Sumberdaya Lahan Gambut : Analisis Ketersediaan, Pemanfaatan dan Pembatasan Eksplorasi Futuha Helen Sara (14/363760/GE/07719) Jurusan Geografi Lingkungan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
[email protected]
Rusia, dan Amerika Serikat. Potensi lahan gambut
Rangkuman—Sumberdaya lahan gambut merupakan salah satu sumberdaya alam yang fital di Indonesia, ketersediaannya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dibatasi oleh adanya Peraturan Pembatasan Eksplorasi. Paper ini bertujuan untuk menganalisis ketersediaan sumberdaya lahan gambut, pemanfaatan dan kaitannya dengan pembatasan eksplorasi. Metode yang digunakan adalah berupa metode analisis deskriptif berdasarkan data kualitatif maupun kuantitatif yang bersumber dari data sekunder melalui telaah pustaka. Didapatkan bahwa Sumatera, Kalimantan, dan Papua memiliki luas lahan gambut yang besar, dinamika pemanfaatan gambut mulai digunakan ke arah perkebunan kelapa sawit sehingga perlu adanya kebijakan terkait pemanfaatan dan pembatasan eksploitasi. Beberapa konsep konservasi seperti water tight stop-log dapat dilaksanakan untuk meminimalisir kerusakan lingkungan akibat eksploitasi namun tetap memberikan daya dukung perekonomian yang berkelanjutan.
dapat digunakan sebagai bahan pembangkit energi. Gambut terbentuk karena pengaruh iklim terutama curah hujan yang merata sepanjang tahun dan topografi – topografi yang tidak merata sehingga terbentuk cekungan – cekungan, cekungan tersebut kemudian terisi oleh genangan air sehingga terdapat endapan material bahan organic. Gambut merupakan sumberdaya energi tak terbarukan (non-renewable energy). Hal ini dinyatakan dalam Resolusi PBB No. 33/148 tanggal 20 Desember 1978 (United Nations Conference on New and Renewable Source of Energy,
33rd
Session),
begitu
pula
dalam
Memorandum for the Establishment of an International
Renewable
Energy
Agency.
Sementara itu, pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Energi dan Sumberdaya
Kata Kunci—Sumberdaya, Lahan Gambut, Persebaran, Pemanfaatan
Mineral, sejak tahun 1983 telah melakukan penyelidikan endapan gambut dimulai dari tahapan
I. LATAR BELAKANG
survei tinjau sampai dengan eksplorasi umum, penyelidikan dilaksanakan untuk memperoleh data
Lahan gambut merupakan salah satu sumberdaya alam yang ada di Indonesia, potensi lahan gambut di Indonesia sangat potensial. Dilansir dari Majalah Tambang (2009), Indonesia menduduki peringkat empat untuk sumberdaya gambut setelah Kanada,
dan informasi mengenai kualitas, kuantitas dan sebaran endapan gambut baik lateral maupun vertikal. Gambut dianggap sebagai sumberdaya alam yang vital karena merupakan sumber energi, oleh sebab itu, Menteri Pertambangan dan Energi No.
200 K/20/M.PE/1986, kemudian diperbaharui
alamiah yang terhambat dan memiliki ciri – ciri
dengan SK Menteri Pertambangan dan Energi No.
khusus baik fisik, kimia, maupun biologis.
507 K/20/M.PE/1989, menetapkan gambut sebagai Bahan
Galian
pengusahaannya
Golongan
Vital
diatur
(B)
Persebaran tanah gambut biasanya mengikuti
dan
pola bentuklahan yang terbentuk diantara dua
berdasarkan
sungai besar, berupa dataran rawa pasang surut dan
ketentuan-ketentuan Kuasa Pertambangan.
dataran gambut, serta kubah gambut (dome).
Dengan adanya SK Menteri tersebut, posisi
Bentuklahan terletak di bagian belakang natural
gambut disejajarkan dengan bahan galian pada
levee. Sebaran lahan gambut dipengaruhi oleh letak
beberapa jenis mineral logam seperti besi, bauksit,
dan cara pembentukannya, pembentukan tanah
emas, tembaga dan sebagainya. Namun dalam
gambut terbentuk dan tersusun dari bahan organik.
perjalanananya, gambut sempat terhadang oleh
Tanah gambut terbentuk dari beberapa unsur
Keppres NO. 32 tahun 1990, tentang pengolahan
pembentuk tanah, yakni iklim, topografi yang datar
kawasan hutan lindung yang mengatakan gambut
atau cekung, organisme, bahan induk, dan waktu.
masuk dalam kategori kawasan lindung. Dengan
Tanah gambut dapat terbentuk dengan syarat
demikian, gambut tidak boleh diekploitasi atau
terdapat air di wilayah yang bersangkutan, daerah
ditambang. Hal tersebut menjadi dua timpang
tropis yang panas dengan evaporasi yang cukup
tindih antara potensi dan pemanfaatan, kajian
tinggi
analisis sumberdaya secara spasial dapat digunakan
terbentuknya tanah gambut. Di cekungan –
untuk memberikan solusi dan kebijakan terkait
cekungan kecil tanah organic dapat terakumulasi,
pemanfaatan sumberdaya gambut serta batasan –
sampai menjadi tumpukan lapisan bahan organic.
batasan pemanfaatannya agar tercipta stabilitas
Cekungan menjadi formasi batuan atau lapisan
ekosistem dan fungsi lingkungan.
sedimen yang diendapkan pada masa geologi yang
seperti
di
Indonesia
mendukung
lalu, perubahan relief diatas lapisan sedimen sejalan dengan masa regresi pemunduran laut. II. TINJAUAN PUSTAKA
Umumnya cekungan terbentuk setelah zaman
Lahan gambut merupakan bagian dari rawa,
Holocene. Pengisian depresi atau kolam – kolam
Wijaya Adhi et al (1992) dan Subagyo (1997)
oleh bahan organic yang terkadang mengalami
mendefinisikan lahan rawa sebagai lahan yang
proses pembasahan dan pengeringan, perombakan
menempati posisi peralihan diantara daratan dan
bahan organic, dari bahan kasar menjadi bahan
system perairan, lahan ini sepanjang tahun atau
organic yang memiliki ukuran yang lebih kecil.
selama waktu yang panjang dalam setahun selalu
Kondisi ini memungkinkan terbentuk gambut
jenuh air (waterlogged) atau tergenang. Menurut
topogen, gambut topogen atau gambut airtanah
PP Nomor 27 Tahun 1991, lahan rawa merupakan
berbeda dengan gambut ombrogen atau gambut air
lahan yang tergenang air secara alamiah yang
hujan, gambut topogen terbentuk karena pengaruh
terjadi terus menerus atau musiman akibat drainase
dominan topografi, dimana vegetasi hutan yang
menjadi biomas lahan gambut, tumbuh dengan
Muko-muko. Di Kalimantan dijumpai dipantai
memperoleh unsur hara dari airtanah. Gambut
barat, selatan dan sedikit di bagian pantai timur. Di
ombrogen menempati bagian agak di tengah dan
Irian Jaya banyak dijumpai di pantai selatan, DAS
pusat suatu depresi yang luas, yang umumnya
Mamberamo dan kepala burung bagian selatan.
membentuk kubah gambut (peat dome).
Pemetaan yang lebih akurat diperlukan dalam menentukan sebaran dan luasan gambut di Indonesia. III. METODE Metode
yang
digunakan
adalah
analisis
deskriptif dari data kuantitatif dan kualitatif yang didapatkan berdasarkan telaah pustaka, analisis Gambar 1. Posisi Kubah Gambut pada suatu Fisiografi
spasial digunakan untuk mendukung argumentasi dari analisis deskriptif. Telaah pustaka yang
sebelum dibuka (2a) dan setelah dibuka (2b)
digunakan diantaranya berupa data persebaran lahan gambut di Indonesia, penggunaan lahan gambut di Indonesia, table kuantitas lahan gambut di
Indonesia
serta
kebijakan
mengenai
pemanfaatan dan pembatasan eksplorasi gambut di Indonesia Gambar 2. Posisi Sebaran Gambut ke Arah Sungai
Luas Gambut diperkirakan mula mula 17 juta
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
hektar diseluruh Indonesia (Soepraptohardjo dan Driessen,1976).
Nugroho
et
al
(1992)
mengemukakan bahwa lahan rawa di Indonesia seluas 33,4 juta hektar yang terdiri dari 20,10 juta hektar lahan pasang surut dan 13,30 lahan non pasang surut. Lahan pasang surut terdiri dari 6,7 juta hektar lahan sulfat masam, 11 juta hektar lahan gambut dan 0,4 juta hektar lahan salin, sisanya tanah pertanian potensial. Umumnya gambut didapatidi daerah pantai atau pesisir, seperti pantai timur Sumatera Pada banyak tempat juga dijumpai gambut dipantai sebelah barat Sumatera seperti Meulaboh, Tarusan, dan Lunang Silaut, Natal,
Berdasarkan hasil perhitungan secara spasial dari Balai
Besar
Penelitian
dan
Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan
Pertanian,
Kementerian
Pertanian, maka luas total lahan gambut di tiga pulau utama yaitu Sumatera, Kalimantan, dan Papua adalah sebesar 14.905.574 hektar (Tabel). Lahan gambut terluas terdapat di Pulau Sumatera yaitu 6.436.649 hektar dengan luas berimbang antara kedalaman dangkal 50 – 100 centimeter sampai sangat dalam (kurang lebih >300 cm).
sebaran lahan gambut terluas terdapat di Provinsi
memiliki kuantitas lahan gambut yang paling tinggi
Riau, Sumatera Selatan, dan Jambi.
di Indonesia.
Luas lahan gambut di Kalimantan yakni sebesar 4.778.004 hektar dengan kedalaman dangkal sampai dalam hampir merata. Lahan gambut terluas berada di Provinsi Kalimantan Tengah (2.644.438 hektar), disusul Kalimantan Barat dengan luas 1.046.483 hektar. Sementara itu Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan berturut – turut seluas 332.365 Hektar dan Gambar 3.Sebaran Gambut dan Rawa di Indonesia
106.271 Hektar. Papua memiliki lahan gambut sekitar 3.690.921
Dalam UU No.26 Tahun 2007 tentang penataan
hektar dengan dominasi lahan gambut dangkal
ruang, pada pasal 1 (20) bahwa fungsi utama
seluas 2.425.523 hektar dan gambut sedang seluas
kawasan adalah untuk kawasan lindung dan
817.651 hektar. Persebaran terluas di Provinsi
kawasan budidaya, Kawasan Lindung berfungsi
Papua seluas 2.644.438 atau 71,65% dari total
melindungi kelestarian lingkungan hidup yanag
lahan gambut di Pulau Papua, sementara di
mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya
Provinsi Papua Barat sekitar 1.046.483 atau
buatan; sedangkan Kawasan Budidaya berfungsi
28,35% dari luas total gambut di Papua.
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi SD-Alam, SD-Manusia dan Sd-Buatan. Terkait dengan lahan gambut yang mempunyai ketebalan gambutnya >3 m, maka lahan tersebut tidak boleh dikembangkan Permentan
No.
(harus
dilindungi),
14/2009
–
yang
sedangkan mengatur
pemanfaatan lahan gambut untuk kelapa sawit membatasi pemanfaatan lahan tersebut tidak saja karena terkait dengan masalah ketebalan gambut, tetapi juga sub-stratum tanah mineral di bawah gambut, tingkat kematangan dan kesuburan gambut, serta aturan yang belaku di mana hutan Sumber : Balai LITBANG Kementerian Pertanian
rawa gambut yang dapat dimanfaatkan adalah
tahun 2011
hutan rawa gambut yang dapat dikonversi dan
Persebaran lahan gambut di Indonesia juga dapat
lahan gambut di area hutan yang telah dilepas
disajikan melalui peta seperti pada gambar 3 di
untuk penggunaan lain). Kriteria tersebut banyak
bawah ini, dapat diketahui bahwa Pulau Sumatera
diperdebatkan karena adanya beberapa kelemahan.
Berdasarkan kenyataan di lapangan bahwa lahan
Sumber : BBSDLP 2011 dalam Center for
gambut dengan ketebalan >3 m masih memberikan
International Forestry Research
hasil yang baik terutama yang diusahakan untuk
Di sisi yang berbeda, pemanfaatan lahan gambut
tanaman tahunan dengan tidak memberikan
terus meningkat untuk perkebunan kelapa sawit
dampak lingkungan yang berarti (bila dikelola
seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini
dengan baik melalui penerapan teknologi yang tepat dan sesuai). Pendapat bahwa pemanfaatan gambut dengan ketebalan >3 m tidak/kurang memberikan dampak lingkungan yang berarti. Beberapa
jenis
komoditas
strategis
yang
diusahakan di lahan gambut antara lain adalah : a. Pangan : Padi, Jagung, Kedelai (umumnya pada lahan gambut yang tipis) b. Perkebunan
:
Karet,
Kelapa
Gambar 4. Peningkatan Pemanfaatan Sumberdaya Gambut
Dampak perubahan penggunaan hutan rawa Sawit
(umumnya pada lahan gambut yang tebal) c. Kehutanan : Tanaman hasil industrI (Industri Pulp dan kertas). Sementara itu, masalah utama yang dihadapi
gambut menjadi lahan usaha budidaya pertanian adalah kehilangan biomasa yang cukup signifikan. Selain itu, pada lahan gambut yang di drainase emisi CO2 netto akan menjadi lebih besar karena jumlah yang diserap tanaman (disequestrasi)
oleh petani tanaman pangan adalah nilai tukar
menjadi
tanaman tersebut lebih rendah jika dibandingkan
pengaruh
dengan nilai tukar tanaman perkebunan, sehingga
dekomposisi
banyak petani yang mengkonversi lahan sawahnya
sedang/sudah diusahakan, maka pengelolaan tanah
menjadi lahan perkebunan, terutama menjadi
dan air pada lahan gambut menjadi penting.
kebun sawit. Perubahan penggunaan lahan tersebut
Analisis
sangat
sedikit.
drainase pada
spasial
Untuk
terhadap lahan
dapat
mengurangi percepatan
gambut
digunakan
yang
dalam
mengakibatkan adanya dinamika lahan gambut di
memutuskan suatu kebijakan. Konsep mengenai
Indonesia seperti yang ditunjukkan oleh tabel 2.
pengelolaan sistem gambut terpadu telah banyak dijumpai di Indonesia, salah satunya adalah berupa penerapan teknologi berbasis pengelolaan air atau dengan menggunakan water thigh stop-log untuk mengatur ketinggian muka airtanah agar gambut tetap terjaga kelembapannya.
Tabel 2. Dinamika Lahan Gambut di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA [1] BBSDLP (Balai Besar Sumberdaya Pertanian). 2011. Peta Lahan Gambut Indonesia skala 1 : 250.000. Kementerian Pertanian [2] Sabiham, Gambar 5. Konsep Pengelolaan Gambut menurut Center of International Forestry Reseacrh
Melalui
adanya
pengelolaan
yang
baik,
S.
2015.
Pengembangan
Pemanfaatan
Lahan
Gambut
dan
(presentasi
Power Point). IPM Toolbox Tema A subtema A1. www.cifor.org S.
2015.
Pengembangan
telah ditetapkan menjadi suatu hal yang sangat
Pemanfaatan
Lahan
Gambut
penting dalam upaya memperoleh keberhasilan
Power Point). IPM Toolbox Tema A subtema
melalui suatu implementasi yang juga sesuai
A2. www.cifor.org
perencanaan yang tepat sesuai dengan tujuan yang
dengan yang telah direncanakan.
[3] Sabiham,
terhadap kajian diatas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan :
(presentasi
[4] Subagyo, H.1997. Potensi pengembangan dan tata
V. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
dan
ruang
lahan
pertanian.Hal.17-55.
rawa
Dalam
untuk Prosiding
Simposium Nasional dan Kongres VI PERAGI. Makalah Utama. Jakarta,25-27 Juni 1996. [5] Subagyo,H., M.Sudjadi, E.Suryatna, and J.Dai.
1. Kuantitas lahan gambut di Indonesia tergolong
1990. Wet Soils of Indonesia. p.248-259.
besar, dan didominasi pada beberapa pulau
InKimble,J.M. 1992(ed.). Proceed. Of the
seperti Kalimantan, Sumatera, dan Papua.
VIIIth International Soils Corelation Meeting
2. Terdapat pengalihfungsian sumberdaya lahan
(VIIIISFORM)
gambut dari pertanian kearah perkebunan
Classification,
untuk meningkatkan taraf perekonomian.
Soils.USDA-Soil
3. Pemanfaatan lahan gambut perlu dimonitoring
: and
Characterization, Utilization
Conservation
of
Wet
Service,
National Soil Survey Centre, Lincoln, NE
agar tercipta suatu system pembangunan
[6] Wahyunto, SofyanR., Suparto dan Subagyo H.,
perekonomian yang berwawasan lingkungan.
2004. Sebaran dan kandungan karbon lahan gambut di Sumatera dan Kalimantan. Wetland International Indonesia Program.