BAB I Pendahuluan
I.1.
Latar Belakang
Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian interaksi dari pembangunan pembangunan nasional yang secara keseluruhan perlu digalakkan pula. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk atau individu agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dan sejahtera.
1
Pembangunan kesehatan sebagai
bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya, melakukan pembinaan kesehatan anak sejak dini melalui kegiatan kesehatan ibu dan anak. Pembinaan kesehatan anak usia dini, sejak masih dalam kandungan hingga usia balita ditujukan untuk melindungi anak dari ancaman kematian dan kesakitan yang dapat membawa cacat serta untuk membina, membekali dan memperbesar 2
potensinya untuk menjadi manusia tangguh. Dalam beberapa tahun terakhir Angka Kematian Bayi telah mengalami banyak penurunan yang cukup menggembirakan, meskipun pada tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1971 Angka Kematian Bayi (AKB) diperkirakan sebesar 152 per 1000 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 117 pada tahun 1980, dan turun lagi menjadi 44 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Berdasarkan estimasi susenas tahun 2002 – 2002 – 2003 2003 Angka Kematian Bayi berturut – berturut – turut turut pada tahun 2001 sebesar 50 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2002 sebesar 45 per 1000 kelahiran 3
hidup.
Meskipun sudah banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia, yang antara lain ditandai dengan berhasil diturunkan Angka Kematian Balita dari 58 per 1000 kelahiran hidup menjadi 39 per 1000 kelahiran hidup (2007), namun pencapaiannya masih jauh dari yang diharapkan. Dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah yang tertinggi. Depkes menargetan pada tahun 2009 AKB menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup.
3
Dalam upaya untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera,
1
pelaksanaannya tidak saja melalui program – program kesehatan, melainkan berhubungan erat dengan program KB. Upaya menggerakkan masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan pendekatan melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa, yang pelaksanaannya secara operasional dibentuklah Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU). Posyandu ini merupakan wadah titik temu antara pelayanan profesional dari petugas kesehatandan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat terutama dalam upaya penurunan Angka Kematian Bayi dan angka kelahiran sosial. Salah satu tujuan menyelenggarakan menyelenggarakan Posyandu adalah mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi dan balita serta pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak. Pemantauan pertumbuhan (growth monitoring) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terusmenerus (berkesinambungan) dan teratur. Dengan pemantauan pertumbuhan, setiap ada gangguan keseimbangan gizi pada seorang anak akan dapat diketahui
secara
dini
melalui
perubahan
pertumbuhannya.
Dengan
diketahuinya gangguan gizi secara dini maka tindakan penanggulangannya dapat dilakukan dengan segera, sehingga keadaan gizi yang memburuk dapat dicegah.
Bentuk
mengoptimalisasi
salah potensi
satu
pelaksanaan
tumbuh
kegiatan
kembang
anak
posyandu melalui
dalam kegiatan
penimbangan. Kegiatan ini bertujuan untuk memonitoring balita dengan melihat naik atau tidak naik berat badan, yang dilakukan sebulan sekali sekali dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Atas dasar penimbangan bulanan ini dapat diketahui status gizi dan penentuan tindak lanjutnya manakala 4
dibutuhkan.
Semua informasi yang diperlukan untuk pemantauan pertumbuhan balita bersumber dari data berat badan hasil penimbangan balita. Bulan yang diisikan kedalam KMS untuk dinilai naik (N) atau tidak naik (T) pertumbuhan balita. Ibu yang tidak menimbang balitanya ke Posyandu dapat menyebabkan tidak terpantaunya pertumbuhan dan perkembangan balita. Balita yang tidak ditimbang berturut-turut beresiko keadaan gizinya memburuk sehingga mengalami gangguan pertumbuhan. Cakupan penimbangan balita (D/S) di posyandu merupakan indikator tinggi/ rendahnya partisipasi masyarakat di
2
posyandu (D/S merupakan persentase balita yang ditimbang di posyandu dibanding seluruh balita yang ada di wilayah kerja posyandu). Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian
tentang
apakah
gambaran
faktor-faktor
yang
mempengaruhi mempengaruhi ibu tidak menimbang balitanya di Posyandu.
I.2.
Rumusan Masalah
1. Angka kematian balita pada tahun 2007 mencapai 39 per 1000 kelahiran hidup. 2. Angka kematian balita di Indonesia masih tinggi bila dibandingkan Negara ASEAN lainnya. 3. Belum optimalnya kinerja posyandu. 4. Cakupan penimbangan balita masih rendah. 5. Belum diketahuinya keberhasilan program penimbangan balita di wilayah kerja Puskesmas Jelambar I.
I.3.
Tujuan
I.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dari program penimbangan balita serta faktor-faktor yang berhubungan di wilayah kerja Puskesmas Jelambar I pada bulan Juni 2012.
I.3.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran keberhasilan program penimbangan balita di wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Kelurahan Kelurahan Jelambar Jelambar I, periode juni juni 2012. 2. Diketahuinya sebaran tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan ibu, tingkat pendapatan keluarga, paritas ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu dan perilaku ibu yang memiliki balita terhadap program penimbangan balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I,pada periode Juni 2012.
3
3. Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan
ibu,
tingkat
pendapatan
keluarga,
paritas
ibu,
pengetahuan ibu, sikap ibu dan perilaku ibu yang memiliki balita terhadap program penimbangan balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, periode Juni 2012.
I.4.
Manfaat
I.4.1. Manfaat bagi Peneliti
1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah dan membandingkan membandingkan dengan keadaan sebenarnya didalam masyarakat. 2. Meningkatkan kemampuan komunikasi dengan masyarakat pada umumnya dan pemuka masyarakat pada khususnya. 3. Mengembangkan daya nalar, minat, semangat dan kemampuan, serta pengalaman dalam bidang penelitian.
I.4.2. Manfaat bagi Perguruan Tinggi
1. Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan,
penelitian,
dan
pengabdian
masyarakat. 2. Mewujudkan UKRIDA sebagai research university dalam rangka mengembangkan mengembangkan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi. 3. Meningkatkan saling pengertian dan saling kerja sama antara mahasiswa dan staf pengajar. 4. Data awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan keberhasilan program penimbangan balita.
I.4.3. Manfaat bagi Masyarakat
1. Meningkatkan pengetahuan pengetahuan dan wawasan masyarakat, terutama ibu yang memiliki balita mengenai pentingnya kegiatan penimbangan balita di posyandu.
4
I.4.4. Manfaat bagi Puskesmas
1. Sebagai data mengenai kegiatan penimbangan balita di posyandu. 2. Sebagai bahan masukan dalam melakukan penyuluhan, terutama yang berkaitan dengan penimbangan pada balita serta memantau pertumbuhan balita. 3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan program pelayanan penimbangan balita.
I.5.
Sasaran
Sasaran penelitian ini adalah seluruh balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
5
BAB II Tinjauan Pustaka
II.1. Anak Dibawah Lima Tahun (Balita) II.1.1.
Definisi
Anak balita adalah yang berusia 0 tahun sampai dengan 5 tahun kurang dari 1 hari. Banyak hal yang mempengaruhi kesehatan anak balita, antara lain adanya keterkaitan status gizi dan keadaan fisik lingkungan. Anak balita yang kekurangan gizi sangat rentan terhadap berbagai paparan infeksi, karena pada tubuh anak yang kekurangan gizi terdapat penghancuran jaringan untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, sehingga homeostatis dalam tubuh terganggu dan akhirnya daya tahan tubuh balita menurun, hal ini menyebabkan anak mudah terserang penyakit. Adapun keadaan fisik lingkungan juga mempengaruhi kesehatan balita, keadaan fisik lingkungan meliputi sarana sanitasi (tempat
pembuangan
sampah),
ketersediaan rumah sehat.
II.1.2.
ketersediaan
air
bersih,
cuaca,
5,6
Pertumbuhan Balita
4
1. Pengertian Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dari waktu ke waktu. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya fungsi tubuh seperti pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab. 2. Garis Pertumbuhan Anak sehat tumbuh mengikuti pola garis pertumbuhan normal, bertambah umur akan bertambah berat mengikuti grafik pertumbuhan dalam kartu menuju sehat (KMS). 3. Perkembangan anak sehat Anak
sehat
mempunyai
perkembangan
kecerdasan,
ketangkasan, dan tingkat kewaspadaan yang cukup tinggi sesuai dengan umurnya.
6
4. Ciri-ciri pertumbuhan: a. Merupakan perubahanyang dapat diukur secara kuantitatif b. Mengikuti perjalanan waktu c. Setiap balita memiliki jalur pertumbuhan normal (growth trajectory).
5. Pemantauan pertumbuhan Balita Tujuan dari Pemantauan Pertumbuhan Balita antara lain: a. Mencegah memburuknya keadaan gizi b. Meningkatkan keadaan gizi c. Mempertahankan keadaan gizi baik
II.1.3.
Cakupan Penimbangan Balita
Kegiatan bulanan di Posyandu merupakan kegiatan rutin yang bertujuan untuk:
4
1. Memantau pertumbuhan berat badan balita dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). 2. Memberikan konseling gizi. 3. Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar. Untuk tujuan pemantauan pertumbuhan balita dilakukan penimbangan balita setiap bulan. Di dalam KMS berat badan balita hasil penimbangan bulan diisikan dengan titik dan dihubungkan dengan garis sehinggan membentuk garis pertumbuhan anak. berdasarkan garis pertumbuhan ini dapat dinilai apakah berat badan anak hasil penimbangan dua bulan berturut-turut: “Naik” (N) atau “Tidak Naik” (T) dengan cara yang telah ditetapkan dalam buku Panduan Penggunaan KMS bagi Petugas Kesehatan.
4
Selain informasi N dan T, dari kegiatan penimbangan dicatat pula jumlah anak yang datang ke Posyandu dan ditimbang (D), jumlah anak yang tidak ditimbang bulan lalu (O), jumlah anak yang baru pertama kali ditimbang (B), dan banyaknya anak yang berat badannya di bawah garis merah (BGM). Catatan lain yang ada di Posyandu adalah jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerja Posyandu (S), dan jumlah balita yang memiliki KMS pada bulan yang bersangkutan (K).
4
7
Data yang tersedia di Posyandu dapat dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan fungsinya, yaitu: 1. Kelompok
data
yang
4
dapat
digunakan
untuk
pemantauan
pertumbuhan balita, baik untuk : a. Penilaian keadaan pertumbuhan individu (N atau T dan BGM), dan b. Penilaian keadaan pertumbuhan balita di suatu wilayah (% N/D). 2. Kelompok data yang digunakan untuk tujuan pengelolan program/ kegiatan di posyandu (% D/S dan K/S).
II.2. Posyandu II.2.1.
Pengertian
Menurut Depkes RI (2005), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di
suatu
wilayah
kerja
Puskesmas.
Pelayanan
kesehatan
yang
dilaksanakan di Posyandu antara lain: Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), KB (Keluarga Berencana), P2M (Imunisasi dan Penanggulangan Diare), dan Gizi (penimbangan Balita). Sedangkan sasaran penduduk Posyandu ialah ibu hamil, ibu menyusui, Pasangan Usia Subur (PUS) dan Balita. Program
Posyandu
merupakan
strategi
pemerintah
dalam
menurunkan angka kematian bayi ( Infant Mortality Rate), angka kelahiran ( Birth Rate), dan angka kematian ibu ( Maternal Mortality Rate). Turunnya IMR, BR, dan MMR di suatu wilayah merupakan
standar keberhasilan pelaksanaan program terpadu di wilayah tersebut. Untuk mempercepat penurunan IMR, BR, dan MMR tersebut, secara nasional diperlukan tumbuhnya peran serta masyarakat dalam mengelola dan
memanfaatkan
Posyandu,
karena
Posyandu
adalah
milik
masyarakat.Untuk mengembangkan peran serta masyarakat di Posyandu dapat dilakukan dengan penerapan asas-asas manajemen kesehatan.
4
8
II.1.2.
3,4
Sistem Informasi di Posyandu (Sistem Lima Meja)
1. Meja I Layanan meja I merupakan layanan pendaftaran, kader melakukan pendaftaran pada ibu dan Balita yang datang ke Posyandu. Alur pelayanan Posyandu menjadi terarah dan jelas dengan adanya petunjuk di meja pelayanan. Petunjuk ini memudahkan ibu dan Balita saat datang, sehingga antrian tidak terlalu panjang atau menumpuk di satu meja. 2. Meja II Layanan meja II merupakan layanan penimbangan 3. Meja III Kader melakukan pencatatan pada buku KIA atau KMS setelah ibu dan Balita mendaftar dan ditimbang di meja III. Pencatatan dengan mengisikan berat badan Balita ke dalam skala yang di sesuaikan dengan umur Balita. Di atas meja terdapat tulisan yang menunjukan pelayanan yang di berikan. 4. Meja IV Berat badan anak yang naik atau yang tidak naik, ibu hamil dengan resiko tinggi, pasangan usia subur yang belum mengikuti KB, penyuluhan kesehatan, pelayanan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), oralit, vitamin A, tablet zat besi dilakukan di meja IV 5. Meja V Pemberian imunisasi dan pelayanan kesehatan kepada Balita yang datang ke Posyandu dilayani di meja V, dilakukan oleh bidan desa atau petugas kesehatan lainnya. Imunisasi yang diberikan di posyandu adalah imunisasi dasar, yaitu: BCG, DPT, Hepatitis, Polio, Campak. Kecuali itu ada sebagian posyandu yang memberikan PMT kepada bayi dan anak balita secara swadaya, PMT ini diberikan setelah meja V (lima). Disamping itu ada pula Posyandu yang melakukan penyuluhan kelompok sebelum meja I (satu) ataupun setelah meja V (lima). Dalam penyelenggaraan posyandu ini sangatlah jelas bahwa yang mempunyai
9
peranan besar adalah kader, dalam hal ini tentunya kader yang aktif dalam setiap kegiatan Posyandu.
II.1.3.
4
Tujuan Posyandu
1. Tujuan Umum Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat. 2. Tujuan Khusus a. Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB. b. Meningkatkan peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB. c. Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
II.1.4.
Program Kerja Posyandu7
1. KIA 2. KB 3. lmunisasi. 4. Gizi. 5. Penggulangan Diare.
4
II.1.5. Prinsip Dasar Posyandu
Prinsip dasar Posyandu terdiri atas: 1. Posyandu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan antara pelayanan profesional dan non profesional oleh masyarakat. 2. Adanya kerjasama, lintas program yang baik (KIA, KB, gizi, imunisasi, penanggulangan diare) maupun lintas sektoral (Depkes RI, Depdagri/ Bangdes, BKKBN)
10
3. Kelembagaan masyarakat 4. Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi, balita, anak balita, ibu)
II.1.6.
7
Indikator Kegiatan Posyandu
Ada beberapa indikator dalam kegiatan Posyandu antara lain: 1. Liputan Program (K/S). Merupakan indikator mengenai kemampuan program untuk menjangkau Balita yang ada di masing-masing wilayah kerja posyandu. Diperoleh dengan cara membagi jumlah balita yang ada dan mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) dengan jumlah keseluruhan Balita dikalikan 100. 2. Tingkat Kelangsungan Penimbangan (K/D). Merupakan tingkat kemantapan pengertian dan motivasi orang tua balita untuk menimbang balitanya setiap bulan. Indikator ini dapat dengan cara membagi jumlah Balita yang ditimbang (D) dengan jumlah Balita yang terdaftar dan mempunyai KMS (K) dikalikan 100. 3. Hasil Penimbangan (N/D). Merupakan indikator keadaan gizi Balita pada suatu waktu (bulan) di wilayah tertentu. Indikator ini didapat dengan membagi jumlah Balita yang naik berat badannya (N) dengan jumlah Balita yang ditimbang bulan ini (D). 4. Hasil Pencapaian Program (N/S). Indikator ini di dapat dengaan cara membagi jumlah Balita yang naik berat badannya (N) dengan jumlah seluruh Balita (S) dikalikan 100. 5. Partisipasi Masyarakat (D/S). Indikator ini merupakan keberhasilan program Posyandu, karena menunjukkan sampai sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat dan orang tua Balita pada penimbangan Balita di Posyandu. Indikator ini di peroleh dengan cara membagi jumlah Balita yang ditimbang (D) dengan jumlah seluruh Balita yang ada (S) dikalikan 100. Tinggi
11
rendahnya indikator ini dipengaruhi oleh aktif tidaknya bayi dan Balita ditimbangkan tiap bulannya.
II.2.7.
Penimbangan
8
Penimbangan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memonitoring balita dengan melihat naik atau tidak berat badan dengan menggunakan alat timbang berupa dacin, yang dilakukan sebulan sekali dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Penimbangan merupakan salah
satu
pelaksanaan
kegiatan
posyandu
dalam
rangka
mengoptimalisasi potensi tumbuh kembang anak
9
II.3. Kartu Menuju Sehat (KMS)
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk Balita dan Balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang memuat data pertumbuhan serta beberapa informasi lain mengenai perkembangan anak, yang dicatat setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. Kartu menuju sehat adalah suatu kartu yang berisikan rekomendasi tentang standar pertumbuhan,
prototipe
grafik
pertumbuhan
dan
petunjuk
cara
penggunaan grafik pada pelayanan kesehatan. Jenis-jenis catatan (informasi) pada KMS adalah: 1. Berat badan anak (pertumbuhan anak) 2. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif untuk bayi berumur 0 sampai 4 atau 6 bulan 3. Imunisasi yang sudah diberikan kepada anak 4. Pemberian vitamin A 5. Penyakit yang pernah diderita anak dan tindakan yang diberikan Manfaat KMS: 1. Catatan/ informasi pada KMS merupakan „alat pemantau‟ keadaan balita yang bisa dijadikan acuan untuk memberikan penyuluhan kepada ibu dan keluarganya.
12
2. Sebagai acuan penyuluhan, catatan KMS juga dijadikan bahan acuan untuk memberikan rujukan, baik ke meja 5 maupun ke Puskesmas. 3. Rujukan ini diberikan apabila pada KMS terdapat catatan berikut ini: a. Berat Badan balita berada di bawah garis merah (BGM) pada KMS. b. Berat badan balita 2 kali (2 bulan) berturut-turut tidak naik.
II.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan (Cakupan Penimbangan Balita)
Menurut Blum dalam The Force Field and Well Being Paradigma menjelaskan tentang empat faktor lapangan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yaitu:
10
1. Faktor lingkungan Termasuk di dalamnya adalah faktor fisik, sosial, ekonomi, pendidikan, biologi. 2. Faktor perilaku Termasuk didalamnya adalah tingkah laku dan kebiasaan. 3. Faktor pelayanan Kesehatan Termasuk di dalamnya adalah pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi. 4. Faktor herediter atau Kependudukan Dari konsep Blum diatas, dapat dilihat bahwa peran dokter dalam menjaga agar seseorang atau masyarakat tetap dalam derajat kesehatan yang optimum tidak cukup melalui cara mengobati dari orang yang sakit satu ke orang sakit yang lainnya. Oleh sebab itu, Leavel & Clark merumuskan
Kedokteran
Pencegahan dalam five level of prevention yang meliputi Pencegahan primer, sekunder, dan tersier yang mengandung arti bagaimana seseorang tidak menjadi sakit. Promosi kesehatan yang merupakan bagian pencegahan primer ditujukan kepada orang yang sehat yang belum sakit
13
sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit. Salah satu usaha promosi kesehatan adalah dengan melakukan pendidikan kesehatan melalui penyuluhan.
10
Pada pencegahan sekunder dimana salah satu isinya adalah diagnosis awal dan terapi yang adekuat, diharapkan setiap kasus yang ditemukan dapat segera didiagnosis dan diberikan terapi yang adekuat agar orang yang sakit tidak menjadi semakin parah. Dalam hal ini petugas kesehatan diharapkan mempunyai pengetahuan yang cukup terhadap semua perlakuan yang harus diberikan pada setiap kasus yang ada sehingga terapi dapat diberikan dengan tepat.
10
Pada penelitian ini, dikarenakan terbatasnya waktu dan dana maka kami mengambil 8 faktor dari uraian diatas, yaitu: 1. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan formal akan berpengaruh terhadap cara berfikir
seseorang
terhadap
dirinya
sendiri
dan
terhadap
lingkungan. Hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat kesadaran kesehatan terhadap diri sendiri dan keluarganya. Dalam hal ini adalah kerutinan ibu untuk menimbangkan balitanya di posyandu.
11
2. Status Pekerjaan Banyak
ibu-ibu
bekerja
mencari
nafkah,
baik
untuk
kepentingan sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja tampak berpengaruh pada ketidakaktifan ibu datang ke posyandu, karena mereka mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan yang belum cukup, yang berdampak pada tidak adanya waktu para ibu balita untuk aktif pada kunjungan ke Posyandu, serta tidak ada waktu ibu untuk mencari informasi karena kesibukan mereka dalam bekerja. Kondisi kerja merupakan faktor yang mempengaruhi ketidakaktifan ibu datang ke posyandu. Hal ini dapat menyebabkan frekuensi ibu yang memiliki balita untuk kunjungan ke Posyandu akan berkurang.
11
3. Tingkat Pendapatan Pendapatan adalah hasil perolehan usaha. Jadi yang dimaksud pendapatan dalam penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan
14
yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan keluarga oleh suami dan istri rata-rata dalam satu bulan merupakan penghasilan dalam jumlah uang yang akan dibelanjakan oleh keluarga dalam bentuk makanan. Tingkat pendapatan keluarga mencerminkan tingkat
ekonomi
seseorang
dimana
secara
tidak
langsung
berpengaruh dalam usaha untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. 8
Dalam hal ini penimbangan balita di posyandu. 4. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan dapat membentuk suatu sikap dan menimbulkan suatu perilaku dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan tentang Posyandu pada kader kesehatan yang tinggi dapat membentuk sikap positif terhadap program Posyandu khususnya ketidakaktifan ibu balita untuk kunjungan ke Posyandu. Pada gilirannya akan mendorong seseorang untuk aktif dan ikutserta dalam pelaksanaan Posyandu. Tanpa adanya pengetahuan maka para ibu balita akan sulit dalam menanamkan kebiasaan kunjungan ke Posyandu.
Pengetahuan tentang Posyandu akan
berdampak pada sikap terhadap manfaat yang ada dan akan terlihat dari praktek dalam ketidakaktifan ibu balita terhadap masalah kesehatan balitanya.
8
Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang penting dalam masalah ketidakaktifan ibu balita karena kurang percaya dirinya para kader kesehatan menerapkan ilmunya serta kurang mampu dalam menerapkan informasi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari.
8
Tingkat pengetahuan seseorang banyak mempengaruhi perilaku individu, dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan seorang ibu tentang manfaat Posyandu, maka akan semakin tinggi pula tingkat kesadaran untuk berperan serta dalam program Posyandu. Pengetahuan tentang Posyandu yang rendah akan menyebabkan
rendahnya
tingkat
kesadaran
membawa balita untuk berkunjung ke Posyandu.
ibu
yang
akan
8
15
5. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Komponen pokok sikap, Allport menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu : Kepercayaan/keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek Kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap status gizi balita di enam Kecamatan di Kabupaten Sragen tahun 2008, didapatkan bahwa ibu yang pengetahuan dan sikapnya baik mempunyai kemungkinan 17 kali lebih besar unttuk mempunyai anak balita dengan status gizi baik bila dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pengetahuan dan sikap yang buruk. 6. Perilaku Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.Skinner (1938), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus/ rangsangan dari luar. Penelitian mengenai hubungan perilaku ibu dengan status gizi balita di Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat tahun 2005, mendapati jumlah ibu yang perilakunya baik dengan status gizi balita baik sebesar 65,6% sedangkan jumlah ibu yang perilaku kurang dengan status gizi balita kurang sebesar
16
26,1%. Berdasarkan hasil uji statistic dari penelitian tersebut, diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku ibu dengan status gizi balita. Artinya status gizi balita sangat mempengaruhi oleh tindakan ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi balita 7. Paritas Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita (primipara = 1, multipara = 2-5, grandemultipara = lebih dari 5). Jumlah balita dalam suatu keluarga mempengaruhi perhatian seorang ibu kepada balitanya, dimana semakin banyak anak dalam keluarga akan menambah kesibukan ibu dan pada akhirnya tidak punya waktu untuk keluarga dan akan gagal membawa balitanya ke Posyandu.
11
17
II.5. Kerangka Teori
Penghasilan Peker aan Pendidikan Pengetahuan Faktor Ibu
Sika Perilaku Paritas
Program Penimbangan Balita
Kedatangan ke Posyandu
Faktor Sarana
Kinerja Posyandu
SDM Sarana dan Prasarana Lokasi
Faktor Lin kun an
18
II.6. Kerangka Konsep
Penghasilan Peker aan Pendidikan Program Penimbangan Balita
Pen etahuan Sika Perilaku Paritas
19
BAB III Metodologi Penelitian
III.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif analitik yang dilakukan secara c ross sectional mengenai gambaran keberhasilan program penimbangan balita dan faktor-faktor yang berhubungan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
III.2. Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012 di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
III.3. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh balita yang berumur 0 sampai 5 tahun yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, sebanyak 399 balita.
III.3.1. Responden
Seluruh ibu yang memiliki balita di wilayah kerja di Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, yang terpilih menjadi sampel dalam penelitian ini yang.
III.4.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
III.4.1. Kriteria Inklusi
- Semua ibu yang memiliki balita yang berusia 0 sampai dengan 5 tahun. - Memiliki KMS balita
20
- Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar 1, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. - Bersedia menjadi responden.
III.4.2. Kriteria Eksklusi
- Tidak memiliki KMS - Tidak datang saat dilakukan penimbangan - Tidak bersedia menjadi responden.
III.5. Sampel III.5.1. Besar Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Melalui rumus dibawah ini didapatkan besar sampel minimal sebagai berikut:
N1
=
(Zα) x p x q L
N2 = N1 + (10% x N1)
n1 = jumlah sampel minimal n2 = jumlah sampel ditambah substitusi 10% (substitusi adalah persen responden yang mungkin drop out ) Zα= nilai konversi pada tabel kurva normal, dengan nilai α = 5% didapatkan Zα pada kurva normal = 1,96. P = proporsi keberhasilan program penimbangan balita, berdasarkan hasil penelitian dari kepustakaan yang ada (59,67% pada tahun 2006). q = 100% - p = 40,33% L = derajat kesalahan yang masih diterima adalah 10%.
21
2
(1,96) x 0,5967 x 0,4033
N1
=
N1
= 92,45
N2
= 92,45 + 9,245
2
(0,1)
= 101,695 (dibulatkan menjadi 102 orang) Jadi jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 102 orang.
III.5.2. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel menggunakan cara Stratified Sampling, dari masing – masing Rukun Warga di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I. Dari 4 Rw yang ada (Rw 02, Rw 03, Rw 04, Rw 11), diambil sampel secara proporsional yang dianggap mewakili masing-masing Rw tersebut. Jumlah sampel yang terpilih secara proporsional dari masingmasing Rw yaitu: - Rw 02: 24 orang - Rw 03: 25 orang - Rw 04: 16 orang - Rw 11: 40 orang Sehingga total jumlah sampel terpilih sebanyak 105 orang ibu yang memiliki balita.
III.6. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini digunakan variabel terikat ( dependen) dan variabel bebas (independen). Variabel terikat adalah berupa program penimbangan balita. Variabel bebas antara lain berupa: tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan ibu, tingkat pendapatan keluarga, paritas ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, dan perilaku ibu.
III.7. Cara kerja
1. Menghubungi kepala Puskesmas Kelurahan Jelambar I untuk mengetahui wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat dan membantu kegiatan penelitian.
22
2. Menghubungi
kepala
Kelurahan
Jelambar,
kecamatan
Grogol
Petamburan, Jakarta Barat yang menjadi daerah penelitian untuk melaporkan tujuan diadakannya penelitian di daerah tersebut, dan meminta ijin untuk diadakannya penelitian di Kelurahan Jelambar. 3. Menghubungi bidan, dan kader setempat untuk melaporkan tujuan dilakukannya penelitian di daerah tersebut dan meminta bantuan untuk dilaksanakannya penelitian dengan membagikan kuesioner pada ibu-ibu yang mempunyai. 4. Melakukan pengumpulan data-data dengan mengunakan instrumen penelitian berupa kuesioner di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. 5. Melakukan pengolahan, analisis, dan interpretasi data. 6. Penulisan laporan penelitian. 7. Pelaporan dan presentasi penelitian
III.8. Manajemen Data III.8.1. Pengumpulan Data
1. Data primer Dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner terhadap ibu-ibu yang memiliki balita yang menjadi responden di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012. 2. Data sekunder Diambil dari data laporan kegiatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, dan jurnal-jurnal hasil penelitian.
III.8.2. Pengolahan Data
Terhadap data-data yang telah dikumpulkan dilakukan pengolahan berupa proses editing, verifikasi, dan koding. Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan menggunakan program SPSS ( Stastistical Package for Social Science).
23
III.8.3. Penyajian Data
Data yang didapat disajikan secara tekstular dan tabular.
III.8.4. Analisis Data
Terhadap data yang telah diolah dilakukan dengan menggunakan cara uji statistik yang sesuai, dan difokuskan untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan program penimbangan balita.
III.8.5. Interpretasi Data
Data diinterpretasi secara deskriptif-korelatif antar variabelvariabel yang telah ditentukan.
III.8.6. Pelaporan Data
Data disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang selanjutnya akan dipresentasikan dihadapan staf Pengajar Program Pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.
III.9. Definisi Operasional III.9.1. Data Umum
1. Responden Responden adalah seluruh ibu-ibu yang mempunyai anak balita, yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012. 2. Keberhasilan program penimbangan balita. Keberhasilan program posyandu diukur berdasarkan beberapa indikator, antara lain: a. Liputan Program (K/S) K/S adalah indikator yang menggambarkan jangkauan atau liputan program. Indikator ini dihitung dengan cara
24
membandingkan jumlah balita yang dapat di posyandu dan memiliki KMS dengan jumlah balita yang ada di wilayah posyandu tersebut dikalikan 100%. b. Tingkat Kelangsungan Penimbangan (K/D) Merupakan
tingkat
kemantapan
pengertian
dan
motivasi orang tua balita untuk menimbang balitanya setiap bulan. Indikator ini dapat dengan cara membagi jumlah Balita yang ditimbang (D) dengan jumlah Balita yang terdaftar dan mempunyai KMS (K) dikalikan 100. c. Hasil Penimbangan (N/D) Merupakan indikator keadaan gizi Balita pada suatu waktu (bulan) di wilayah tertentu. Indikator ini didapat dengan membagi jumlah Balita yang naik berat badannya (N) dengan jumlah Balita yang ditimbang bulan ini (D). d. Hasil Pencapaian Program (N/S) N/S adalah memberikan gambaran tentang tingkat keberhasilan
program
di
posyandu.
Indikator
ini
menunjukkan balita yang ditimbang dan naik berat badannya. Indikator ini di dapat dengan cara membagi jumlah Balita yang naik berat badannya (N) dengan jumlah seluruh Balita (S) dikalikan 100. e. Partisipasi Masyarakat (D/S) Indikator
ini
merupakan
keberhasilan
program
Posyandu, karena menunjukkan sampai sejauh mana tingkat partisipasi
masyarakat
dan
orang
tua
Balita
pada
penimbangan Balita di Posyandu. Indikator ini di peroleh dengan cara membagi jumlah Balita yang ditimbang (D) dengan jumlah seluruh Balita yang ada (S) dikalikan 100. Tinggi rendahnya indikator ini dipengaruhi oleh aktif tidaknya bayi dan Balita ditimbangkan tiap bulannya. Untuk mengukur keberhasilan program penimbangan balita, digunakan data SKDN dari masing-masing posyandu. Alat ukur
: KMS (Kartu Menuju Sehat)
25
Kala
: Ordinal
Hasil ukur
: Kategori grafik KMS
- Naik (sesuai garis pertumbuhan) → Koding 1 - Tidak naik (tidak sesuai garis pertumbuhan) → Koding 2 3. Pendidikan Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang telah diterima oleh responden dari suatu institusi tertentu yang mencakup: SD/sederajat, SMP/sederajat, SMU/sederajat, Perguruan tinggi. Cara ukur
: Wawancara
Alat ukur
: Kuesioner
Skala
: Ordinal
Hasil ukur
:
- Pendidikan Rendah (Tidak sekolah - SD/ sederajat) → Koding 1 - Pendidikan Sedang (SMP/ sederajat – SMA/ sederajat) → Koding 2 - Pendidikan Tinggi (Perguruan Tinggi) → Koding 3 4. Pekerjaan Pekerjaan adalah profesi atau kegiatan rutin yang dilakukan seharihari dalam upaya mendapatkan imbalan uang atau materi untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Cara ukur
: Wawancara
Alat ukur
: Kuesioner
Skala
: Ordinal
Hasil ukur
:
- Tidak bekerja
→ Koding 1
Termasuk didalamnya sebagai ibu rumah tangga. - Bekerja tidak tetap → Koding 2 Bila ibu bekerja paruh waktu, yang kegiatan sehari-hari tidak tetap dengan tujuan memperoleh imbalan uang atau
26
materi, baik yang dilakukan di dalam maupun diluar rumah. → Koding 3
- Bekerja
Bila ibu bekerja penuh waktu, yang kegiatan utama seharihari bertujuan memperoleh imbalan uang atau materi, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar rumah 5. Tingkat pendapatan Pendapatan keluarga adalah jumlah total pendapatan keluarga selam satu bulan dibagi dengan jumlah orang yang menjadi tanggungan keluarga. Pengelompokan berdasarkan BPS tahun 2012, Upah Minimum Regional (UMR) di wilayah Jakarta. Cara ukur
: Wawancara
Alat ukur
: Kuesioner
Skala
: Ordinal
Hasil ukur
:
- Rendah → Koding 1 Bila pendapatan keluarga perbulan < Rp 1.529.150,- Sedang → Koding 2 Bila pendapatan keluarga perbulan antara Rp 1.529.150,hingga Rp 3.058.300,- Tinggi → Koding 3 Bila pendapatan keluarga perbulan > Rp 3.058.300 6. Paritas Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita. Cara ukur
: Wawancara
Alat ukur
: Kuesioner
Skala
: Ordinal
Hasil ukur
:
- Grandemultipara
→ Koding 1
Bila paritas ibu > 5 anak - Multipara
→ Koding 2
Bila paritas ibu 3 - 5 anak
27
- Primipara
→ Koding 3
Bila paritas ibu < 2 anak
III.9.2. Data Khusus A. Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang posyandu dan kegiatannya yang meliputi pendaftaran, penimbangan, pengisian KMS, penyuluhan kesehatan ibu, anak dan gizi, imunisasi dan pengobatan. Serta pemahaman responden
tentang
pola
pertumbuhan
balita
normal
yaitu
pertambahan umur diikuti pertambahan berat badan mengikuti grafik pertumbuhan dalam kartu menuju sehat (KMS). Penilaian Pengetahuan
1. Menurut ibu, POSYANDU singkatan dari apa? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Pusat Yayasan Terpadu b. Pos Pelayanan Terpadu c. Pusat Pelayanan Terpadu Skor:
Bila menjawab B diberi nilai 1 Bila menjawab A dan C diberi 0
2. Menurut ibu apa saja kegiatan yang dilakukan di POSYANDU? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Pendaftaran, Penimbangan, Imunisasi, Penyuluhan. b. Pendaftaran, Imunisasi, Pengobatan. c. Pendaftaran,
Penimbangan,
Imunisasi,
Pengobatan,
Penyuluhan. Skor:
Bila menjawab C diberi nilai 1 Bila menjawab A dan B diberi 0
3. Siapa yang bertugas di Posyandu? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Petugas/ kader b. Ketua RT/ tetangga c. Dokter/ perawat
28
Skor:
Bila menjawab A diberi nilai 1 Bila menjawab B dan C diberi 0
4. Balita adalah anak yang berumur……. (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. 5 tahun b. 0 – 5 tahun c. 1 – 3 tahun Skor:
Bila menjawab B diberi nilai 1 Bila menjawab A dan C diberi 0
5. KMS adalah ……… (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Kartu Menuju Sehat b. Kartu Meningkatkan Sehat c. Kartu Menanggulangi Sakit Skor:
Bila menjawab A diberi nilai 1 Bila menjawab B dan C diberi 0
6. Menurut ibu apa manfaat KMS? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Untuk berobat b. Untuk pencatatan berat badan balita saja c. Untuk memantau berat badan dan pertumbuhan bayi Skor:
Bila menjawab C diberi nilai 1 Bila menjawab B dan C diberi 0
7. Menurut ibu bagaimana pertumbuhan dan perkembangan balita yang baik? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Kalau tidak sakit b. Bila berat badan bertambah c. Bila usia bertambah maka berat badan balita bertambah Skor:
Bila menjawab C diberi nilai 1 Bila menjawab A dan B diberi 0
29
8. Menurut ibu sampai umur berapa anak perlu ditimbang di posyandu? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Kurang dari 2 tahun b. Sampai 5 tahun c. Lebih dari 5 tahun Skor:
Bila menjawab B diberi nilai 1 Bila menjawab A dan C diberi 0
9. Apa manfaat penimbangan di Posyandu? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Untuk melihat berat badannya b. Untuk diisi dibuku KMS c. Untuk melihat pertumbuhan dan perkembangannya Skor:
Bila menjawab C diberi nilai 1 Bila menjawab A dan B diberi 0
10.Berat badan balita yang baik pada grafik KMS adalah …… (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Diatas garis merah b. Pada garis merah c. Dibawah garis merah Skor:
Bila menjawab A diberi nilai 1 Bila menjawab B dan C diberi 0
Kesimpulan Penilaian
Skor tertinggi
: 10 x 1 = 10
Skor terendah
: 10 x 0 = 0
Interval
: 10 – 0 = 10
- Pengetahuan baik
= (80% x Interval) + Nilai Terendah = (80% x 10) + 0 =8
- Pengetahuan cukup
= (60% x Interval) + Nilai Terendah = (60% x 10) + 0 =6
30
- Pengetahuan kurang
=0-5
Cara ukur : Wawancara Alat ukur
: Kuesioner
Skala
: Ordinal
Hasil ukur : - Pengetahuan kurang
→ Koding 1
- Pengetahuan sedang
→ Koding 2
- Pengetahuan baik
→ Koding 3
B. Sikap
Sikap adalah tanggapan atau reaksi seseorang secara konsisten terhadap sesuatu berdasarkan pendidikan, pendapat dan keyakinan individu tersebut. Penilaian Sikap
1. Berapa kali anda mengikuti penyuluhan di Posyandu? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. > 3 kali b. 1-2 kali c. Tidak pernah Skor:
Bila menjawab A diberi nilai 1 Bila menjawab B dan C diberi 0
2. Berapa kali ibu berkunjung ke Posyandu? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Setiap bulan b. Setiap 6 bulan c. Setahun sekali d. Tidak pernah Skor:
Bila menjawab A diberi nilai 1 Bila menjawab B, C dan D diberi 0
3. Menurut ibu, apakah penting untuk menimbang anak di Posyandu? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
31
a. Sangat penting b. Kurang penting c. Tidak penting d. Tidak tahu Skor:
Bila menjawab A diberi nilai 1 Bila menjawab B, C dan D diberi 0
4. Apakah ibu setuju jika balita hanya diberi susu formula saja? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Sangat setuju b. Kurang setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju Skor:
Bila menjawab D diberi nilai 1 Bila menjawab A, B dan C diberi 0
5. Apakah ibu setuju jika setiap bayi harus memiliki KMS? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Sangat setuju b. Kurang setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju Skor:
Bila menjawab A diberi nilai 1 Bila menjawab B, C dan D diberi 0
6. Apakah ibu setuju jika balita harus ditimbang setiap bulan? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Sangat setuju b. Kurang setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju Skor:
Bila menjawab A diberi nilai 1 Bila menjawab B, C dan D diberi 0
7. Apakah ibu setuju jika balita tidak perlu dipantau pertumbuhan dan perkembangannya? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
32
a. Sangat setuju b. Kurang setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju Skor:
Bila menjawab D diberi nilai 1 Bila menjawab A, B dan C diberi 0
8. Apakah ibu setuju jika balita harus ditimbang hingga usia 3 tahun? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Sangat setuju b. Kurang setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju Skor:
Bila menjawab D diberi nilai 1 Bila menjawab A, B dan C diberi 0
Kesimpulan Penilaian
Skor tertinggi
:8x1=8
Skor terendah
:8x0=0
Interval
: 8 – 0 = 8
- Sikap baik
= (80% x Interval) + Nilai Terendah = (80% x 8) + 0 = 6,4
- Sikap cukup
= (60% x Interval) + Nilai Terendah = (60% x 8) + 0 = 4,8
- Sikap kurang
= 0 – 4,8
Cara ukur : Wawancara Alat ukur
: Kuesioner
Skala
: Ordinal
Hasil ukur : - Sikap kurang → Koding 1 - Sikap sedang → Koding 2
33
- Sikap baik
→ Koding 3
C. Perilaku
Perilaku adalah tindakan yang dilakukan responden atau seseorang untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma kelompok yang bersangkutan. Penilaian Perilaku
1. Berapa kali ibu membawa anak ke Posyandu? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Lebih dari 6 kali setahun b. Kurang dari 6 kali setahun c. Tidak pernah Skor:
Bila menjawab A diberi nilai 1 Bila menjawab B dan C diberi 0
2. Berapa kali ibu membawa anak untuk ditimbang berat badan di Posyandu? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Lebih dari 6 kali setahun b. Kurang dari 6 kali setahun c. Tidak pernah Skor:
Bila menjawab A diberi nilai 1 Bila menjawab B dan C diberi 0
3. Menurut ibu, apakah Posyandu bermanfaat? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Sangat bermanfaat b. Kurang bermanfaat c. Tidak bermanfaat d. Tidak tahu Skor:
Bila menjawab A diberi nilai 1 Bila menjawab B, C dan D diberi 0
4. Saat menimbang anak di posyandu apakah ibu membawa KMS? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
34
a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah Skor:
Bila menjawab A diberi nilai 1 Bila menjawab B dan C diberi 0
5. Apakah grafik KMS anak ibu dibawah garis merah? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Tidak Pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Skor:
Bila menjawab A diberi nilai 1 Bila menjawab B dan C diberi 0
6. Apakah ibu menanyakan mengenai keadaan pertumbuhan dan perkembangan anak pada petugas kesehatan? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Tidak pernah b. Tidak Selalu c. Selalu Skor:
Bila menjawab C diberi nilai 1 Bila menjawab A dan B diberi 0
7. Sampai usia berapa anak ibu ditimbang di posyandu? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. 5 tahun b. 3 tahun c. 1 tahun Skor:
Bila menjawab A diberi nilai 1 Bila menjawab B dan C diberi 0
8. Apakah ibu mau menjadi kader Posyandu? (Pilih 1 jawaban yang paling tepat) a. Sangat mau b. Biasa saja c. Tidak mau
35
Skor:
Bila menjawab A diberi nilai 1 Bila menjawab B dan C diberi 0
Kesimpulan Penilaian
Skor tertinggi
:8x1=8
Skor terendah
:8x0=0
Interval
: 8 – 0 = 8
- Perilaku baik
= (80% x Interval) + Nilai Terendah = (80% x 8) + 0 = 6,4
- Perilaku cukup
= (60% x Interval) + Nilai Terendah = (60% x 8) + 0 = 4,8
- Perilaku kurang = 0 – 4,8 Cara ukur : Wawancara Alat ukur
: Kuesioner
Skala
: Ordinal
Hasil ukur : - Perilaku rendah → Koding 1 - Perilaku sedang → Koding 2 - Perilaku baik
III.10.
→ Koding 3
Etika Penelitian
Responden yang diwawancara untuk pengisian kuesioner pada penelitian ini diberikan jaminan kerahasiaan terhadap data-data yang diberikan, mendapat informed consent yang jelas tentang persetujuan penelitian yang akan
dilakukan, dan berhak menolak apabila tidak bersedia menjadi responden.
36
III.11.
Sarana
III.11.1. Tenaga
Penelitian dilakukan oleh 3 orang mahasiswa kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan dibantu oleh satu orang pembimbing yaitu dosen IKM
III.11.2. Fasilitas
Fasilitas yang tersedia berupa ruang perpustakaan, ruang diskusi, lembar kuesioner, komputer beserta printer, program SPSS, internet dan alat tulis.
37
BAB IV Hasil Penelitian
Selama proses pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 11 Juni 2012 – 30 Juni 2012 di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, dengan sampel sebanyak 105 responden yang dipilih dengan cara stratified sampling, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1.
Gambaran keberhasilan program penimbangan balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
No
Indikator
Hasil Pencapaian
1
Liputan Program (K/S)
64,16%
2
Tingkat Kelangsungan Penimbangan (K/D)
3
Hasil Penimbangan (N/ D)
58,97%
4
Hasil Pencapaian Program (N/S)
23,05%
5
Partisipasi Masyarakat (D/S)
39,06%
100%
Keterangan: S=
Jumlah semua balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat
K=
Jumlah semua balita yang terdaftar dan memiliki KMS
D=
Jumlah balita yang ditimbang
N=
Jumlah balita yang naik berat badannya
Tabel 2.
Sebaran responden berdasarkan kenaikan Grafik KMS di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Grafik KMS
Variabel
Frekuensi
Persentase
Naik
72
68,6%
Tidak Naik
33
31,4%
38
Tabel 3.
Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Tingkat Pendidikan
Tabel 4.
Variabel
Frekuensi
Persentase
Rendah
19
18,1%
Sedang
78
74,3%
Tinggi
8
7,6%
Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Jenis Pekerjaan
Tabel 5.
Variabel
Frekuensi
Persentase
Tidak Bekerja
62
59%
Tidak Rutin Bekerja
4
3,8%
Bekerja
39
37,1%
Sebaran responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Tingkat Pendapatan
Tabel 6.
Variabel
Frekuensi
Persentase
Rendah
75
71,4%
Sedang
24
22,9%
Tinggi
6
5,7%
Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Tingkat Pengetahuan
Variabel
Frekuensi
Persentase
Kurang
13
12,4%
Sedang
57
54,3%
Baik
35
33,3%
39
Tabel 7.
Sebaran responden berdasarkan sikap ibu di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan
Jelambar
I,
kecamatan
Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Sikap
Tabel 8.
Variabel
Frekuensi
Persentase
Kurang
9
8,6%
Sedang
28
26,7%
Baik
68
64,8%
Sebaran responden berdasarkan perilaku ibu di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan
Jelambar
I,
kecamatan
Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Perilaku
Tabel 9.
Variabel
Frekuensi
Persentase
Kurang
16
15,2%
Sedang
35
33,3%
Baik
54
51,4%
Sebaran responden berdasarkan paritas ibu di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan
Jelambar
I,
kecamatan
Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Paritas
Variabel
Frekuensi
Persentase
GrandeMultipara
11
10,5%
Multipara
41
39,0%
Primipara
53
50,5%
40
Tabel 10. Hubungan antara tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan ibu, tingkat pendapatan keluarga, paritas ibu, tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu, dan perilaku ibu dengan kenaikan grafik KMS di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Grafik KMS Variabel
Naik
Tidak
Value
H0
X =
2
p < 0,05
1,462
H0 ditolak
X =
2
p < 0,05
0,104
H0 ditolak
X =
2
p < 0,05
0,078
H0 ditolak
X =
2
p < 0,05
1,804
H0 ditolak
X =
2
p < 0,05
2,597
H0 ditolak
Naik Tingkat Pendidikan
Jenis Pekerjaan
Tingkat Pendapatan
Paritas
Tingkat Pengetahuan
Sikap
Perilaku
Rendah
13
6
Sedang
52
26
Tinggi
7
1
Tidak Bekerja
42
20
Bekerja Tidak Rutin
1
3
Bekerja
27
12
Kurang
51
24
Sedang
17
7
Baik
2
4
GrandeMultipara
8
3
Multipara
16
25
Primipara
39
14
Kurang
7
6
Sedang
38
19
Baik
27
8
Kurang
2
7
Sedang
16
12
Baik
54
14
Kurang
11
5
Sedang
23
12
Baik
38
16
2
X = 14,376
p > 0,05 H0 gagal ditolak
X =
2
p < 0,05
0,214
H0 ditolak
41
BAB V Pembahasan
V.1. Gambaran keberhasilan program penimbangan balita di wilayah kerja
Puskesmas
Kelurahan
Jelambar
I,
kecamatan
Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Gambaran keberhasilan program penimbangan balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I berdasarkan data SKDN, didapatkan cakupan liputan program penimbangan balita (K/S) sebesar 64,16%, untuk cakupan tingkat kelangsungan penimbangan (K/D) sebesar 100%, untuk cakupan hasil penimbangan (N/D) sebesar 58,97%. Sedangkan untuk cakupan hasil pencapaian program (N/S) 23,05%, dan untuk cakupan partisipasi masyarakat (D/S) sebesar 39,06%.
V.2. Sebaran responden berdasarkan kenaikan Grafik KMS di wilayah kerja
Puskesmas
Kelurahan
Jelambar
I,
kecamatan
Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Sebaran responden berdasarkan kenaikan grafik KMS di Wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I berdasarkan data SKDN, didapatkan grafik KMS yang naik adalah sebesar 68,6% dan untuk grafik KMS yang tidak naik adalah sebesar 31,4%. Angka ini didapati lebih besar dari angka Riset Kesehatan Dasar tahun 2006 yakni 59,67%.
3
V.3. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu di wilayah kerja
Puskesmas
Kelurahan
Jelambar
I,
kecamatan
Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu dari hasil penelitian kami, didapatkan tingkat pendidikan rendah sebesar 18,1% dengan keadaan tidak bekerja sebesar 49,2% dan pendapatan keluarga rendah sebesar 71,4%. Ibu yang tidak bekerja lebih banyak dengan kata lain ibu yang mempunyai waktu yang banyak terhadap balitanya dalam memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan balitanya Dalam hal mengasuh anak ibu adalah orang yang paling banyak terlibat sehingga
42
pengaruhnya sangat besar bagi perkembangan balita dan keluarga. Meningkatnya kesempatan kerja terutama bagi ibu yang memiliki balita dapat mengurangi waktu ibu untuk mengasuh dan merawat balitanya.
V.4. Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan ibu di wilayah kerja
Puskesmas
Kelurahan
Jelambar
I,
kecamatan
Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Berdasarkan (tabel 4.4) terdapat adanya hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu serta pendapatan keluarga terhadap Naik atau Tidak Naik grafik KMS. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji analisis chi squre dimana didapatkan nilai p < 0,05. Hal ini berarti pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga mempengaruhi Naik dan Tidak Naik grafik KMS. Dimana bila ibu sibuk berkerja maka akan mengurangi waktu ibu untuk mengurus anak dan keluarganya, sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Sedangkan pendapatan keluarga akan mempengaruhi asupan makanan kepada anaknya, bila pendapatan keluarga rendah maka ibu tidak dapat memberikan asupan makanan yang bergizi kepada anaknya, hal ini akan menyebabkan timbulnya status gizi kurang yang ditandai dengan Tidak Naik grafik KMS.
V.5. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
V.6. Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu di wilayah kerja
Puskesmas
Kelurahan
Jelambar
I,
kecamatan
Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
V.7. Sebaran responden berdasarkan sikap ibu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
43
V.8. Sebaran responden berdasarkan perilaku ibu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
V.9. Sebaran responden berdasarkan paritas ibu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
V.10. Hubungan antara tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan ibu, tingkat pendapatan keluarga, paritas ibu, tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu, dan perilaku ibu dengan kenaikan grafik KMS di wilayah kerja
Puskesmas
Kelurahan
Jelambar
I,
kecamatan
Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Berdasarkan tabel sebaran tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu, pada (tabel 4.2) terdapat sebaran responden menunjukan bahwa pengetahuan yang baik tentang penimbangan balita sebesar 33,3%, sikap ibu yang baik tentang penimbangan balita sebesar 64,8% dan perilaku ibu yang baik tentang penimbangan balita sebesar 51,4%. Tingginya tingkat pengetahuan yang baik tentang penimbangan balita sebesar 33,3%. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang penimbangan balita cukup baik, pengetahuan ibu tentang penimbangan balita sangat diperlukan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita. Khususnya ibu sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dipantau melalui Naik atau Tidak Naik Grafik KMS yang dimiliki oleh ibu Pengetahuan tentang penimbangan balita merupakan proses untuk mengubah sikap dan perilaku keluarga dan masyarakat untuk kehidupan yang sehat jasmani dan rohani. Sedangkan dalam penelitian ini didapatkan persentase sikap yang baik sebesar 64,8% dan perilaku yang baik sebesar 51,4%. .Pengetahuan tentang penimbangan balita yang baik akan
44
mempengaruhi sikap sehingga perilaku yang baik.tentang penimbangan balita sebesar 51,4%. Berdasarkan uji statistik dari penelitian ini diketahui tidak terdapat hubungan yang bermakna atau signifikan antara sikap ibu dengan Naik atau Tidak Naik grafik pada KMS. Artinya kenaikan atau penurunan grafik KMS belum tentu dipengaruhi oleh sikap ibu dalam penimbangan balita. Dalam hal ini ada faktor lain yaitu jarak posyandu dengan rumah yang jauh.
Dari data hubungan pengetahuan dan perilaku ibu terhadap Naik atau Tidak Naik grafik KMS pada (tabel 4.4) terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan perilaku ibu terhadap Naik atau Tidak Naik grafik KMS. Pada penelitian ini, dilakukan analisa hasil dengan menggunakan chi squre antara Naik atau Tidak Naik grafik KMS dengan pengetahuan dan perilaku ibu menunjukkan hubungan bermakna (p < 0,05).
Hal ini berarti tingkat
pengetahuan dan perilaku ibu akan mempengaruhi Naik atau Tidak Naik grafik KMS. Semakin baik tingkat pengetahuan ibu tentang penimbangan balita akan menyebabkan ibu menyadari pentingnya manfaat dilakukan penimbangan balita yaitu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita. Hal ini akan menyebabkan perilaku ibu yang baik karena ibu akan membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang berat badannya dan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Berdasarkan data yang dikumpulkan tidak ditemukan hasil penelitian sebelumnya yang menjelaskan tentang hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap Naik atau Tidak Naik grafik KMS . Pada sebaran tabel 4.2 didapatkan paritas baik sebesar 50,5 %, hal ini berarti tingkat paritas ibu dikelurahan Jelambar 1 baik, dengan sedikitnya jumlah anak maka
ibu
diharapkan
dapat
lebih
memperhatikan
pertumbuhan
dan
perkembangan anaknya. Dalam penelitian ini ditemukan ada hubungan bermakna antara paritas ibu dengan Naik atau Tdak Naik grafik KMS ( P < 0,05 ) pada tabel 4.4 . Dalam hal ini berarti paritas ibu dapat mempengaruhi kenaikan dan penurunan grafik KMS, karena bila ibu memiliki banyak anak maka akan menyebabkan ibu memiliki keterbatasan waktu untuk mengasuh dan merawat masing masing anaknya.
45
Pengetahuan ibu ada kaitannya dengan penimbangan balita erat hubungannya dengan pendidikan ibu. Yang sebenarnya semakin tinggi pendidikan akan ibu semakin tinggi pula pengetahuan akan penimbangan balita. Dalam penelitian ini angka persentase pendidikan baik sebesar7,6 % terhadap Naik dan Tidak naik grafik KMS sebesar 68,6% dan 31,4%. Berdasarkan uji statistik didapatkan P < 0,05 ( pada tabel 4.4 ), Hal ini dimaksudkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dan pengetahuan yang baik terhadap Naik atau Tidak Naik grafik KMS. Yang berarti makin tinggi tingkat pendidikan ibu akan menyebabkan pengetahuan ibu baik..
Pendapatan keluarga merupakan penghasilan dalam jumlah uang yang akan dibelanjakan oleh keluarga dalam bentuk makanan. Pendapatan rendah sebagai penyebab utama gizi kurang yang menduduki posisi pertama dalam hal ini ditandai dengan terjadinya Penurunan grafik KMS tetapi dalam penelitian ini didapatkan Tidak Naik grafik KMS sebesar 31,4% dengan pendapatan yang rendah. Berdasarkan (tabel 4.4) terdapat adanya hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu serta pendapatan keluarga terhadap Naik atau Tidak Naik grafik KMS. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji analisis chi squre dimana didapatkan nilai p < 0,05. Hal ini berarti pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga mempengaruhi Naik dan Tidak Naik grafik KMS. Dimana bila ibu sibuk berkerja maka akan mengurangi waktu ibu untuk mengurus anak dan keluarganya, sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Sedangkan pendapatan keluarga akan mempengaruhi asupan makanan kepada anaknya, bila pendapatan keluarga rendah maka ibu tidak dapat memberikan asupan makanan yang bergizi kepada anaknya, hal ini akan menyebabkan timbulnya status gizi kurang yang ditandai dengan Tidak Naik grafik KMS. Pada tabel 4.5 terdapat gambaran keberhasilan program penimbangan balita di Wilayah kerja puskesmas Jelambar 1, dimana didapatkan liputan program penimbangan balita sebesar 64,16 %, tingkat kelangsungan penimbangan sebesar 100% , hasil penimbangan sebesar 58,97%,Hasil pencapaian program 23,05%, dan partisipasi masyarakat sebesar 39,06%, perbedaan antara hasil
46
penelitian ini dengan hasil pencapaian program penimbangan balita mungkin disebabkan banyaknya ibu yang tidak datang untuk menimbang balitanya ke posyandu. Penelitian ini dilakukan desain studi analitik dengan pendekatan cross sectional. Dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar 1,
Kecamatan Grogol Petamburan , Jakarta Barat bulan Juni 2012. Dengan data primer didapatkan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden yang telah terpilih menjadi sampel, data sekunder didapatkan menggunakan KMS yang dimiliki oleh responden dan data SKDN Puskesmas kelurahan Jelambar 1. Dengan jumlah sampel
105 balita serta menggunakan teknik
stratified random sampling. Kelemahan dari desain studi yang dilakukan pada
penelitian ini adalah kurang mencerminkan gambaran keberhasilan program penimbangan balita yang diteliti karena di ambil data pada satu waktu saja dan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar 1, sehingga hanya dapat digunakan pada daerah yang diteliti saja. Kesalahan yang juga dapat terjadi adalah kesalahan dalam mengisi data oleh pengukur (kader posyandu), kesalahan dalam menggunakan alat ukur atau teknik dalam mengukur. Kesalahan lain yaitu responden dalam keadaan sibuk sehingga mengisi kuesioner dengan asal dan terburu – buru atau kuesioner yang dibagikan diisi oleh orang lain ( keluarga responden) serta kesalahan dalam menganalisa data
47