PROSEDUR DAN TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BERDASARKAN K3 & HUKUM KETENAGAKERJAAN
1.
Latar Belakang
Kegiatan konstruksi merupakan unsur penting dalam menjalankan pembangunan, tetapi Kegiatan konstruksi juga menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan antara lain yang menyangkut aspek Kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan, oleh sebab itu kegiatan konstruksi harus dikelola dengan memperhatikan standar dan ketentuan K3L yang berlaku.
2.
Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi pada seseorang karena hubungan kerja dan kemungkinan disebabkan oleh bahaya yang ada kaitannya dengan pekerjaan. Terdapat beberapa klasifikasi mengenai kecelakaan kerja menurut ILO 1962: a.
Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan Terjatuh Tertimpa benda jatuh Terkena T erkena benda-benda Terjepit oleh benda Gerakan melebihi kemampuan Pengaruh suhu tinggi Terkena arus listrik Kontak dengan dengan bahan-bahan berbahaya berbahaya atau radiasi
b.
Klasifikasi menurut P enyebab enyebab mesin alat angkut dan alat a ngkat peralatan lain
c.
Klasifikasi Menurut Sifat Luka Dan Kelainan Patah tulang Keseleo Regang otot 1
K3 DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN
Memar Amputasi Luka bakar dll d.
Klasifikasi Menurut Letak Kelainan Atau Luka Di Tubuh Kepala Leher Badan Anggota atas Anggota bawah dll
Ada beberapa factor yang berhubungan dengan penyebab terjadinya kecela kaan kerja : a.
Faktor manusia dalam kecelakaan merupakan konsep klasik dalam usaha keselamatan kerja. Pada pelaksanaannya terdapat beberapa pendekatan. 1. Berkaitan ciri-ciri psikologis,fisik dan kelainan faal seseorang 2. Faktor rasa atau emosi 3. Faktor situasi 4. Faktor keserasian kerja
b.
Kecendrungan untuk celaka Faktor ini mempunyai kemungkinan terkecil
c.
Sikap terhadap keselamatan Sikap utama dari para karyawan
d.
Faktor manusiawi dan pencegahan kecelakaan Kesadaran pengusaha dan karyawan dalam pencegahan kecelakaan salah satunya yaitu menggunakan alat pelindung kerja
Akibat oleh karena factor ± factor tersebut yang berdampak pada kerugian antara lain yang meliputi kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan, kelainan serta cacat bahkan berdampak pada kematian. Bagi pekerja kerugian yang dialami antara lain Hilang kesempatan bekerja, Hilang kesempatan memperoleh
penghasilan,
Kerugian materil akibat kebakaran, Kerugian material untuk biaya pengobatan, Kerugian bagian fisik, Cacat permanen atau sementara bahkan kematian. Bagi Pengusaha kerugian yang dialami antara lain Produktivitas dan kualitas menurun, Kerugian materil dan pembiayaan pengobatan korban, Kerugian materil yang hilang 2
K3 DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN
atau kebakaran, Pengurangan laba perusahaan, Berdampak pada tuntutan perdata, Tuntutan pidana bahkan Penjara atau denda. Sedangkan pada lingkungan Kecelakaan akan merembet pada lingkungan sekitar, Beban kerja yang bertambah,
Penghasilan
menurun dan Dampak sosial lainnya.
3.
Kesehatan & Keselamatan Kerja
Dikenal dengan K3 yaitu suatu program yang dibuat bagi pekerja maupun bagi pengusaha sebagai upaya pencegahan untuk mengurangi timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat pekerjaan. Guna menghindari resiko kecelakaan yang dapat terjadi pada pelaksanaan pekerjaan maka perlu dilakukan pendekatan keselamatan kerja antara lain: a.
Perencanaan Contoh Implementasi Perencanaan: 1. Pengolahan dengan bahan berbahaya disimpan secara t erpi 2. Ada tempat untuk berjalan yang a man diantara lorong, tang atau garis 3. Tempat yang luas dan cukup bagi mesin dan peralatan 4. Tempat pekerja dikondisikan aman 5. Gunakan peralatan keselamatan bagi pekerja yang berbahay 6. Fasilitas transfortasi harus disertai kesela matan 7. Ada jalan evakuasi ketika terjadi kebakaran 8. Adakan ruang pengembangan 9. Isolasi tempat berbahaya 10. Gunakan mesin yang disertai perlengkapan keselamatan
b.
Keteraturan 1. Buang benda yang menghalangi dan tidak terpaka i 2. Tempatkan benda sesuai dengan tempatnya 3. Sediakan peralatan yang diperlukan dan simpan ditempatnya 4. Periksa peralatan secara teratur dan ganti ya ng tidak sudah rusak 5. Gunakan tempat yang paling baik untuk tempat-tempat bahan berbahaya
c.
Pakaian Kerja 1. Pemilihan pakaian harus diperhitungkan kerja kemungkinan bahaya yang akan dialami pekerja. 2. Pakaian harus sesuai dengan ukuran dan tidak menghalangi kerja 3. Pakaian yang longgar/dasi jangan dipakai saat mendekati mesin yang berjalan 3
K3 DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN
4. Bagi pekerja ditempat yang bisa meledak hindari pakaian yang mudah terbakar 5. Gunakan baju lengan pendek 6. Benda tajam,runcing dan bahan mudah terbakar jangan dimasukan dalam kantong pakaian 7. Tenaga kerja yang menghadapi debu yang dapat terbakar jangan menggunakan kantung. d.
Peralatan Perlindungan Diri 1. Kaca Mata digunakan bagi pekerja yang dapat mebahayakan mata 2. Sepatu Pengaman, sepatu yang bisa berfungsi melindungi kaki dari bahaya. 3. Sarung Tangan, bagi orang yang kontak dengan jat berbahaya, atau dengan bagian-bagian kasar 4. Topi Pengaman, diproyeksikan untuk pekerja lapangan yang dimungkinkan dapat celaka dibagian kepala 5. Pelindung Telinga, bag pekerja yang mempunyai nilai kebisingan diatas ambang batas 6. Perlindungan Paru, dimungkinkan bagi yang bekerja dengan nilai pencemaran udara yang tinggi
e.
Labelisasi 1. Label Warna a. Warna
menandakan
daerah
berbahaya, peralatan
penanggulangan
kebakaran, perlengkapan pertolongan pertama terhadap kecelakaan, jalan ke luar, lalu lintas b. Menunjukan isi silinder gas dan pipa- pipanya c. Memperjelas indra penglihatan d. Mempunyai efek fisikologis 2. Label Peringatan dan Tanda Peringatan dan tanda ± tanda harus dipasang label seperti ³Dilarang merokok´, ³Awas tekanan tinggi´Peringatan dan tanda-tanda tidak boleh dipasang terlalu banyak yang akan menimbulkan orang tidak memperhatikan. 3. Label Identitas Label identitas digunakan sebagai identitas bagi peralatan atau tempat sehingga akan mengurangi kesalahan dalam menggunakan. Terutama diperlukan bagai tempat/wadah berbahaya dan zat kimia f.
Penerangan 4
K3 DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam masalah penerangan untuk keselamatan : a. Penerangan langsung/tidak silau b. Silau tidak langsung c. Perubahan Pencahayaan seperti dari gelap ke terang d. Intensitas cahaya g.
Ventilasi dan Pengaturan Suhu Sistem ventilasi udara memegang peranan penting dalam kenyaman bekerja sehingga
akan
mempengaruhi
keselamatan
kerja
pekerja
yang
ada
didalamnya.Ventilasi harus diletakan/diposisikan secara tepat sesuai dengan kebutuhan area kerja. h.
Kebisingan Kebisingan yang melebihi 85dB dapat mempengaruhi daya dengan dan ketulian. Sehingga dengan nilai ambang seperti ini perli perlindungan dari kebisingan yang dapat menggunakan earplug
Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan tanggung jawab dari tiga komponen proyek/pekerjaan mulai dari Pekerja, Pengusaha dan juga Lingkungan. Pada Pekerja meliputi : Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pengawas keselamatan
y
kerja y
Memakai alat pelindung diri yang diwajibkan
y
Memenuhi dan mentaati semua persyaratan keselamatan dan kesehatan
y
Semua pengurus melaksanakan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja
y
Tidak bekerja pada tempat yang tidak memenuhi faktor kesela matan
Pada Pengusaha : Membuat undang-undang atau aturan pelaksanaan kerja yang dilakukan secara
y
wajib y
Memasang poster/baner dan peringatan - peringatan lain yang diperlukan
y
Menyediakan semua alat pelindung diri
Dan Lingkungan Yang dimaksud dengan lingkungan kerja adalah rekan kerja yang ada disekitar pekerja yang bersangkutan. Lingkungan bertanggung jawab untuk saling mengawasi dan menjalankan peraturan keselamatan yang telah digariskan perusahaan masing-masing. 5
K3 DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN
4.
Pengawasan dan Sistem Manajemen K3
Menurut UU Ketenagakerjaan, aspek pengawasan ketenagakerjaan termasuk masalah K3 dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan yang harus memiliki kompetensi dan independensi. Pegawai pengawas perlu merasa bebas dari pengaruh berbagai pihak dalam mengambil keputusan. Di samping itu, unit kerja pengawasan ketenagakerjaan baik pada pemerintah propinsi maupun pemerinta h kabupaten/kota wajib menyampaikan lapora pelaksanaan pengawasan kepada Menteri Tenaga Kerja. Pegawai
pengawasan
ketenagakerjaan
dalam
melaksanakan
tugasnya
wajib
merahasiakan segala sesuatu yang menurut sifatnya patut dirahasiakan dan tidak menyalah gunakan kewenangannya. Pegawai pengawas ini sangat minim jumlahnya, pegawai pengawas K3 di Departemen Tenaga Kerja pada tahun 2002 berjumlah 1.299 orang secara nasional, yang terdiri dari 389 orang tenaga pengawas struktural dan 910 orang tenaga pengawas fungsional. Para pengawas ini jumlahnya sangat minim bila dibandingkan dengan lingkup tugasnya yaitu mengawasi 176.713 perusahaan yang mencakup 91,65 juta tenaga kerja di seluruh Indonesia. Pemerintah menyadari bahwa penerapan masalah K3 di perusahaan-perusahaan tida k dapat
diselesaikan
dengan
pengawasan
saja.
Perusahaan-perusahaan
perlu
berpatisipasi aktif dalam penanganan masalah K3 dengan menyediakan rencana yang baik, yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau ´SMK3.´ SMK3 ini merupakan tindakan nyata yang berkaitan dengan usaha yang dilakukan oleh seluruh tingkat manajemen dalam suatu organisasi dan dalam pelaksanaan pekerjaan, agar seluruh pekerja dapat terlatih dan termotivasi untuk melaksanakan program K3 sekaligus bekerja dengan lebih pr oduktif. UU Ketenagakerjaan mewajibkan setiap perusahaan yang memiliki lebih dari 100 pekerja, atau kurang dari 100 pekerja tetapi dengan tempat kerja yang berisiko tinggi (termasuk proyek konstruksi), untuk mengembangkan SMK3 dan menerapkannya di tempat kerja. SMK3 perlu dikembangkan sebagai bagian dari sistem manajemen suatu perusahaan secara keseluruhan. SMK3 mencakup hal-hal berikut: struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan
bagi
pengembangan
penerapan,
pencapaian,
pengkajian,
dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian
6
K3 DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Kementrian Tenaga Kerja juga menunjuk tenaga-tenaga inspektor/pengawas untuk memeriksa perusahaan-perusahaan dalam menerapkan aturan mengenai SMK3. Para tenaga pengawas perlu melalukan audit paling tidak satu kali dala m tiga tahun.
5.
Penutup
Kesimpulan bahwa Setiap proyek memiliki karakteristik berbeda, misalnya proyek bangunan bertingkat, pembangunan bendungan, pabrik dsb. Maka perlu dilakukan identifikasi potensi bahaya dalam kegiatan konstruksi yang akan dilaksanakan. Dan dibuat mapping potensi bahaya menurut area atau bidang kegiatan masing-masing. Saran perlu diadakan evaluasi tentang potensi bahaya untuk menentukan skala prioritas berdasarkan Hazards Rating yang kemudian disusun Risk Rating dari semua kegiatan konstruksi yang akan dilakukan.
6.
Daftar Referensi
_____ , Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja , Jakarta, 1970 _____ , P eraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : P er.18/Men/Xi/2008 Tentang P enyelenggara Audit Sistem Manajemen Keselamata Dan Kesehatan Kerja, Jakarta, 2008 Wirahadikusumah Reini D.,2005, Tantangan Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada P royek Konstruksi di Indonesia´ , FTSL ± ITB Somantri Maman, Diktat Kuliah : K3 DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN, Jurusan Teknik Elektro, FPTK, 2007
7
K3 DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN