KONSEP DIRI Role Play
Asuhan Keperawatan Klien Pasca Amputasi Kaki Kiri Dengan Diagnosa Keperawatan Harga Diri Rendah
1. Peran -
Narator : Cahya Nuryati
-
Pasien ( Tn.Budi ) : Edy Kurniawan
-
Dokter : Adelina Ayuningtyas
-
Perawat A : Innerin Marenita
-
Perawat B : Nur Anisa Rizky
-
Istri Tuan : Isti Khomatul Masita
-
Anak : Titis Trijayanti dan Sri Devi M.
-
Ayah Pasien : Dandy Sukma Anggara
-
Ibu Pasien : Siska Elfrida S.
-
Sahabat Pasien : Bahri Subandi ,Fuji mahmudah mahmudah dan Anisya Yusnia
-
Tetangga Sekitar : Sri Devi M. dan Anni Pangestuti
2. Narasi Kasus Suatu hari Tn.Budi berumur 32 tahun
mengalami kecelakan kerja, kerja, yaitu kaki kirinya
tertindas mesin pengaduk semen ( molen ). Oleh kerabatnya dibawa ke rumah sakit dengan tidak sadarkan diri untuk segera diberi tindakan medis. Keluarga Tn.Budi menyusul ke rumah sakit setelah diberi kabar oleh kerabat Tn.Budi. Karena kondisi kaki kaki kiri Tn.Budi yang yang tidak memungkinkan dan keadaan lukanya sangat parah, maka dokter akhirnya harus mengamputasi kaki Tn. Budi. Istri Tn.Budi : Bagaimana suami saya Dok, tolong suami saya dok.... (dengan nada khawatir) Anak Tn.Budi : Bapak Bapak kenapa buuuuu.....hiks buuuuu.....hiks hiks (menangis) Dokter : Iya Ibu, sabar ya bu , karena luka bapak sangat parah, maka akan dilakukan amputasi. Apakah ibu dan keluarga menerima tindakan yang akan dilakukan ini ?
Istri Tn.Budi : Jika itu demi kebaikan suami saya, saya terima dok, yang penting s uami saya selamat. Dokter : Baiklah ibu, karena ibu dan keluarga siap menerima, kami akan lakukan amputasi 6 jam kemudian, Tn.Budi sadar setelah operasi amputasi dilakukan. Keluarga pasien senang Tn.Budi telah sadar. Namun,
saat pasien melihat kakinya, pasien sangat malu dengan
keadaan sekarang, klien merasa tidak berguna lagi. Di pagi hari datanglah dua orang perawat ke ruangan Tn.Budi Perawat A : Selamat pagi pak, perkenalkan saya ........ saya perawat yang bertugas di ruangan ini mulai ....... Tn. Budi : (hanya terdiam menatap perawat Perawat A
: Bapak kan belum makan pagi,mari saya bantu untuk makan ya
pak? Tn. Budi Perawat B
: (memalingkan wajahnya dari perawat) : Ada apa pak? Bapak kan harus makan agar bapak tidak lemas.
Tn. Budi : (tetap terdiam dan tiba-tiba menangis) Perawat A
: Apa yang menyebabkan bapak menangis? Bapak cerita saja apa
yang bapak rasakan sekarang. Tn. Budi : Kamu tidak mengerti perasaan saya,kamu tidak tahu kan betapa menderitanya saya sekarang ini, hidup dengan satu kaki seperti saya !!!!! Perawat B Tn. Budi Perawat B Tn. Budi
: Iya pak, saya paham dengan apa yang bapak rasakan. : (masih tetap menangis) : Sabar ya pak.. semua pasti ada hikmahnya. : saya sedih sus, saya hanya jadi beban untuk keluarga saya. Saya
benar-benar tidak berguna.
Perawat B
: Bapak tidak boleh seperti itu. Bapak itu kepala rumah tangga,
bapak harus tegar untuk menghadapi semua itu. Saya yakin bapak dapat melakukannya dan melewati cobaan ini. Sekarang saya bantu untuk makan ya pak. Tn.Budi
: Baiklah sus.
Ketika perawat mengkaji keadaannya, pasien mengatakan merasa tidak berguna lagi bagi keluarganya, pasien mengatakan hanya sebagai beban saja dalam keluarga, pasien mengatakan merasa gagal sebagai kepala rumah tangga karena sudah tidak bisa bekerja untuk menafkahi keluarganya seperti biasanya. pasien mengatakan merasa malu dengan kakinya yang sekarang. pasien sering terlihat menyendiri. pasien tampak sering menunduk. Pasien tidak mau melihat kakinya dan tidak mau menunjukkan kaki kanannya yang diamputasi kepada siapapun. Dari perawat dan keluarga Tn.Budi pun telah banyak mendukungnya agar tetap semangat menjalani hidup. Tak lama kemudian, datanglah sahabat Tn.Budi untuk menjenguk. Tn.Budi menceritakan apa yang sedang dirasakannya dan beban yang dideritanya kepada sahabatnya. Sahabat Tn.Budi banyak memberikan dukungan dan motivasi kepadanya. Bahri : Bro, loe gak boleh patah semangat bro, semuanya pasti ada solusinya kok Anisya : Iya Di, jangan khawatir kita semua ada buat kamu kok Fuji mahmudah : iya di, ada bisa di tidak bisa!! Semangat terus. Kita pasti selalu ada buat kamu. Tn.Budi : ( sedikit semangat namun masih merasa malu )
1minggu kemudian, Tn.Budi diperbolehkan pulang oleh dokter. Karena, kondisi fisiknya berangsur membaik, namun sebenarnya Tn.Budi masih belum bisa menghilangkan tekanan batinnya. Dokter : Selamat Pagi pak, saya periksa dulu ya pak Tn.Budi : Iya Dok
Dokter : Nah, Bapak karena kondisinya telah membaik, jadi bapak diperbolehkan untuk rawat jalan, tapi jangan lupa ya pak untuk check up rutin. Tn.Budi : oh iya Dok, Terima kasih. Setibanya dirumah, tetangga sekitar banyak yang membicarakan Tn.Budi. Tidak sedikit yang mengejek Tn.Budi secara tidak langsung. Namun Tn.Budi dan keluarga tidak menghiraukan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mau tidak mau istri Tn.Budi bekerja keras. Anak Tn.Budi rajin sekolah meskipun sepatu dan seragam yang dipakai sudah tidak terlalu layak dipakai. Namun, meskipun mereka kekurangan, keluarga Tn.Budi selalu mendukungnyadan melatihnya untuk melakukan pekerjaan lain. Akhirnya, karena Tn.Budi merasa iba melihat istri dan anaknya yang mencari nafkah, muncul tekad Tn.Budi untuk bangkit. Tn.Budi akhirnya membuat sebuah kerajinan dibantu oleh sahabat dan keluarga dan kerajinan itu dijual, banyak orang yang suka dengan karyanya. Banyak orang yang memuji Tn.Budi karena tidak pantang menyerah. Lama-kelamaan Tn.Budi dapat menerima keadaannya sekarang dan mulai bisa beradaptasi dengan mudah.