalam majalah ;inangkabau tahun 11!. Surat ini berisi keluhan pemba$a majalah tersebut terhadap hawa nafsu orang terhadap uang pada masa transisi dari masyarakat tradisional ke industri. Surat ini dipilih oleh udianta karena mengandung pokok yang sama dengan kedua karya sastra yang dikaji. Selain ;elani udianta, +arni dalam 4urnal Penelitian ahasa, Sastra, dan Pengajarannya Golume 1), 8omor 1, April )*1D juga mempublikasikan hasil penelitian yang berjudul enomena Perdagangan Perempuan dalam iksi 4awa ;odern@ yang menggunakan teori 8ew %istorisi$m se$ara keseluruhan dalam proses menganalisa penelitian ini. ;elalui $ara pandang 8ew %istorisism dilakukan penafsiran terhadap kekerasan yang menimpa perempuan, yakni perdagangan perempuan. Ada kaitan yang erat antara kekerasan terhadap perempuan, khususnya perdagangan perempuan dengan sejarah yang ikut membentuk ter$iptanya karya sastra. Ada timbal balik antara keduanya. +alam rangka melihat kaitan antara sejarah dan sastra dalam $ara pandang 8ew %istori$isms ini digunakan konsep-konsep 8 | P a g e
dan praktik sosial, yang merupakan konteks sejarah, yang berkaitan erat dengan fokus penelitian, yakni kekerasan, patriarkhi, dan feminisme. 8ilai yang dipegang oleh peneliti dalam 8ew %istori$ism sangat menentukan hasil penafsiran. 8ilai yang dipegang peneliti adalah nilai feminisme yang sesuai dengan budaya 4awa.
| P a g e
D'-'# P,-'$'
!udianta" #elani. 2$$$. “Teori Sastra Sesudah Strukturalisme: dari Studi Teks ke Studi Wacana Budaya,” Teori dan Kritik Sastra. %akarta& 'em(aga Penelitian Uni)ersitas Indonesia. !udianta" #elani. 2$$6. “Budaya, Sejarah, dan Pasar: New Historisisme dalam Perkeman!an Kritik Sastra,” dalam Susastra " #$urnal %lmu Sastra dan Budaya &ni'ersitas %ndonesia(. *olume 2 +omor !udianta" #elani. ,!udaya" Se-arah" dan pasar & +e /istori0ism dalam Perkem(angan 1ritik Sastra dalam -urnal Susastra *ol 2 +o 3" /al . %akarta /IS1I. udianta, ;elani. )**). eori Sastra Sesudah Strukturalisme,@ ahan Pelatihan eori dan ritik Sastra. 4akarta" Pusat Penelitian emasyarakatan dan udaya Hniversitas 6ndonesia Abrams, ;.%. 1!1. A =lossary of 0iterary erms. 8ew 2ork" %olt, 'inehart and Binston dalam http"staff.uny.a$.idsitesdefaultfilesP7'A8I)*+6SH'S6I)*A'2A I)*SAS'AI)*+A8I)*;7+6A.pdf. +iakses tanggal *!-1)-)*1?
uerin" ilred '. dkk. 2$$5. ) Handook *+ ritical )--roach to .iterature. +e ork & 9:ord Uni)ersity Press ;yers,=.+.he 8ew %istori$ism in 0iterature@dalam +arni, http://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/viewFile/1322/1098. +iakses tanggal *E-1)-)*1? yson, 0ois. 1. :riti$al heory oday" A Hser-riendly =uide. 8ew 2ork" =arland Publishing 6n$. dalam +arni, http://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/viewFile/1322/1098. +iakses tanggal *E-1)-)*1? +arni, “Fenomena !erda"an"an !erempuan dalam Fi#si $awa %odern& dalam 4urnal Penelitian ahasa, Sastra, dan Pengajarannya Golume 1), 8omor 1, April )*1D dalam http://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/viewFile/1322/1098. +iakses tanggal *E-1)-)*1?
$ | P a g e
=reenblatt, Stephen and :atherine =allagher. )***. Pra$ti$ing 8ew %istori$ism. :hi$ago" he Hniversity of :hi$ago Press. dalam +arni, http://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/viewFile/1322/1098. +iakses tanggal *E-1)-)*1? =reenblatt, Stephen. )**?. 'enaissan$e Selfashioning. :hi$ago" he Hniversit y of :hi$ago Press. +alam +arni, http://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/viewFile/1322/1098. +iakses tanggal *E-1)-)*1?
| P a g e