1. Pylon Pada jembatan Akashi menggunakan pylon baja dengan ketinggian pylon 298 m, dengan material berupa baja dan jembatan berada di laut dengan temperatur tinggi, memungkinkan terjadinya korosi pada pylon, selain itu juga dengan struktur pylon sangat tinggi sehingga memungkinkan terjadinya tekuk, akibat beban - beban lateral yang terjadi. Berikut adalah paparan mengenai identifikasi resiko yang dapat terjadi pada pylon :
Identifikasi resiko Pylon roboh
Penyebab 1. Pylon keropos 2. Pylon tekuk
Analisa 1. Pylon kropos
Korosi Jembatan Akashi merupakan jembatan yang menghubungkan pulau yang terpisah
oleh laut. Jepang juga dikenal dengan kondisi alam yang cukup ekstrim, contohnya temperatur yang tinggi pada daerah laut. Oleh karena itu memungkinkan terjadinya korosi pada pylon Jembatan Akashi, ditambah material pylon terbuat dari baja. Terjadinya korosi tidak dapat dihentikan secara total,karena prosesnya bersifat alamiah. Walaupun demikian proses tersebut dapat dikendalikan atau diperlambat.
-
Kondisi lingkungan Korosi ditimbulkan oleh angin yang berhembus dilaut membuat uap-uap garam ini bebas bergerak dan akhirnya menempel pada pylon dan dengan pengaruh temperatur memudahkan material baja terjadi korosi.
-
Temperatur Temperatur merupakan sebuah kondisi terjadinya perubahan suhu, dimana pada daerah jembatan Akashi mengalami perubahan temperature yang ekstrim.
Korosi lebih mudah terjadi didaerah laut dibanding area yang jauh dari laut, ini bisa dibuktikan dengan melihat kendaraan yang ada disekitar laut lebih mudah korosi, misalnya knalpot.
Probabilitas Probabilitas / munculnya kemungkinan pylon roboh akibat korosi sebesar 80 %, penilaian probabilitas ini dengan mempertimbangkan kondisi alam Jepang yang cukup ekstrim dan material yang digunakan berupa baja, dimana material ini memiliki kemungkinan terjadi korosi cukup besar.
Treatment Walaupun kemungkinan terjadinya korosi pada pylon sangat tinggi, korosi masih dapat ditangani / dikendalikan sehingga kemungkinan pylon roboh akibat korosi menjadi lebih kecil. Adapun penanganan yang dapat diberikan yaitu : 1). Melapisi permukaan pylon dengan cat, timah, galvanis atau krom - Krom Krom memberi lapisan pelindung, sehingga besi yang dikrom akan menjadi mengkilap. Cromium plating dilakukan dengan proses elektrolisis. Krom dapat memberikan perlindungan meskipun lapisan krom tersebut ada yang rusak. Cara ini umumnya dilakukan pada kendaraan bermotor, misalnya bumper mobil.
- Cat Fungsi pengecatan adalah untuk melindungi besi kontak dengan air dan udara. Cat yang mengandung timbal dan seng akan lebih melindungi besi terhadap
korosi. Pengecatan harus sempurna karena jika terdapat bagian
yang tidak tertutup oleh cat, maka besi di bawah cat akan terkorosi. Pagar bangunan dan jembatan biasanya dilindungi dari korosi dengan pengecatan
- Timah Timah termasuk logam yang tahan karat. Kaleng kemasan dari besi umumnya dilapisi dengan timah. Proses pelapisan dilakukan secara elektrolisis atau elektroplating. Lapisan timah akan melindungi besi selama lapisan itu masih utuh. Apabila terdapat goresan, maka timah justru mempercepat proses korosi karena potensial elektrode besi lebih positif dari timah.
- Galvanis Seng dapat melindungi besi meskipun lapisannya ada yang rusak. Hal ini karena potensial elektrode besi lebih negative daripada seng, maka besi yang kontak dengan seng akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Sehingga seng akan mengalami oksidasi, sedangkan besi akan terlindungi.
2). Memasang alat pendeteksi korosi pada pylon, sehingga dapat dikerahui lokasi korosi dan dapat langsung dilakukan penanganan
Risiko Sisa Diperkirakan masih terdapat risiko pylon roboh akibat korosi, walaupun telah dilakukan treatment / penanganan yakni sebesar 20 %. Ini dapat terjadi karena perawatan masih dilakukan kurang maksimal, seperti melakukan perawatan dengan pengecatan dan terdapat bagian pylon yang tidak terlapisi cat seutuhnya sehingga memungkinkan terjadi korosi.
2. Pylon tekuk Jembatan Akashi memiliki pylon yang tertinggi didunia, yakni sebesar 298 m, sehingga terdapat risiko besar dalam perencanaan, pelaksanaan maupun saat masa layan jembatan tersebut. Risiko tersebut ialah terjadinya tekuk pada pylon, tekuk terjadi apabila struktur tidak mampu menahan beban horizontal. Beban horizontal pada Jembatan Akashi berasal dari beban angin dan beban gempa. Angin yang berhembus didaerah Jembatan Akashi tergolong tinggi, yakni sebesar 286 km/jam, dengan kecepatan angin tersebut dapat menimbulkan risiko pylon terdorong oleh angin dan memungkinkan terjadi tekuk, sedangkan daerah ini juga rawan terjadi gempa. Ini terbukti dengan Jepang beberapa kali terkena bencana gempa.
Dapat dilihat pada gambar diatas, pylon mengalami keruntuhan akibat tekuk yang disebabkan oleh beban angin atau gempa. Pylon terdorong secara horizontal lalu pylon tertekuk dan mengalami keruntuhan.
Probabilitas
Probabilitas / munculnya kemungkinan pylon roboh akibat tekuk sebesar 85 %, penilaian probabilitas ini dengan melihat struktur pylon yang sangat tinggi yakni 298 m dan beban lateral berupa beban angin dan beban gempa yang sangat ekstrim diwilayah tersebut.
Treatment Walaupun kemungkinan terjadinya tekuk pada pylon, terjadinya tekuk masih dapat ditangani / dikendalikan sehingga kemungkinan pylon roboh akibat tekuk menjadi lebih kecil. Adapun penanganan yang dapat diberikan yaitu : 1). Struktur pylon tidak terisi padat oleh material, dalam hal ini baja Struktur dalam pylon dapat dibuat berongga, atau menyerupai sarang lebah. Ini dapat mengecilkan risiko pylon tekuk karena dengan struktur berongga, maka pylon tidak seutuhnya bersifat kaku sehingga ketika mendapat dorongan akibat beban pylon dapat bersifat lebih lentur.
Risiko Sisa Diperkirakan masih terdapat risiko pylon roboh akibat tekuk, walaupun telah dilakukan treatment / penanganan yakni sebesar 15 %. Ini dapat terjadi karena struktur berongga tidak sepenuhnya efisien dalam mengatasi tekuk, bisa saja tekuk terjadi dari faktor yang kurang dipertimbangkan.