REVIEW JURNAL FORMULASI DAN EVALUASI SALEP ANTIBAKTERI
S1 FARMASI A NAMA KELOMPOK : 1. WAHYU SETIAWAN
(10113087)
2. WIDYA KUSUMA ARUM S.
(10113011)
3. WILDAN TRI A.
(10113166)
4. WIMMA MUZAYYIDIN
(10113010)
5. YONA DARA PERTIWI
(10113082)
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI 2016
REVIEW JURNAL
FORMULASI DAN EVALUASI SALEP ANTIBAKTERI Wahyu S., Widya Kusuma A, Wildan Tri A., Wimma M, dan Yona Dara P. Progam Studi S1 Farmasi Fakultas Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
ABSTRAK Review ini bertujuan untuk menganalisa penelitian formulasi evaluasi beberapa salep antibakteri. Salep antibakteri yang diteliti diantaranya salep Levofloxacin, salep Neomisin sulfat dan Curcuma longa, salep Framisetin sulfat, serta salep klotrimazol dan ichtammol. Levofloxacin termasuk antibakteri golongan fluoroquinolones yang efektif dalam pengobatan bakteri konjungtivitis, sinus, ginjal, kandung kemih atau prostat. Pada penelitian ini disiapkan dua basis salep yaitu basis berminyak dan basis emulsi. Pada penelitian formulasi salep yang mengandung framisetin sulfat, dibuat 4 formulasi dengan zat aktif framisetin sulfat 1%. Framisetin termasuk dalam golongan antibiotik spectrum luas yang bekerja terhadap bakteri gram positif maupun gram negatif. Pada penelitian formulasi salep yang mengandung antibakteri neomisin dengan Curcuma longa, dimana Curcuma longa menghasilkan sinergis luka efek dengan neomycin sulfat yang bertindak sebagai agen penyembuhan. Formulasi yang disiapkan mengandung konsentrasi tetap (0,5%) dari neomycin sulfat dan 3%, 4% dan 5% dari temulawak longa. Pada penelitian formulasi salep mengandung klotrimazol dan ichtamol ditujukan untuk mengobati infeksi jamur dan gatal-gatal. Evaluasi yang dilakukan pada sediaan salep diantaranya uji formulasi, pH, homogenitas, viskositas, daya sebar dan ekstrudabilitas. Selain itu juga dilakukan uji aktivitas antimikroba dengan mengukur diameter zona hambat pada beberapa bakteri seperti E. coli dan S. aureus.
Kata kunci : salep, antibakteri
PENDAHULUAN Sediaan topikal atau dermatologis yang diterapkan pada kulit dapat memberikan efek fisik yaitu berfungsi sebagai pelindung kulit, kosmetik, pelumas, rubifaciant, counterirritant, astringent, membersihkan agen, keratolitik dan obat menghilangkan rambut agen, mengubah pigmentasi, agen sclerosing dll (Banker dan Rhodes, 1990). Sejumlah besar zat telah
dimasukkan ke dalam pemberian obat topikal untuk efektivitas terapi untuk penggunaan lokal atau sistemik yang mencakup anestesi, anti-inflamasi, kortikosteroid, anti-bacterials, antijamur, skabisida, enema, antileprotics dan agen tabir surya. (Remington, 1995 dan Ansel et al., 1986). Salep adalah sediaan semipadat yang ditujukan untuk aplikasi eksternal untuk selaput kulit atau mukosa, biasanya, tapi tidak selalu, mereka mengandung zat obat. Bahan pembawa salep berfungsi sebagai pelindung dan emolien untuk aliran plastik kulit dan pameran karakteristik. (Swarbrick dan Boylan, 1997). Framycetin sulfat (C23H46N6O13SO4) adalah antibiotik spektrum yang luas dan termasuk golongan dari aminoglikosida. Zat ini sangat sedikit larut dalam alkohol, air dan tidak larut dalam bahan kimia organik lainnya. Zat ini digunakan dalam mata parah, telinga dan infeksi hidung, leukemia akut, GIT dan berbagai infeksi kulit. (Indeks Merck, 1996 dan BP, 1993 dan IP 1996). Neomycin sulfat yang merupakan antibiotik aminoglikosida yang bekerja dengan mengikat untuk 30S subunit ribosom bakteri, sehingga menyebabkan bakteri salah membaca t-RNA, sehingga bakteri tidak dapat untuk mensintesis protein penting untuk pertumbuhannya. Curcuma longa (bubuk) digunakan dalam kombinasi dengan neomycin sulfat karena Curcuma longa dilaporkan memiliki aktivitas anti-bakteri dan anti-inflamasi, yang saling melengkapi untuk proses penyembuhan luka.
METODOLOGI 1. Formulasi Levofloxacin Salep Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi neraca, pengaduk, pH meter, Brookfield viscometer, sonikator, dan remi centrifuge. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Levofloxacin, White bees wax, White petrolatum, Methyl paraben, Propyl paraben, Sodium lauryl sulfate, Propilene glycol, Steryl alchol white, dan Purifed water. Metode pembuatan formulasi A (basis salep berminyak), dilelehkan White bees wax dan menambahkan sedikit- sedikit petrolatum putih pada suhu 70 °C untuk membentuk basis salep. Dicampur dengan Levofloxacin 100: 1 perbandingan. Akhirnya Levofloxacin salep disiapkan dari metode fusi. Formulasi B (base emulsi), dipanaskan Stearil alcohol, petrolatum putih dan sampai meleleh pada 75 °C. Natrium lauril sulfat, propilene glikol dilarutkan dalam air dan ditambahkan propil paraben dan metil paraben untuk membentuk base emulsi salep. Salep dicampur dengan Levofloxacin.
Tabel 1 Komposisi salep Formulasi A
Formulasi B
Levofloxacin
Levofloxacin
White bees wax
Methyl paraben
White petro latum
Propyl paraben Sodium lauryl sulfate Propylene glycol Steryl alchol white White petro latum Purified water
2. Formulasi Salep Neomycin Sulfat yang Mengandung Curcuma Longa. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat pengemulsi, balok, kayu dan kaca untuk uji daya serap, brookfield viskometer digital untuk uji kelekatan, piring kultur untuk mengkultur bakteri. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Emulsifying wax, white soft paraffin, liquid paraffin, kultur bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Metode pembuatan salep yaitu Emulsifying wax, white soft paraffin, liquid paraffin dipanaskan pada suhu 70-75 ° C sampai mencair sepenuhnya. Kemudian Neomycin sulfat dan Curcuma longa dilarutkan di dalamnya dengan pengadukan dan kemudian didinginkan. Tabel 1 Komposisi basis salep Bahan
Jumlah (%)
Emulsifying wax
30
White soft paraffin
50
Liquid paraffin
20
Tabel 2 Komposisi formulasi salep No.
Nama bahan
F1
F2
F3
F4
F5
F6
F7
1
Neomycin
0,5
0,5
0,5
0,5
-
-
-
-
3
4
5
3
4
5
sulpHate 2
Curcuma longa
3
Emulsifying
qs
qs
qs
qs
qs
qs
qs
ointment base
3. Survey Lapangan Dan Studi Invitro Salep Neomycin Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengaduk, PH meter, gabus, petriplate. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berbagai salep antibiotik neomycin komersil, Betametason. Tabel 1 berbagai kategori Neomycin atau kombinasi dengan obat lain yang dipertimbangkan untuk formulasi ini adalah sebagai berikut : Formulasi Saya
Formulasi II
Formulasi III
Formulasi IV
Formulasi V
Neomycin
Neomycin
Neomycin
Neomycin
Neomycin
sulpHate I.P.
sulpHate I.P.
sulpHate I.P.
sulpHate I.P.
sulpHate I.P.
(0.5% w/w)
( 0.5% w/w)
(0.5% w/w)
( 0.5% w/w)
( 0.5% w/w)
Betamethasone
Chlorocresol
Polymyxin B
Bacitracin
Polymyxin B
valerate I.P.
I.P.
SulpHate
zinc I.P
SulpHate U.S.P.
( 0.12% w/w)
( 0.1% w/w)
U.S.P.
(0.5% w/w)
( 0.5% w/w)
Bacitracin zinc
SulpHacetamide
Bacitracin
I.P.
I.P.
zinc I.P.
( 0.5% w/w)
(0.2% w/w)
(0.5% w/w)
SulpHacetamide
Hydrocortisone
sodium
I.P.
( 0.24% w/w)
(0.2% w/w)
( 0.5% w/w)
4. Formulasi Salep Framycetin Sulfat Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mortir, pH meter, viskometer digital untuk uji kelekatan, piring kultur untuk mengkultur bakteri Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Framycetin Propylene Glycol, PEG 4000, stearyl alcohol Sodium citrate, Sodium sulphate, Methyl paraben, Propyl paraben, dan Cetyl alcohol. Tabel 1 Komposisi salep
sulphate lauryl
No.
Nama Bahan
1
Framycetin sulphate
2
Propylene glycol
3
PEG 4000
4
Stearyl alcohol
5
Sodium lauryl sulphate
6
Methyl paraben
7
Propyl paraben
8
Cetyl alcohol
5. Formulasi Salep Klotrimazol dan Ichthammol Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi brookfield viskometer, pH meter, water bath, mikroskop, uv-vis spektrofotometer, homogeniser, desicator, peralatan lain seperti pipet, buret, gelas, slide kaca, petridish, labu ukur, saringan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Clotrimazole, ichthammol, boric acid, zinc oxide, menthol, cetostearyl alcohol, hard paraffin, white soft paraffin, microcrystalline wax, light liquid, methyl paraben, propyl paraben, triethanolamine, propylene glycol, dan aquadest. Metode pembuatan formulasi A. Fasa air disiapkan dengan memanaskan Zinc oksida, oksida borat, natrium lauril sulfat, metil
paraben, dan trietanolamin di
waterbath sampai suhu mencapai 75°- 80°C. Fase minyak disiapkan dengan memanaskan parafin lunak dan setostearil alkohol dalam waterbath sampai suhu 75°80°C. Kedua fase tersebut dicampur , massa diaduk dan didinginkan selama 1,5 jam. Bahan aktif seperti propilen glikol, menthol, clotrimazole dan ichtammol dibuat menjadi homogen dengan diaduk selama 30 menit. Prosedur untuk persiapan fase air sama dengan formulasi A kecuali persiapan fase minyak. Jumlah yang dibutuhkan dari parafin padat, lilin mikrokristalin, alkohol setostearil, cahaya parafin cair ditambahkan dalam waterbath. Ini dianggap sebagai fase minyak. Minyak fase dipanaskan sampai suhu mencapai 75°- 80°C. Tabel 1 Komposisi formulasi salep : No.
Nama bahan
Formulasi A
Formulasi B
1
Clotrimazole
0,5 gm
0,5 gm
2
Ichthammol
0,20 gm
0,20 gm
3
Boric acid
1,0 gm
1,0 gm
4
Zinc oxide
3,0 gm
3,0 gm
5
Menthol
1,0 gm
1,0 gm
6
Hard paraffin
-
1,5 gm
7
Microcrystalline wax
-
2,5 gm
8
Light liquid paraffin
-
26 gm
9
White soft paraffin
25 gm
10
Cetostearyl alcohol
20 gm
15 gm
11
Sodium laurlyl sulpHate
1,0 gm
1,0 gm
12
Methyl paraben
0,1 gm
0,1 gm
13
Propyl paraben
0,1 gm
0,1 gm
14
Triethanolamine
0,5 gm
0,5 gm
15
Propylene glycol
10 gm
10 gm
16
Purified water
Qs
Qs
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Formulasi Levofloxacin Salep Tabel 1 Hasil evaluasi beberapa parameter salep Levofloxacin Parameter
A F1
Organoleptis
pH
B
F2
F3
F1
F2
F3
Kuning
Kuning
Kuning
Warna
Warna
Warna
terang,
terang,
terang,
cream,
cream,
cream,
semi
semi
semi
semi
semi
semi
padat
padat
padat
padat
padat
padat
6,2
6,3
6,7
6,2
6,3
6,7
4,24
4,22
4,15
4,39
4,36
4,26
5,3
5,8
6,7
6,4
6,7
7,6
98,6
94,6
99,6
98,6
94,6
Viskositas Diameter globul Daya sebar
%Extrudabilitas 99,6
Hasil evaluasi salep dapat dilihat pada tabel 1. pH salep ditentukan dengan pH meter untuk kedalaman 0.5cm dalam gelas kimia yang mengandung salep. Penentuan
dilakukan sebanyak tiga kali dan kemudian dicatat rata-ratanya. Penentuan viskositas dilakukan dengan viskometer brookfield menggunakan spindle nomor '4' dan penentuan dilakukan sebanyak tiga kali dan kemudian dicatat. Ukuran globul ditentukan dengan dengan bantuan mikroskop. Metode plat paralel adalah metode yang paling banyak digunakan untuk menentukan dan mengukur daya sebar sediaan semipadat. Keuntungan dari metode ini yaitu kesederhanaan dan biaya relatif murah. Penetuan daya sebar dilakukan dengan dua slide kaca berukuran 20 × 20 cm. Formulasi salep ditempatkan di atas salah satu slide. Sisi lain ditempatkan di atas bagian atas salep sehingga salep itu terjepit di antara dua slide di daerah yang diduduki oleh jarak 60cm dengan berat 100g ditempatkan pada sisi atas. Sehingga salep antara dua slide ditekan seragam untuk membentuk lapisan tipis. Penentuan dilakukan sebanyak tiga kali dan kemudian dicatat rata-ratanya. Pengujian ekstrudabilitas sangat penting, tes ini berguna untuk mengukur ketahan materi dari tabung. Karena kemasan salep cukup penting dalam proses pengiriman sehingga kuantitas tabung / kemasan yang diinginkan harus sesuai kriteria, karena itu pengukuran extrudability menjadi kriteria penting untuk salep. Prosedurnya tabung ditempatkan antara dua slide kaca dan dijepit.
2. Formulasi Salep Neomycin Sulfat yang Mengandung Curcuma Longa. Tabel 1 Hasil evaluasi beberapa parameter salep Parameter
F1
F2
F3
F4
F5
F6
F7
Daya sebar (g/sec)
4,95
5,53
6,12
6,47
5,26
4,79
5,28
Viskositas (cps)
65,187
65,562
65,896
66,180
65,235
65,802
66,094
Ekstrudabilitas (g)
180
180
185
190
180
185
185
Tabel 2 Diameter zona penghambatan formulasi salep Formulasi
S.aureus (mm)
E. coli (mm)
F1
22,3
22,9
F2
24,0
24,2
F3
28,5
30,4
F4
31,3
35,8
F5
15,2
16,6
F6
17,7
18,1
F7
18,4
19,0
Formulasi dievaluasi untuk aktivitas anti-bakteri, daya sebar, viskositas, dan extrudabilitas. Dari hasil itu, terlihat jelas bahwa semua formulasi menunjukkan extrudabilitas, viskositas dan daya sebar yang baik. Hasil daya sebar bervariasi dari 4,95 ke 6.47g / sec. dan ditunjukkan pada Tabel 1 dimana sebagai extrudabilitas dari formulasi salep dari tabung dilipat, bervariasi dari 180-190 g dan ditunjukkan pada Tabel 1. Viskositas formulasi berkisar dari 14.410 cps ke 15.213 cps pada 10 rpm. Uji aktivitas antibakteri formulasi yang berbeda ditentukan dengan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Tidak ada perbedaan yang signifikan ditemukan dalam kegiatan anti-bakteri dari formulasi yang berbeda setelah 45 hari dari periode stabilitas. Dari tabel 2, jelas bahwa formulasi F-4 mengandung neomycin sulfat (0,5 %) dan temulawak longa (5%) menunjukkan zona penghambatan yang lebih besar dibandingkan dengan formulasi lain. Hasil dari semua evaluasi lainnya parameter F-4 juga memuaskan antara semua formulasi. Formulasi secara fisik dan kimiawi stabil selama minimal 45 hari pada suhu 40 ° C.
3. Survey Lapangan Dan Studi Invitro Salep Neomycin Tabel 1 Aktivitas antimikroba diameter zona hambat (mm) No.
Perumusan
Stapylococcus
Pseudomonas
Escherecia coli
jumlah
aureus (S.A)
aeruginosa (P.A)
(E.C)
1
I
14,25
10,63
11,16
2
II
13,83
10,18
11,08
3
III
10,18
8,33
8,3
4
IV
10,55
8,67
9,1
5
V
10,87
8,59
9,7
Uji antimikroba salep neomycin dilakukan terhadap Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli ditunjukkan pada tabel 1. Pseudomonas aeruginosa ditekukan hampir tahan terhadap formulasi. Formulasi I adalah yang terbaik dan efektif terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, diikuti oleh II, V, IV, dan akhirnya III
4. Formulasi Salep Framycetin Sulfat Tabel 1 Hasil evaluasi beberapa parameter salep Parameter
F1
F2
F3
F4
Di pasaran
Warna
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Tekstur
Kaku
Halus
Halus
Halus
Halus
Konsistensi
Baik
Sedang
Baik
Baik
Baik
Daya sebar
Sedang
Sedang
Sangat baik
Baik
Baik
Ektrudabilitas
Sedang
Baik
Baik
Baik
Baik
pH
6,3
6,4
6,5
6,5
6,6
Homogenitas
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Tabel 2 Diameter zona penghambatan salep framycetin sulfat Formulasi
Aktivitas antimikroba zona penghambatan Stapylococus
Escherecia
Pseudomona
Bacillus
aureus
coli
aeruginos
subtilus
F1
2,8
3,9
4,4
4,8
F2
2,0
2,7
3,2
3,4
F3
2,5
3,4
3,8
4,3
F4
2,5
3,5
3,9
4,4
Dipasarkan
2,7
3,6
4,1
4,5
Hasil evaluasi formulasi salep dapat dilihat pada tabel 1. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa F3 merupakan formulasi yang paling baik karena memiliki daya sebar yang sangat baik. Semua formulasi rata-rata sudah baik terhadap parameter uji. Aktivitas antimikroba ditentukan dengan mengukur diameter zona dari inhibisi terhadap uji organisme Staphylococcus aureus, E. coli, Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus subtilis. Rata-rata formulasi salep memiliki daya hambat yang besar terhadap bakteri Bacillus subtilus.
5. Formulasi Salep Klotrimazol dan Ichthammol Tabel 1 Hasil evaluasi beberapa parameter salep Parameter
FA
FB
Deskripsi
Warna coklat, bau menthol
Warna coklat, bau menthol
Keseragaman
Baik
Baik
Diameter globul
4,28 mm
4,42 mm
pH
5,8
6,7
Susut pengeringan
37 c/ow/w
41c/ow/w
Konsistensi
157 mm
205 mm
Kelekatan
209 cps
182 cps
Daya sebar
5,44 cm.gm/sec
6,4 cm.gm/sec
Tabel 2 Aktivitas antimikroba diameter zona inhibisi (mm) Kode
Basil subtilis
formulasi
Staphylococcus
Escherecia
Bacteroid
aureus
coli
fragilis
A
31,58
31,35
31,33
30,17
B
36,10
31,22
32,19
35,14
Standar
38,24
35,58
34,08
37,32
Hasil evaluasi salep dapat dilihat pada tabel 1. Konsistensi kode formulasi B lebih baik (205mm) dari kode formulasi A (157mm). Kode formulasi A ditemukan menjadi lebih kental (209cps) dari formulasi B (182cps). Karena itu, kode formulasi B memiliki karakter daya sebar baik (6.4cm.gm/sec) dari kode formulasi A (5.44cm.gm/sec). Uji aktivitas antimikroba salep yang mengandung clotrimazol dan ichtammol dilakukan terhadap mikroorganisme Basil substilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli (organisme aerobik) dan bacterioids fragilis. Zona penghambatan berbagai strain organisme aerobik dan anaerobik yang digambarkan dalam tabel 2. Untuk kode formulasi B ditemukan lebih dekat dengan standar daripada kode A.
KESIMPULAN Dari berbagai salep antibakteri yang telah diteliti ditemukan banyak kelebihan dari masing-masing salep dari segi parameter evaluasi fisik dan aktivitas antibakteri. Tetapi masing-masing formulasi memliki daya hambat yang spesifik terhadap bakteri tertentu. Hal ini dikarenakan aktivitas antibakteri senyawa tergantung pada sifat senyawa tersebut, apakah ia termasuk narrow spectrum atau broad spectrum.
DAFTAR PUSTAKA
Akanksha D, Vikas G, Neetesh K. J. 2009. Formulation and Evaluation of Neomycin SulpHate Ointment containing Natural Wound Healing Agent Curcuma longa. International Journal of PHarmaceutical Sciences and Drug Research. 1(2): 116-118. C Guntupalli, M Ramaiah, V Suresh Babu. 2013. A Field Survey And An Invitro Study Of Neomycin Ointments. International Journal Of PH Armacology And Therapeutic. 3 (2): 15-23. G.Rajalakshmi, N. Damodharan,Chaudhary Vijay K. 2010. Formulation And Evaluation of Clotrimazole and Ichthammol Ointment. International Journal of PHarma and Bio Sciences. 1(4): 7-16. Nimbekar T.P., Bhange P.G., Wanjari B.E. And Mehere A.P. 2012. Formulation And Evaluation of Some Framycetin SulpHate Ointment. International Journal of PHarma and Bio Sciences, 3 (2):327-332. S. K. Jakeer Hassan, T. Meena, T. Lakshmi Durga and S. K. Shahanaj. 2015. Formulation And Evaluation of Levofloxacin Ointment. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research. 6 (7): 3067-3075.