BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa biasanya diukur dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan pada negara tersebut akan semakin terkenal pula dimata dunia, juga semakin jauh dari ketertinggalan dengan negara-negara lain. Salahsatu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat ditingkatkan untuk memajukan pembangunan di negara tersebut yaitu dalam bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu bidang pembangunan suatu bangsa dan negara yang perlu diperhatikan, karena pendidikan adalah suatu tuntutan hidup manusia dalam proses kedewasaan intelektual, moral, sosial sesuai kemampuan martabat masing-masing. Manusia adalah makhluk didik, dan mendidik yang tertuju pada pendidikan didalam keluarga, sekolah dan masyarakat yang kesemuanya saling terkait antara satu sama lain, yakni bersama-sama dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam Undang- Undang RepublikIndonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, bab II pasal 3, dirumuskan bahwa pendidikan berfunsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa,berakhlak mulia, berbudu pekerti luhur, berkepribadian, berpikir maju, tangguh, cerdas, berilmu, terampil,kreatif, mandiri, berdisiplin, beretos kerja, profesional, produktif, dan menjadi warga negara yang demokratis, bertanggung jawab serta sehat jasmani dan rohani. Surachmat (1979:1) menyatakan bahwa karya pendidikan yang akan menolong kemanusiaan hari esok menentukantempatnya di dalam hari dunia esok. 1
Demikian juga heralim (1980:105) menyatakan bahwa masalah
pendidikan
merupakan faktor penentu dari masa depan bangsa,sehingga keberhasilan dari padanya merupakan kunci sukses pembangunan di hari mendatang. Sistem pendidikan dikelola oleh beberapa lembaga dengan tujuan khusus yang berbeda-beda ini dapat dilihat dari berbagai jenis sekolah yang diantaranya Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menegah Kejuruan (SMK). SMK sebagai bagian dari pendidikan menengah dalam sistem pendidikan nasional bertujuan : 1. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. 2.Menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, mampu berkompetisi, dan mampu mengembangkan diri. 3.Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun pada masa yang akan datang. 4.Menyiapkan tamatan agar menjadi warga yang produktif, adaktif, dan kreatif. Begitu pesat perkembangan pembangunan di berbagai bidang,dunia pendidikan menyediakan berbagai program di dalam proses pendidikan misalnya PSG (Pendidikan Sistem Ganda), Up (Unit Produksi), sekolah seutuhnya dan SMK unggul. Ini tercemin di dalam pendididkan mengarah ke peserta didik untuk dijadikan sentral atau titik tolak terjadinya proses belajar. Dengan demikian lulusan SMK di harapkan dapat menerapkan ilmu pengetahuan keterampilan yang diperolehnya. Kemudian hasil proses belajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang telah diperolehnya.
2
Banyak faktor yang diduga dapat mempengaruhi prestasi belajar tersebut, motivasi dan kreativitas pada siswa sangat berorientasi dalam pencapaian prestasi yang baik. Dengan demikian siswa akan lebih bebas termotivasi dan berkreasi untuk memecahkan serta menyelesaikan masalah yang ditemui dalam setiap pelajaran. Hasil dari proses pembelajaran dapat tergambar pada hasil prestasi belajar yang diperolehnya. Dalam proses belajar, cara guru mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka. Penumpukan informasi atau konsep pada subjek didik dapat saja kurang bermanfaat jika tidak dikomunikasikan oleh guru kepada subjek didik melalui satu arah seperti menuai air kedalam sebuah gelas (rampengan 1993 :1). Dan pada kenyataan dilapangan siswa hanya menghafal konsep dan tidak mampu menggunakan konsep tersebut ketika menemukan masalah dalam kehidupan nyata apa yang tidak berhubungan dengan konsep yang dimilikinya. Lebih jauh lagi bahkan siswa kurang mampu memecahkan masalah dan merumuskannya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada siswa kelas X TKJ 1 mata pelajaran melakukan instalasi software sebagai objek penelitian, penyajian konsep materinya terkadang hanya menggunakan metode ceramah dengan memanfaatkan buku cetak(modul) sebagai pegangan untuk siswa ataupun
materi
yang
menggunakan
LCD
proyektor
didepan
kelas
menggunakan power point, kemudian dengan hanya tersedianya lcd proyektor di laboratorium komputer tidak begitu efektif untuk interaksi belajar di kelas. Akibat pembelajaran seperti ini potensi dan kreatifitas siswa kurang berkembang maksimal mengarah pada siswa yang pasif dan tidak terlalu memperhatikan pelajaran sehingga belajar siswa tidak maksimal . untuk itu
3
perlu penerapan metode mengajar yang tepat untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa untuk lebih berpotensi dan kreatif. Salah satu cara yang harus dilakukan untuk masalah di atas adalah dengan penggunaan metode pembelajaran. Metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa salah satunya adalah metode Pengajaran
Berdasarkan
Masalah
(problem
based
instruction).
Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBI) adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam pembelajaran yang didasari oleh dorongan penyelesaian masalah. B.Identifikasi masalah Bertolak dari latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini di identifikasikan sebagai berikut : a) Hasil belajar siswa yang belum memenuhi standar ketuntasan belajar minimum (SKBM) atau kriteria ketuntasan minimum (KKM). b) Metode pengajaran yang hanya menggunakan metode ceramah. c) Kurangnya disiplin didalam kelas saat proses belajar. d) Kurangnya sarana dan prasarana belajar. e) Kurangnya perhatian guru untuk mengontrol cara belajar siswa didalam kelas.
4
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, masalah yang akan dikaji dibatasi pada penggunaan metode Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TKJ 1 pada mata pelajaran melakukan instalasi software di SMK N 2 Manado. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, sehingga masalah dirumuskan sebagai berikut : Apakah dengan penggunaan model Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TKJ 1 pada mata pelajaran melakukan instalasi software di SMK N 2 Manado. E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TKJ 1 pada mata pelajaran melakukan instalasi software di SMK N 2 Manado. F. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini, yaitu: a. Menjadi masukan bagi pihak sekolah dalam rangka pengembangan kemampuan guru mengelola inteaksi belajar mengajar dan dapat menjadi bahan masukan bagi praktisi di bidang pendidikan didalam menyusun kurikulum.
5
b. Bagi para guru, hasil penelitian bias menjadi tolak ukur dan bahan pertimbangan guna melakukan pembenahan serta koreksi diri sebagai profesionalisme dalam pelaksanaan tugas profesinya. c. Bagi penulis sebagai calon guru dapat menambah pengetahuan tentang keterampilan mengajar guru dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa. d. Bagi siswa dapat menanamkan rasa percaya diri,konsentrasi dan semangat belajar untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. e. bagi pembaca, dapat dijadikan sumber informasi dalam pengembangan kualitas belajar mengajar.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.KAJIAN TEORI 1. Pengertian Belajar Belajar pada hakekatnya adalah perubahan yang terjadi didalam diri manusia setelah melakukan aktifitas belajar. Dalam hal ini seseorang dikatakan belajar jika ada perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Belajar disini merupakan suatu proses, dimana guru melihat dan membimbing apa yang terjadi selama siswa mencari pengalaman edukatif untuk mencapai suatu tujuan. Menurut DR.O.hamalik (2003:14) mengartikan belajar itu adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukanlah suatu hasil. Kemudian skinner dalam Dimyati (2002:9) menyatakan “belajar adalah suatu prilaku pada saat orang belajar maka responya menjadi baik” sehingga dengan belajar maka orang akan mengalami perubahan tingkah laku. Dan menurut winkel (1996:53) belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,pemahaman,keterampilan dan nilai sikap. Menurut Tyson dan Carol pembelajaran adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama – sama aktif melakukan kegiatan. Sehubungan dengan itu, Tson dan Carol menetapkan sebuah syarat apabila interaksi antara personal (guru dan siswa) di dalam kelas terjadi dengan baik maka kegiatan belajar akan terjadi (muhibbin syah). Dalam pengertian ini guru harus berusaha membawa perubahan tingkah laku yang baik atau berkecenderungan langsung mengubah tingkah laku siswanya. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien,dan mengena pada tujuan diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai metode mengajar. 7
2. Pengertian Hasil Belajar Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik. Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. 3. Model Pembelajaran Model pembelajaran digunakan oleh guru untuk memberikan gambaran dimulai dari perumusan tujuan, kegiatan mengajar di kelas, gambaran materi, gambaran penilaian maupun media atau bahan-bahan pembelajaran yang digunakan untuk mempermudah para guru melaksanakan proses pembelajaran. Model pembelajaran merupakan rancangan untuk menciptakan lingkungan-lingkungan yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dan mencapai tujuan pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Joyce bahwa suatu model pengajaran merupakan gambaran suatu lingkungan pembelajaran, yang juga meliputi perilaku kita sebagai 8
guru saat model tersebut diterapkan. Model pengajaran memiliki banyak kegunaan menjangkau segala bidang pendidikan, mulai dari materi perencanaan dan kurikulum hingga materi perancangan intruksional termasuk program-program multimedia (Joyce,2009:16). Adapun soekamto mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajaran dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Trianto,2009:22). Oleh karena itu, model pembelajaran merupakan suatu tujuan yang telah dirancang sebelumnya oleh para perancang atau para pengajar secara sistematis, sehingga model pembelajaran memberikan arahan bagi guru untuk mengajar. Model pembelajaran memiliki ciri – ciri khusus, sehingga dapat dibedakan dengan suatu strategi maupun metode. Berikut merupakan ciri-ciri dari model pembelajaran : 1. Rasional teoritis logis yang disusun oleh pencipta atau pengembangnya. 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai) 3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan. 4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (triyanto, 2009:23).
9
4.Model Pembelajaran Problem Based Instruction (Pengajaran Berdasarkan Masalah) Problem Based Instruction (PBI) yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) telah dikenal sejak zaman Jhon Dewey. Menurut Dewey (dalam Sudjana 2001:19). Pembelajaran berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon. Merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan system saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Jadi, dalam PBI mendominasi pembelajaran student centered dari pada teacher centered. Ada banyak definisi tentang Problem Based Instruction, seperti yang dikemukakan oleh Ariends,Ibrahim dan Nur,dan Duch J.B. Menurut ariends (1997) Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBI) merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentikdengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri, selanjutnya Ibrahim dan Nur (2005:3) menyatakan bahwa “Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBI) merupakan pembelajaran yang menyajikan siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan”. Sedangkan Pengajran Berdasarkan Masalah (PBI) menurut Duch J.B (1995) merupakan suatu metode pembelajaran yang menentang siswa untuk “Belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk meningkatkan siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.
10
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpilkan bahwa Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBI) merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata suatu konteks pembelajaran bagi siswamelalui proses berpikir dan keterampilan pemecahan masalah dalam rangka memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran. Dengan demikian Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBI) dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan berbagai keterampilan dan kecakapan sains tingkat tinggi, serta meningkatkan pencapaian hasil belajar. Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBI) merupakan model pembelajaran yang menggunakan pendekatan Problem Based Learning (PBL) yaitu suatu model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah kehidupan sehari-hari untuk belajar, yang memulai proses pembelajaran dengan mengemukakan masalah. Ada beberapa definisi PBL, seperti yang dikemukakan Finkle & Torp, Jones Rasmussen berikut ini : Menurut Finkle dan Torp (Suprapti,2009) PBL adalah sebuah model pembelajaran yang mengembangkan strategi pemecahan masalah berbasis pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan siswa pada masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Jones Rasmussen mengemukakan bahwa PBL adalah sebuah pendekatan dimana siswa dihadapkan pada masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari yang dikonfrontasikan melalui simulasi – simulasi. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disampaikan bahwa PBL merupakan suatu model pembelajaran yang menghadapkan siswa kepada permasalahan yang nyata. Ciri utama dari PBL adalah disuguhkannya masalah yang real dan siswa diorganisasikan ke dalam kelompok. Dari masalah yang disuguhkan dari awal
11
pembelajaran diharapkan siswa dapat menemukan inti permasalahan dan berfikir bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut dengan atau tanpa bimbingan guru. Sebagai model pembelajaran, Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBI) menekankan menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan menintegrasikan pengetahuan baru. Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBI) menguraikan cara - cara dalam proses belajar kita untuk lebih merangsang keterbukaan pikiran serta mendorong peserta didik untuk menimbulkan kemandirian juga kepecayaan diri untuk melakukan pembelajaran yang reflektif, kritis dan aktif serta dapat merangsang peserta didik untuk bertanya dan menggali pengetahuan secara mendalam sehingga mencerminkan sifat alamiah pengetahuan, yaitu: komplek berubah – ubah sesuai kebutuhan, sebagai respon terhadap masalah yang dihadapi. Dalam konteks ini, sukses guru adalah sukses siswa, dan sukses siswa berarti sukses guru. 5. Beberapa Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBI) merupakan suatu model pembelajaran sehingga memiliki teori –teori yang logis yang disusun oleh pengembangnya. Berikut ini beberapa teori – teori belajar yang melandasi model pembelajaran Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBI). a. Teori belajar penemuan (discovery learning) Salah satu teori belajar yan paling melandasi pembelajaran berbasis masalah adalah teori belajar penemuan (discoveri learning) yang dikembangkan oleh Jerome Bruner pada tahun 1996. Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. 12
Bruner mengemukakan bahwa “siswa belajar tebaik melalui penemuan sehingga siswa berperan sebagai pemecah masalah yang berinterakasi dengan lingkungan” (koes 2003:34). Seperti yang dikemukakan Bruner di atas bahwa dalam proses pembelajaran siswa dihadapkan dengan masalah di lingkungan kemudian siswa berpartisipasi secara aktif memecahkan masalah tersebut sehingga memperoleh pengalaman dalam proses mengemukakan konsep atau prinsip dengan demikian, proses pembelajaran tersebut dapat mengembangkan kemampuan keterampilan dalam memecahkan masalah. Usaha siswa dalam mencari dan menemukan pengetahuan untuk memecahkan suatu masalah akan menghasilkan pengetahuan yang lebih bermakna bagi kehidupan dan lingkungannya. Belajar penemuan akan membangkitkan keingintahuan siswa, memberikan motivasi bekerjasama sampai menemukan pemecahan masalahnya. Siswa dituntun menganalisis suatu pengetahuan, memanipulasi informasi tidak hanya menerima pengetahuan ang diberikan oleh guru. Menurut Bruner (dahar,1989:103) belajar malalui penemuan dapat memfasilitasi pembentukan pengetahuan secara aktif ole manusia dan dengan sendirinya akan memberikan hasil yang paling baik. Selanjutnya Bruner menyatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh dari belajar penemuan memiliki beberapa kelebihan yaitu: 1. Pengetahuan yang diserap akan bertahan lebih lama daripada yang diperoleh dengan cara lain. 2. Hasil belajar penemuan akan memiliki efek transfer yang lebih baik artinya konsep – konsep yang telah dimiliki akan lebih mudah diterapkan pada situasi – situasi baru. 3. Belajar penemuan akan menigkatkan daya nalar siswa dan kemampuan untuk berpikir lepas.
13
b. Teori perkembangan piaget Teori ini dikembangkan oleh seorang pakar psikologi swiss, Jean peaget tentang perkembangan kognitif. Perkembangan anak di tentunkan oleh interaksi aktif anak dengan lingkungannya. Pengalaman – pengalaman anak akan mengubah perkembangannya. Seperti yang dikemukakan oleh piaget bahwa “belajar merupakan proses aktif dan terikat dengan interaksi individu dengan lingkungan” (Koes,2003:26). c.
konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta – fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat, manusia harus membangun pengetahuan itu memberi makna melalui pengalaman nyata. Pengalaman belajar siswa memfasilitasi kemampuan siswa untuk memecahkan masalah. Jadi pembelajaran akan dirasakan bermakna apabila secara langsung ataupun tidak langsung seorang individual berhubungan dengan pengalaman sehari – hari yang dialami oleh diri sendiri. 6. karakteristik model pembelajaran pengajaran berdasarkan masalah (problem based instruction). Setiap model pembelajaran memiliki ciri pengajaran, apa dan bagaimana model tersebut dilaksanakan agar tujuan pembelajaran tercapai. Adapun ciri – ciri model pebelajaran pengajaran berdasarkan masalah (PBI) yaitu :
14
a. Pengajuan pertanyaan dan masalah. Pengajaran berdasarkan masalah diawali dengan guru mengajukan pertanyaan dan masalah yang secara social dianggap penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
b. Berfokus pada keterkaitan antara disiplin Meskipun model pembelajaran pengajaran berdasarkan masalah (PBI) berpusat pasa mata pelajaran tertentu, masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar – benar nyata agar dalam pemecahanya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. c. Penyelidikan autentik Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata, yang sering ditemukan siswa dalam kehidupan sehari – hari. d. Menghasilkan produk dan memerkannya Model pembelajaran pengajaran berdasarkan masalah (PBI) menuntun siswa untuk menghasilkan produk yang mewakili untuk pemecahan masalah yang mereka temukan. Produk itu berupa laporan, model fisik, video, maupun program computer. e. Kolaborasi atau kerja sama
15
Model pembelajaran pengajaran berdasarkan masalah (PBI) mempunyai ciri khusus yaitu siswa bekerja sama dalam kelompok kecil. Adapun keuntungan kerjasama dalam kelompok kecil diantaranya siswa saling memberikan motivasi dalam tugas – tugas kelompok dan dapat mengembangkan keterampilan social dan keterampilan berpikir.
7. Sintaks model pembelajaran Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) Model Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBI) memiliki tahapan yang menunjukan tingkah laku guru dalam megajar agar model terlaksana dengan baik. Menurut Trianto (2009:97) menyatakan bahwa, pembelajaran Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBI) meliputi lima tahapan yakni : a. Orientasi siswa pada masalah Guru menyajikan masalah dengan jelas, sehingga memungkinkan siswa untuk terlibat dalam identifikasi masalah. Masalah diajukan oleh guru yang dalam penyelesaiannya memungkinkan siswa untuk melihat, merasakan dan menyentuh sesuatu yang dapat memunculkan ketertarikan dan memotivasi. Orientasi siswa pada masalah menentukan tahap selanjutnya sehingga masalah harus menarik dan menimbulkan rasa ingin tahu. b. Mengorganisai siswa untuk belajar Siswa dikelompokan secara bervariasi dengan memperhatikan tingkat kemampuan yang didasrakan pada tujuan yang telah ditetapkan.
16
c. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok Siswa melakukan penyelidikan dan pemecahan masalah secara bebas dalam kelompok. Guru bertugas mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan penyelidikan sampai mereka benar – benar memahami masalahnya. Kemudian siswa mengajukan penjelasan dalam berbagai hipotesis. Pada tahap ini guru mendorong semua ide, menerima sepenuhnya ide tersebut dan membetulkan konsep – konsep yang salah. d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Siswa dituntuk untuk menghasilkan sebuah produk baik berupa laporan, model fisik, video, maupun program computer. e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu menganalisis proses berpikir siswa, keterampilan penyelidikan dan keterampilan intelektual siswa, kemudian guru menampilkan materi pembelajaran. 8. Kelebihan metode pembelajaran Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBI) a. Mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas. b.
mendorong siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain.
c. Melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini memungkinkan siswa menjelaskan dan membangun pemahamannya sendiri mengenai fenomena tersebut. d. Membantu siswa menjadi pembelajaran yang mandiri. Bimbingan guru kepada siswa secara berulang – ulang, mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka sendiri. Dengan begitu siswa belajar menyelesaikan tugas – tugas mereka secara mandiri dalam hidupnya kelak (Ibrahim dan Nur,2005).
17
Penggunaan model pembelajaran pengajaran berdasarkan masalah (PBI) melalui uraian diatas dapat meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif, ranah afektif, maupun pada ranah psikomotor. B.KERANGKA BERPIKIR Untuk menjelaskan secara umum proses penelitian dari terbentuknya hingga pencapaian penelitian, maka penulis mencoba mengemukakan kerangka berpikir dari penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut. Pendidikan pada hakikatnya adalah proses yang secara sadar dilasanakan untuk memanusiakan manusia. Wadah untuk melakukan proses pemanusiaan itu antara lain adlah sekolah. Di sekolah dilaksanakan kegiatan pendidikan melalui kegiatan belajar mengajar, guru sebagai pendidik dan siswa sebagai orang yang dididik. Untuk terlaksana KBM yang baik dan benar, guru dituntut untuk melakukan persiapan dan pemeliharaan kondisi kelas lama dilaksanakan metode Problem Based Instruction (PBI). Dalam penelitian ini langkah – langkah / tahapan – tahapan yang dapat dilakukan diuraikan sebagai berikut : 1. Melakukan pengumpulan data seberapa besar pengaruh penggunaan pengajaran berdasarkan masalah (PBI) terhadap prestasi belajar siswa dengan mengadakan observasi/pengamatan, penganalisaan dan dokumentasi pelaksanaan proses pembelajaran serta menghubunkan dengan literatur yang ada, sehingga relevan atau sesuai dengan hasil yang diharapkan. 2. Analisis data dengan menggunakan teori dan berdasarkan data – data statistik, serta menentukan apakah pengaruh penggunaan Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBI) akan positif atau negativ. Dan dalam penelitian ini diharapkan dapat menunjukan pengaruh yang positif.
18
3. Pemberian penjelasan atas pengaruh penggunaan Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBI)dalam peningkatan hasil, sehingga dapat seberapa besar keberhasilan yang dapat dicapai. 4. Menyimpulkan hasil analisis data, sehingga dijadikan pedoman untuk pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. C.HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan kerangka berpikir yang dikemukakan diatas, maka hipotesis penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Jika metode Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBI) diterapkan pada KBM secara efektif, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
19
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Class Room Action Research). Penelitian tindakan kelas memiliki beberapa karakterisitik yang sedikit berbeda bila dibandingkan dengan penelitian formal lainnya. Beberapa karakteristik penting tersebut diantaranya, seperti : 1. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari – hari. 2. Peneliti memberikan perlakuan atau treatmen yang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti. 3. Langkah – langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus lingkaran atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif. B. Setting Penelitian Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMK yang berjumlah 70 siswa pada tahun pelajaran 2013/2014, yang terdiri dari 35 siswa kelas X TKJ 1 dan 35 siswa kelas TKJ 2. Dan penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa siklus. Sedangkan kelas yang dipilih sebagai kelas yang akan diteliti adalah kelas X TKJ 1 yang berjumlah 35 orang siswa.
20
C. Sasaran Penelitian Sasaran dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TKJ 1 agar mencapai standar kriteria ketuntasan minimum yaitu 75 khususnya pada mata pelajaran Instalasi software. Dengan kegiatan belajar yang menggunakan model Problem Based Intruction (Pengajaran Berdasarkan Masalah), yang dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk belajar memahami materi, bekerja sama dalam kelompok kecil akan bisa saling memotivasi satu dengan yang lain, mengembangkan kemampuan berpikir siswa, meningkatkan penyelidikan autentik siswa, dan mencari pemecahan masalah untuk mengembangkan keterampilan intelekutal sehingga menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. D. Prosedur Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model problem based instruction (pengajaran berdasarkan masalah) dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Metode Problem Based Instruction Model pembelajaran Problem Based Instruction (Pengajaran Berdasarkan Masalah) merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa secara individu maupun kelompok untuk belajar mencari solusi, meningkatkan konsentrasi, belajar bekerja sama, meningkatkan rasa percaya diri dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir lepas dalam mencari solusi atau jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapi atau didapatkan. Hal ini dilakukan dengan cara guru memberikan pengajuan pertanyaan atau masalah yang dua – duanya secara social penting dan secara pribadi bermakna unutk siswa, agar supaya siswa saling berbagi ilmu dalam hal mencari solusi untuk setiap masalah yang diperhadakan dengan cara mereka berdiskusi maupun mencoba hal – hal yang baru.
21
Sehingga mengungkapkan bahwa dalam model pengajaran berdasarkan masalah memberikan cara pembelajaran yang meningkatkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan percaya diri dan konsentrasi siswa, sehingga pada saat dilapangan atau pada saat menghadapi dunia nyata dengan berbagai masalah yang terjadi siswa dapat menerapkan pelajaran yang sudah didapatkan dan juga lebih meningkatkan pelajaran yang didapat dibangku sekolah dengan pengalaman – pengalaman baru yang nantinya akan dihadapi dalam dunia kerja atau sosial. Siklus Penelitian pada siklus ini pembelajaran direncanakan satu kali pertemuan yang dilaksanakan selama 2x45 menit dengan menggunakan pokok bahasan menginstal software, kegiatan ini meliputi : A. Perencanaan 1. Mempersiapkan konsep materi yang akan dijadikan bahan pembelajaran yaitu : Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
: menginstal software : Instal software pada windows 7 : Cara instal software danaktivasi software
2. Menyiapkan lembar tutorial untuk pengamatan interaksi belajar mengajar. 3. Menyiapkan lembar soal evaluasi. 4. Menyiapkan laboratorium computer. B. Pelaksanaan 22
a. Siswa ditempatkan di masing – masing computer yang ada dalam lab computer, dimana 1 unit computer terdapat 2 - 3 orang yang menempati, akibat kurangnya perlengkapan yang dan mempunyai PC laptop / notebook bisa menggunakan secara pribadi atau dengan teman. b. Kemudian disampaikan mengenai materi yang sudah disiapkan untuk dipelajari bersama – sama. c. Selanjutnya guru menunjukan satu contoh soal materi yang sudah dijelaskan atau dipelajari. d. Setelah itu guru memberikan tugas untuk diselesaikan oleh masing – masing siswa. PC yang terdapat 2 – 3 orang siswa digunakan secara bergantian untuk menyelesaikan tugas yang sudah diberikan tetapi sebelumnya harus diperiksa guru hasil yang sudah diselesaikan oleh siswa yang pertama. Dan begitu seterusnya sampai semua siswa mengerti. e. Dengan arahan dan bimbingan guru siswa dapat memberikan kesimpulan dan menyimpulkan ketika menemukan masalah dalam penyelelesaian tugas bagaimana cara untuk mengatasi masalah tersebut. C. Observasi Dalam penelitian ini yang akan dipantau oleh guru adalah pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung, seperti : -
Mengamati letak permasalahan yang dihadapi oleh siswa.
-
Mengamati apakah siswa dapat mengerti dengan materi yang ada.
-
Mengamati konsentrasi / ketelitian siswa dalam pemecahan masalah.
-
Mengamati siswa apakah merka saling meberikan masukan satu dengan lainnya.
-
Mengamati setiap siswa yang berani mengambil langkah baru atau kreatif untu mendapat jalan keluar dari masalah.
23
D. Refleksi Menyampaikan hasil atau kesimpulan tentang tugas yang diberikan dengan masalah yang sudah dihadapi dalam penyelesaian tugas yang diberikan oleh guru, kemudian memberikan masukan mengenai apa yang seharusnya tidak terjadi dan yang harus dirubah pada pertemuan berikut. Jika diadakan tes dan hasil rata - rata kelas belum mencapai SKBM, maka akan diadakan lagi PTK dengan metode problem based instruction (pengajar berdasarkan masalah) dengan materi sesuai dengan materi yang berjalan. Akan dilakukan terus menerus sampai hasil rata – rata kelas mencapai KKM.
E. Teknik Pengambilan Data Teknik pengumplan data yang dipaka peneliti dalam mengambil data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan test. Sampel diambil pada SMK khususnya kelas X TKJ 1 yang berjumlah 35 orang, pengambilan sampel berdasarkan hasil test siswa saat terjadi kegiatan. 1. Observasi
: digunakan untuk mendapatkan data tentang
aktifitas siswadan hasil belajar yang diperoleh dalam KBM. 2. Wawancara
: digunakan untuk pengumpulan data dari guru
– guru serumpun TKJ yang turut terlibat dalam pembelajaran menggunakan metode Problem Based Instruction(Pengajaran Berdasarkan Masalah).
24
3. Hasil test tertulis siswa
: digunakan untuk mengumpulkan data dari
hasil test siswa, data tersebut untuk memastikan keberhasilan penerapan metode Problem Based Instruction (Pengajaran Berdasarkan Masalah) dalam KBM. F. Teknik Analisis Data Pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik analisis presentase. Rumus yang diugunakan adalah :
Tingkat Penguasaan Materi=
T P M=
Jumlah Point Keseluruhan Siswa x 100 … Jumlah Keseluruhan Siswa
JPKS x 100 … JKS
Keterangan : TPM
= Tingkat Penguasaan Materi
JPKS
=Jumlah Point Keseluruhan Siswa
JKS
=Jumlah Keseluruhan Siswa
25