BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penggunaan sinar Roentgen telah lama dikenal sebagai suatu alat dalam bidang kedokteran umum dan kedokteran gigi yang sangat membantu dalam menegakkan diagnosis dan untuk menentukan rencana perawatan. Penggunaan kalimat sinar roentgen akhir-akhir ini sering dipakai penggunaan sinar-x. Sinar-x yang dipakai di kedokteran gigi, memberikan hasil radiograf yang dapat memberi informasi diagnostik yang penting untuk digunakan dalam rencana perawatan. Radiografi kedokteran gigi sangat membantu dalam melihat keadaan struktur pendukung gigi baik normal maupun patologis. patologis. Apabila terjadi kesalahan radiografi, akan menyebabkan pengulangan pembuatan radiografi tersebut. Hal ini bertentangan dengan azas justification dimana radiasi harus seminimal mungkin dan keuntungan harus lebih besar dari kerugian yang timbul terhadap pasien. Konsekuensi meningkatnya paparan radiasi, dan efek akumulasi dari beberapa sumber radiasi harus dipertimbangkan selaras dengan prinsip ALARA (As Low As Reasonably Reasonabl y Achievable) untuk meminimalkan paparan radiasi serta mendapatkan hasil yang maksimal. Beberapa aspek penting harus diperhatikan seiring dengan prinsip tersebut, misalnya teknik atau cara pengambilan foto roentgen, teknik processing film, dan juga menginterpretasi hasil radiograf. Faktor-faktor lain seperti jarak target film, ukuran jumlah dari energy listrik yang melewati x-ray tube dalam miliampere (mA), kualitas dari energy listrik yang melewati x-ray tube dalam kilovolt (kV), posisi kepala serta tingkat kesehatan pasien, pasie n, posisi posis i film, sudut penyinaran, waktu penyinaran, dan juga processing film harus diberikan perhatian untuk mendapatkan mendapatkan hasil yang maksimal dan efektif.
1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa sajakah macam-macam teknik radiografi di bidang kedokteran gigi ? 2. Bagaimana teknik radiografi intra oral dan ekstra oral ? 3. Bagaimana teknik pencucian film ? 4. Apa sajakah manfaat radiologi di bidang ked. Gigi ? 5. Apa sajakah efek radiasi dari radiografi di bidang ked. Gigi ? 6. Apa sajakah penyebab dan kesalahan-kesalahan pada hasil rontgen ?
1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan macam-macam teknik radiografi di bidang kedokteran gigi 2. Mampu menjelaskan teknik radiografi intra oral dan ekstra oral 3. Mampu menjelaskan teknik pencucian film 4. Mampu menjelaskan manfaat radiologi di bidang ked. Gigi 5. Mampu menjelaskan efek radiasi dari radiografi di bidang ked. Gigi 6. Mampu menjelaskan penyebab dan kesalahan-kesalahan pada hasil rontgen
2
BAB II PEMBAHASAN
SKENARIO 4 “ Gigiku di foto “
Pasien laki-laki usia 35 tahun datang ke RSGM ingin menambal gigi geraham bawah. Pemerikasaan intra oral gigi 36 karies dan sudah non vital. Sebelum dilakukan perawatan, dokter gigi merujuk pasien ke bagian radiologi untuk dilakukan radiografi periapikal sebagai penunjang diagnosis. Setelah dilakukan pemeriksaan radiografi, pasien bertanya ke dokter kenapa hasil radiograf kecil dan hanya terlihat 3 gigi bawahnya. Saat membaca hasil radiograf, dokter gigi mengatakan kalau hasilnya kurang jelas dan harus diulang.
2.1 Step I ( Klarifikasi Istilah )
Dalam skenario 4 ini, kami menemukan beberapa istilah sulit atau istilah baru yang belum diketahui seperti: 1. Radiologi : ilmu kedokteran yang menggunakan radiasi untuk diagnosis dan pengobatan penyakit. 2. Non vital : 3. Radiograf : Gambaran benda yang diambil dengan radiografi. 4. Radiologi periapikal : 5. Radiografi : penggunaan sinar pengionan (sinar X, sinar gama) untuk membentuk bayangan benda yang dikaji pada film.
2.2 Step II ( Menentukan Permasalahan )
3
1. Apa saja macam-macam radiografi dibidang ked. Gigi ? 2. Apa manfaat radiologi di bidang ked. Gigi ? 3. Apa saja yang mempengaruhi penilaian kualitas dari hasil radiograf ? 4. Mengapa terjadi perbedaan dari hasil radiograf sang anak dengan orang tua ? 5. Bagaimana teknik radiografi intra oral dan ekstra oral ? 6. Apa saja efek dari radiasi radiografi pada pasien? 7. Apa saja penunjang diagnosis selain radiograf ? 8. Teknik pencucian film ? 9. Apa saja kriteria dari hasil radiografi sehingga hasilnya dikatakan jelas atau tidak ? 10. Apa kesalahan-kesalahan yang menyebabkan hasil radiograf tidak jelas ? 11. Apa kesalahan hasil rontgen ?
2.3 Step III ( Brainstorming )
1. Macam-macam radiografi dibidang ked. Gigi
Radiografi intra oral : periapikal, bitewings, oklusal.
Radiografi ekstra oral : panoramik, lateral, sifalometri, posteroanterior, anteroanterior.
2. Manfaat radiologi di bidang ked. Gigi
Sebagai pemeriksaan penunjang dan membantu mediagnosa suatu penyakit.
Mengarahkan rencana perawatan dan mengevaluasi hasil perawatan.
3. Faktor yang mempengaruhi penilaian kualitas dari hasil radiograf
-
4. Penyebab perbedaan dari hasil radiograf sang anak dengan orang tua
Karena perbedaan teknik radiografi anak (panoramik) dan orang tua (periapikal).
5. Teknik radiografi intra oral dan ekstra oral
-
6. Efek dari radiasi radiografi pada pasien
4
Efek langsung dan tidak langsung.
Pengurangan laju alir saliva karena atrofi kelenjar akibat penyinaran.
7. Penunjang diagnosis selain radiograf
Uji lab
8. Teknik pencucian film
-
9. Kriteria dari hasil radiografi sehingga hasilnya dikatakan jelas atau tidak
-
10. Kesalahan-kesalahan yang menyebabkan hasil radiograf tidak jelas
Pada saat rontgen posisi pasien tidak benar
11. kesalahan hasil rontgen
Tergores, terlalu hitam, terlalu terang, terlipat.
2.4 Step IV (Menganalisa Permasalahan)
2.5 Step V (Tujuan Pembelajaran)
1. Mampu menjelaskan macam-macam teknik radiografi di bidang kedokteran gigi 2. Mampu menjelaskan teknik radiografi intra oral dan ekstra oral 3. Mampu menjelaskan teknik pencucian film 4. Mampu menjelaskan manfaat radiologi di bidang ked. Gigi 5. Mampu menjelaskan efek radiasi dari radiografi di bidang ked. Gigi 6. Mampu menjelaskan penyebab dan kesalahan-kesalahan pada hasil rontgen
2.6 Step VI (Belajar Mandiri)
Dalam step ini kami melakukan belajar mandiri, yaitu dengan mencari berbagai literature yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran baik dari internet, buku, maupun dari pakarnya langsung.
5
2.7 Step VII
Pada step ini kami mencurahkan referensi yang kami dapat, yaitu setelah melalui step VI. Dari semua hasil mandiri yang kami lakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak kami capai, maka kami menguraikannya seperti berikut ini: 2.7.1 Macam-macam teknik radiografi di bidang kedokteran gigi
Ada dua macam radiografi yang digunakan dalam kedokteran gigi , yaitu : 1. Radiografi intra oral ; teknik periapikal, teknik bite wing atau s ayap gigit, teknik oklusal. 2. Radiografi ekstra oral ; panoramic, oblique lateral, posteroanterior (PA) jaw, reverse town’s projection.
2.7.2 Teknik radiografi intra oral dan ekstra oral A. Teknik Radiografi Intraoral
Teknik radiografi intraoral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar secara radiografi dan filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien. Ada tiga pemeriksaan radiografi intraoral yaitu pemeriksaan periapikal,
interproksimal/bitewing, dan
oklusal (Whaites 2007). 1)
periapical
Radiografi yang berguna untuk melihat gigi geliligi secara individual m ulai dari keseluruhan mahkota,akar gigi dan jaringan pendukungnya. 2)
bitewing
Pada teknik bitewing digunakan film bitewing yang berukuran 3,2 x 4,1 cm yang sudah diberi tabs dan loops yang dimasukkan ke dalam mulut penderita. Ra diografi
6
ini bertujuan untuk memeriksa mahkota, puncak tulang alveolar di maksila dan mandibula, daerah interproksimal dalam satu film yang sama. 3)
oklusal
Radiografi Oklusal adalah salah satu teknik radiografi intraoral yang diambil menggunakan dental x-ray set, dimana image reseptor (paket film atau plat fosfor digital – 5,7 x 7,6 cm) diletakkan pada oklusal plane. Radiografi ini bertujuan untuk melihat area yang lebih luas yaitu maksila atau mandibula dalam satu film(Whaites 2007).
B. Teknik Radiografi Ekstraoral
Teknik radiografi ekstraoral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di l uar mulut pasien. Foto Rontgen ekstraoral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah foto panoramik, sedangkan macam lainnya adalah lateral foto, chephalometri dan lain-lain. (Whaites 2007) 1)
panoramic
Radiografi ini akan memperlihatkan daerah mandibula dan maksila yang lebih luas dalam satu film yang bertujuan untuk melihat perluasan suatu lesi atau tumor, fraktur rahang dan fase gigi bercampur. Foto panoramik dikenal juga dengan panorex atau orthopantomogram dan menjadi sangat popular di kedokteran gigi karena teknik yang simple, gambaran mencakup seluruh gigi dan rahang dengan dosis radiasi yang rendah. 2) foto lateral
Teknik lateral merupakan radiograf cephalometrik yang menggambarkan struktur kepala dari sisi lateral yang berguna di bidang orthodontik. Dari radiograf proyeksi ini dibuat diagram berdasarkan titik anatomi tertentu, dan disebut sebagai cephalometric tracing. Teknik ini bermanfaat untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka
7
untuk evaluasi kondisi dari tulang dan posisi impaksi gigi/ lesi yang besar radiografi kepala, struktur anatomis sinus paranasal, radiografi maksil a dan mandibula. - Teknik lateral untuk tulang wajah dan sinus: Sinar-X: bidang sagital film dan grid. Garis infra-orbita 90° terhadap film. Sinar-X: sejajar lantai. Titik penetrasi: tulang zigoma. - Teknik lateral memperlihatkan lengkung atas kranial: Posisi: sama seperti untuk tulang fasial Sinar-X: sejajar lantai 3)
cephalometri
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini juga dapat digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras. 4)
postero-anterior
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit trauma, kelainan pertumbuhan, dan perkembangan tengkorak. Melihat struktur wajah (sinus frontalis, ethmoidalis, fossa nasalis, dan orbita). 5)
antero posterior
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan pada depan maksila, mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis, dan tulang hidung. 6)
proyeksi water’s
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan pada depan maksila, mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis, dan tulang hidung. 7)
proyeksi reverse-towne
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan kondilus pada pasien yang mengalami dislokasi dan melihat dinding posterolateral pada maksila. Pada teknik
8
ini pasien menghadap film dengan ujung dahi dan ujung hidung menyentuh dahi atau biasa disebut forehead-nose position. Tubehead diarahkan ke atas dari bawah occipital dengan membentuk sudut 30° terhadap horizontal dan sinar melewati condyle (SR Bukide, 2013). 8)
submentovertex
Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan dasar tengkorak, posisi mandibula, dinding lateral sinus maksila dan archus zygomatic.
2.7.3 Teknik pencucian film a. Manual Processing
1.
Pembangkit (developer)
Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap i ni perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut pembangkitan adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi bayangan tampak. Lamanya film dalam cairan pembangkitan tergantung dari kualitas cairan developer, bila cairan dalam keadaan baik (baru) waktu yang dibutuhkan relative singkat sesuai penglihatan radiographer, sebaliknya bila cairan developer dalam keadaan kurang baik (sering digunakan) waktu yang dibutuhkan akan lebih lama disbanding cairan baru. Pada umumnya teori tentang waktu pemrosesan pada developer adalah 4 menit. 2.
Pembilasan Pertama (rinsing)
Merupakan tahap selanjutnya setelah pembangkitan. Pada waktu film dipindahkan dari tangki cairan pembangkit, cairan pembilas akan membersihkan film dari larutan pembangkit agar tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya. Cairan pembangkit yang tersisa masih memungkinkan berlanjutnya proses pembangkitan walaupun film telah dikeluarkan dari larutan pembangkit. Apabila pembangkitan masih terjadi pada proses penetapan maka akan membentuk kabut dikroik (dichroic fog) sehingga foto hasil tidak memuaskan. Proses yang terjadi
9
pada cairan pembilas yaitu memperlambat aksi pembangkitan dengan membuang cairan pembangkit dari permukaan film dengan cara merendamnya ke dalam air. 3.
Penetapan (fixing)
Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa mengubah gambaran perak metalik. Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film sehingga tidak ada perubahan pada bayangan foto,. Pada proses ini juga diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan perlindungan terhadap kerusakan dan untuk mengendalikan akibat penyerapan uap air. 4.
Pembilasan Akhir (washing)
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang digunakan selalu dalam keadaan bersih. 5.
Pengeringan (drying)
Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan artefak. Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi. b. Automatic processing
1.
Prinsip Kerja Alat
10
Fungsi dari pada APF adalah mencuci film hasil foto secara otomatis. Dengan proses mencuci film memakai cairan Develover, Fixer, dan air kemudian dikeringkan dengan elemen sehingga film lebih cepat kering. 2. Cara Kerja Alat Film yang sebelumya sudah melalui proses photo dengan menggunakan Xray, kemudian diproses pada ruang gelap. Pada ruang gelap proses pencucian film menggunakan alat yang dinamakan APF (Automatic Procesing Film). Pada alat ini pencucian film dilakukan dengan tiga cairan yaitu Fixer, Developer, dan air proses pencetaan film hanya membutuhkan waktu 3 menit kurang sehingga penggunaan waktu relative lebih efisien dibandingkan dengan cara manual. Pengoperasian cetak film pada mesin ini dibantu oleh motor yang berfungsi sebagai penggerak gigi(gear) yang kemudian memutarkan roll yang membawa film pada bak developer, fixer dan air.
2.7.4 Manfaat radiologi di bidang ked. Gigi
a. Menegakkan diagnosis Dalam mendiagnosis penyakit atau kelainan pada gigi tidak selalu dapat terlihat langsung melalui pemeriksaan klinis. Penggunaan rediografi kedokteran gigi dapat membantu untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan, besarnya kerusakan atau keparahan, serta hubungannya dengan jaringan di sekitarnya. b. Rencana perawatan Setelah diagnosis penyakit ditegakkan, maka dapat segera ditentukan rencana perawatan yang akan dilakukan pada pasien. c. Evaluasi hasil perawatan Untuk melihat keberhasilan perawatan yang telah dilakukan, maka dilakukan radiografi.
2.7.5 Efek radiasi dari radiografi di bidang ked. Gigi
11
Berdasarkan dosisi radiasi, efek biologis radiasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Efek stokastik Efek stokastik adalah efek yang penyebab timbulnya merupakan fungsi dan dosisi radiasi dan diperkirakan tidak mengenal dosis ambang. Efek ini terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel. Ciri-ciri efek stokastik adalah tidak mengenal dosis ambang, timbul setelah melalui masa tenang yang lama, keparahannya tidak bergantung pada dosis radiasi, tidak ada penyembuhan spontan, contohnya adalah kanker dan penyakit keturunan. 2. Efek non stokastik ( deterministik ) Efek deterministik adalah efek yang tingkat keparahannya tergantung pada dosis yang diterima dan hanya timbul bila dosis ambang dilampaui. Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagian akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Ciriciri efek non stokastik adalah mempunyai dosis ambang, umumnya timbul setelah beberapa saat setelah radiasi, adanya penyembuhan spontan ( tergantung keparahan ), tingkat keparahan tergantung pada dosis radiasi, contohnya adalah critema, kerontokan rambut, katarak, dan berkurangnya kesuburan.
Efek radiasi pada rongga mulut 1. Membran mukosa mulut Membran mukosa mulut mengandung sebuah lapisan basal yang memiliki radiosensivitas yang tinggi. Pada akhir minggu kedua terapi radiasi, beberapa sel akan mati, membran mukosa mulai akan menunjjukan area kemerahan dan terjadi inflamasi atau yang disebut dengan mukositis. Kemudian membran mukosa yang disinari tersebut akan hancur sehingga mengakibatkan mukositis berat, rasa tidak nyaman dan pencernaan makanan menjadi sulit. 2. Kelenjar saliva
12
Komponen parenkim dari kelenjar ludah ini lebih radiosensitif. Hal ini mengakibatkan mulut menjadi kering sehingga menelan menjadi sulit dan sakit diksrenakan residual saliva yang mengalami kehilangan bahan pelumasnya. 3. Gigi Pemaparan radiasi pada gigi dengan dosis therapeutik pada masa pekembakngan gigi akan memperlambat pertumbuhan gigi tersebut. Pemaparan radiasi pada gigi yang terjadi sebelum kalsifikasi akan merusak bud gigi. Pmaparan radiasi setelah kalsifikasi akan menghalangi perubahan sel yang mengakibatkan malformasi. Anak-anak yang mendapat terapi radiasi pada rahang akan merusak pertumbuhan gigi permanen seperti perkembangan akar yang lambat, dwarfed teeth atau gagal dalam pembentukan gigi. Gigi orang dewasa yang sangat resisten terhadap efek langsung dari pancaran radiasi akan mengakibatkan pulpa mengalami fibroatropi dalam jangka panjang. 4. Tulang mandibula Terapi kanker pada bagian mulut mencangkup paparan radiasi pada mandibula. Osteoradionekrosis merupakan dampak paling berbahaya pada mandibula akibat radiasi. Kondisi ini ditandai dengan jaringan nekrotik yang lembut dan tulang gagal dalam penyembuhan secra spontan. Hal ini lebih sering terjadi di mandibula daripada maksila karna lebih sedikitnya suplai darah di mandibula dan faktanya mandibula lebih sering terpapar daripada maksila. 5. Pengecapan pada lidah Pengecapan sangat sensitif terhadap radiasi. Biasa nya orang yang mendapat radioterapi akan mengeluh hilangnya rasa pengecapan pada minggu kedua atau ketiga dari radioterapi. Jika sepertiga anterior lidah yang disinati maka akan menyebabkan rasa manis dan asin. Sedangkan jika dua pertiga dari lidah yang disinari maka akan menyebabkan rasa pahit dan asam.
13
2.7.6 Penyebab dan kesalahan-kesalahan pada hasil rontgen
Sebuah foto rontgen bisa terlihat sangat gelap maupun sangat terang. Beberapa alasan dan kemungkinan penyebab rontgen foto terlihat sangat gelap, yaitu : 1. Over exposure : Biasanya waktu expose terlalu lama, karna waktu yang di setting oleh operator tidak tepat atau mungkin terjadi kesalahan pada x-ray set timer . 2. Over development : Cairan developer terlalu panas atau konsentrasi terlalu tinggi, karena foto rontgen terlalu lama ditinggal di dalam cairan developer. 3. Fogged film : Kebocoran cahaya di ruang gelap, kegagalan safe lighting atau buruknya penyimpanan foto rontgen.
Sebaliknya, alasan dan kemungkinan penyebab rontgen foto terlihat sa ngat terang, yaitu : 1. Under eksposure : Biasanya waktu ekspose lebih singkat karna kesalahan operator dalam memilih eksposure setting atau mungkin terjadi kesalahan pada x-ray set timer. 2. Under development : Larutan developer mungkin terlalu dingin atau terlalu encer. Atau foto rontgen ditinggal terlalu cepat diletakan di dalam larutan developer.
14
BAB III PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Gambaran radiografi sangat membantu dalam penatalaksanaan berbagai kasus, terutama membantu dalam menegakkan diagnosis, perencanaan perawatan, maupun valuasi hasil perawatan yang dilakukan. Namun perlu diingat bahwa selain nilai diagnostik yang diperoleh, pemeriksaan radiografi dapat mengakibatkan bahaya radiasi. Pada saat sinar-x mengenai jaringan tubuh, akan terjadi ionisasi pada jaringan yang dilaluinya sehingga terjadi kerusakan pada jaringan tersebut. Karena itu, perlu dilakukan proteksi yang baik pada saat melakukan pemeriksaan radiologi agar efek radiasi yang diterima oleh penderita, operator maupun lingkungan di sekitar ruang radiografi dapat sekecil mungkin. Pemilihan proyeksi pemotretan yang tepat adalah salah satu upaya yang harus dilakukan untuk menghindari paparan radiasi yang tidak diperlukan.
1.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan ke depannya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abu bakar. 2012. Kedokteran gigi klinis edisi 2. Yogyakarta : Quantum Sinergis Media. Rita
A, Mason.
Radiografi
Kedokteran
Gigi , Ed.
3,
Penerbit
Buku
Kedokteran, Jakarta: EGC,2014 Sjahriar, Rasad. 2009. Radiologi Diagnostik edisi
2, Jakarta : Balai Penerbit
FKUI. Supriyadi.
Pedoman
Interpretasi
Radiograf
Lesi-lesi
di
Rongga
Mulut. Stomatognatic (J.K.G Unej),2012,vol.9, no.3, hal.134-139. .
16