FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2009-2013
A. Latar Belakang Masalah Pasar modal sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Syarat utama yang diinginkan oleh para investor untuk bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal adalah perasaan aman akan investasinya. Di pasar modal, laporan keuangan perusahaan yang go public merupakan perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan luas, oleh karena itu operasi perusahaan yang efisien akan sangat mempengaruhi apresiasi masyarakat pada perusahaan publik. Pengukuran efisiensi dapat dilakukan dengan menggunakan kinerja keuangan. Para investor yang akan melakukan investasi dengan membeli saham di pasar modal akan menganalisis kondisi perusahaan terlebih dahulu agar investasi yang dilakukannya dapat memberikan keuntungan (return). Memperoleh return (keuntungan) merupakan tujuan utama dari aktivitas perdagangan para investor di pasar modal. Para investor menggunakan berbagai cara untuk memperoleh return yang diharapkan, baik melalui analisis sendiri terhadap perilaku perdagangan saham, maupun dengan memanfaatkan saran yang diberikan oleh para analis pasar modal, seperti broken, dealer, manajer investasi. Pola perilaku perdagangan saham di pasar modal modal dapat member kontribusi bagi pola perilaku harga saham di
1
2
pasar modal tersebut. Pola perilaku harga saham akan menentukan pola return yang diterima dari saham tersebut (Budi dan Nurhatmini, dalam Nicky Nathaniel 2008). Return saham adalah suatu tingkat pengembalian saham yang diharapkan atas investasi yang dilakukan dalam saham atau beberapa kelompok saham melalui suatu portofolio. Kinerja keuangan yang baik dari sebuah perusahaan merupakan pertimbangan utama bagi investor. Semakin baik tingkat kinerja keuangan suatu perusahaan maka diharapkan harga saham meningkat dan akan memberikan keuntungan (return) saham bagi investor, karena return saham merupakan selisih antara harga saham sekarang dan harga saham sebelumnya. Return saham yang tinggi merupakan salah satu daya tarik bagi investor untuk menanamkan dananya di pasar modal. Dengan demikian kalau kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat maka harga saham juga meningkat. Semakin tinggi return atau keuntungan yang diperoleh, maka semakin baik posisi pemilik perusahaan (Husnan, dalam Fanny Puspitasari 2012). Return saham merupakan suatu faktor yang mempengaruhi minat investor untuk melakukan suatu investasi dalam suatu perusahaan, dengan tingginya tingkat pengembalian yang diberikan oleh perusahaan kepada investor, maka menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja perusahaan yang baik, sehingga investor yakin bahwa perusahaan tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap saham yang telah ditanamkan investor pada pasar modal. Kehadiran pasar modal di Indonesia ditandai dengan banyaknya investor yang mulai menanamkan sahamnya dalam industry property dan real estate. Bisnis property dan real estate baik residensial maupun komersial menunjukkan
3
perkembangan yang cukup pesat di Indonesia, terbukti dengan semakin maraknya pembangunan perumahan, pusat bisnis dan supermall dalam tahun-tahun terakhir. Semakin pesatnya perkembangan sektor property ini diikuti dengan semakin tingginya permintaan akan kebutuhan papan, sehingga membuat emiten-emiten property membutuhkan dana dari sumber eksternal. Dana dari sumber eksternal dapat diperoleh melalui pasar modal (Husnan, dalam Nicky Nathaniel 2008). Banyak masyarakat menginvestasikan modalnya di industri property dikarenakan harga tanah yang cenderung naik. Penyebabnya adalah supply tanah bersifat tetap sedangkan demand akan selalu besar seiring pertambahan penduduk. Selain itu harga tanah bersifat rigrid, artinya penentu harga bukanlah pasar tetapi orang yang menguasai tanah. Pendapatan dari investasi saham atau return dapat berupa deviden dan capital gain. Deviden merupakan penerimaan dari perusahaan yang berasal dari laba yang dibagikan, sementara capital gain merupakan pendapatan yang diperoleh dari selisih harga saham. Apabila selisih harga tersebut negatif berarti investor mengalami capital loss dan sebaliknya. Para investor seringkali menginginkan keuntungan dengan segera sehingga mereka lebih menginginkan keuntungan dalam bentuk capital gain dibandingkan deviden (Jogiyanto, dalam Yohanes Jhony 2013). (Ang, dalam Nicky Nathaniel 2008) mengungkapkan bahwa rasio yang diperkirakan dapat mempengaruhi return suatu saham adalah Return On Assets (ROA). Rasio ini merupakan salah satu bentuk rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan
total
aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan menandai
4
aktiva) dikeluarkan dari analisis. Penelitian tentang ROA dilakukan oleh Rio Malintan (2011), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa Return On Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap return saham, sedangkan penelitian Yohanes Jhony Kurniawan (2013) menemukan bahwa Return On Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap return saham. Selain Return On Assets (ROA), terdapat juga variabel yang mempengaruhi return saham yaitu Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini merupakan
rasio
solvabilitas yang mengukur kemampuan kinerja perusahaan dalam mengembalikan hutang jangka panjangnya dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan total ekuitasnya. Didalam Balancing Theory disebutkan bahwa keputusan untuk menambah hutang tidak hanya berdampak negatif, tetapi juga dapat berdampak positif karena perusahaan harus berupaya menyeimbangkan manfaat dengan biaya yang ditimbulkan akibat hutang (Wahyudi, dalam Nicky Nathaniel 2008). Selama manfaat masih jauh lebih besar dari biaya hutang, maka hutang dapat ditambah.Akan tetapi jika yang terjadi sebaliknya maka hutang tidak boleh ditambah. Proporsi jumlah hutang terhadap modal sendiri dari suatu perusahaan dapat diukur menggunakan rasio ini. Penelitian tentang DER dilakukan oleh Rio Malintan (2011), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap return saham, sedangkan penelitian Yohanes Jhony Kurniawan (2013) menemukan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap return saham. Rasio berikutnya yang berpengaruh terhadap return saham adalah Return On Equity (ROE). Merupakan rasio keuangan yang banyak digunakan untuk
5
mengukur kinerja perusahaan, khususnya menyangkut profitabilitas perusahaan. Return On Equity (ROE) untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas modalnya sendiri. Secara umum Return On Equity (ROE) dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama setahun terakhir. penelitian tentang ROE dilakukan oleh Yohanes Jhony Kurniawan
(2013), dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap return saham. Ratio Keuangan Current Ratio (CR) adalah perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar yang segera dapat dijadikan uang ada sekian kalinya hutang jangka pendek. Penelitian tentang CR dilakukan oleh Rio Malintan (2011), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh negatif terhadap return saham. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba meneliti beberapa faktor yang berpengaruhi terhadap return saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2013, apakah terdapat pengaruh Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), dan Current Ratio (CR) terhadap Return saham.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
6
1. Apakah Return On Assets (ROA) berpengaruh terhadap Return saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2009 – 2013? 2. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap Return saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2009 – 2013? 3. Apakah Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap Return saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2009 – 2013? 4. Apakah Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap Return saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2009 – 2013?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Return On Assets (ROA), Debt Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), dan Current Ratio (CR) terhadap return saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode tahun 20092013. 2. Kegunaan Penelitian Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaatbagi seluruh pihak, diantaranya : a.
Bagi Mahasiswa Penelitian ini berguna untuk memberikan gambaran, pemahaman dan wawasan lebih luas bagi mahasiswa tentang return saham pada
7
perusahaan property dan real estate yang go public di PT. Bursa Efek Indonesia. b.
Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan pemikiran terhadap operasional dan kebijakan investor dalam pengambilan keputusan khususnya yang berkaitan dengan return saham.
c.
Bagi Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah kepustakaan serta referensi bagi mahasiswa yang akan meneliti lebih lanjut terhadap masalah yang terkait.
D. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial assets dan hutang pada saat yang sama, memungkinkan investor untuk mengubah dan menyesuaikan portofolio investasi (Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, dalam Fanny Puspitasari, 2012). Secara formal pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta (Iskandar Z.Alwi, dalam Timur Nunik Astuty, 2011). Pengertian pasar modal dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu : dalam artian sempit pasar modal adalah suatu pasar (tempat berupa gedung)
8
yang disiapkan guna memperdagangkan saham, obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan pemakai jasa para perantara perdagangan efek. Pengertian pasar modal dalam artian luas adalah suatu system keuangan yang terorganisasi termasuk di dalamnya adalah bank – bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan serta keseluruhan surat – surat berharga yang beredar (Sunariyah, dama Desy Arista dan Astohar, 2010).
2. Pengertian Saham Saham adalah tanda bukti kepemilikian atau penyertaan pemegangnya atas perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (emiten). Saham juga merupakan bukti pengembalian bagian atau peserta dalam suatu perusahaan yang berbentuk PT (Perseroan Terbatas). Perusahaan yang berbentuk PT dapat menjual sahamnya kepada masyarakat luas (masyarakat umum) apabila perusahaan tersebut sudah go public. Perusahaan yang telah go public tersebut dapat menjual sahamnya di Bursa Efek dengan cara mendaftarkan saham – sahamnya di Bursa Efek tersebut (Agus Harjito, 2009). Menurut (Pandji Anoraga dalam I Nyoman Adiasa, 2013) jenis-jenis saham terdiri dari : a. Saham biasa (common stock) Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh deviden sepanjang
perseroan
memperoleh
keuntungan.
Pemilik
saham
mempunyai hak suara pada RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)
9
sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya (one share one vote). Pada likuidasi perseroan, pemilik saham memiliki hak memperoleh sebagian dari kekayaan setelah semua kewajiban dilunasi. b. Saham preferen (preferred stock) Saham preferen merupakan saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan deviden atau bagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi lebih dahulu dari saham biasa, disamping itu juga mempunyai preferensi untuk mengajukan usulan pencalonan direksi atau komisaris.
3. Return Saham Return adalah laba atau suatu investasi yang biasanya dinyatakan sebagai
tarif
presentase
tahunan.
Return
saham
merupakan
tingkat
pengembalian saham yang diharapkan atas investasi yang dilakukan dalam saham atau beberapa kelompok saham melalui suatu portofolio. Return saham ini dapat dijadikan sebagai indikator dari kegiatan perdagangan di pasar modal. Return saham merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi
dan
juga
merupakan
imbalan
atas
keberanian
investor
menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya (Tandelilin, dalam Muhammad Yunanto, 2009). Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return saham, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return saham yang didapatkan investor dari berinvestasi saham dapat berupa capital gain atau dividen. Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return saham dapat berupa return saham
10
realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang (Jogiyanto, dalam Oktavia Dewi Yanti, 2010). Berdasarkan pengertian diatas, maka return saham merupakan selisih yang diterima investor dari investasi yang dilakukannya yang dapat memotivasi investor untuk berinvestasi. Rumus dari return saham unggulan adalah sebagai berikut : Harga saham tahun sekarang – harga saham tahun lalu Return Saham =
Harga saham tahun lalu
4. Pengertian Bursa Efek Bursa efek adalah sebuah pasar yang terorganisir tempat para pialang (broker) melakukan transaksi jual beli surta berharga dengan berbagai perangkat aturan yang ditetapkan (Sunariyah, dalam Saddam Hussein Sulistyandito, 2013). Bursa efek adalah suatu system yang terorganisir dengan mekanisme resmi untuk mempertemukan penjual efek (pihak yang defisit dana) dengan pembeli efek (pihak yang surplus dana) secara langsung atau melalui wakil – wakilnya (R.Agus Sartono, dalam Fanny Puspitasari, 2012). Dari pendapat para ahli tersebut maka dapat dikatakan bursa efek adalah suatu pasar yang merupakan suatu system terorganisir dengan mekanisme resmi untuk mempertemukan penjual efek dengan pembeli efek baik secara langsung atau melalui wakil – wakilnya untuk melakukan transaksi jual beli surat berharga.
11
5. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas biasa disebut juga sebagai Rasio Rentabilitas. Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan. Terdapat enam jenis pengukuran dalam rasio profitabilitas, yaitu gross profit margin (GPM), net profit margin (NPM), operating return on assets (OPROA), return on assets (ROA), return on equity (ROE), serta operating retio (OPR). a. Return On Assets (ROA) Return On Assets merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan secara keseluruhan, yang ditunjukkan dengan besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Rasio profitabilitas dianggap alat yang paling valid dalam mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan, karena rasio profitabilitas (Weygandt et al, dalam Muhammad Yunanto, 2009). Indikator Return On Assets (ROA) merupakan salah satu indikator keuangan yang sering digunakan dalam dalam menilai kinerja perusahaan, yang menunjukkan kemampuan
perusahaan
menghasilkan
laba
dari
investasi
yang
dipergunakan. Semakin besar ROA berarti kinerja perusahaan tersebut semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin menghasilkan keuntungan berbanding asset yang relatif tinggi. Investor akan menyukai perusahaan dengan nilai ROA yang tinggi karena perusahaan dengan nilai ROA yang tinggi dapat menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih besar dibandingkan perusahaan dengan nilai ROA yang rendah (Robbert Ang,
12
dalam Yohanes Jhony Kurniawan, 2009). Return On Assets (ROA) yang meningkat akan meningkatkan return saham. Return On Assets (ROA) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : ROA =
NIAT Total Assets
Dimana : NIAT = Net Income After Tax (Pendapatan Bersih Setelah Pajak) Total Assets = Jumlah Aset b. Return On Equity (ROE) Salah satu pengukuran efisiensi perusahaan adalah return on equity (rentabilitas modal sendiri). Return on equity merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini penting bagi pihak pemegang saham, untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan pihak manajemen perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan pihak manajemen perusahaan (Sudana, dalam Luqman Hakim 2013). Pengertian rentabilitas modal sendiri yang digunakan sebagai pengukur efisiensi adalah besarnya laba bersih dari jumlah
modal
sendiri
yang
digunakan
dalam
perusahaan
yang
bersangkutan. Hal ini berarti rentabilitas modal sendiri merupakan tingkat hasil pengembalian investasi bagi pemegang saham. Secara matematis ROE dapat dirumuskan sebagai berikut :
13
ROE =
Laba Bersih Setelah Pajak Total Ekuitas
6. Rasio Solvabilitas (Leverage) Rasio Solvabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjang yang dimiliki perusahaan tersebut. Rasio solvabilitas mengamati penggunaan hutang dalam memperoleh keuntungan. Rasio ini disebut juga sebagai leverage ratio, karena merupakan rasio pengungkit yaitu menggunakan uang pinjaman (debt) untuk memperoleh keuntungan. Rasio Solvabilitas meliputi debt ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, long-term debt to capitalization ratio, times interest earned, cash flow interest coverage, cash flow to net income, dan cash return on sales. a. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang terhadap total shareholders equity yang dimiliki perusahaan. Total hutang disini merupakan total hutang jangka pendek dan total hutang jangka panjang. Sedangkan shareholders equity adalah total modal sendiri (total modal saham disetor dan laba ditahan) yang dimiliki oleh perusahaan. Secara matematis Debt to Equity Ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut (Ang, dalam Fanny Puspitasari 2012) : Total Debt DER =
Total Shareholders Equity
14
(Modigliani dan Miller, dalam Yohanes Jhony 2013) menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan akan meningkat dengan meningkatnya DER karena adanya efek dari corporate tax shield. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan pasar sempurna dan ada pajak, umumnya bunga yang dibayarkan
akibat
penggunaan
hutang
dapat
dipergunakan
untuk
mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak. Dengan demikian apabila terdapat dua perusahaan dengan laba operasi yang sama, tetapi perusahaan yang satu menggunakan hutang dan membayar bunga sedangkan perusahaan yang lain tidak, maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil, sehingga menghemat pendapatan. Oleh karena itu nilai perusahaan yang membayar pajak lebih besar dari perusahaan yang tidak (Wahyudi, 2008). Akan tetapi hal ini bukan berarti perusahaan dapat menentukan batas hutang dengan seenaknya, berusaha untuk tetap menyeimbangkan antara cost dan benefit harus tetap dilakukan. Dengan pengelolaan perusahaan yang baik, maka DER yang tinggi akan dapat meningkatkan keuntungan bagi perusahaan.
7. Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban financialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendek. Suatu perusahaan yang ingin
15
mempertahankan kelangsungan kegiatan usahanya harus memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban financial yang segera dilunasi. Dengan demikian likuiditas merupakan indikator kemampuan perusahaan untuk membayar atau melunasi kewajiban-kewajiban financialnya pada saat jatuh tempo dengan mempergunakan aktiva lancar yang tersedia (Martono, dalam Fanny Puspitasari, 2012. a. Current Ratio (CR) Current ratio (CR) merupakan perbandingan antara aktiva lancar (current assets) dengan hutang lancar (current liabilities). Aktiva lancar terdiri dari kas, surat-surat berharga, piutang, dan persediaan. Sedangkan hutang lancar terdiri dari hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, hutang gaji atau upah, dan hutang jangka pendek lainnya. Current Ratio yang tinggi memberikan indikasi jaminan yang baik bagi kreditor jangka pendek dalam arti setiap saat perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban financial jangka pendeknya. Akan tetapi current ratio yang tinggi akan berpengaruh negatif terhadap kemampuan memperoleh laba (rentabilitas), karena sebagian modal kerja tidak berputar atau mengalami pengangguran. Current Ratio (CR) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Aktiva Lancar Current Ratio =
Hutang Lancar
× 100 %
16
E. Publikasi Penelitian Sebelumnya Tabel 1 Penelitian Sebelumnya No.
Nama Peneliti
1.
Rio
Judul
Variabel
Malintan Pengaruh
(2011)
Hasil
Current Variabel Independen: CR dan DER secara parsial
Ratio (CR), Debt to Current Ratio (CR), berpengaruh Equity Ratio (DER), Debt
Equity
Ratio terhadap return saham pada
Price Earning Ratio (DER), Price Earning perusahaan (PER), dan Return On Ratio Assets
(ROA) Return
Terhadap
Return (ROA)
Saham
(PER), On
Terdaftar
di
pertambangan
dan yang terdaftar di BEI. Assets PER
dan
ROA
secara
parsial berpengaruh positif
Perusahaan
Pertambangan
negatif
terhadap return saham pada
yang
perusahaan
Bursa
pertambangan
yang terdaftar di BEI.
Efek Indonesia Tahun 2005-2010 2.
Yohanes Jhony Analisis
Pengaruh Variabel Independen: Per
Share Earning
Per
DER berpengaruh negatif
Kurniawan
Earning
Share terhadap return saham pada
(2013)
(EPS), Debt to Equity (EPS), Debt to Equity perusahaan real estate dan Ratio (DER), Return Ratio (DER), Return property yang terdaftar di On
Assets
Return (ROE)
On
(ROA), On Assets (ROA), dan BEI. Equity Return Terhadap (ROE)
On
Equity ROA,
EPS,
berpengaruh
dan
ROE positif
Return Saham ( Studi
terhadap return saham pada
Empirik
perusahaan real estate dan
Pada
17
Perusahaan
Real
property yang terdaftar di
Estate Dan Property Yang
Terdaftar
BEI.
Di
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Dalam
Pengamatan
2008-
2012). 3.
Herlina
Mei Faktor-Faktor
Diarti (2014)
yang Variabel Independen: Masih Diteliti.
Berpengaruh Terhadap Return
On
Assets
Return Saham pada (ROA), Debt to Equity Perusahaan
property Ratio (DER), Earning
dan real estate yang Per Share (EPS), Price Terdaftar Efek
di
Bursa to Book Value (PBV),
Indonesia Price Earning Ratio
Periode Tahun 2009- (PER), 2013.
dan
Ratio (CR).
Current
18
F. Kerangka Pemikiran Gambar 1 Kerangka pemikiran Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap Return Saham pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2013
Return On Assets (ROA)
(X1)
Debt to Equity Ratio (DER)
(X2) Return Saham
Return On Equity (ROE)
Current Ratio (CR)
(Y)
(X3)
(X4)
G. Hipotesis 1. Return On Assets (ROA) berpengaruh terhadap return saham Return on assets merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakanuntuk
mengukur
efektivitas
manajemen
perusahaan
secara
keseluruhan, yang ditunjukkan dengan besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Rasio profitabilitas dianggap alat yang paling valid dalam mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan, karena rasio profitabitabilitas.
19
(Weygandt et al, dalam Muhammad Yunanto 2009). Indikator Return On Assets (ROA) merupakan salah satu indikator keuangan yang sering digunakan dalam menilai kinerja perusahaan, yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari investasi yang dipergunakan. Semakin besar ROA berarti kinerja perusahaan tersebut semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin menghasilkan keuntungan berbanding asset yang relatif tinggi. Penelitian yang dilakukan Rio Malintan (2011), dalam penelitiannya yang meneliti pengaruh CR, DER, PER, dan ROA terhadap return saham perusahaan
pertambangan
yang
terdaftar
di
Bursa
Efek
Indonesia,
menunjukkan hasil bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, Yohanes Jhony Kurniawan (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) Terhadap Return Saham, menunjukkan hasil bahwa ROA berpengaruh positif terhadap return saham. H1 = Return On Assets (ROA) berpengaruh terhadap return saham
2. Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap return saham Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, di mana semakin tinggi rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba
20
bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajibannya untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen (Sartono, Muhammad Yunanto 2009). Semakin besar nilai Debt to equity ratio (DER) menandakan bahwa struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relative terhadap ekuitas. Semakin tinggi Debt to equity ratio (DER) mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi, akibatnya para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki Debt to equity ratio (DER) yang tinggi (Ang, dalam Fanny Puspitasari 2011). Yohanes Jhony Kurniawan (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) Terhadap Return Saham, menunjukkan hasil bahwa DER tidak berpengaruh terhadap return saham. Penelitian tentang DER juga dilakukan oleh Rio Malintan (2011) yang berjudul Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan Return On Assets (ROA) Terhadap Return Saham Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2010. Menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap return saham. H2 = Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap return saham.
3. Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap return saham Dalam portfolio dan investasi, (Tandelilin dalam Yohanes Jhony 2013) mendefinisikan Return On Equity (ROE) merupakan rasio keuangan yang
21
banyak digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya menyangkut profitabilitas perusahaan. Return On Equity (ROE) untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas modalnya sendiri. Yohanes Jhony Kurniawan (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) Terhadap Return Saham, menunjukkan hasil bahwa ROE berpengaruh terhadap return saham. H3 = Retrun On Equity (ROE) berpengaruh terhadap return saham.
4. Current Ratio berpengaruh terhadap return saham. Current ratio (CR) merupakan perbandingan antara aktiva lancar (current assets) dengan hutang lancar (current liabilities). Aktiva lancar terdiri dari kas, surat-surat berharga, piutang, dan persediaan. Sedangkan hutang lancar terdiri dari hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, hutang gaji atau upah, dan hutang jangka pendek lainnya. Current Ratio yang tinggi memberikan indikasi jaminan yang baik bagi kreditor jangka pendek dalam arti setiap saat perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajibankewajiban financial jangka pendeknya. Penelitian yang dilakukan Rio Malintan (2011), dalam penelitiannya yang meneliti pengaruh CR, DER, PER, dan ROA terhadap return saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, menunjukkan hasil bahwa CR tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
22
H4 = Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap return saham.
H. Metode Penelitian 1. Tempat dan Objek Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diakses melalui situs www.idx.co.id b. Obyek Penelitian Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), dan Current Ratio (CR) pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2013.
2. Populasi dan Metode Penentuan Sampel a. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergolong dalam kelompok perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2013. b. Metode Penentuan Sampel Metode pengumpulan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik yang digunakan dalam penentuan sampel yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan berdasarkan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Tujuan penggunaan metode
23
purposive sampling adalah untuk mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut: 1) Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama tahun 20092013 2) Tersedia data laporan keuangan selama kurun waktu penelitian 20092013 3) Selalu memperoleh Laba Perusahaan
3. Identifikasi Variabel a. Variabel bebas (Independent variable) merupakan suatu variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), dan Current Ratio (CR). b. Variabel terikat (dependent variable) yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat yang digunakan adalah return saham.
24
4. Definisi Operasional Variabel a.
Definisi variabel bebas 1) Return On Assets (ROA) adalah Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa baik manajemen menggunakan seluruh asset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan laba. Return On Assets (ROA) dapat dirumuskan dengan : Net Income After Tax ROA =
Total Assets
2) Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang menggambarkan total hutang dan total equitas dalam pendanaan perusahaan dan kemampuan modal
sendiri
perusahaan
tersebut
untuk
memenuhi
seluruh
kewajibannya. Dept to Equity Ratio (DER) dapat dirumuskan dengan : Total Debt
DER =
Total Shareholders Equity
3) Return On Equity (ROE) merupakan rasio keuangan yang banyak digunakan
untuk
mengukur
kinerja
perusahaan,
khususnya
menyangkut profitabilitas perusahaan. Return On Equity (ROE) untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas modalnya sendiri. Return On Equity (ROE) dapat dirumuskan dengan: ROE =
Laba Bersih Setelah Pajak Total Ekuitas
25
4) Current Ratio (CR) adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban lancar. Semakin besar rasio ini maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menutupi jangka pendeknya. Current Ratio (CR) dapat dirumuskan dengan rumus sebagai berikut : CR =
b.
Aktiva Lancar Hutang Lancar
Definisi variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah return saham yaitu keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan saham investor atas investasi yang dilakukan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai tahun 2013.
5. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. 1) Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka dan dapat dianalisis secara sistematis. Data ini berupa laporan keuangan perusahaan periode tahun 2009 sampai tahun 2013. 2) Data kualitatif adalah data yang tidak berupa angka namun keterangan-keterangan mengenai pasar modal dan gambaran umum perusahaan property dan real estate periode 2009 sampai tahun 2013.
26
b. Sumber data Berdasarkan sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang tidak langsung didapat dari perusahaan, tetapi diperoleh dari PT. Bursa Efek Indonesia dengan mengakses website BEI, yaitu : www.idx.co.id
6. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara mengamati, mencatat, dan mempelajari uraian-uraian dari buku-buku, karya ilmiah berupa skripsi, artikel dan dokumen-dokumen yang diperoleh dengan mengakses website Bursa Efek Indonesia dan ICMD (Indonesian Capital Market Directory).
7. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini metode analisis yang dipakai adalah analisis kuantitatif, untuk memperhitungkan dan memperkirakan secara kuantitatif dan beberapa faktor secara bersama-sama terhadap return saham. Analisis data menggunakan SPSS 17 sebagai alat untuk regresi berganda. Untuk menghasilkan suatu model yang baik, hasil analisis berganda memerlukan pengujian asumsi klasik.
27
a. Uji Asumsi Klasik Mengingat alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dan data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder, maka untuk memenuhi syarat yang ditentukan sehingga penggunaan model regresi linear berganda perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang digunakan yaitu : pengujian normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Uji Normalitas Uji
normalitas
dalam
model
regresi
bertujuan
untuk
mengetahui bahwa distribusi penyampelan data yang digunakan telah terdistribusi secara normal. Distribusi normal merupakan distribusi teoritis
dari
variabel
random
yang
kontinyu.
Kurva
yang
menggambarkan distribusi normal adalah kurva normal yang berbentuk simetris. Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, maka digunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Test dengan kriteria jika probabilitas > 0,05 maka data terdistribusi secara normal. Sebaliknya, jika probabilitas < 0,05 maka data tidak terdistribusi secara normal. 2) Uji Multikolinearitas Gejala multikolinearitas berarti terjadi korelasi antar variabel bebas, misal antar X1 dengan X2 atau X3. Dalam analisis regresi tidak boleh terjadi multikolinearitas, karena akan membiaskan atau menjadi
28
kurang jelas, variabel X mana yang sesungguhnya berpengaruh terhadap Y. Multikolinearitas dapat dilihat dari a) nilai tolerance dan lawannya b) variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cutoff yang umum di pakai adalah nilai tolerance 0.10 atau sama dengan VIF di atas 10 (Imam Ghozali, dalam Fanny Puspitasari, 2012). 3) Uji heteroskedastisitas Apabila nilai residual tidak sama untuk semua data, maka terjadi gejala heteroskedastisitas. Jika nilai residual variabel semakin besar, ketika terjadi data ditambah, maka dipastikan ada heteroskedastisitas. Analisis regresi mensyaratkan bahwa nilai residual variabel harus sama (homoskedastisitas). Gejala heteroskedastisitas dideteksi dengan analisis grafik dan melihat scatter plot dari output regresi dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya). Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
29
4) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi ini ditujukan untuk mengidentifikasi adanya korelasi antara kesalahan pengganggu yang terjadi antar periode yang diujikan dalam model regresi. Menurut Makridakis dalam Rio Malintan 2011) untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut: a) 1,65 < DW < 2,35 berarti tidak ada autokorelasi b) 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 berarti tidak dapat disimpulkan c) DW < 1,21 atau DW > 2,79 berarti terjadi autokorelasi 5) Analisis Regresi Berganda Analisis regresi dipergunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Persamaan umum untuk mengetahui regresi berganda adalah: Y = α + β1.X1 + β2.X2 + β3.X3 + β4.X4 + ε Dimana : Y = Return Saham α = Konstanta β1 = koefisien regresi dari Return On Assets (ROA) β2 = koefisien regresi dari Debt to Equity Ratio (DER) β3 = koefisien regresi dari Return On Equity (ROE) β4 = koefisien regresi dari Current Ratio (CR)
30
X1 = Return On Assets (ROA) X2 = Debt to Equity Ratio (DER) X3 = Return On Equity (ROE) X4 = Current Ratio (CR) ε
I.
= kesalahan/ gangguan
Sistematika Penulisan Pembahasan mengenai isi dari bab skripsi ini disusun dalam beberapa bab secara terperinci sehingga antara bab yang satu dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan yang sangat erat. Secara terperinci uraian masing – masing bab adalah sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang pengertian tentang landasan teori yang mendasari objek penelitian sebagai acuan dalam menyelesaikan permasalahan, publikasi penelitian sebelumnya, rumusan hipotesis dan kerangka pemikiran.
31
BAB III
METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat dan objek penelitian, metode penentuan sampel, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis data, metode pengumpulan data serta teknik analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas secara singkat tentang sejarah perkembangan pasar modal Indonesia, visi dan misi pasar modal Indonesia, struktur pasar modal Indonesia dan gambaran umum perusahaan property dan real estate. BAB V
DATA PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang deskripsi data, analisis data dan pembahasan.
BAB VI PENUTUP Dalam bab ini akan diuraikan mengenai simpulan dari penelitian ini dan saran – saran dari hasil simpulan tersebut.