LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
"TEKNIK ISOLASI JAMUR"
Dosen Pengampu : Novi Arfarita, SP, MP, M.Sc, Ph.D.
Di Susun Oleh :
Mochamad irvan syahroni (21601031093)
Moh. Avif Amirullah (21601031071)
Riskika Adikantari (21601031086)
Ahmad Sholeh (21601031080)
Kelompok 01
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mikroorganisme terdapat dimana-mana didalam lingkungan kita mereka ada pada tubuh kita, didalam tubuh kita, dan disekeliling kita. Mereka merupakan komponen penting dalam ekosistem.
Dihabitat alamiahnya, mereka hidup dalam suatu komunitas yang terdiri dari berbagai jenis mokroorganisme, bersama spesies-spesies biologi lainnya. Didalam komunitas ini, satu spesies mikroba dapat mempengaruhi spesies lain dengan berbagai cara-cara beberapa bersifat menguntungkan beberapa merugikan.
Dalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri khususnya dalam skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus menumbuhkan mereka dalam suatu biakan yang mana di dalamnya hanya terdapat bakteri yang kita butuhkan tersebut tanpa adanya kontaminasi dari mikroba lain.
Biakan yang semacam ini biasanya dikenal dengan istilah biakan murni, untuk melakukan hal ini, haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien yang di isyaratkan oleh bakteri dan juga macam-macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan bakteri tersebut.
Isolasi mikroorganisme adalah memisahkan mikroba yang berasal dari lingkungan dan membuahkannya sebagai kultur murni dalam suatu medium. Proses pemindahan mikroba dari medium lama ke medium baru harus dilaksanakan secara teliti. Terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alat-alat yang berhubungan dengan medium dan pekerjaan inokulasi (penanaman) itu benar-benar steril, hal ini untuk menghindari kontaminasi dengan mikroorganisme yang tidak diinginkan.
1.2 Tujuan
1. Mempelajari cara-cara isolasi jamur.
2. Melakukan teknik isolasi jamur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jamur atau fungi terdiri dari kapang dan khamir. Jamur adalah organisme heterotrofik, mereka memerlukan senyawa organic untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organic mati yang terlarut mereka disebut saprofit. Jamur mempunyai dinding sel yang kaku dan berbentuk uniseluler atau multiseluler sebagian mempunyai ukuran yang mikroskopis sedangkan yang lainnya mempunyai ukuran yang cukup besar seperti jamur merang. Jamur tidak mengandung klorofil sehingga tidak berfotosintesis. Fungi tidak menelan makanannya tetapi harus berupa nutrient yang larut agar dapat diabsorpsi. Fungi yang multiseluler menghasilkan filament yaitu struktur mikroskopis seperti benang yang disebut hifa. Kumpulan hifa disebut miselium, fungi uniseluler yang terkenal adalah ragi dengan berbagai bentuk seperti bulat hingga oval, elips hingga ke bentuk filament. Jamur sudah tidak asing lagi bila kita lihat misalnya warna biru dan hijau pada buah jeruk dan keju warna putih seperti bulu pada roti, jamur di lapangan.
Jamur adalah organisme eukariotik (mempunyai inti sel) tidak mempunyai klorofil, mempunyai spora, struktur somatic atau talus berupa sel tunggal (uniseluler) dan umumnya berupa filament atau benang-benang bercabang (multiseluler), berkembangbiak secara seksual dan aseksual, dinding sel umumnya terdiri dari kitin dan selulosa atau keduanya. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga ia tidak mampu untuk memproduksi makan sendiri karena jamur tidak bisa memanfaatkan karbondioksida sebagai sumber karbonnya. Karbon berasal dari sumber anorganik misalnya glukosa. Oleh karena itu jamur memerlukan senyawa organic baik dari bahan organic mati maupun dari organisme hidup sehingga jamur dikatakan heterotroph. Jamur ini ada yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup da nada pula yang memperoleh makanan dari bahan organic mati seperti sisa-sisa hewan atau tumbuhan. Jamur hidup dan memperoleh makanan dari bahan organic mati dinamakan saprofit, sedangkan yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup dinamakan parasite. Beberapa spesies dapat menggunakan nitrogen, itulah sebabnya mengapa medium biakan untuk jamur biasanya berupa pepton, suatu produk protein yang terhidrolisis (Kusnadi, 2003).
Jamur adalah sel mikroskopis yang tumbuh memanjang seperti benang yang dikenal dengan hifa. Diameter hifa hanya beberapa micrometer, tetapi dapat tumbuh memnjang hingga mencapai beberapa meter. Hifa yang tumbuh membentuk masa disebut misellium atau tebal menyerupai kawat dan disebut sebagai rhizomorphs yang tampak seperti akar. Jamur yang tumbuh dengan cara memperpanjang hifa pada ujungnya dikenal sebagai pertumbuhan apical atau pada bagian tengah hifa yang disebut pertumbuhan iterkalar. Hifa pada beberapa kapang mempunyai penyekat melintang atau septa dan adanya septa ini dipergunakan untuk identifikasi. Hifa tersebut memanjang diatas atau tembus melalui medium dimana kapang itu tumbuh (Soekarto, 2008).
Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organic yang mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besaar jamur saprofit mengeluarkan enzim hydrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu juga hifa dapat langsung menyerap bahan makanan organic dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan inangnya. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhanameningkatkan kesuburannya. Sebaliknya mereka juga dapat merugikan kita bilamana mereka mebusukkan kayu, tekstil, makanan dan bahan-bahan lain (Anonim, 2008).
Secara morfologis jamur dapat ditentukan dengan melihat bentuk strukturnya menggunakan mikroskop, dengan demikian identifikasi dan klasifikasi dapat ditentukan, secara visual jamur dilihat seperti kapas atau benang berwarna/tidak berwarna yang disebabkan karena adanya miselia dan spora. Miselia terbentuk dengan adanya nifa, baik yang bersepta atau tidak bersepta. Jamur terbagi menjadi beberapa familia antara lain Moniliaceae (aspergillus, phenicilium, trichothecium, geotrichum, monilia, sporatrichum, botrytis, dll), dematiaceae (cladosporium, helminthosporium, dll). Dan tuberculariaceae (fusarium) (Kusnadi, 2003).
Sifat kulturan dari jamur dapat dilihat dengan kenampakan pertumbuhannya pada makanan. Pada permukaan bahan makanan tampak kering, membentuk masa serbuk, kadang-kadang halus dan lunak atau kelihatan basah dan berair. Warna miselia hijau biru, biru ke hijauan, kuning, orange, merah muda, coklat, abu, dan hitam (Kusnadi, 2003).
Banyak jamur yang sudah dikenal peranannya, yaitu jamur yang tumbuh diroti, buah, keju, ragi, dalam pembuatan bir, dan yang merusak tekstil yang lembab, serta beberapa jenis cendawan yang dibudidayakan. Beberapa jenis memproduksi antibiotic yang digunakan dalam terapi melawan berbagai infeksi bakteri (Hadioetomo, 1993).
Faktor lingkungan seperti pH tanahm pupuk anorganik, kandungan bahan organic dan kelembaban tanah merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan fungi. Jamur terdapat pada semua jenis tanah yang bereaksi masam. Meski demikian ada juga jamur yang berada pada tanah, contohnya: pemupukan dengan garam ammonium. Dalam hal ini ammonium teroksidasi membentuk nitrat dan ion nitrogen yang mengakibatkan penurunan pH tanah.
Pada umumnya jamur yang hidup sebagai saprofit menguntungkan bagi kehidupan manusia misalnya sebagai decomposer yang dapat menghancurkan sisa-sisa tumbuhan ataupun hewan yang berupa senyawa yang kompleks menjadi senyawa sederhana, dan kemudian dikembalikan ke dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Jamur saprofit juga penting dalam industry fermentasi misalnya dalam pembuatan bir, roti, tempe, dan juga digunakan dalam memproduksi asam-asam organic, obat-obatan, vitamin dan antibiotika seperti penisilin, amisilin. Selain itu jamur saprofit juga banyak yang dikonsumsi oleh manusia misalnya jamur merang, jamur kuping, jamur tiram, sedangkan jamur yang hidup sebagai parasite umumnya merugikan karena dapat menyebabkan berbagai penyakit pada tubuh manusia, hewan dan tumbuhan. Tapi tidak semua jamur yang berasosiasi dengan tumbuhan merugikan, tetapi ada yang menguntungkan bagi jamur dan tumbuhan. Hifa jamur membentuk organ khusus dengan akar tanaman yang dikenal dengan mikoriza. Belakangan ini jamur tidak hanya menjadi pemikiran para ahli sitology, ahli genetika dan biokimia yang menemukan bahwa jamur dapat menjadi alat penelitian penting dalam mempelajari biologi dasar. Hal ini disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang disbanding dengan tumbuhan dan hewan.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum 'Teknik Isolasi Dan Pemurnian' Senin tanggal 07 November 2017 pukul 12.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Islam Malang.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang di gunakan :
Cawan petri.
Gelas ukur.
Bunsen burner.
Jarum ose.
Plastik wrap.
Pinset
Bahan yang di gunakan :
Alcohol 70%
Media PDA
Tempe.
3.3 Cara Kerja
Menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan.
Menyiapkan cawan petri dan mensterilkan dengan menggunakan alkohol 70%.
menyiapkan gelas ukur dan memasukan aquades sebanyak 1 ml.
Mengambil media PDA yang sudah di buat.
Menyiapkan Bunsen burner dan mensterilkan jarum ose.
Mengambil sedikit bagian tempe yang akan di isolasi dengan menggunkan jarum ose dan meletakan jarum ose dengan Bunsen burner agar tidak terkontaminasi.
Larutan bagian tempe yang sudah di ambil di masukkan ke aquades kemudian mengeringkan dengan tisu dan di letakkan pada Bunsen burner, setelah itu memasukan alkohol 70% lalu di masukkan ke aquades lagi setelah itu di letakkan pada Bunsen burner.
Memasukkan bagian tempe tersebut pada media PDA dan meletakkan pada bagian tengah PDA sambil meletakkan ke Bunsen burner.
Menutup cawan petri dengan menggunakan plastik wrap dan menyimpan di dalam laboratorium selama 3 x 24 jam.
Mengamati pertumbuhan jamur setiap hari dan mengambil gambarnya setelah diamati selama 3 hari, jamur yang tumbuh pada media PDA adalah jamur jenis kupang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Jamur atau fungi banyak kita temukan di lingkungan sekitar kita, jamur tumbuh subur terutama di musim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembab. Akan tetapi jamur juga dapat ditemukan hamper disemua tempat dimana ada materi organic. Jika lingkungan di sekitarnya mongering, jamur akan mengalami tahapan istirahat atau menghasilkan spora. Cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang jamur disebut mikologi. Kebanyakan jamur termasuk dalam kelompok kapang. Tubuh vegetative kapang berfilamen panjang bercabang yang seperti benang, yang disebut hifa. Hifa akan memanjang dan menyerap makanan dari permukaan substrat (tempat hidup jamur). Hifa-hifa membentuk jarring-jaring benang kusut, disebut mesellium (Hadioetomo, 1993).
Secara morfologiis jamur dapat ditentukan dengan melihat bentuk strukturnya menggunakan mikroskop, dengan demikian identifikasi dan klarifikasi dapat ditentukan secar visual jamur dilihat seperti kapas atau benang berwarna atau tidak berwarna yang disebut misellia dan spora. Miselia terbentuk oleh adanya hifa, baik yang bersepta atau yang tidak bersepta. Jamur terbagi menjadi bebrapa familia antara lain Moniliaceae (aspergillus, phenicilium, trichothecium, geotrichum, monilia, sporatrichum, botrytis, dll), dematiaceae (cladosporium, helminthosporium, dll). Dan tuberculariaceae (fusarium) (Kusnadi, 2003).
Sifat kultural dari jamur dapat dilihat dengan kenampakan pertumbuhannya pada makanan. Pada permukaan bahan makanan tampak kering, membentuk massa serbuk, kadang-kadang halus dan lunak atau kelihatan basah dan berair. Warna miselia hijau biru, biru kehijauan, kuning, orange, merah muda, coklat, abu-abu, dan hitam (Kusnadi, 2003).
Klasifikasi jamur terutama didasarkan pada ciri-ciri spora seksual dan tubuh buah yang ada selama tahap-tahap seksual. Jamur mampu memanfaatkan berbagai macam bahan untuk gizinya, sekalipun demikian mereka itu heterotroph. Berbeda dengan bakteri, mereka tidak dapat menggunakan senyawa karbon anorganik, seperti karbondioksida. Karbon berasal dari sumber organic, misalnya glukosa. Beberapa spesies dapat menggunakan nitogen, itulah sebabnya mengapa medium biakan untuk cendawan biasanya berisikan pepton, suatu produk protein yang terhidrolisis (Kusnadi, 2003).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Jamur atau fungi terdiri dari kapang dan khamir. Jamur adalah organisme heterotrofik, mereka memerlukan senyawa organic untuk nutrisinya.
Jamur adalah organisme eukariotik (mempunyai inti sel) tidak mempunyai klorofil, mempunyai spora, struktur somatic atau talus berupa sel tunggal (uniseluler) dan umumnya berupa filament atau benang-benang bercabang (multiseluler), berkembangbiak secara seksual dan aseksual, dinding sel umumnya terdiri dari kitin dan selulosa atau keduanya.
Pada umumnya jamur yang hidup sebagai saprofit menguntungkan bagi kehidupan manusia misalnya sebagai decomposer yang dapat menghancurkan sisa-sisa tumbuhan ataupun hewan yang berupa senyawa yang kompleks menjadi senyawa sederhana, dan kemudian dikembalikan ke dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Sifat kultural dari jamur dapat dilihat dengan kenampakan pertumbuhannya pada makanan. Pada permukaan bahan makanan tampak kering, membentuk massa serbuk, kadang-kadang halus dan lunak atau kelihatan basah dan berair. Warna miselia hijau biru, biru kehijauan, kuning, orange, merah muda, coklat, abu-abu, dan hitam
6.2 Saran
Pada praktikum isolasi jamur harus dapat mengamati dengan baik supaya tidak terkontaminasi dan mendapatkan hasill yang maksimal dan lebih teliti.
DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, 1990, Dasar-dasar mikrobiologi, Djambatan: Jakarta.
Dwijoseputro, 1992, Mikrobiologi Pangan, Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Hadioetomo, R.S., 1993, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium, Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Kusnadi, dkk., 2003, Mikrobiologi, UMY Pres: Yogyakarta.
Pelczar, Michael, 1986, Dasar-dasar Mikrobiologi, UI Pres: Jakarta.